You are on page 1of 31

LAPORAN TUTORIAL

KEDOKTERAN GIGI PENCEGAHAN Pada Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember

Disusun oleh: Kelompok Tutorial I

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS JEMBER 2013

DAFTAR ANGGOTA KELOMPOK

Tutor Ketua Scriber Meja Scriber Papan Anggota :

: drg. Roedy Budirahardjo, M. Kes., Sp. KGA : Trianike Nor Aini : Medina Nanda Utami : Hayyu Safira (121610101002) (121610101007) (121610101014)

1. Inestia Fluida 2. Gladiola Nadisha 3. Yuni Aisyah 4. Yusron Haris 5. Nazala Zetta 6. Rina Wahyu 7. Gita Putri Kencana 8. Aisyah Gediani 9. Ilvana Ardi 10. Nungky Tias 11. Galuh Panji 12. Nungky Tias Susanti

(121610101001) (121610101005) (121610101006) (121610101010) (121610101011) (121610101012) (121610101013) (121610101098) (121610101099) (121610101106) (121610101103) (121610101106)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas laporan ini. Laporan ini disusun untuk memenuhi hasil diskusi tutorial kelompok I pada skenario pertama. Penulisan makalah ini semuanya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada : 1. drg. Roedy Budirahardjo, M. Kes., Sp. KGA selaku tutor yang telah membimbing jalannya diskusi tutorial kelompok I Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember dan yang telah memberi masukan yang membantu, bagi pengembangan ilmu yang telah didapatkan. 2. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini. Dalam penyusunan makalah ini tidak lepas dari kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat di harapkan demi perbaikanperbaikan di masa mendatang demi kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat berguna bagi kita semua.

Jember, Oktober 2013

I.

PENDAHULUAN

SKENARIO I. SAKIT GIGI YANG TERABAIKAN Drg. Hari adalah seorang dokter gigi baru yang bertugas di Puskesmas Maju Makmur yang sebagian besar masyrakatnya bekerja sebagai buruh pabrik perkebunan. Hari-hari pertama masuk drg. Hari heran, mengapa tidak ada pasien yang datang ke klinik, sehingga dia menganggur di poli giginya. Hal tersebut membuatnya berfikir apakah tingkat kesehatan gigi dan mulut masyarakat sudah baik atau masyarakat takut datang ke klinik gigi. Setelah di amatai, ternyata mayoritas penduduk bekerja mulai pagi sampai sore hari. Keadaan ini menyebabkan masyarakat kurang memperhatikan kondisi kesehatannya, jika ada penduduk yang sakit tidak dibawa ke Puskesmas melainkan diobati sendiri atau bahkan dibiarkan saja. Mereka berpendapat sakit gigi tidak berbahaya dan tidak mematikan. Keadaan ini membuat drg. Hari berfikir bahwa perilaku penduduk tidak peduli dengan pemeliharaan kesehatannya, sehingga untuk membuat poli klinik di puskesmasnya rama dan masyarakat mau mengobati giginya di puskesmas.

STEP 1 -

STEP 2 1. Apa saja Faktor predisposisi masyarakat yang tidak melakukan pemeriksaan dan tidak peduli terhadap kesehatan gigi dan mulut? 2. Tindakan dan metode apa yang harus diberikan kepada masyakat? 3. Bagaimanakah peran puskesma dalam menjaga kesehatan di dalam masyarakat?

STEP 3 1. Terdapat beberapa hal yang menyebabkan masyarakat tidak peduli terhadap kesehatan gigi dan mulut, antara lain : A. Dukungan masyarakat Dukungan dari masyarakatt sekitar berpengaruh terhadap perilaku kesehatan pada suatu individu. Jika seseorang tinggal di lingkungan masyarakat yang peduli terhadap kesehatan gigi dan mulut, tentu saja seseorang tersebut akan terpengaruh untuk turut peduli terhadap kesehatan gigi, begitu juga sebaliknya jika seseorang hidup di lingkungan masyarakat yang tidak peduli terhadap kesehatan gigi dan

mulut maka seseorang tersebut juga cenderung akan tidak peduli juga terhadap kesehatan gigi dan mulut. B. Terjangkaunya informasi Informasi tentang kesehatan gigi dan mulut sangat dibutuhkan, sehingga suatu individu akan peduli terhadap kesehatan gigi dan mulut. Namun jika informasi tidak sampai pada suatu kelompok tertentu, maka tentu saja kelompok tersebut tidak akan peduli terhadap kesehatan gigi dan mulut karena minimnya informasi. Tidak terjangkaunya informasi ini dapat disebabkan karena beberapa hal, salah satunya adalah jarak. Misalnya saja di daerah terpencil tentu saja masyarakatnya tidak peduli terhadap kesehatan gigi dan mulut karena informasi tidak tersampaikan yang disebabkan karena jarak menuju lokasi daerah tersebut sulit untuk dilalui sehingga jarang ada petugas kesehatan yang datang. C. Otonomi dan kebebasan pribadi Faktor otonomi dan kebebasan pribadi yang dimaksud adalah kebebasan seseorang untuk melakukan perilaku-perilaku kesehatan. Contohnya adanya suatu hukum ada yang mewajibkan kebiasaan menyirih, padahal sesungguhnya menyirih mengandung bahan-bahan karsinogenik yang bisa memicu terjadinya neoplasma. D. Kondisi dan situasi Pengaruh dari kondisi dan situasi terhadap perilaku masyarakat mengenai kesehatan gigi dan mulut misalnya adalah kondisi sosial ekonomi yang rendah sehingga seseorang tidak peduli terhadap kesehatan gigi dan mulut. E. Faktor keluarga Keluarga sangat berpengaruh terhadap perilaku masyarakat yang peduli terhadap kesehatan gigi dan mulut. Jika dalam suatu keluarga sudah dibiasakan untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut, tentu saja seluruh anggota keluarga akan turut peduli terhadap kesehatan gigi dan mulut. F. Faktor sekolah dan pendidikan Pendidikan tentang kesehatan sangat berpengaruh terhadap perilaku masyarakat yang peduli terhadap kesehatan gigi dan mulut. Masyarakat yang memiliki banyak pengetahuan tentang kesehatan, tentu saja dia akan lebih peduli terhadap kesehatannya. Pendidikan kesehatan ini tidak hanya bisa didapatkan dalam lingkungan keluarga, namun juga dapat di lingkungan sekolah bagi anak-anak.

Selain faktor-faktor yang sudah disebutkan diatas, ada juga yang membagi faktor-faktor predisposisi masyarakat tidak peduli terhadap kesehatan gigi dan mulut menjadi tiga komponen, antara lain : A. Faktor provider Yang dimaksud dengan provider adalah operator atau pemberi informasi tentang informasi kesehatan kepada masyarakat. Apabila operator berhasil memberikan informasi sesuai dengan sasaran, tentu saja masyarakan akan lebih peduli terhadap kesehatan gigi dan mulut. B. Faktor masyarakat Faktor masyarakat yang mempengaruhi perilaku masyarakat yang peduli terhadap kesehatan gigi dan mulut meliput pengetahuan masyarakat tentang pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut, kepercayaan masyarakat terhadap suatu hal yang berhubungan dengan kesehatan gigi dan mulut, norma yang berkembang di masyarakat, motivasi dari dalam diri untuk mrnjaga kesehatan gigi dan mulut serta tersedianya sarapan prasarana yang mendukung. C. Faktor keadaan geografi Keadaan geografi yaitu berhubungan dengan lingkungan tempat tinggal manusia dengan semua tantangan yang dihadapi untuk menumbuhkan sikap peduli terhadap kesehatan gigi dan mulut.

2. Yang pertama kali dilakukan adalah pendekatan kepada tokoh masyarakat. Karena pengetahuan masyarakat kurang oleh sebab itu, diperlukan adanya pendidikan kesehatan. Proses perubahan tingkah laku menekankan pada pendidikan dengan mengguna pendekatan persuasif dan sugestif. Pendekatan persuasif dan sugestif dalam proses penyuluhan kesehatan gigi merupakan salah satu alternatif untuk mencapai hasil yang memuaskan. PENDEKATAN SUGESTIF Pemberian penjelasan tidak secara logis, cenderung memberi penekanan dan arahan melalui perasaan dan emosi dengan cara membujuk orang lain secara langsung/tidak langsung dengan suatu ide atau kepercayaan yang meyakinkan. PENDEKATAN PERSUASIF Dasar pendekatan persuasif adalah menunjukkan suatu fakta, menguraikan sebab akibat, menunjukkan konsekwensi suatu masalah, menjelaskan mengapa harus melakukan

perubahan perilaku yang berkaitan dengan topik masalah dengan peninjauan dari berbagai segi pandang. Metode Penyuluhan Ceramah Demonstrasi Praktik

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan penyuluhan: Memperhatikan kebutuhan masyarakat Membaur dengan masyarakat Menekan masyarakat Menggunakan kata-kata yang dapat dimenegerti Tidak boleh mengarang atau menakut-nakuti

Strategi perubahan perilaku Menggunakan kekuasaan Pemberian informasi Diskusi partisipasi

Strategi Promosi kesehatan Pemberdayaan masyarakat Bina suasana Advokasi dan motivasi

Selain itu strateginya dapat berupa : komunikatif, persuasif, kompulsif, dan pemaksaan

3. Peran serta Puskesmas Menyediakan tempat, fasilitas, sarana Alat alat bantu penyuluhan Pelayanan pendidikan/pembinaan Pelayanan media Membentuk badan kesehatan UKGS : sekolah UKGM : masyarakat PUSKESMAS : meringankan biaya, menyediakan tenaga kerja

STEP 4 MAPPING FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PERILAKU KGM RESPON + RESPON -

KOMPLIKASI MASALAH METODE & TINDAKAN SOLUSI

PERUBAHAN PERILAKU STEP 5 LEARNING OBJECTIVE 1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan gigi dan mulut 2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan determinan dan domain perilaku masyarakat dalam kesehatan gigi dan mulut 3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan metode dan tindakan untuk menciptakan solusi dalam merubah perilaku masyarakat

STEP 7 1. Perilaku merupakan suatau objek kehidupan yang sangat mudah berubah , serta paling mudah dipengaruhi. Hal-hal yang mampu memberikan pengaruh terhadap perilaku dan menyebabkan perubahan perilaku disebut dengan faktor. Banyak sekali faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku, diantaranya: A. Menurut J.Guilbert dan beberapa pakar lainnya menyatakan bahwa ada 4 faktor yang berpengaruh terhadap proses belajar. Perubahan proses belajar ini juga mampu berdampak pada perubahan perilaku, terkait hal ini akan di bahas lebih jelas hubungan analoginya pada pembahasan determinan dan domain. 4 faktor yang dimaksud adalah: a. Materi Materi adalah hal yang dipelajari. Baik belajar tentang sikap, berkaitan dengan pengetahuan, ataupun berkaitan dengan ketrampilan. Ketiganya adalah aspek yang dalam pembelajarannya membutuhkan materi. Dan variasi dari materi dari ketiga sub diatas juga akan berpengaruh terhadap terbentuknya perilaku. b. Linkungan Untuk aspek lingkungan ini masih dibagi menjadi 2 subbagian, yakni: (i) Lingkungan fisik : berkaitan dengan lingkungan fisik disekitarnya seperti

suhu dan kondisi belajar (ii) Lingkungan Sosial : berkaitan dengan segala bentuk manusia dan interaksi yang dilakukannya c. Instrumen Untuk aspek instrument ini juga masih dibagi menjadi 2 subbagian , yakni: (i) Perangkat keras (Hardware) : adalah aspek yang mempengaruhi perilaku manusia lewat alat-alat ataupun perlengkapan belajarnya (fasilitas) (ii) Perangkat Lunak (Software) : adalah aspek yang mempengaruhi

perilaku manusia dari system yang membentuknya, seperti kurikulum, penyediaanfasilitator pembelajaran serta metode belajar dan mengajarnya. d. Kondisi individual Seperti yang telah kita pahami pula bahwa kondisi seseorang itu paling umum terbagi dalam 2 aspek, yakni: (i) Kondisi fisiologi : kondisi ini berkaitan dengan keadaan fisik serta

keadaan kesehatan tubuh dari masing-masing individu tersebut. Seperti gizi, ataupun keadaan panca indra.

(ii)

Kondisi psikologi

: kondisi ini berkaitan dengan kondisi psikis dari

masing-masing individu tersebut, seperti intelegensi, pengamatan individu terhadap suatu objeck,motivasi, daya tangkap dan sebagainya. B. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perilaku kesehatan (dalam Taylor 2003) antara lain: a. Faktor demografik Perilaku kesehatan berbeda berdasarkan pada faktor demografik. Individu yang masih muda, lebih makmur, memiliki tingkat pendidikan yang lebih baik dan berada dalam kondisi stress yang rendah dengan dukungan sosial yang tinggi memiliki perilaku sehat yang lebih baik dari pada orang yang memiliki resources yang lebih sedikit (Gottlieb & Green, 1984) b. Usia Perilaku kesehatan bervariasi berdasarkan usia. Secara tipikal perilaku kesehatan pada anak-anak dapat dikatakan baik, memburuk pada remaja dan orang dewasa, namun meningkat kembali pada orang yang lebih tua (Leventhal, dkk., 1985). c. Nilai Nilai-nilai sangat mempengaruhi kebiasaan perilaku sehat individu. Misalnya latihan bagi wanita sangat diinginkan bagi budaya tertentu tetapi tidak bagi budaya lain (Donovan, Jessor & Costa, 1991). d. Personal Control Persepsi bahwa kesehatan individu dibawah personal control juga menentukan perilaku sehat seseorang. Misalnya penelitian yang dilakukan padaHealth locus of control scale (Wallstone, Wallstone & DeVellis, 1978) yang mengukur derajat sejauh mana persepsi individu dapat mengontrol kesehatan mereka. e. Pengaruh Sosial Pengaruh sosial juga dapat mempengaruhi perilaku sehat individu. Keluarga, teman, dan lingkungan kerja dapat mempengaruhi perilaku sehat (Broman, 1993; Lau, Quadrel & Hartman, 1990). f. Personal Goal Kebiasan perilaku sehat juga memiliki hubungan dengan tujuan personal (Eiser & Gentle, 1988). Jika tujuan menjadi atlet berprestasi merupakan tujuan

yang penting, individu akan cenderung olah raga secara teratur dibandingkan jika hal itu bukan tujuan personal. g. Perceived Symptoms Kebiasaan sehat dikontrol oleh perceived symptoms. Misalnya perokok mungkin mengontrol perilaku merokok mereka berdasarkan sensasi pada paruparu mereka. h. Akses ke Health Care Delivery system Akses ke Health care juga mempengaruhi perilaku kesehatan.

Menggunakan program screen tuberkolosis, pap smear yang teratur, mamogram, imunisasi, merupakan contoh perilaku kesehatan yang secara langsung berhubungan dengan health care systemi. Faktor kognisi Perilaku kesehatan memiliki hubungan dengan faktor kognisi, seperti keyakinan bahwa perilaku tertentu dapat mempengaruhi kesehatan.

C. Ada pula faktor yang mempengaruhi perilaku lewat pengaruhnya terhadap proses pendidikan kesehatannya, yakni dibagi dalam 3 faktor: a. Faktor predisposisi (predisposing factor) Faktor ini berpengaruh dalam memberikan efek kecenderungan untuk berperilaku. Sebagai contoh,kebiasaan,kepercayaan,tradisi, dan pengetahuan. Dimana pada suatu individu yang menganut suatu kepercayaan tertentu akan member kecendurang indicvidu itu bersikap. b. Faktor yang memungkinkan (enabling factor) Faktor ini akan berpengaruh dalam memungkinkan individu untuk berperilaku. Faktor yang termasuk dalam enabling factor adalah ketersediaan fasilitas dan ketercapaian fasilitas. Anallogi yang terjadi adalah ketika fasilitas kesehatan tidak tersedia makan individu akan sangat mungkin enggap memeriksakan

kesehatannya, jika hal itu percuma apabila fasilitas perawatannya tidak tersedia. c. Faktor yang memperkuat (reinforcing factor) Faktor ini berpengaruh dalam mendorong seorang individu untuk berperilaku. Sebagai contohnya adalah sikap/perilaku pertugas kesehatan yang kurang ramah akan mendorong seorang individu enggan juga untuk memeriksakan

kesehatannya. D. Ada pula faktor yang mempengaruh terbentuknya kebiasaan dan berujung terhadap perubahan perilaku, yakni:

a. Disebabkan oleh providernya, yakni dikarenakan sector pelayanannya. Sebagai contoh adalah adanya pelayanan yang kurang ramah b. Disebabkan oleh pihak dari masyarakatnya sendiri Dimana 5 kondisi ini berpengaruh terhadap karakteristik individunya (i) (ii) (iii) (iv) (v) Pengetahuannya Sikapnya Sarana yang diperlukan Norma masyarakat Motivasi

c. Disebabkan diluar dari keduannya Adalah faktor yang terjadi diluar dari provider maupun consumer, dan kita tidak mampu merubahnya. Sebagai contoh adalah kondisi geografi suatu wilayah, yang berkaitan dengan kesehatan gigi dan mulut adalah kadar yodium dan fluor pada suatu daerah. E. Perilaku seseorang merupakan faktor yang berpengaruh terhadap status kesehatan gigi dan mulut, namun menurut Bloom, selain perilaku ada faktor faktor lain yang juga berpengaruh pada status kesehatan gigi dan mulut tersebut, yaitu lingkungan yang terdiri dari lingkungan fisik, biologi, dan sosial. Perilaku Perilaku disini mempunyai peranan yang sangat besar terhadap status kesehatan gigi dan mulut individu, kelompok, maupun masyarakat. Perilaku dapat mencakup pengetahuan, sikap dan tindakan. Perilaku dipengaruhi oleh beberapa hal salah satunya tingkat pendidikan. Tingkat pendidikan tentu sangatberpengaruh terhadap pengetahuan, sikap, dan perilaku hidup sehat. Seseorangdengan tingkat pendidikan tinggi akan memiliki pengetahuan dan sikap yang lebihbaik tentang kesehatan yang akan mempengaruhi perilakunya untuk hidup sehat. Olehkarena besarnya pengaruh pendidikan terhadap status kesehatan manusia, diperlukan adanya pendidikan kesehatan gigi yang dimulai sejak dini. Selain tingkat pendidikan manusia bertingkah laku tertentu karena didorong olehkeinginan untuk mencapai tujuan yang berguna baginya atau adanya motivasi.Motivasi manusia untuk berperilaku tertentu dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu faktor internal (daridalam diri) dan faktor eksternal (dari luar diri/lingkungan). Orang

tua merupakansalah satu faktor eksternal yang dapat mempengaruhi anak untuk berperilaku. Lingkungan Selain itu, perilaku juga dipengaruhi oleh lingkungan yang dihadapi. Baik itu

lingkungan fisik (sarana layanan kesehatan dan fasilitas/sumber air bersih) maupun sosial budaya (mata pencaharian, dan pendapatan)

2. DETERMINAN Perilaku adalah suatu bentuk respons atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan dari luar organisme (orang) ,namun dalam memberikan respons sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan.Hal ini berarti meskipun stimulusnya sama bagi beberapa orang,namun respons tiap-tiap orang berbeda.Faktor-faktor yang membedakan respons terhadap stimulus yang berbeda disebut dengan determinan perilaku.Determinan perilaku ini dapat dibedakan menjadi dua yaitu 1. Determinan yang berlatarbelakang dari faktor internal ,yaitu karakteristik orang yang bersangkutan misalnya kecerdasan,tingkat emosional,jenis kelamin dan lain sebagainya 2. Determinan yang berlatar belakang dari faktor eksternal,yaitu lingkungan fisik berupa (cuaca,iklim,sarana dan prasarana layanan kesehatan) dan lingkungan non fisik ( budaya setempat dan nilai ekonomi suatu masyarakat pada daerah tertentu) Menurut notoatmojo (2005) dia mengidentifikasi adanya lima determinan perilaku, yaitu : 1. Adanya niat (intention), sesuatu yang baru semuanya harus diawali dengan niat dari dalam diri seseorang tersebut. Sebelum mendapatkan dorongan dari orang lain maka yang pertama harus niat dari dalam diri orang tersebut. 2. Adanya dukungan dari masyarakat (social support), selanjutnya yang mempengaruhi prilaku seseorang selain niat dari dalam diri seseorang tersebut yaitu adanya dorongan dari masyarakat. Di dalam kehidupan masyarakat, perilaku seseorang cenderung melakukan legitimasi dari masyarakat sekitar. Apabila perilaku tersebut bertentangan dan tidak memperoleh dukungan dari masyarakat, maka ia akan berasa kurang atau tidak nyaman, paling tidak untuk berperilaku kesehatan tidak menjadi gunjingan atau bahan pembicaraan masyarakat. 3. Terjangkaunya informasi ( accessibility of information ), adalah tersedianya informasi-informasi terkait dengan tindakan yang akan diambil seseorang.

4. Adanya kebebasan pribadi (personal autonomy) untuk mengambil keputusan. Di indonesia kebebasan pribadi masih terbatas maka dibutuhkan suatu kebebasan pribadi di lingkungan indonesia ini. 5. Adanya kondisi dan situasi yang memungkinkan (action situation). Dan menurut teori Snehandu sebenarnya determinan perilaku ini adalah, disimpulkan dalam 5 poin penting. 1. Faktor Individu,ada atau tidaknya niat seseorang untuk bertindak sehubungan dengan kesehatan atau perawatan kesehatannya 2. Faktor lingkungan sosial-budaya, dimana masih banyak masyarakat bersuku suku yang masih menerapkan nilai nilai dan kaidah sosial-budaya dalam mengatur kesehatan masyarakatnya.Bila kaidah itu dirasa didalam koridor kesehatan mungkin masih bisa diterima namun jika kaidah tersebut sudah jauh dari nalar tentang arahan kesehatan maka tidak enggan juga insidensi penyakit pada suatu suku tersebut meningkat. 3. Ada atau tidaknya atau kurang memadainya informasi kesehatan,sarana dan prasarana kesehatan atau bahkan tenaga kesehatan yang berada pada suatu daerah tersebut 4. Faktor kepribadian <faktor ini lebih mengacu pada pengalaman pengalaman yang pernah diterima seseorang selama melakukan tindakan kesehatan. 5. Situasi yang mendukung tindakan tersebut terjadi atau tidak. Dan menurut teori Blum terdapat 4 determinan yang mempengaruhi perilaku kesehatan masyarakat 1. Lingkungan fisik (meliputi cuaca,iklim,suhu, sarana dan prasarana layanan kesehatan) 2. Lingkungan non fisik (meliputi kondisi sosial budaya masyarakat tersebut,kondisi ekonomi ,politik dll) 3. Pelayanan kesehatan masyarakat 4. Genetika Namun ,disamping determinan determinan yang dirumuskan derajat kesehatan tersebut masih belum sepenuhnya tercapai.Karena disamping itu masih terdapat faktor-faktor lain yang mempengaruhi atau menentukan terwujudnya kesehatan seseorang

,kelompok,masyarakat.Faktor-faktor tersebut meliputi , 1. Perdamaian dan keamanan negara

Perdamaian negara memang andil dalam

berjalannya sektor sektor kehidupan

didalam negara.Sehingga kita misalkan saja apabila perdamaian dan keamanan negara mampu membuat sektor ekonomi dan kesehatan negara berjalan dengan baik,maka penduduk mampu mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan memelihara kesehatan.Apabila mereka menderita penyakit maka dengan pendapatan yang dirasa cukup ia mampu berkunjung ke rumah sakit.Begitu juga dengan rumah sakit dengan adanya perdamaian dan keamanan negara mereka mampu beroperasi dengan baik dan pemenuhan sarana dan prasarananya yang tercapai untuk penduduk yang menderita penyakit.Bisa dibayangkan tidak bila perang terjadi pada negara kita,tidak menutup kemungkinan semua sektor kehidupan negara akan vacum karena berusaha untuk diamnkan agar tidak terpecah belah oleh penjajah. 2. Tempat tinggal (rumah) Tempat tinggal merupakan tempat utama pendidikan kesehatan ditanamkan pada anak-anak oleh karena itu pendidikan kesehatan yang minim pun mempengaruhi kesehatan dan pola kehidupan keluarga yang terdapat dalam satu rumah tersebut 3. Pendidikan Sebenarnya ada 3 rantai yang tidak pernah terputus ,yaitu rantai kemiskinan ,kebodohan dan penyakit.Coba kita ulas dari aspek kemiskinan. 1. Kemiskinan, membuat seseorang tidak mampu untuk mengenyam bangku pendidikan, dengan begitu seseorang tersebut tidak mendapat pendidikan kesehatan dan informasi tentang pemeliharaan kesehatan otomatis dengan tidak bersekolah ia mengalami suatu kebodohan yang berpengaruh dalam tidak mampunya ia mengatasi penyakit apabila iya menderita suatu penyakit 2. Kebodohan ,membuat seseorang tidak mampu mencari pekerjaan otomatis ia akan tidak mendapat pendapatan dalam memenuhi kesehatan hidup.Sehingga nutrisi yang di dalam tubuh pun sangat tidak terjaga sehingga ia akan menderita penyakit dan bagaimana juga ia mau berobat jika uang yang ada saja tidak ia dapatkan,sehingga penyakit tersebut akan mengalami stadium kronis yg membahayakan. 4. Makanan makanan yang sehat tentu makanan yang mengandung vitamin,mineral dan cukup kalori untuk membantu metabolisme zat-zat sinergi dalam tubuh manusia 5. Pendapatan

Pendapatan adalah sesuatu nafkah yang diterima olehsuatu kelurga untuk memenuhi kebutuhn hidupnya,sehingga keikut sertaan pendapatan juga berpengaruh terhadap kesehatan keluarga 6. Ekosistem yang stabil Kita ambil contoh hutan yang gundul,maka siapa yang akan menyerap air saat hujan dan siapa yang akan menyaring karbondioksida,maka dari itu banjir dimana mana dan terjadi polusi yang berlebihan dan menjadi suatu masalah kronis. 7. Keadilan sosial dan pemerataan Dimaksudkan dimana semua pihak pelayanan kesehatan memberikan kesempatan dan mengutaman rasa empati pada masyarakat tanpa memperkirakan berapa upah yg didapat.Pemerataan ini bertujuan agar semua penduduk mampu berobat tanpa ada batasan pendapatan.Hal ini sangat mempengaruhi sikap pasien untuk kembali lagi pada pelayan kesehatan jika sakit dan menjaga kesehatanannya agar tidak terserang penyakit.Rasa empati itulah yang diperlukan dalam mendukung determinan perilaku kesehatan agar terealisasi dengan bangus.

DOMAIN Pembagian domain menjadi tiga kawasan (Benyakin Bloom, 1908) yaitu : a. Ranah Kognitif (Cognitive domain) b. Ranah Afektif (Affective domain) c. Ranah Psikomotor (Psychomotor domain) Dalam perkembangan selanjutnya oleh para ahli pendidikan dan untuk kepentingan hasil pendidikan, ketiga domain ini diukur dari : 1. Pengetahuan peserta didik terhadap materi pendidikan yang diberikan (knowledge). Pengetahuan yang dicakup didalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat, yakni a. Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan, dan sebagainya.

Contoh: dapat menyebutkan tanda-tanda kekurangan kalori dan protein pada anak balita. b. Memahami (Comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. Misalnya dapat menjelaskan mengapa harus makan makanan yang bergizi. c. Aplikasi (Application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya dapat menggunakan rumus statistik dalam perhitungan-perhitungan hasil penelitian, dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah (problem solving cycle) didalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan. d. Analisis (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen tetapi masih didalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja yaitu dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya. e. Sintesis (Synthesis) Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasiformulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusanrumusan yang telah ada. f. Evaluasi (Evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Misalnya dapat membandingkan antara anak-anak yang cukup gizi dengan anak-anak yang kekurangan

gizi, dapat menanggapi terjadinya wabah diare di suatu tempat, dapat menafsirkan sebabsebab ibu-ibu tidak mau ikut KB, dan sebagainya. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut diatas. 2. Sikap atau tanggapan peserta didik terhadap materi pendidikan yang diberikan (attitude). Sikap merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Dari batasan-batasan diatas dapat disimpulkan bahwa manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu. Dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Newcomb, salah seorang ahli psikologi sosial, menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas akan tetapi merupakan predisposisi tindakan atau perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup bukan merupakan reaksi terbuka tingkah laku yang terbuka. Lebih dapat dijelaskan lagi bahwa sikap merupakan reaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek. Dalam bagian lain Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok, yakni : a. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek. b. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek. c. Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave) Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, berpikir, keyakinan dan emosi memegang peranan penting. Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan, yakni: a. Menerima (Receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). Misalnya sikap seseorang terhadap gizi dapat dilihat dari kesediaan dan perhatiannya terhadap ceramah-ceramah. b. Merespons (Responding) Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas pekerjaan itu benar atau salah, berarti orang menerima ide tersebut. c. Menghargai (Valuing) Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya seorang ibu yang mengajak ibu lain (tetangganya, saudaranya, dan sebagainya) untuk pergi menimbangkan anaknya ke posyandu atau mendiskusikan tentang gizi adalah suatu bukti bahwa si ibu tersebut telah mempunyai sikap positif terhadap gizi anak. d. Bertanggung Jawab (Responsible) Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi. 3. Praktek atau tindakan yang dilakukan oleh peserta didik sehubungan dengan materi pendidikan yang diberikan (practice). Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam bentuk tindakan (overt behavior). Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Tingkat-Tingkat Praktek a. Persepsi Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil merupakan praktek tingkat pertama. Misalnya seorang ibu dapat memilih makanan yang bergizi tinggi bagi anak balitanya. b. Respon Terpimpin (Giuded Respons) Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh merupakan indikator praktek tingkat kedua. Misalnya seorang ibu dapat memasak sayur dengan benar, mulai dari cara mencuci dan memotong-motongnya, lamanya memasak, menutup pancinya, dan sebagainya. c. Mekanisme (Mecanism)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan maka ia sudah mencapai praktek tingkat tiga. Misalnya seorang ibu yang sudah biasa mengimunisasi bayi pada umur-umur tertentu tanpa menunggu perintah atau ajakan orang lain. d. Adaptasi (Adaptation) Adaptasi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasinya sendiri tanpa mengurangi kebenaran tindakannya tersebut. Misalnya ibu dapat memilih dan memasak makanan yang bergizi tinggi berdasarkan bahan-bahan murah dan sederhana. Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung yakni dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung yakni dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden. Terbentuknya suatu perilaku baru, terutama pada orang dewasa dimulai pada domain kognitif, dalam arti subjek tahu terlebih dahulu terhadap stimulus yang berupa materi atau objek di luarnya sehingga menimbulkan pengetahuan baru pada subjek tersebut dan selanjutnya menimbulkan respons batin dalam bentuk sikap subjek terhadap objek yang diketahui itu. Akhirnya rangsangan yakni objek yang telah diketahui dan disadari sepenuhnya tersebut akan menimbulkan respons lebih jauh lagi, yaitu berupa tindakan (action) terhadap atau sehubungan dengan stimulus atau objek tadi. Namun semikian didalam kenyataannya, stimulus yang diterima oleh subjek dapat langsung menimbulkan tindakan. Artinya seseorang dapat betindak dan berperilaku baru tanpa mengetahui terlebih dahulu makna stimulus yang diterimanya. Dengan kata lain tindakan (practice) seseorang tidak ahrus didasari oleh pengetahuan atau sikap.

3. METODE Hal yang penting di dalam perilaku kesehatan adalah masalah pembentukan dan perubahan perilaku. Karena perubahan perilaku merupakan tujuan dari pendidikan kesehatan atau penyuluhan kesehatan sebagai penunjang program kesehatan lainnya. Perubahan yang dimaksud bukan hanya sekedar covert behaviour tapi juga overt behaviour. Di dalam program program kesehatan, agar diperoleh perubahan perilaku yang sesuai dengan norma norma kesehatan diperlukan usaha usaha yang konkrit dan positip.

Beberapa strategi untuk memperoleh perubahan perilaku bisa dikelompokkan menjadi tiga bagian : 1. Menggunakan kekuatan / kekuasaan atau dorongan. Dalam hal ini perubahan perilaku dipaksakan kepada sasaran sehingga ia mau melakukan perilaku yang diharapkan. Misalnya dengan peraturan peraturan / undang undang yang harus dipatuhi oleh masyarakat. Cara ini menyebabkan perubahan yang cepat akan tetapi biasanya tidak berlangsung lama karena perubahan terjadi bukan berdasarkan kesadaran sendiri. Sebagai contoh adanya perubahan di masyarakat untuk menata rumahnya dengan membuat pagar rumah pada saat akan ada lomba desa tetapi begitu lomba / penilaian selesai banyak pagar yang kurang terawat. 2. Pemberian Informasi Adanya informasi tentang cara mencapai hidup sehat, pemeliharaan kesehatan , cara menghindari penyakit dan sebagainya akan meningkatkan pengetahuan masyarakat. Selanjutnya diharapkan pengetahuan tadi menimbulkan kesadaran masyarakat yang pada akhirnya akan menyebabkan orang berperilaku sesuai pengetahuan yang dimilikinya. Perubahan semacam ini akan memakan waktu lama tapi perubahan yang dicapai akan bersifat lebih langgeng. 3. Diskusi partisipatif Cara ini merupakan pengembangan dari cara kedua dimana penyampaian informasi kesehatan bukan hanya searah tetapi dilakukan secara partisipatif. Hal ini berarti bahwa masyarakat bukan hanya penerima yang pasif tapi juga ikut aktif berpartisipasi di dalam diskusi tentang informasi yang diterimanya. Cara ini memakan waktu yang lebih lama dibanding cara kedua ataupun pertama akan tetapi pengetahuan kesehatan sebagai dasar perilaku akan lebih mantap dan mendalam sehingga perilaku mereka juga akan lebih mantap.

Bentuk pendekatan massa antara lain: 1) Ceramah umum, metode ini baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah, biasanya sering digunakan pada acara hari kesehatan nasional, pejabat berpidato dihadapan massa rakyat untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan. Kelebihan: a) Dapat dipakai pada sasaran orang dewasa; b) Dapat dipakai pada kelompok yang lebih besar; c) Tidak terlalu banyak melibatkan alat bantu pengajaran; serta d) Dapat menyampaikan pesan atau informasi dengan baik.

Kekurangan: a) Pembicara harus menguasai topik pembicaraan; b) Peserta menjadi pasif; c) Dapat menjadi kurang menarik; d) Daya ingat biasanya terbatas; serta e) Mudah menjadi verbalisme (pengertian kata-kata).

2) Tulisan-tulisan di majalah atau surat kabar, misalnya dalam bentuk artikel, tanya jawab atau konsultasi tentang kesehatan dan penyakit. Kelebihan: a) Tahan lama; b) Mencakup banyak orang; c) Biaya rendah; d) Dapat dibawa kemana-mana; e) Tidak perlu listrik; serta f) Mempermudah pemahaman dan dapat meningkatkan gairah belajar. Kekurangan: a) Tidak dapat menstimulir efek gerak dan efek suara; dan b) Mudah terlipat.

3) Siaran berprogram adalah penyampaian informasi secara terprogram melalui siaranradio dan televisi yang bertujuan untuk merubah sikap, pengetahuan, dan tindakan masyarakat. Kelebihan: a) Dapat mencakup sasaran yang lebih luas; b) Dapat dipakai secara efektif untuk menambah pengetahuan umum; dan c) Sumber tanaga pengajar dapat dikurangi seminimal mungkin. Kekurangan: a) Pesawat penerima siaran belum merata dimikki oleh sasaran; b) Memerlukan perencanaan dan desain yang matang dan memakan waktu lama;dan c) Memerlukan penyiar yang telah mahir dibidang siaran.

4) Simulasi, dialog antara pasien dengan dokter atau petugas kesehatan, tentang suatu penyakit atau masalah kesehatan.

Kelebihan: a. Simulasi dapat memberikan wawasan yang lebih luas melalui memainkan peran dan diskusi kelompok; b. Simulasi adalah metode kelompok kecil yang unik, menarik, lengkap, padat dan jelas; c. Dapat mengatasi rasa jenuh atau bosan; d. Meningkatkan keterampilan bicara; e. Dapat menciptakan sesuatu yang ber-atmosphere sehingga menghasilkan kesan yang baik; f. Permainan simulasi dapat memberikan kesenangan yang bermanfaat; g. Permainan simulasi dapat membangkitkan ketenangan dalam menyampaikan dan mendengarkan penyampaian serta mengurangi ketegangan; h. Simulasi membangkitkan rasa percaya diri dan keberanian; i. Simulasi meningkatkan kualitas bahasa seseorang; j. Simulasi dapat membuat anggota kelompok lebih aktif; k. Simulasi bisa jadi obat mujarab mengatasi rasa takut; l. Simulasi merangsang imajinasi dan kemampuan verbal dalam kelompok; serta m. Simulasi dapat memberikan kemudahan dalam menangkap pesan pesan yang ada Kekurangan: a) Rumit dalam pelaksanaannya; b) Perlu persiapan matang; c) Waktu yang dibutuhkan cukup banyak; d) Perlu keterampilan dalam mengkoordinasi pelaksanaannya; serta e) Tidak dapat dilaksanakan secara langsung, butuh perencanaan atau strategi yang kompleks.

5) Bill Board, yang dipasang di pinggir jalan, spanduk, poster, pamflet, leaflet, booklet dan sebagainya. Kelebihan : a) Tahan lama; b) Jangkauannya mencakup banyak orang; c) Biaya tidak terlalu tinggi; d) Tidak perlu menggunakan listrik; e) Dapat mengungkit rasa keindahan; serta f) Mempermudah pemahaman mengenai masalah kesehatan yang diinformasikan.

Kekurangan : a) Media ini tidak dapat menstimulir efek suara dan efek gerak; b) Mudah terlipat, kecuali Billboard; serta c) Tidak dapat menjangkau semua orang khususnya bagi masyarakat yang buta huruf. 6) Pidato atau diskusi melalui media elektronik. Pada dasarnya metode ini merupakan bentuk pendidikan kesehatan massa untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan yang dikemas dalam suatu acara dengandipandu oleh penyiar/presenter yang telah mahir dibidang kesehatan. Kelebihan: a) Jangkauan relatif lebih besar; b) Efektif karena media elektronik sudah dikenal masyarakat; c) Mengikutsertakan semua pancaindera; d) Lebih mudah dipahami; e) Lebih menarik karena ada suara dan gambar bergerak; f) Bertatap muka; g) Penyajian dapat dikendalikan; serta h) Dapat diulang-ulang. Kekurangan: a) Biaya lebih tinggi; b) Sedikit rumit; c) Perlu listrik; d) Perlu alat canggih untuk produksinya; e) Perlu persiapan matang; f) Peralatan selalu berkembang dan berubah; g) Perlu keterampilan penyimpanan; serta h) Perlu terampil dalam pengoperasian. 7) Kampanye adalah tindakan yang mempengaruhi dengan cara apapun untuk membuat orang berpihak pada kita. Sasaran dari kampanye ini tidak memihak apakah dari masyarakat menengah ke bawah atau menengah ke atas. Kelebihan: a) Dapat menjangkau banyak orang dari semua kalangan; dan b) Memiliki unsur persuasive yang kuat.

Kekurangan: a) Media atau cara yang digunakan untuk mempromosikan kampanye butuh dana yang tidak sedikit; b) Butuh waktu yang lama untuk mempersiapkan kampanye; dan c) Harus dikemas secara menarik agar banyak orang yang ikut berpartisipasi.

Media Pendidikan Kesehatan

1) Media yang dapat digunakan dalam pendidikan kesehatan untuk massa adalah: 1. Media elektronik, seperti radio, televisi, dan internet. Kelebihan: a) Dari segi waktu, media elektronik tergolong cepat dalam menyebarkan

berita kemasyarakat; b) Media elektronik mempunyai audio visual yang memudahkan para audiensnya untuk memahami berita, khususnya pada media elektronik televisi; c) Media elektronik menjangkau masyarakat secara luas; d) Dapat menyampaikan berita secara langsung dari tempat kejadian; e) Dapat menampilkan proses terjadinya suatu peristiwa; serta f) Dapat dinikmati oleh semau orang, baik itu yang mengalami keterbelakangan mental. Kekurangan : a) Biaya lebih tinggi; b) Sedikit rumit; c) Perlu listrik; d) Perlu alat canggih untuk produksinya; e) Perlu persiapan matang; f) Peralatan selalu berkembang dan berubah; g) Perlu keterampilan penyimpanan; serta h) Perlu terampil dalam pengoperasian. 2) Media cetak: Koran, majalah, poster dan spanduk Kelebihan: a) Dapat dibaca berkali-kali dengan cara menyimpannya; b) Dapat membuat orang yang berfikir lebih spesifik tentang isi tulisan; c) Bisa disimpan atau dicollect isi informasinya; d) Harganya lebih terjangkau maupun dalam distribusinya; serta e) Lebih mampu menjelaskan hal-hal yang bersifat kompleks atau rigid.

TINDAKAN PENYULUHAN a. Pengertian Penyuluhan Semua petugas kesehatan telah mengakui bahwa pendidikan kesehatan itu penting untuk menunjang program-program kesehatan yang lain (Notoatmodjo, 2003). Penyuluhan kesehatan masyarakat di dalam bahasa inggris disebut Education for Health. Sedangkan di Indonesia disebut dengan komunikasi, informasi, dan eduksi (KIE). Pendidikan kesehatan atau penyuluhan kesehatan adalah semua kegiatan untuk memberikan dan atau meningkatkan pengetahuan, sikap, dan praktek masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri (Notoatmodjo, 2003). Penyuluhan kesehatan dapat dilakukan di sekolah-sekolah dan juga di lapangan. Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan kesehatan yang dilakukan dengan menebarkan pesan, menanamkan keyakinan sehingga masyarakat tidak hanya tahu, sadar, dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan. b. Pengertian penyuluhan kesehatan gigi dan mulut Penyuluhan kesehatan gigi dan mulut adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk merubah perilaku seseorang, sekelompok orang atau masyarakat sehingga mempunyai kemampuan dan kebiasaan untuk berperilaku hidup sehat di bidang kesehatan gigi dan mulut. Penyuluhan kesehatan gigi dan mulut adalah bukan hanya sekedar memberitahukan kepada orang-orang bagaimana caranya untuk mempertinggi kesehatan yang akan dicapai tetapi seharusnya menciptakan suasana atau keadaan di mana mereka mendapat kesempatan untuk belajar dengan orang lain dan untuk mereka sendiri sehingga mereka dapat merubah cara hidupnya yang kurang baik untuk kesehatan pribadinya dan untuk masyarakat dengan cara hidup sehat. c. Tujuan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut Tujuan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut adalah mengubah perilaku masyarakat ke arah perilaku sehat sehingga tercapai derajat kesehatan gigi dan mulut yang optimal. Adapun tujuan dari penyuluhan kesehatan gigi dan mulut adalah : 1) Meningkatkan pengetahuan kesehatan sasaran di bidang kesehatan gigi dan mulut. 2) Membangkitkan kemauan dan membimbing masyarakat dan individu untuk meningkatkan dan melestarikan kebiasaan pelihara diri di dalam bidang kesehatan gigi dan mulut. 3) Mampu memelihara kesehatan gigi dan mulut baik sendiri maupun kesehatan keluarga.

4) Mampu menjalankan upaya mencegah terjadinya penyakit gigi dan mulut serta menjelaskan kepada keluarganya tentang pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut. 5) Mampu mengenal adanya kelainan dalam mulut sedini mungkin kemudian mencari sarana pengobatan yang tepat dan benar. 6) Mengenalkan kepada masyarakat tentang kesehatan gigi dan mulut dan pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut. 7) Menjelaskan akibat-akibat yang ditimbulkan dari kelalaian menjaga kesehatan gigi dan mulut. 8) Menanamkan perilaku sehat sejak dini melalui kunjungan ke sekolah. d. Komponen penyuluhan Berhasil atau tidaknya penyuluhan ditentukan oleh berbagai faktor. Faktor-faktor yang dimaksud adalah kondisi dari interaksi antara komponen-komponen penyuluhan. Komponen tersebut adalah : penyuluh, sasaran, pesan, dan media. 1) Penyuluh Penyuluh adalah pihak yang memberikan informasi terhadap sasaran. Penyuluh dapat terdiri dari seseorang, beberapa orang maupun lembaga. Menyuluh tentang kesehatan membutuhkan komunikasi yang baik, juga membutuhkan kompetensi educational tambahan sehingga seorang penyuluh kesehatan dapat bekerja dengan setting yang berbeda dan menggunakan strategi-strategi yang tepat untuk tujuan educational. 2) Sasaran Sasaran adalah pihak yang menerima informasi dari pihak penyuluh. Dalam penyuluhan kesehatan gigi dan mulut perlu diperhatikan tingkat kemampuan masing-masing sasaran sesuai dengan kriteria sasaran yang dikehendaki. Sehingga agar tujuan dari penyuluhan kesehatan di Sekolah Dasar berhasil, maka penyuluhan kesehatan gigi dan mulut memerlukan strategi tertentu pada anak-anak Sekolah Dasar. 3) Pesan Pesan adalah informasi atau materi yang disampaikan oleh penyuluh kepada sasaran. Pesan dapat berbentuk lisan maupun tulisan. Pesan penyuluhan terdiri atas isi penyuluhan dan lambang. Isi pesan penyuluhn bisa satu tetapi lambang yang dipergunakan untuk menyampaikan penyuluhan bermacam-macam seperti gambar, warna, bahasa, dan sebagainya. Lambang yang paling banyak dipergunakan dalam penyuluhan adalah bahasa karena bahasa dapat mengungkapkan pikiran, perasan fakta dan opini, hal-hal yang konkret dan abstrak, karena itu dalam penyuluhan, bahasa memegang peranan yang penting. 4) Media

Media merupakan alat Bantu pendidikan yang digunakan untuk mempermudah penerimaan pesan-pesan kesehatan bagi masyarakat oleh sasaran (Notoatmodjo, 2003). Disebut media pendidikan karena alat-alat tersebut merupakan alat saluran untuk menyampaikan karena alat-alat tersebut digunakan untuk mempermudah penerimaan pesanpesan kesehatan bagi masyarakat ataupun klien (Machfoedz, 2005). Berdasarkan fungsinya sebagai penyalur pesan-pesan kesehatan, media dibagi menjadi tiga yaitu : a) Media cetak 1. Booklet ialah suatu media untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan dan berbentuk buku, baik tulisan maupun gambar. 2. Leaflet ialah bentuk penyampaian informasi atau pesan-pesan kesehatan melalui lembaran yang dlipat. Isi informasi dapat dalam bentuk kalimat maupun gambar atau kombinasi 3. Flyer atau selebaran ialah seperti leaflet tetapi tidak dalam bentuk lipatan. 4. Flipchart (Lembar balik) ialah media penyampaian pesan atau informasi-informasi kesehatan dalam bentuk lembar balik. Biasanya dalam bentuk buku, dimana tiap lembar (halaman) berisi gambaran peragaan dan dibaliknya berisi kalimat sebagai informasi yang berhubungan dengan gambar tersebut. 5. Rubrik atau tulisan-tulisan pada surat kabar atau majalah mengenai bahasan suatu masalah kesehatan atau hal-hal yang berhubungan dengan kesehatan. 6. Poster ialah bentuk media ceak berisi pesan-pesan atau informasi kesehatan yang biasanya ditempel di tembok-tembok, di tempat-tempat umum atau di kendaraan umum 7. Foto yang mengungkapkan informasi-informasi kesehatan. b) Media elektronik 1. Televisi. Penyampaian pesan atau informasi informasi kesehatan melalui media televisi dapat dalam bentuk : sandiwara, sinetron, forum diskusi atau hanya tanya jawab seputar masalah kesehatan. Pidato atau ceramah, sport, quiz ,atau cerdas cermat dan sebagainya. 2. Radio. Penyampaian informasi kesehatan melalui radio juga dapat berbentuk macammacam antara lain : obrolan (tanya jawab), sandiwara radio, ceramah, dan sebagainya. 3. Video. Penyampaian informasi kesehatan juga dapat melalui video yang di dalamnya berisi pesan-pesan kesehatan yang ingin disampaikan kepada masyarakat. 4. Slide juga dapat digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan. c) Media papan

Papan atau billboard yang dipasang di tempat-tempat umum dapat dipakai dan diisi pesanpesan atau informasi-informasi kesehatan. Media papan di sini juga mencakup pesan-pesan yang ditulis pada lembaran seng yang ditempel pada kendaraan-kendaraan umum. Hendaknya penggunaan media dalam penyuluhan harus disesuaikan dengan keadaan sasaran didik. Misalnya adalah usia dan tingkatan pendidikan dari sasaran didik. Hal ini ditujukan agar media dapat menunjang kualitas penyuluhan secara maksimal. Selain itu, tujuan utama dilakukannya penyuluhan adalah perubahan perilaku. Dalam proses perubahan perilaku terdapat beberapa tahapan yaitu aware, interest, evaluation, trial, adoption. Penggunaan media dan teknik dalam penyuluhan, hendaknya juga disesuaikan dengan keadaan masyarakat pada tahapan mana kah tingkat perubahan perilakunya, hal ini bertujuan agar informasi yang diberikan dapat efektif dan tepat sasaran. 1. Tahap aware (sadar) Pada tahap ini media yang digunakan hendaknya media media yang dapat merangsang indera. Dilakukan dengan tujuan agar sasaran didik menjadi lebih sadar dan mulai tertarik dengan materi yang akan diberikan. 2. Tahap interest Pada tahap ini diperlukan media yang lebih nyata seperti alat peraga sekaligus pemberian informasi informasi yang penting dan semakin mendorong sasaran didik untuk masuk ke tahap selanjutnya. 3. Tahap Evaluasi Pada tahap ini diberikan bukti bukti konkrit , dukungan, motivasi harus diberikan lebih seiring dengan bertambahnya informasi informasi yang diberikan. 4. Tahap Trial (mencoba) Pada tahap ini sasaran didik masih mencoba coba sekaligus merasakan apakah terjadi dampak positif pada dirinya apabila melakukan perubahan perilaku. Apabila dampak positif begitu terasa, maka proses ini akan berlanjut menjadi proses adopsi perilaku. Pada tahap ini diperlukan dukungan yang lebih, lingkungan sosial yang mendukung dan bukti bukti nyata yang ditunjukkan pada sasaran didik disertai informasi yang lebih dari tahap tahap sebelumnya. 5. Tahap Adopsi Pada tahap ini diberikan informasi yang lebih selain itu dapat juga diberikan reward atau pernghargaan dapat berupa pujian atau hadiah kepada sasaran didik karena telah melakukan perubahan perilaku kesehatan menuju yang lebih baik.

e. Metode Penyuluhan Metode atau cara penyuluhan tergantung pada tujuan yang ingin dicapai. Tujuan bisa dikelompokkan menjadi tiga bidang, yaitu : pengertian atau pengetahuan, sikap dan keyrampilan atau tindakan. Jadi metode tergantung dari bidang apa yang ingin dicapai. Apakah bidang pengertian atau pengetahian, sikap dan ketrampilan atau tindakan (Machfoedz, 2005). 1 ) Ceramah Ceramah asalah satu cara memberikan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut di mana menjelaskan sesuatu dengan lisan disertai dengan Tanya jawab dengan dibantu beberapa alat peraga yang dianggap perlu. Selain ceramah metode yang digunakan juga bisa dengan diskusi. Kedua metode ini dapat digunakan jika tujuan yang ingin dicapai adalah bidang pengertian atau pengetahuan. (Machfoedz, 2005). 2) Simulasi Merupakan metode penyuluhan yang dalam pelaksanaannya penyuluh dapat melakukan suatu kegiatan belajar mengajar yang berorientasi pada penghayatan ketrampilan dan praktek dalam situasi sebenarnya, sesuai dengan tujuan belajarnya. Metode ini dapat digunakan bila tujuan yang ingin dicapai adalah untuk mengembangkan sikap positif sehingga sasaran perlu menyaksikan kejadian tersebut. Contoh : menciptakan sikap simpati kepada korban bencana alam perlu sasaran penyuluhan melihat kejadian atau korban bencana alam secara langsung ataupun melalui film, slides, atau foto-foto biasa. (Machfoedz, 2005). 3) Demonstrasi Suatu cara penyampaian penyuluhan atau penyajian informasi , pengertian dan ide yang dipersiapkan dengan teliti untuk memperlihatkan secara langsung objek atau bagaimana cara menjalankan suatu prosedur atau proses yaitu dengan melibatkan peserta di dalamnya, sasaran harus diberi kesempatan untuk mencoba sendiri. Pada metode ini proses penerimaan sasaran terhadap materi penyuluhan akan lebih berkesan secara mendalam sehingga mendapatkan pemahaman yang lebih baik dan sempurna. Metode ini dapat digunakan bila tujuan yang ingin dicapai adalah pada tahap perkembangan ketrampilan. (Machfoedz, 2005).

DAFTAR PUSTAKA

1. Maulana H.2007.Promosi Kesehatan.jakarta:EGC 2. Budiharto. 2008. Pengantar Ilmu Perilaku Kesehatan dan Pendidikan Kesehatan Gigi. Jakarta: Kedokteran EGC

You might also like