You are on page 1of 16

KOMPARASI PRESTASI BELAJAR DAN SIKAP TERHADAP MATEMATIKA SISWA SMP YANG MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

STAD DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GI


LALU MUHAMMAD FAUZI STKIP HAMZANWADI SELONG KAB. LOMBOK TIMUR - NTB Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk: Membandingkan perbedaan efek dari model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan model pembelajaran kooperatif tipe GI yang dilihat dari prestasi dan sikap terhadap matematika. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Aikmel Lombok Timur NTB. Sampel penelitian diambil secara purposive (bertujuan) yang dipilih dengan 2 langkah. (1) memilih secara acak 2 kelas dari 5 kelas yang ada (2) memilih kelompok secara acak yang yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan model pembelajran kooperatif tipe GI. Data dianalisis secara multivariat dengan taraf signifikansi 5% (0,05) untuk pengujian dua arah dan ditindak lanjuti dengan analisis secara univariat pada taraf signifikansi 0,05 untuk pengujian satu arah. Hasil penelitian menunjukan bahwa 1) pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih efektif dibandingkan dengan tipe GI, ini terlihat dari persentase ketuntasan secara klasikal sebesar 86% untuk tipe STAD dan 81% untuk tipe GI kemudian dibandingkan dengan KKM sebesar 60%. 2) Selanjutnya data dianalisis dengan multivariat yang menunjukkan bahwa Fhitung = 8,57 > Ftabel = F0,05;(2;73) = 3,14. Oleh karena itu, hipotesis nol di tolak, artinya efek dari model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan tipe GI terhadap prestasi dan sikap pada mata pelajaran matematika berbeda , karena adanya perbedaan maka analisis dilanjutkan dengan uji univariat (1) Karena thitung = 2,98 > ttabel(0,025) = 2,00 maka hipotesis nol ditolak. Berarti, prestasi belajar siswa sebagai hasil mengikuti Pelajaran Matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih tinggi daripada prestasi belajar siswa sebagai hasil mengikuti Pelajaran Matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe GI.(2) Karena thitung = 5,19 > ttabel(0,025) = 2,00 maka hipotesis nol ditolak. Berarti, sikap siswa terhadap matematika sebagai hasil mengikuti Pembelajaran Matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih tinggi dari pada sikap siswa terhadap matematika sebagai hasil mengikuti Pembelajaran Matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe GI. Kata kunci: model kooperatif tipe STAD, model kooperatif tipe GI, prestasi dan sikap

PENDAHULUAN Guru sebagai tenaga pendidik mempunyai tujuan utama dalam kegiatan pembelajaran di sekolah yaitu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, dapat menarik minat dan antusias siswa serta dapat memotivasi siswa untuk senantiasa belajar dengan baik dan semangat, sebab dengan suasana belajar yang menyenangkan akan berdampak positif dalam pencapaian prestasi belajar yang optimal. Prestasi belajar siswa merupakan suatu indikasi dari perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa setelah mengalami proses belajar-mengajar. Dari prestasi inilah dapat dilihat keberhasilan siswa dalam memahami suatu materi pelajaran. Oleh karena itu, dalam mencapai tujuan pembelajaran matematika, guru dapat menerapkan beberapa model pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan adalah cooperative learning (pembelajaran kooperatif). Pembelajaran kooperatif yang dimaksud dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan tipe Student Team Achievement Divisions (STAD) dan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation/GI (investigasi kelompok). STAD merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan model yang paling baik untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif sedangkan Stahl (1994: 258-259) memandang bahwa group investigation memaksimalkan siswa untuk: (1) ask questions about what interest them, ( 2) search for answers in a wide variety of sources, (3) plan together the content and process of their inquir, (4) interpret the answers in light of their personal experiences and prior knowledge, and (5) interact with their peers in a constant exchange of information and ideas. Hal ini dimungkinkan karena dalam investigasi kelompok ini, menggabungkan antara belajar mandiri, belajar berpasangan, dan belajar dalam kelompok kecil 3-5 orang. Setelah melakukan pengkajian kelompok-kelompok tersebut, selanjutnya menggabungkan dan mengikhtisar temuan mereka dan memutuskan bagaimana cara menyajikan esensi pekerjaan mereka kepada rekan-rekan kelasnya. Dalam proses pembelajaran tersebut dapat dilihat nilai-nilai demokratis siswa, tanggung jawab, dan nilai kemampuan untuk menciptakan suasana kelas yang nyaman dan kondusif sebagai bagian dari warga dunia yang cinta damai.

Dalam penelitian ini terdapat beberapa rumusan masalah sebagai berikut: (1) Apakah terdapat perbedaan keefektifan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan model pembelajran kooperatif tipe GI, (2) Apakah terdapat perbedaan prestasi belajar dan sikap terhadap matematika siswa yang menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan model pembelajaran kooperatif tipe GI Sesuai dengan rumusan masalah di atas , maka tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan perbedaan: (1) Keefektipan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan model pembelajaran kooperatif tipe GI, (2) Prestasi belajar dan sikap siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif pembelajaran kooperatif tipe GI. Dengan demikian penelitian ini di harapkan dapat memberikan manfaat, sebagai bukti empirik bahwa terdapat perbedaan prestasi belajar dan sikap terhadap matematika siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan model tipe STAD dengan model

pembelajaran kooperatif tipe GI. Dengan demikian dapat Membantu sekolah dalam menyiapkan guru dan siswa agar mampu menciptakan lingkungan pembelajaran yang berpusat pada siswa.

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitan dan Desain Penelitian Jenis penelitan ini adalah penelitan eksperimen semu (quasi eksperiment). Ciri utama penelitan eksperimen adalah adanya variabel perlakuan yang dimanipulasi (Borg & Gall, 1983, 355). Dalam penelitian ini tidak semua variabel dapat dikontrol mengingat prestasi belajar dan sikap siswa dapat dipengaruhi oleh banyak faktor. Dalam eksperimen ini peneliti manggunakan dua kelompok sampel yaitu dua kelompok dari satu sekolah. Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitan eksperimen ini (Borg & Gall, 1983: 664-665) adalah: 1) berupa kelompok belajar (kelas) yang ada diacak untuk menentukan kelompok eksperimen, 2) memberikan tes awal (pretest) pada masing-masing kelompok dalam waktu yang bersama, 3) melakukan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan model pembelajran koopertif tipe GI pada kelompok eksperimen, 4) memberikan tes akhir (posttes) pada kedua kelompok dalam waktu yang bersama.

B. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Aikmel. Teknik pengambilan sampel dengan cara simple random kelas sampling (acak sederhana) yaitu dengan mengambil 2 kelas dari populasi yang terdiri dari 5 kelas. C. Instrumen pengumpulan data Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini adalah berbentuk data kualitatif dan kuantitatif yang terdiri dari instrumen untuk mengukur prestasi belajar matematika dan sikap siswa terhadap matematika. 1. Instrumen tes Bentuk instrumen tes yang dipakai adalah tes tertulis (uraian). Tes uraian memberikan indikasi yang baik untuk mengungkapkan prestasi yang nyata dalam belajar (Ebel & Frisbei, 1986: 127), dan untuk mengetahui sejauh mana siswa mendalami suatu maslah yang diujikan. Instrumen tes prestasi yang telah dibuat tidak langsung digunakan untuk mengambil data, instrumen tersebut terlebih dahulu diujicobakan. Uji coba instrumen tersebut dilakukan pada populasi yang tidak menjadi sampel penelitian. Dari hasil ujicoba tersebut dapat diketahui tingkat kesukaran dan daya bedanya. 2. Angket sikap Angket sikap berbentuk daftar cocok (checklist) dan memuat pernyataanpernyataan sikap siswa terhadap matematika dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan tipe GI Model skala sikap yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala Likert. Banyaknya skala Likert (Grounlund & Linn, 1990: 411) terdiri atas lima yaitu: Sangat Setuju , Setuju , Ragu-ragu , Tidak setuju dan Sangat tidak setuju . Penskoran untuk item positif yaitu skor 5 untuk respon Sangat Setuju, skor 4 untuk respons Setuju, skor 3 untuk respon Ragu-ragu, skor 2 untuk respons Tidak setuju , dan skor 1 untuk respons Sangat tidak setuju.

Penskoran untuk item negatif yaitu skor 1 untuk respons Sangat setuju, skor 2

untuk respon Setuju, skor 3 untuk respons Ragu-ragu, skor 4 untuk respons Tidak setuju dan skor 5 untuk respons Sangat tidak setuju. Hasil jawaban skala sikap selanjutnya ditafsirkan melalui perhitungan dan suatu kriteria yaitu dicari skor keseluruhan, sehingga tiap siswa mempunyai skor (Djemari Mardapi, 2008: 122-124) D. Teknik Analsisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini teknik analisis parametrik yaitu manova dengan bantuan program Microsoft Excel 2007 dan program SPSS Versi 17.0 . Teknik analisis ini digunakan untuk melihat adanya perbedaan terhadap dua kelompok, apakah perbedaan kedua kelompok tersebut signifikan secara statistika. Dengan menggunakah T2 Hotteling dan uji F (James, 1996: 155) yang dirumuskan oleh:

Keterangan: T2 n1 n2 = Hotelling Trace = besar sampel dari kelompok I = besar sampel dari kelompok II = vector rerata skor sampel I = vector rerata skor sampel II n n p 1 T n n 2p = matrik dispersi

W F

Kriteria pengujiannya adalah H0 ditolak jika Fhit > F(p,n1 + n2 p 1;0.05) atau angka signifikansi (probabilitas) yang dihasilkan lebih kecil dari 0.05. Dan selanjutnya dilakukan uji lanjut dengan menggunakan uji univariat (bonnferoni) dengan menggunakan uji t yang dirumuskan oleh:

Keterangan : = rata-rata kelompok I = rata-rata kelompok II

= jumlah kuadrat kelompok I

= jumlah kuadrat kelompok II n1 n2 = besar sampel dari kelompok I = besar sampel dari kelompok II Kemudian dilakukan uji one sample t test dengan menggunakan SPSS 17 for Windows untuk melihat keefektifan masing-masing metode baik terhadap prestasi belajar matematika maupun terhadap sikap siswa pada matematika. Kriteria pengujian, thitung > ttabel, maka H0 ditolak. Rumus yang digunakan adalah Keterangan: S n = nilai rata-rata = nilai yang dihipotesiskan = Standar deviasi sampel yang dihitung = jumlah anggota sampel

(Walpole, R. E, 1982: 215) Sebelum dilakukan pengujian hipotesis terlebih dahulu dilakukan analisis deskriftif data mengenai variabel penelitian dan pengujian parasyarat analisis. 1. Analisis deskriptif Data tentang sikap terhadap matematika yang diperoleh dengan instrumen yang berbentuk checklist dalam skala Likert, selanjutnya dianalisis menjadi data kuantitatif. Data tersebut akan dianalisis dengan statistik deskriptif. Analisi deskriptif yang dilakukan hanya untuk memperoleh skor tentang sikap belajar matematika siswa. Selanjutnya, digolongkan berdasarkan skor baku berikut. Nilai A yaitu untuk X > (M + 1,5s), nilai B untuk (M + 0,5s) < X (M + 1,5s), nilai C untuk (M - 0,5s) < X (M + 0,5s), nilai D untuk (M - 1,5s) < X (M - 0,5s),dan nilai E untuk X (M 1,5s) (Saifuddin Azwar, 2007: 163). Penyekoran angket sikap terhadap matematika dalam penelitian ini dilakukan dengan rentang dari 30 sampai 150, maka untuk menentukan kriteria hasil tes penelitian ini digunakan klasifikasi yang ditentukan dengan rata-rata ideal = (30 + 150)/2 = 90, rentang = 150 30 = 60, dan satuan lebar wilayah skor adalah 90/6 atau dibulatkan menjadi 15. Karena skor yang dicatat

adalah skor bulat, maka penggolongan skor itu dapat dinyatakan juga dalam Tabel 1 sebagai berikut. Tabel 1. Kriteria Sikap terhadap Matematika Skor (X) Kriteri 90 < X Sangat tinggi 75 < X 90 tinggi 60 < X 75 Sedang 45 < X 60 rendah X 45 Sangat rendah 2. Uji Prasyarat Analisis a) Uji Normalitas Dalam penelitian ini uji normalitas dilakukan terhadap skor pretes dan postes prestasi belajar pada kedua kelompok. Uji normalitas yang digunakan adalah metode Kolmogorov-Smirnov. Keputusan uji dan kesimpulan yang diambil dengan taraf signifikansi 0,05 dengan keriteria data berdistribusi normal adalah: 1) jika nilai probabilitas lebih besar dari 0,05 maka H0 diterima, 2) jika nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05 maka H0 ditolak. Uji normalitas ini dilakukan dengan menggunakan bantuan program SPSS Versi 17.0. b) Uji Homogenitas Uji homogenitas dilakukan terhadap skor pretes dan postes. Untuk mengetahui tingkat homogenitas variasn dilakukan dengan menggunakan uji homogenitas Box-M dengan menggunakan program SPSS 17.0. uji homogenitas dan penarikan kesimpulan terhadap uji hipotesis dilakukan pada taraf signifikansi 0,05. 3. Pengujian Hipotesis Tahap-tahap pengujiannya adalah sebagai berikut: a) Menentukan pengujian hipotesis nihil dan hipotesis alternative 1) Pengujian Hipotesis tahap pertama Pengujian hipotesis tahap pertama untuk melihat efektif tidaknya kedua model, dengan hipotesis sebagai berikut: Secara statistik, hipotesis di atas dapat disimbolkan sebagai berikut: 01 : 1 60

Di mana

1 menyatakan rerata (mean) dari prestasi belajar

11 : 1 60

matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. 2) Pengujian hipotesis tahap ke dua Pengujian hipotesis tahap pertama, dengan hipotesis sebagai berikut: Secara statistik, hipotesis di atas dapat disimbolkan sebagai berikut: 12 : 2 60 02 : 2 60

Di mana

menyatakan rerata (mean) dari prestasi belajar

matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe GI. 3) Pengujian hipotesis tahap ketiga Pengujian hipotesis tahap ketiga, dengan hipotesis sebagai berikut: Secara statistik, hipotesis di atas dapat disimbolkan sebagai berikut: 03 : 1 2 1 2 Di mana 1 menyatakan rerata (mean) dari prestasi belajar dan pembelajaran kooperatif tipe STAD, sedangkan menyatakan 2 dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe GI. 4) Pengujian tahap keempat Pengujian hipotesis tahap keempat, dengan hipotesis sebagai berikut: Secara statistik, hipotesis di atas dapat disimbolkan sebagai berikut: 11 : 01 : 1 2 1 2 sikap siswa terhadap matematika dengan menggunakan model 13 :

1
1

2
2

rerata (mean) dari prestasi belajar dan sikap siswa terhadap matematika

Di mana 1 menyatakan rerata (mean) dari prestasi belajar siswa pada matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif

tipe STAD, sedangkan menyatakan 2 rerata (mean) dari prestasi belajar siswa pada matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe GI. 5) Pengujian tahap kelima Pengujian hipotesis tahap keempat, dengan hipotesis sebagai berikut: Secara statistik, hipotesis di atas dapat disimbolkan sebagai berikut: 11 : 01 : 1 2 1 2

Di mana 1 menyatakan rerata (mean) dari sikap siswa terhadap matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, sedangkan menyatakan 2 kooperatif tipe GI. b) Jika asumsi uji prasyarat terpenuhi maka selanjutnya diuji menggunakan Manova pada taraf signifikansi 0,05 dengan menggunakan bantuan Microsoft Office Excel 2007. c) Kesimpulan apakah H0 diterima atau ditolak, diperoleh dengan membandingkan nilai probabilitas dengan taraf signifikansi. d) Setelah dilakukan uji multivariate kemudian dilakukan uji lanjut dengan uji univariat t-tes. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Data yang dikumpulkan selama penelitian terdiri dari skor pretest dan postest, sebagai data kuantitatif dan skor skala sikap dan skor pengmatan sebagai data kualitaitf. Untuk data kuantitatif, skor disusun menurut pedoman penskoran yaitu skor tertinggi 100 dan skor terendah 0, sedangkan data kualitaitf, skor dihitung presentase, dengan skor tertinggi 100% dan skor terendah 0%. Semua data penelitian ini diolah melalui komputer dengan paket statistik program Microsoft Office excel 2007 dan SPSS 17,0. Ringkasan statistik deskriptif skor pretest dan postes ditunjukkan dalam Tabel 2 sebagai berikut: Tabel 2. Perbandingan prestasi belajar matematika Kelompok STAD GI rerata (mean) dari sikap siswa

terhadap matematika dengan menggunakan model pembelajaran

Rata-rata Skor tertinggi Skor terendah Skor maksimum Skor minimum SD Jumlah Siswa

Pretes 52,38 72 38 100 0 8,65 37

Postes 74 96 52 100 0 11,83 37

Pretes 51,72 74 32 100 0 7,38 37

Postes 68,92 90 44 100 0 8,66 37

Deskripsi dalam Tabel 2 di atas menunjukan perbedaan skor rata-rata pretes untuk kedua kelompok sebesar 0,66, perbedaan ini mengidentifikasikan pada fakta bahwa kelompok STAD dan GI diambil secara acak. Walaupun demikian, perbedaan awal ini dikontrol secara statistik ketika skor gain prestasi belajar siswa dalam kedua kelompok yang dihitung rata-rata dan standar deviasi menggunakan multivariat analisis varian (Manova). Ringkasan statistik deskriptif skor pretest dan postes ditunjukkan dalam Tabel 3 sebagai berikut: Tabel 3. Perbandingan sikap siswa terhadap matematika STAD GI Pretes Postes Pretes Postes Rata-rata 71,41 79,68 71,49 74,68 Skor tertinggi 81 92 81 90 Skor terendah 62 71 60 65 Skor maksimum 150 150 150 150 Skor minimum 30 30 30 30 SD 4,58 5,96 4,55 5,75 Jumlah Siswa 37 37 37 37 Sikap belajar matematika siswa merupakan salah satu faktor yang menjadi kajian dalam penelitian ini. Berdasarkan Tabel 3 di atas diketahui bahwa rata-rata sikap belajar kelas E1 sebelum kegiatan pembelajaran adalah 71,41 dan setelah kegiatan pembelajaran sebesar 79,68. Pada kelas E2 sikap belajar matematika siswa sebelum kegiatan pembelajaran sebesar 71,49 dan setelah pembelajaran sebesar 74,68. Jika dilihat dari rata-rata sikap belajar matematikanya, maka keempat nilai rata-rata tersebut dapat digolongkan ke dalam kriteria tinggi. Sehingga disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan sikap belajar sebelum dan sesudah kegiatan pembelajaran baik pada kelas E1 maupun kelas E2. Selain mengkaji tentang rata-rata sikap belajar matematika

siswa pada analisis ini juga akan membandingkan sikap tersebut berdasarkan frekuensi kriteria sikap belajarnya. Pada output SPSS pada test of normality pretes dan postes untuk prestasi dan sikap pada kelompok E1, nilai probabilitasnya berturut-turut adalah 0,182 (pretes prestasi), 0,151 (postes prestasi), 0,200 (pretes sikap) dan 0,200 (postes sikap)

selanjutnya untuk pretes dan postes kelompok E2 nilai probabilitasnya berturut-turut adalah 0,091 (pretes prestasi), 0,094 (postes prestasi), 0,200 (pretes sikap) dan 0,200 (postes sikap). Bila dilihat dari hasil uji signifikan di atas terlihat bahwa nilai pribabilitas lebih besar dari 0,05 maka data-data yang didapat semuanya berdistribusi normal. Asumsi lain yang harus dipenuhi agar analisis multivariat dapat dilakukan yaitu kesamaan matriks kovarian yang dikenal juga dengan uji homogenitas. Dalam uji homogenitas Box-M dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17. Dari output terlihat bahwa nilai probabilitas sebesar 0,645 lebih besar dari taraf signifikansi 0,05 dengan demikian dapat dikatakan bahwa data tersebut homogen sehingga dapat diuji lanjut dengan menggunakan uji multivariate. Setelah mengetahui kedua model efektif dalam pembelajaran serta kedua model berpengaruh secara konsisten, perlu diketahui apakah kefektifan kedua pendekatan sama atau berbeda. Untuk dapat memberikan deskripsi dari permasalahan di atas maka data dari kelompok eksperimen pertama yaitu kelas E1 dan kelas E2 digabungkan dan data pretes kelas E1 digabungkan dengan data pretes kelas E2 kemudian diuji apakah kondisi kedua kelompok eksperimen tersebut sebelum diberikan perlakuan adalah sama atau berbeda. Output hasil analisis disajikan pada Tabel 4 berikut. Tabel 4. Rangkuman hasil analisis multivariat hasil pretes kelompok E1 dan E2 Effect Value F
a

Hypothesis df

Error df

Sig.

Hotelling's Trace ,002 ,068 2,000 71,000 ,735 Dari keluaran tersebut dapat diketahui bahwa secara simultan prestasi belajar dan sikap siswa terhadap matematika yang akan dikenai perlakuan pertama dan siswa yang akan dikenai perlakuan kedua adalah sama. Ini dapat dilihat dari nilai F hitung untuk setiap uji statistik yang memperoleh angka 0,068 dengan nilai p value sebesar 0,735. Angka ini lebih besar dari taraf signifikansi yang digunakan yaitu 5%.

Langkah selanjutnya adalah melakukan analisis terhadap hasil postes dari kedua kelompok eksperimen diberikan perlakuan masing-masing sebanyak 6 kali pertemuan. Output dari hasil postes setelah dianalisis dengan menggunakan program SPSS 17.0 disajikan pada Tabel 5 berikut: Tabel 5. Rangkuman hasil analisis multivariate hasil postes Kelompok E1 dan E2 Effect Value F Hypothesis df Error df Sig.

Hotelling's Trace ,214 8,571a 2,000 71,000 ,000 Nilai F hitung untuk uji statistik Hottelingss Treace menunjukkan angka sebesar 8,571 dan sebaliknya nilai dari probabilitas yang lebih kecil dari taraf signifikansi 5%. Ini berarti bahwa secara simultan, prestasi belajar dan sikap terhadap matematika berbeda setelah diberikan perlakuan. Akan tetapi tidak cukup hanya dilihat perbedaan secara bekelompok maka perlu di uji lanjut untuk meyakinkan bahwa kedua kelompok tersebut memang benar berbeda dengan menggunakan uji univariat t-tes didapat bahwa untuk perbedaan pretasi kedua kelompok thitung sebesar 2,98 kemudian dibandingkan dengan ttabel sebesar 2,00 maka terlihat bahwa thitung lebih besar dari ttabel maka hipotesis nol ditolak, sedangkan untuk perbedaan sikap terhadap kedua kelompok didapat thitung sebesar 5,19 kemudian dibandingkan dengan ttabel sebesar 2,00 maka terlihat bahwa thitung lebih besar dari ttabel maka hipotesis nol ditolak. Untuk data perhitungan dengan menggunakan Microsoft Excel dan keluaran dari program SPSS versi 17.0. Pembahasan Dalam penelitian ini, diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan model pembelajaran kooperatif tipe GI pada topik lingakran siswa kelas VIII. Beberapa hal yang diselidiki diantaranya keefektifan dari kedua model pembelajaran, konsistensi serta perbedaan ataupun persamaan tingkat keefektifan dari kedua pendekatan tersebut. Berdasarkan data yang diperoleh serta interpretasi tersebut, berikut ini merupakan deskripsi dari setiap permasalahan tersebut. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan GI efektif dan berpengaruh secara konsisten terhadap presatasi belajar dan sikap terhadap matematika. Disamping itu kondisi awal dari kedua kelompok eksperimen memiliki kemampuan yang sama. Dengan kenyataan tersebut, maka untuk dapat memberikan rekomendasi terhadap penggunaan model tersebut perlu diketahui model mana yang lebih efektif. Untuk

mengetahui model mana yang lebih berpengaruh terhadap prestasi belajar dan sikap maka perlu dikomparasikan hasil postes dari kedua kelompok eksperimen. Berdasarkan hasil analisis secara multivariat, diperoleh nilai probabilitas lebih besar dari taraf signifikansi. Dengan demikian, berarti hipotesis nol penelitian yang berbunyi Tidak terdapaat perbedaan prestasi belajar dan sikap siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan GI ditolak. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa efek dari model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan model pembelajaran kooperatif tipe GI terhadap prestasi belajar dan sikap terhadap matematika berbeda, karena adanya perbedaan secara kelompok tersebut maka analisis dilanjutkan dengan uji univariat untuk mengetahui apakah secara univariat juga mempunyai perbedaan yang signifikan dengan menggunakan uji-t (bonfferoni) didapat: a. Karena nilai probabilitas lebih besar dari taraf signifikansi maka hipotesis nol ditolak. Berarti, prestasi belajar siswa sebagai hasil mengikuti Pelajaran Matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih tinggi daripada prestasi belajar siswa sebagai hasil mengikuti Pelajaran

Matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe GI. b. Karena nilai probabilitas lebih besar dari taraf signifikansi maka hipotesis nol ditolak. Berarti, sikap siswa terhadap matematika sebagai hasil mengikuti Pelajaran Matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih tinggi dari pada sikap siswa terhadap matematika sebagai hasil mengikuti Pelajaran Matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe GI. Secara umum dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih unggul dari model pembelajaran kooperatif tipe GI karena seperti yang dejelaskan oleh Slavin (2009; 143) bahwa STAD merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang peling sederhana, dan merupakan model yang paling baik untuk permulaan bagi guru yang baru menggunakan model pembelajaran kooperatif. KESIMPULAN Hasil penelitian ini memberikan simpulan sebagai berikut: 1. bahwa Fhitung lebih besar dari Ftabel pada taraf signifikansi = 0,05, artinya bahwa Hasil penghitungan dengan menggunakan analisis multivariat yang menunjukan

hipotesis nol ditolak sehingga memberikan keyakinan bahwa hipotesis penelitian

diterima hasil ini kemudian dapat diinterpretasikan bahwa prestasi belajar dan sikap siswa terhadap matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih baik dari pada prestasi belajar dan sikap terhadap matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe GI pada kelas VIII SMP Negeri 1 Aikmel. 2. Hasil penghitungan dengan menggunakan analisis univariat (uji-t) yang menujukkan bahwa thitung lebih besar dari ttabel pada taraf signifikansi = 0,025,

maka hipotesis nol ditolak sehingga memberikan keyakinan bahwa hipotesis penelitian diterima hasil ini kemudian dapat diinterpretasikan bahwa prestasi belajar siswa pada matematika dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD lebih baik dari pada prestasi belajar siswa pada matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe GI pada kelas VIII SMP Negeri 1 Aikmel. 3. bahwa thitung lebih besar dari ttabel pada taraf signifikansi = 0,025, maka hipotesis Hasil penghitungan dengan menggunakan analisis univariat (uji-t)yang menujukkan

nol ditolak sehingga memberikan keyakinan bahwa hipotesis penelitian diterima hasil ini kemudian dapat diinterpretasikan bahwa sikap siswa terhadap matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih baik dari pada sikap siswa terhadap matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe GI pada kelas VIII SMP Negeri 1 Aikmel.

DAFTAR PUSTAKA

Allen, M. J, & Yen, W. M. (1979). Introduction to measurment theory. Chalifornia: Brooks/Cole Publising Company . Arend, R. I. (1979). Classroom instruction and managment. New York: McGrow-Hill Companien, Inc. Arends, R, I. (2008). Learning to teach. (7th ed). (Terjemahan Helmi Prajitno Soetjipto., & Sri Mulyantini Soetjipto). New York: McGraw Hill Companies. (Buku asli diterbitkan tahun 2007). Bell, F. H. (1978). Teaching and learning mathematics (in scondary school). Iowa: Wm. C. Brown Company. Bellanca, J.& Fogarty, R. (2003). Blueprints for achievement in the cooperative classroom , (3rd ed) Illionis: Skylight-Pearson Education, Inc.

Borg, W. R, & Gell. M. D. (1983) Education research: an introduction. (4th ed): New York: Longman,Inc. Djemari Mardapi. (2008) Teknik Penyusunan Tes dan Nontes. Jogjakarta, Mitra Cendikia Offset. Ebel, R. I, & Frisbie, D. A. (1986). Essencial of educational mesurement. (4th ed) New Jersey: Prentice-Hell,Inc. Eman Suherman, dkk (2003). Strategi pembelajaran matematika kontemporer. Bandung. UPI Gable, R. K. (1986) .Instrument development in the affective domain. Lancaster: Kluwer - Nijhoffshing Groundlun, N. E & Linn, R. L. (1990). Measurement and evaluasion in teaching. (6th ed) New York. Macmillan Publising. Hamzah B Uno. (2007). Teori motivasi dan pengukurannya: analisis di bidang pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Herman Hudojo. (1988) Mengajar belajar matematika, Debdikbud, Jakarta Huberty,C.J., & Olejnik, S. (2006). Applied manova and discriminan analisysis. (2nd ed). Hoboken, New Jersey. Jhon Wiley & Sons, Inc. Joyce, B. & Weil, M. (1996). Models of teaching. United States of America, Needham Heights, Mass. Kirk, R. G. (1995). Experimental desigen: procedures for the behavioral seciences. Baylor University. Brooks/Cole Publising Company. Lie, A. (2002). Cooperative learning; mempraktekkan cooperative learning di ruang-ruang kelas. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Muijs, D., & Reynolds, D. (2005). Effective teaching evidence and practice. (2nd ed.). London: SAGE Publication Muslimin Ibrahim. (2001). Pembelajaran kooperatif. Surabaya: UNESA Oemar Hamalik (1990). Metode belajar dan kesulitan-kesulitan belajar. Bandung. Trasindo Paul Suparno (1997). Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta. Penerbit Kanisius. Popham, W. J. (1995). Classroom assessment: what teachers need to know. USA. Allyn and Bcon Rusgianto, H.S (2000). Sikap dan prestasi mahasiswa jurdik matematika.Yogyakarta. Universitas Negeri Yogyakarta.

Saifuddin Azwar. (2008). Sikap manusia: teori dan pengukurannya. Yogyakarata. Pustaka Pelajar Saifuddin Azwar. (2009). Tes prestasi. Fungsi dan pengembangan pengukuran prestasi belajar. Yogyakarata. Pustaka Pelajar. Sherman. B. F. and Wither. D. P. (2003), Mathematics Anxiety and Mathematics Achievement. Diambil pada tanggal 3 Juni 2010 dari http://www.ejmste.com/v3n4/EJMSTE_v3n4_Akinsola_etal.pdf Skemp, R.R. (1971). The psychology of learning mathematics. Maryland: penguin Books Ltd. Slavin, R.E. (1995). Cooperative learning, Theory, research, and practice. Meassachusetts : A simon dan schester company. Slameto, (2003). Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Cetakan ke empat. Jakarta: Rineka Cipta Slavin, R. E. (1994). Educational psychology: theory into practice. Boston: Allyn and Bacon. Stahl, R. J. (1994) Cooperative learning in social studies: A Handbook for Teacher. New York: Addision Wesley Publishing Company, Inc. Van de Walle, J. A. (1994). Elementary school mathematics: Teaching developmentally (2nd ed.). New York: Longman Publishing Wina Senjaya, (2006). Strategi Pembelajaran berorientasi proses standar proses pendidikan, Jakarta : Kencana Prima Winkel. W.S. (1996). Psikologi pengajaran. Jakarta: Gramedia

You might also like