Professional Documents
Culture Documents
EKONOMI MAKRO
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKA RAYA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI TAHUN AKADEMIK 2012/2013
Ekonomi Makro
Keseimbangan Pendapatan Nasional
Macroeconomic
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas karunia Allah yang selalu tercurahkan untuk umatnya. Kami bersyukur telah diberi kesehatan dan kemampuan olehNya sehingga kami mampu menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya. Kami menyadari bahwa makalah yang kami susun ini tidak luput dari kekurangankesalahan penulisan, materi yang tidak lengkap, tata bahasa, dan seterusnya. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan koreksi dari pembaca untuk makalah ini agar lebih baik lagi. Selain itu, kami mengharapkan dukungannya untuk penyempurnaan makalah ini agar menjadi referensi yang lebih baik bagi pembaca. Demikian pengantar bermanfaat. Amin. dari kami, semoga makalah ini dapat
DAFTAR ISI
(Table of Contents)
KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI (Table of Contents) ii BAB I PENDAHULUAN 1 LATAR BELAKANG 1 RUMUSAN MASALAH 1 TUJUAN PENULISAN 1 METODE PENULISAN 1 BAB II KESEIMBANGAN PENDAPATAN NASIONAL 2 KONSUMSI DAN PENDAPATAN NASIONAL 2 KESEIMBANGAN PENDAPATAN 8 PERUBAHAN PENDAPATAN NASIONAL 8 PASAR UANG DAN TINGKAT BUNGA 11 PERANAN PEMERINTAH 13 PAJAK DAN TINGKAT KESEIMBANGAN PENDAPATAN 14 BAB III PENUTUP 18 KESIMPULAN 18 KOMENTAR PENYUSUN 18 DAFTAR ISTILAH (Glossary) 19 DAFTAR PUSTAKA (Bibliography) 20
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Setiap periode, perusahaan-perusahaan memproduksi beberapa jumlah barang dan jasa agregat yang disebut keluaran agregat. Keluaran mencakup produksi jasa, barang konsumen, dan barang investasi. Pada masing-masing periode, rumah tangga menerima sejumlah pendapatan agregat. Hal-hal tersebut menjadi penyebab berubahnya keseimbangan pendapatan nasional. Pada periode tertentu, pemerintah melakukan kebijakan-kebijakan sesuai kondisi perekonomian. Hal tersebut bertujuan untuk menjaga stabilitas ekonomi. Pada saat pengeluaran agregat melebihi besarnya pendapatan nasional, maka ekspansi akan berlaku. Sebaliknya, pada saat pengeluaran agregat lebih sedikit dari besarnya pendapatan nasional akan terjadi kontraksi.
RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan konsumsi dan pendapatan nasional Indonesia? 2. Bagaimana keseimbangan pendapatan nasional? 3. Apa yang menyebabkan perubahan pendapatan nasional? 4. Apa yang dimaksud dengan pasar uang dan tingkat bunga serta pengaruhnya terhadap pendapatan nasional? 5. Apa saja peran pemerintah untuk mendorong tingkat keseimbangan pendapatan nasional? 6. Apa yang dimaksud dengan pajak dan tingkat keseimbangan pendapatan?
TUJUAN PENULISAN
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah ekonomi makro (macroeconomic) semester ketiga yang diampu oleh dosen mata kuliah, Setyo Wibowo, S.Pd.
METODE PENULISAN
Makalah ini berisi kata, kalimat, dan atau paragraf yang dikutip dari buku karangan yang diterbitkan oleh entitas resmi. Dengan demikian, kami harap dan yakin isi makalah ini sesuai dengan materi yang disodorkan meskipun belum selengkap yang diinginkan.
BAB II
Pendapatan Disposebel 0 100 400 500 1000 1500 1750 2000 3000
Perhitungan APC dan MPC (dalam milyar rupiah) Perubahan C Konsumsi APC = C/Yd Perubahan Yd (C) 100 180 1.800 100 80 420 1.050 300 240 500 1.000 100 80 900 0.900 500 400 1300 0.867 500 400 1500 0.857 250 200 1700 0.850 250 200 2500 0.833 1000 800
MPC = C/Yd 0.8 0.8 0.8 0.8 0.8 0.8 0.8 0.8
6. Average Propensity to Consume (APC) APC adalah total konsumsi dibagi dengan disposable income. Dalam bentuk rumus dapat ditulis sebagai berikut. C APC =
Yd
7. Marginal Propensity to Consume (MPC) Adalah perubahan konsumsi sebagai akibat perubahan disposable income. Dalam bentuk rumus, MPC dapat ditulis sebagai berikut. C MPC = Yd 8. Bentuk Fungsi Konsumsi Empat ciri penting dari fungsi konsumsi yaitu sebagai berikut. a. Terdapat tingkat impas dari pendapatan, yaitu tingkat dimana seluruh disposable income rumah tangga digunakan untuk kegiatan konsumsi. b. Di bawah tingkat impas, konsumsi rumah tangga lebih besar daripada disposable income sehingga rumah tangga melakukan pinjaman atau menggunakan tabungan sebelumnya. c. Di atas tingkat impas, sebagian dari disposable income digunakan untuk kegiatan konsumsi dan sisanya ditabung. d. Setiap peningkatan disposable income akan menyebabkan kegiatan konsumsi meningkat. Tetapi, besarnya peningkatan konsumsi lebih rendah daripada peningkatan disposable income. 9. Garis 45 Garis 45 membantu menentukan tingkat impas, yaitu perpotongan antara garis 45 dengan kurva konsumsi. 10. Fungsi Tabungan a. Average Propensity to Consume (APS) APS adalah total tabungan dibagi pendapatan disposebel (Yd). Dalam bentuk rumus dapat ditulis sebagai berikut. APS =
S Yd
b. Marginal Propensity to Consume (MPS) MPS adalah perubahan tabungan sebagai akibat perubahan pendapatan disposebel. Dalam bentuk rumus sebagai berikut. S MPS = Yd 11. Pendapatan Disposebel, Konsumsi, dan Tabungan Ciri-ciri khusus hubungan antara pendapatan disposebel, konsumsi, dan tabungan adalah sebagai berikut. a. Pada saat pendapatan disposebel rendah, rumah tangga akan memanfaatkan tabungannya untuk memenuhi kebutuhan konsumsi. b. Pada saat pendapatan disposebel tinggi dan melebihi konsumsi, rumah tangga akan menabung. Konsumsi dan tabungan merupakan jumlah total pendapatan disposebel. Pendapatan Disposebel Konsumsi Tabungan 0 100 -100 100 180 -80 400 420 -20 500 500 0 1.000 900 +100 1.500 1.300 +200 1.750 1.500 +250 2.000 1.700 +300 3.000 2.500 +500 4.000 3.300 +700 Sumber2 12. Faktor-faktor Lain yang Mempengaruhi Konsumsi dan Tabungan a. Kekayaan yang telah terkumpul b. Sikap berhemat c. Suku bunga d. Kondisi perekonomian e. Program dana pensiun pemerintah3 13. Fungsi Konsumsi dan Tabungan secara Matematis Secara matematis, fungsi konsumsi dan fungsi tabungan dapat ditulis sebagai berikut.
2 3
Alam S., Ekonomi, (Jakarta: Erlangga), 2007, hal. 236 Alam S., Ekonomi, (Jakarta: Erlangga), 2007, hal. 237
Fungsi konsumsi: C = a+bYd Fungsi tabungan: S = -a+(1-b)Yd Simbol Keterangan a Konstanta yang menunjukkan tingkat konsumsi pada saat pendapatan disposebel sama dengan nol. b Konstanta yang menunjukkan MPC. C Tingkat konsumsi. Yd Tingkat pendapatan disposebel. S Tingkat tabungan.
Pendapatan Nasional
Pendapatan nasional adalah analisis pendapatan dari suatu negara secara keseluruhan. 1. Konsep-konsep yang Berhubungan dengan Pendapatan Nasional a. Produk Domestik Bruto (PDB) Produk domestik bruto (PDB) atau Gross National Product (GDP) adalah total nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh suatu perekonomian dalam periode tertentu yang dihitung berdasarkan nilai pasar. b. Produk Nasional Bruto (PNB) Produk nasional bruto (PNB) atau Gross National Product (GNP) adalah produk domestik bruto digabung dengan pendapatan neto terhadap luar negeri. Jadi, PNB hanya dihitung total output warga negara saja. c. Produk Nasional Neto (Net National Product [NNP]) NNP merupakan PNB dikurangi penyusutan dan barang pengganti modal. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut. NNP = GNP-(penyusutan+barang pengganti modal) d. Pendapatan Nasional Neto (Net National Income [NNI]) NNI adalah produk nasional neto dikurangi dengan pajak tidak langsung dan ditambah dengan subsidi. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut. NNI = NNP-pajak tidak langsung+subsidi e. Pendapatan Perorangan (Personal Income [PI]) PI adalah jumlah seluruh penerimaan yang benar-benar sampai di tangan masyarakat. PI dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut. PI = NNI+pembayaran pinjaman-(laba ditahan+iuran asuransi+iuran jaminan sosial+pajak perseroan)
f. Pendapatan Disposebel (Disposable Income [DI]) Pendapatan disposebel dapat disebut juga pendapatan setelah pajak. Pendapatan disposebel adalah pendapatan perorangan setelah dikurangi pajak penghasilan. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut. DI = PI-pajak penghasilan g. Produk Domestik Regional Bruto (PRDB) PRDB adalah jumlah keseluruhan dari nilai tambah bruto yang berhasil diciptakan oleh seluruh kegiatan ekonomi yang berada di suatu wilayah selama periode tertentu. 2. Penghitungan Pendapatan Nasional a. Pendekatan Pendapatan Pendapatan nasional diperoleh dari penjumlahan kompensasi untuk pekerja (upah, gaji, dan pendapatan lainnya sebelum pajak), keuntungan perusahaan, pendapatan usaha perorangan, pendapatan sewa, dan bunga neto. Pendapatan nasional yang diperoleh dari hasil penjumlahan faktor pendapatan ini disebut pendapatan nasional atas dasar pendapatan faktor atau pendapatan nasional atas dasar biaya produksi. Tabel Faktor Produksi Faktor Produksi Tanah Tenaga kerja Modal Skill Rumus: Y = r+w+i+p dan Pendapatan Pendapatan Sewa Upah/gaji Bunga Laba Simbol r (rent) w (wages) i (interest) p (profit)
b. Pendekatan Produksi Pendekatan ini dilakukan dengan jalan menjumlahkan nilai tambah pada berbagai sektor perekonomian di antaranya sebagai berikut. 1) Pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan 2) Pertambangan dan penggalian 3) Industri pengolahan 4) Listrik, gas, dan air bersih 5) Bangunan 6) Perdagangan, restoran, dan hotel 7) Pengangkutan dan komunikasi 8) Keuangan, persewaan bangunan, dan jasa perusahaan Tabel Nilai Produksi dan Nilai Tambah Komoditas Nilai Produksi Kapas 10.000 Benang 15.000 Kain 17.500 Kemeja 25.000 Total 67.500 Rumus: Y = NTb1 + NTb2 + NTb3 + + NTbn Nilai Tambah 10.000 5.000 2.500 7.500 25.000
c. Pendekatan Pengeluaran Dalam metode ini, setiap pengeluaran yang dilakukan oleh masyarakat dijumlahkan dari masing-masing rumah tangga yang ada. Adapun sektor rumah tangga yang dimaksud yaitu sebagai berikut. 1) Rumah Tangga Konsumen (C) Rumah tangga konsumen merujuk pada kegiatan konsumsi berupa pembelian barang atau pemanfaatan suatu jasa. 2) Rumah Tangga Produsen atau Perusahaan (I) Rumah tangga produsen melakukan suatu kegiatan produksi baik berupa barang maupun jasa secara berkelanjutan. Kegiatan semacam ini diistilahkan sebagai investasi. 3) Rumah Tangga Pemerintah (G) Pengeluaran pemerintah terdiri dari pengeluaran konsumsi pembayaran gaji pegawai, pembelian peralatan kantordan pengeluaran untuk investasimisalnya pembuatan jalan raya, jembatan, pelabuhan, rel kereta api, tempat ibadah, dan rumah sakitdalam memenuhi kepentingan umum. 4) Rumah Tangga Luar Negeri (X M) Pengeluaran ini berupa selisih antara nilai ekspor pada nilai impor dalam kegiatan perdagangan internasional. Jika semua pengeluaran tersebut dia atas telah diketahui, maka perhitungan pendapatan nasional dapat dirumuskan sebagai berikut. Y = C + I + G + (X M) atau Y = C + S + G + (X - M) Ilustrasi Penghitungan Pendapatan Nasional
Baris Produk (1) Penjual (2) Pembeli (3) Harga Barang (4) Pendekatan Produksi (5) Pendekatan Pengeluaran (6) Pendekatan Pendapatan (7)
1 2 3 4 5
Produsen baja Produsen mesin 20.000 Produsen baja Produsen mobil 60.000 Produsen mesin Produsen mobil 40.000 Produsen ban Produsen mobil 10.000 Produsen mobil Rumah tangga 100.000 Total harga barang (nilai transaksi) 230.000 Pendapatan nasional
Sumber
KESEIMBANGAN PENDAPATAN
Keseimbangan pendapatan nasional yaitu keadaan dimana keinginan masyarakat untuk melakukan perbelanjaanyang digambarkan oleh pengeluaran agregat atau permintaan agregat adalah sama dengan penawaran agregatyaitu keinginan para pengusaha untuk memproduksikan barang dan jasa. Secara matematis, keseimbangan pendapatan nasional dapat ditulis sebagai berikut.5 C+I+G+(X-M) = C+S+T atau I+G+X = S+T+M Kode C G I M S T X Fungsi konsumsi Pengeluaran pemerintah Investasi swasta Impor Tabungan Pajak Ekspor Keterangan
1. Perubahan Pendapatan Nasional dengan Tingkat Harga Tetap a. Pergeseran Fungsi Pengeluaran Agregat Fungsi pengeluaran agregat bergeser bila salah satu dari komponen-komponennya bergeserpergeseran fungsi konsumsi, fungsi investasi yang diinginkan, fungsi pengeluaran pemerintah yang diinginkan, dan ekspor bersih yang diinginkan. Pergeseran semacam ini dirumuskan sebagai perubahan pengeluaran agregat autonomous.
Sadono Sukirno, Makroekonomi Teori Pengantar, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada), 2011, hal. 211diringkas dari beberapa halaman. 6 Richard G. Lipsey, dkk., Pengantar Makroekonomi Edisi Kedelapan, (Jakarta: Erlangga), 1993, hal. 6392. Buku ini merupakan terjemahan dari Economics Eight Edition.
Penyebab bergesernya fungsi pengeluaran agregat adalah: 1) naiknya pengeluaran autonomous, 2) turunnya pengeluaran autonomous, 3) perubahan tarif pajak. b. Multiplier Ukuran besaran perubahan pendapatan dilakukan dengan multiplier. Multiplier merupakan perbandingan (ratio) antara perubahan pendapatan dengan perubahan pengeluaran; dengan kata lain, perubahan pendapatan nasional dibagi dengan perubahan perubahan autonomous yang mengikutinya.7 2. Perubahan Pendapatan Nasional dengan Tingkat Harga Berubah a. Hubungan antara Kurva Pengeluaran Agregat (AE) dan Kurva Permintaan Agregat (AD) Ciri-ciri hubungan antara kurva AE dan kurva AD: 1) tingkat harga dan pengeluaran agregat, 2) pergeseran kurva pengeluaran agregat mengubah permintaan agregat, 3) membentuk kurva permintaan permintaan agregat, 4) perubahan pendapatan nasional dan kurva permintaan agregat. b. Multiplier dengan Tingkat Harga Berubah Bila penawaran agregat memiliki kemiringan positif, nilai multipliernya lebih kecil dari multiplier sederhana yang dihitung pada keadaan harga tetap. Pengeluaran Agregat
7 6 Pengeluaran yang Diinginkan 5 4 3 2 1 0 0 Y Dimodifikasi oleh: Reno Y Y' Pendapatan Nasional Riil A E Y E'
AE AE AE' AE=Y
Richard G. Lipsey, dkk., Pengantar Makroekonomi Edisi Kedelapan, (Jakarta: Erlangga), 1993, hal. 66. Buku ini merupakan terjemahan dari Economics Eight Edition.
Tingkat Harga
4,5 4 3,5 Tingkat Harga 3 2,5 2 1,5 1 0,5 0 Y Dimodifikasi oleh: Reno Y Y' Pendapatan Nasional Riil AD E E E AD SRAS
1. Penawaran Agregat Jangka Pendek Makin tinggi tingkat harga, makin besar jumlah output yang akan diproduksi dan ditawarkan oleh perusahaan-perusahaan untuk dijual, dalam keadaan faktor-faktor lainnya konstan. Pada tingkat di bawah pendapatan nasional potensial, perubahan output diikuti oleh perubahan harga yang relatif kecil; pada tingkat di atas pendapatan nasional potensial, perubahan output dibarengi dengan perubahan harga jual yang relatif besar. Pada tingkat pendapatan nasional rendah, pergeseran pendapatan agregat terutama berpengaruh pada output, dan pada pendapatan nasional tinggi, pergeseran permintaan agregat terutama berpengaruh pada tingkat harga. Setiap output tertentu akan ditawarkan dengan harga jual yang berbeda dari sebelumnya.9 2. Penawaran Agregat Jangka Panjang Ada suatu mekanisme penyesuaian otomatis yang membuat setiap inflasi yang disebabkan oleh suatu gejolak permintaan akhirnya berhenti, dengan cara mengembalikan jumlah output pada tingkat potensialnya, sehingga menghilangkan inflasi. Upah fleksibel yang merosot pada saat ada pengangguran akan menciptakan suatu mekanisme penyesuaian otomatis yang akan mendorong perekonomian kembali ke keadaan penggunaan tenaga kerja penuh setiap kali output jatuh di bawah jumlah potensialnya.
Richard G. Lipsey, dkk., Pengantar Makroekonomi Edisi Kedelapan, (Jakarta: Erlangga), 1993, hal. 75. Buku ini merupakan terjemahan dari Economics Eight Edition. 9 Richard G. Lipsey, dkk., Pengantar Makroekonomi Edisi Kedelapan, (Jakarta: Erlangga), 1993, hal. 7984. Buku ini merupakan terjemahan dari Economics Eight Edition.
Tingkat Bunga
Suku bunga menentukan besarnya tabungan maupun investasi yang akan dilakukan dalam perekonomian.12 Setiap perubahan dalam suku bunga akan menyebabkan perubahan pula dalam tabungan rumah tangga dan permintaan
10 11
M.T. Ritonga, dkk., Ekonomi dan Akuntansi, (Jakarta: PT Phibeta Aneka Gama), 2007, hal.68 M.T. Ritonga, dkk., Ekonomi dan Akuntansi, (Jakarta: PT Phibeta Aneka Gama), 2007, hal.69 12 M.T. Ritonga, dkk., Ekonomi dan Akuntansi, (Jakarta: PT Phibeta Aneka Gama), 2007, hal.73
dana untuk investasi perusahaan. Perubahan-perubahan dalam suku bunga akan terus-menerus berlangsung sebelum kesamaan di antara jumlah tabungan dengan jumlah permintaan dana investasi tercapai. Oleh sebab jumlah tabungan rumah tangga pada waktu perkenomian mencapai penggunaan tenaga kerja penuh akan selalu sama dengan jumlah seluruh investasi yang akan dilakukan oleh para pengusaha, maka dalam perekonomian pengeluaran agregat pada penggunaan tenaga kerja penuh akan selalu dapat mencapai tingkat yang sama dengan penawaran agregat pada penggunaan tenaga kerja penuh.
9 8 7 6 Suku Bunga 5 4 3 2 1 0 0 I=S Tabungan dan Investasi I E
Kelebihan tabungan
By Reno
Pendapatan faktor-faktor produksi (gaji dan upah, sewa, bunga dan untung)
PERUSAHAAN
RUMAH TANGGA
Investasi
5 4 3 2
PENANAMAN MODAL
1 0
LEMBAGA KEUANGAN
Tabungan
Pinjaman
PERANAN PEMERINTAH
Peranan pemerintah sebagai pelaku ekonomi suatu negara adalah sebagai berikut.13 1. Mengatur kegiatan ekonomi melalui perundang-undangan dan peradilan. 2. Mengendalikan kestabilan ekonomi dalam arti mengendalikan ketersediaan barang kebutuhan masyarakat. 3. Menjaga keamanan dan ketahanan suatu negara baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri. 4. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Fungsi Alokasi
Dalam hal ini, pemerintah mengalokasikan sumber daya yang ada dalam suatu negara agar ketersediaan barang kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi.
Fungsi Distribusi
Berikutnya, pemerintah mengadakan penataan dan penyesuaian terhadap distribusi pendapatan dan kekayaan masyarakat pada suatu keadaan yang adil dan merata.
Fungsi Stabilisasi
Fungsi ini merupakan tugas pemerintah untuk menjaga kondisi perekonomian yang stabil. Misalnya tingkat harga yang relatif stabil, ketersediaan barang kebutuhan, dan kesempatan kerja yang berimbang sesuai dengan kebutuhan.
Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal merupakan tindakan pemerintah untuk mempengaruhi jalannya perekonomian melalui APBN (Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara). APBN terdiri dari penerimaan pemerintah berupa pajak, dan pengeluaran pemerintah yang terdiri dari goverment expenditure (G) dan goverment transfer (Tr). Goverment expenditure merupakan pengeluaran pemerintah dimana pemerintah akan memperoleh hasil secara langsung misalnya pembayaran gaji pegawai negeri, dimana hasil yang diperoleh adalah prestasi kerja pegawai negeri tersebut. Goverment transfer merupakan pengeluaran pemerintah yang tidak memberikan hasil pada tahun anggaran pengeluaran itu terjadimisalnya pembayaran pensiun, bea siswa, dan subsidi lainnya. Cara pemerintah menjaga stabilitas ekonomi adalah sebagai berikut. 1. Menaikkan atau menurunkan penerimaan pemerintah melalui pajak, misalnya jika terjadi inflationary gap pemerintah akan menaikkan tarif pajak sehingga jumlah uang yang beredar terkendali. 2. Menaikkan atau menurunkan pengeluaran pemerintah, misalnya terjadi deflationary gap pemerintah akan meningkatkan pembelian produk yang berlebih di pasar sehingga kondisi pasar stabil.
13
Ilustrasi pajak progresif Pendapatan Kena Pajak Rp500.000 Rp501.000Rp2.000.000 Rp2.001.000Rp5.000.000 >Rp5.000.000 Sumber14
1. Pajak Tetap dan Keseimbangan Pendapatan Untuk menerangkan keseimbangan pendapatan nasional dalam perekonomian dimana sistem pajaknya adalah pajak tetap, digunakan pemisalan-pemisalan sebagai berikut. - Jumlah pajak dan sifat hubungan antara pendapatan nasional, konsumsi dan tabungan dengan fungsi C=60+0,75Y (fungsi konsumsi sesudah pajak) dan fungsi S=-100+0,25Y. Pajak adalah T=40. - Investasi sektor perusahaan adalah I=120 (trilyun rupiah) dan pengeluaran pemerintah adalah G=60 (trilyun rupiah).
Tingkat Pendapatan Tingkat Pendapatan Pajak Tingkat Konsumsi Tingkat Tabungan Nasional Nasional Setelah Pajak Bagian 1: T=0 0 0 0 90 -90 240 0 240 270 -30 480 0 480 450 30 720 0 720 630 90 960 0 960 810 150 1200 0 1200 990 210 1440 0 1440 1070 270 Bagian 2: T=40 0 40 -40 60 -100 240 40 200 240 -40 480 40 440 420 20 720 40 680 600 80 960 40 920 780 140 1200 40 1160 960 200 1440 40 1400 1040 260 15 Pengaruh pajak tetap ke atas konsumsi dan tabungan rumah tangga.
14
M.T. Ritonga, dkk., Ekonomi dan Akuntansi, (Jakarta: PT Phibeta Aneka Gama), 2007, hal.155 15 Sadono Sukirno, Makroekonomi Teori Pengantar, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada), 2011, hal. 157
Seimbang Kontraksi
Sumber16
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa keseimbangan pendapatan nasional tiga sektor tercapai pada Rp960 trilyun, dimana Y=AE. Ekspansi dalam kegiatan ekonomi terjadi ketika AE>Y dimana pengeluaran agregat lebih besar dari pendapatan nasional sehingga menyebabkan kelebihan perbelanjaan agregat. Sedangkan kontraksi terjadi ketika AE<Y dimana pengeluaran agregat lebih kecil dari pendapatan nasional. Hal ini mengindikasikan bahwa produksi nasional lebih besar dari perbelanjaan agregat. Rumus-rumus terkait tabel di atas: 1) Y=C+I+G 2) S+T=I+G b. Keseimbangan Secara Grafik 1000 900 800 700 600 500 400 300 200 100 45 0
16
Y=AE C+I+G
Pengeluaran agregat
240
100 200
960
700 800 900 1000 1100
Sadono Sukirno, Makroekonomi Teori Pengantar, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada), 2011, hal. 171
c. Keseimbangan Secara Aljabar Dalam pendekatan penawaran agregat dan permintaan agregat, keseimbangan pendapatan nasional dicapai apabila Y=C+I+G. Dalam contoh angka dimisalkan sebagai berikut. 1) C=60+0,75Y dan S=-100+0,25Y; 2) I=120; 3) G=60 Dengan demikian pendapatan nasional pada keseimbangan adalah (dalam trilyun rupiah). Y = C+I+G Y = 60+0,75Y+120+60 0,25Y = 240 Y = 960 Pendapatan nasional pada keseimbangan dapat juga dihitung dengan menggunakan pendekatan suntikan sama dengan bocoran (J=I+G = W=S+T). I+G = S+T 120+60 = -100+0,25Y+40 0,25Y = 240 Y = 960 2. Pajak Proporsional dan Keseimbangan Pendapatan Nasional a. Keseimbangan Secara Angka
Y (1) 0 240 480 720 960 1200 1440 T (2) 0 48 96 144 192 240 288 C (3) 90 234 278 522 666 810 954 S (4) -90 -42 6 54 102 150 198 I (5) 150 150 150 150 150 150 150 G AE=C+I+G (6) 240 480 240 624 240 768 240 912 240 1056 240 1200 240 1344 Keadaan Ekonomi Ekspansi
Seimbang Kontraksi
b. Keseimbangan Secara Grafik Gambar berikut menunjukkan keseimbangan mengikuti pendekatan penawaran agregatpengeluaran agregat. Fungsi konsumsi meotong garis 45 ketika Y=C, dan fungsi pembelanjaan agregat AE memotong garis 45 derajat apabila pendapatan nasional mencapai keseimbangan (Y=1200). c. Keseimbangan Secara Aljabar Diketahui data sebagai berikut. 1) C = 90+0,60Y; 2) S = -90+0,20Y; 3) I = 150; 4) G = 240 Dengan demikian, pendapatan nasional dapat dihitung dengan cara: Y = 90+0,60Y+150+240 0,40Y = 480 Y = 1200
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Syarat keseimbangan pendapatan nasional adalah apabila penawaran agregat sama dengan pengeluaran agregat. Perekonomian yang tidak melakukan perdagangan luar negeri, penawaran agregat adalah sama dengan pendapatan nasionalnya, yaitu sama dengan nilai barang dan jasa yang diproduksi dalam periode tertentu. Pada suatu periode, pendapatan nasional tidak selalu dalam keadaan seimbang. Hal tersebut disebabkan oleh berbagai faktor, misalnya perubahan tarif pajak, peningkatan atau penurunan belanja pemerintah, dan seterusnya. Untuk mengatasi terjadinya ekspansi dan kontraksi, pemerintah melakukan memerankan kebijakan fiskal. Melalui pasar uang, dana-dana berlebih pada suatu bank atau perusahaan dapat menjadi produktif sehingga tidak terjadi uang menganggur. Dengan demikian, debitur dapat terbantu untuk melanjutkan atau melancarkan aktivitas perusahaannya.
KOMENTAR PENYUSUN
Pendapatan nasional tidak akan seimbang jika dilihat dari seluruh aspek.Keseimbangan pendapatan nasional hanya melibatkan konsep-konsep tertentu yang mewakili saja. Tidak semua sektor pendapatan masyarakat dihitung secara riil dan detail. Misalnya pendapatan pekerja rumahan tidak dihitung. Semua dihitung berdasarkan sudut pandang perusahaan resmi dan lembaga-lembaga tertentu saja. Oleh sebab itu, angka keseimbangan pendapatan nasional bukanlah angka yang riil.
DAFTAR ISTILAH
(Glossary)
Keterangan Kumpulan Pemerintahan sendiri Simpanan di bank yang penarikannya dapat dilakukan setelah masa tertentu sesuai perjanjian atau setelah pemberitahuan sebelumnya. potongan atau bunga yg harus dibayar oleh orang yg menjual wesel atau surat dagang yg diuangkan sebelum waktunya. Nota surat kesanggupan pinjaman Tersedia Pendapatan bersih setelah pajak
Disposable income
DAFTAR PUSTAKA
(Bibliography)
Alam. 2007. Ekonomi. Jakarta: Erlangga. Case, Karl E. dan Ray C. Fair. 2004. Prinsip-prinsip Ekonomi Makro. Jakarta: PT INDEKS. Lipsey, Richard G. dkk.. 1993. Pengantar Makroekonomi Edisi Kedelapan. Jakarta: Erlangga. Murni, Asfia. 2006. Ekonomika Makro. Bandung: PT Refika Aditama. Ritonga, M. T. dkk.. 2007. Ekonomi dan Akuntansi. Jakarta: PT Phibeta Aneka Gama. Sukirno, Sadono. 2011. Makroekonomi Teori Pengantar. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Wahyu, Y. Istiyono dan Ostaria Silaban. 2006. Kamus Pintar Bahasa Indonesia. Batam: Karisma Publishing Group.