You are on page 1of 22

33

IV. TINJAUAN PUSTAKA IV.1 Definisi Nyeri pinggang bawah atau yang lebih dikenal dengan low back pain adalah perasaan nyeri di daerah lumbosakral dan sakroiliaka. Nyeri pinggang bawah ini sering disertai dengan penjalaran ke tungkai. Mobilitas pinggang bawah sangat tinggi, disamping itu juga menyangga beban tubuh sekaligus sangat berdekatan dengan jaringan lain yaitu traktus digestivus dan traktus genitourinaria. Kedua organ ini apabila mengalami perubahan patologik tertentu dapat menimbulkan nyeri yang dirasakan di daerah pinggang bawah. Penyebab tersering dari nyeri pinggang bawah adalah hernia nukleus pulposus, tetapi sulit untuk menentukan frekuensi sebenarnya dikarenakan serangan akut biasanya menghilang secara spontan dan karena nyeri pinggang bawah kronis juga dipengaruhi faktor psikologik.

IV. 2 Faktor Resiko

34

Faktor Umur Nyeri pinggang merupakan keluhan yang berkaitan erat dengan umur. Secara teori, nyeri pinggang atau nyeri punggung bawah dapat dialami oleh siapa saja, pada umur berapa saja. Namun demikian keluhan ini jarang dijumpai pada kelompok umur 0-10 tahun, hal ini mungkin berhubungan dengan beberapa faktor etiologik tertentu yag lebih sering dijumpai pada umur yang lebih tua. Biasanya nyeri ini mulai dirasakan pada mereka yang berumur dekade kedua dan insiden tertinggi dijumpai pada dekade kelima. Bahkan keluhan nyeri pinggang ini semakin lama semakin meningkat hingga umur sekitar 55 tahun. Jenis Kelamin Laki-laki dan perempuan memiliki resiko yang sama terhadap keluhan nyeri pinggang sampai umur 60 tahun, namun pada kenyataannya jenis kelamin seseorang dapat mempengaruhi timbulnya keluhan nyeri pinggang, karena pada wanita keluhan ini lebih sering terjadi misalnya pada saat mengalami siklus menstruasi, selain itu proses menopause juga dapat menyebabkan kepadatan tulang berkurang akibat penurunan hormon estrogen sehingga memungkinkan terjadinya nyeri pinggang.

Faktor Indeks Massa Tubuh

35

1.

Berat Badan Pada orang yang memiliki berat badan yang berlebih resiko timbulnya nyeri pinggang lebih besar, karena beban pada sendi penumpu berat badan akan meningkat, sehingga dapat memungkinkan terjadinya nyeri pinggang.

2.

Tinggi Badan Tinggi badan berkaitan dengan panjangnya sumbu tubuh sebagai lengan beban anterior maupun lengan posterior untuk mengangkat beban tubuh.

Pekerjaan Keluhan nyeri ini juga berkaitan erat dengan aktivitas mengangkat beban berat, sehingga riwayat pekerjaan sangat diperlukan dalam penelusuran penyebab serta penanggulangan keluhan ini. Pada pekerjaan tertentu, misalnya seorang kuli pasar yang biasanya memikul beban di pundaknya setiap hari. Mengangkat beban berat lebih dari 25 kg sehari akan memperbesar resiko timbulnya keluhan nyeri pinggang.

Aktivitas / Olahraga

36

Sikap tubuh yang salah merupakan penyebab nyeri pinggang yang sering tidak disadari oleh penderitanya. Terutama sikap tubuh yang menjadi kebiasaan. Kebiasaan seseorang, seperti duduk, berdiri, tidur, mengangkat beban pada posisi yang salah dapat menimbulkan nyeri pinggang, misalnya, pada pekerja kantoran yang terbiasa duduk dengan posisi punggung yang tidak tertopang pada kursi, atau seorang mahasiswa yang seringkali membungkukkan punggungnya pada waktu menulis. Posisi berdiri yang salah yaitu berdiri dengan membungkuk atau menekuk ke muka. Posisi tidur yang salah seperti tidur pada kasur yang tidak menopang spinal. Kasur yang diletakkan di atas lantai lebih baik daripada tempat tidur yang bagian tengahnya lentur. Posisi mengangkat beban dari posisi berdiri langsung membungkuk mengambil beban merupakan posisi yang salah, seharusnya beban tersebut diangkat setelah jongkok terlebih dahulu. Selain sikap tubuh yang salah yang seringkali menjadi kebiasaan, beberapa aktivitas berat seperti melakukan aktivitas dengan posisi berdiri lebih dari 1 jam dalam sehari, melakukan aktivitas dengan posisi duduk yang monoton lebih dari 2 jam dalam sehari, naik turun anak tangga lebih dari 10 anak tangga dalam sehari, berjalan lebih dari 3,2 km dalam sehari dapat pula meningkatkan resiko timbulnya nyeri pinggang.

IV. 3 Patofisiologi

37

HNP dapat terjadi tiba-tiba ataupun perlahan-lahan. Empat langkah terjadinya HNP adalah : 1. Degenerasi discus : perubahan kimia yang terkait dengan usia menyebabkan discus menjadi lemah. 2. Prolapse : bentuk ataupun posisi dari diskus dapat berubah yang ditunjukkan dengan adanya penonjolan ke spinal canal. Hal ini sering pula disebut dengan bulge atau protrusion. 3. Extrusion : nucleus pulposus keluar melalui robekan dari annulus fibrosus. 4. Sequestration atau Sequestered Disc : nukleus pulposus keluar dari annulus fibrosus dan menempati sisi luar dari discus, yaitu pada spinal canal.

Gambar 1. 4 langkah terjadinya HNP

38

Lokasi HNP dapat bermanifestasi pada keadaan klinis yang berbeda tergantung dari arah ekstrusi dari nucleus pulposus : Bila menjebolnya nukleus ke arah anterior, hal ini tidak mengakibatkanya munculnya gejala yang berat kecuali nyeri. Bila menonjolnya nukleus ke arah dorsal medial maka dapat menimbulkan penekanan medulla spinalis dengan akibatnya gangguan fungsi motorik maupun sensorik pada ektremitas, begitu pula gangguan miksi dan defekasi yang bersifat UMN. Bila menonjolnya ke arah lateral atau dorsal lateral, maka hal ini dapat menyebabkan tertekannya radiks saraf tepi yang keluar dari sana dan menyebabkan gejala neuralgia radikuler. Kadangkala protrusi nukleus terjadi ke atas atau ke bawah masuk ke dalam korpus vertebral dan disebut dengan nodus Schmor.

Jika beban pada discus bertambah, annulus fibrosus tidak kuat menahan, nucleus pulposus (gel) akan keluar, akan timbul rasa nyeri oleh karena gel yang berada di canalis vertebralis menekan radiks. Bangunan peka nyeri mengandung reseptor nosiseptif (nyeri) yang terangsang oleh berbagai stimulus lokal (mekanis, termal, kimiawi). Stimulus ini akan direspon dengan pengeluaran berbagai mediator inflamasi yang akan menimbulkan persepsi nyeri. Mekanisme nyeri merupakan proteksi yang bertujuan untuk mencegah pergerakan sehingga proses penyembuhan dimungkinkan. Salah satu bentuk proteksi adalah spasme otot, yang selanjutnya dapat menimbulkan iskemia. Nyeri yang timbul dapat berupa

39

nyeri inflamasi pada jaringan dengan terlibatnya berbagai mediator inflamasi atau nyeri neuropatik yang diakibatkan lesi primer pada sistem saraf. Iritasi neuropatik pada serabut saraf dapat menyebabkan 2

kemungkinan. Pertama, penekanan hanya terjadi pada selaput pembungkus saraf yang kaya nosiseptor dari nervi nevorum yang menimbulkan nyeri inflamasi. Nyeri dirasakan sepanjang serabut saraf dan bertambah dengan peregangan serabut saraf, misalnya karena pergerakan. Kemungkinan kedua, penekanan mengenai serabut saraf. Pada kondisi ini terjadi perubahan biomolekuler dimana terjadi akumulasi saluran ion Na dan ion lainnya. Penumpukan ini menyebabkan timbulnya mechano-hot spot yang sangat peka terhadap rangsang mekanikal dan termal. Hal ini merupakan dasar pemeriksaan laseque.

IV.4 Gejala Klinis Gejala klinis dari nyeri pinggang bawah dapat berupa radikulopati dan juga skiatika. Radikulopati adalah disfungsi radiks (tanda dan gejala dapat termasuk : nyeri yang menyebar dari radiks tersebut, gangguan sensoris dermatomal, kelemahan otot yang diinervasi oleh saraf tersebut, dan hipoaktifitas otot. Sedangkan skiatika merupakan nyeri selama penggunaan saraf skiatik yang penyebabnya disebabkan oleh kelainan dari radiks.

40

Nyeri pinggang bawah disebabkan oleh berbagai kelainan atau perubahan patologik yang mengenai berbagai macam organ atau jaringan tubuh. Oleh karena itu, beberapa ahli membuat klasifikasi yang berbeda atas dasar kelainannya atau jaringan yang mengalami kelainan tersebut. Macnab menyusun klasifikasi sebagai berikut : 1. Viserogenik Nyeri pinggang bawah yang bersifat viserogenik disebabkan adanya proses patologik pada ginjal atau visera di daerah pelvis, serta tumor retroperitoneal. Riwayat nyerinya biasanya dapat dibedakan dengan nyeri pinggang bawah yang bersifat spondilogenik. Nyeri viserogenik ini tidak bertambah dengan aktivitas tubuh dan sebaliknya tidak berkurang dengan istirahat. 2. Vaskulogenik Aneurisma atau penyakit vaskular perifer dapat menimbulkan nyeri punggung atau nyeri menyerupai skiatika. Aneurisma abdominal dapat menimbulkan nyeri pinggang bawah di bagian dalam dan tidak ada hubungannya dengan aktivitas tubuh. Insufisiensi arteria glutealis superior dapat menimbulkan nyeri di daerah bokong, yang makin memberat pada saat berjalan dan akan mereda pada saat berdiri diam. Nyeri ini dapat menjalar ke bawah, sehingga sangat mirip dengan skiatika, tetapi tidak dipengaruhi oleh presipitasi tertentu, misalnya membungkuk, mengangkat benda berat dan sebagainya, yang semuanya itu dapat menimbulkan tekanan sepanjang kolumna vertebralis.

41

3.

Neurogenik Keadaan patologik pada saraf dapat menyebabkan nyeri punggung bawah, antara lain neoplasma, araknoiditis dan stenosis kanalis spinalis. Neoplasma intrakanalis spinal yang sering ditemukan adalah

neurinoma, hemangioma, ependimoma dan meningioma. Nyeri akibat neoplasma ini sulit dibedakan dengan nyeri akibat hernia nukleus pulposus. Pada araknoiditis terjadi perlengketan-perlengketan. Nyeri timbul bila terjadi penjepitan terhadap radiks oleh perlengketan tersebut. Menyempitnya kanalis spinalis disebabkan oleh proses degenerasi diskus intervertebralis dan biasanya disertai oleh ligamentum flavum. Gejala klinis yang timbul ialah adanya klaudikasio intermitten yang disertai rasa kesemutan dan pada saat penderita istirahat maka rasa nyerinya masih tetap ada. Bedanya dengan klaudikasio intermitten pada penyumbatan arteri adalah denyut nadi yang menghilang dan tidak adanya rasa kesemutan. 4. Spondilogenik Nyeri pinggang bawah spondilogenik ini adalah suatu nyeri yang disebabkan oleh berbagai proses patologik di kolumna vertebralis yang terdiri dari unsur tulang (osteogenik), diskus intervertebralis

(diskogenik), miofasial (miogenik) dan proses patologis di artikulasio sakroiliaka.

42

Nyeri pinggang bawah osteogenik sering disebabkan oleh : Radang atau infeksi, misalnya osteomyelitis vertebral dan spondilitis tuberkulosa. Trauma, yang dapat mengakibatkan fraktur maupun

spondilolistesis (bergesernya korpus vertebra terhadap korpus vertebra dibawahnya). Keganasan, dapat bersifat primer maupun sekunder (metastatik) yang beraasal dari proses keganasan di kelenjar tiroid, paru-paru, payudara, hati, prostat, dan ovarium. Kongenital, misalnya skoliosis lumbal. Nyeri yang timbul disebabkan oleh iritasi dan peradangan selaput artikulasi posterior satu sisi. Metabolik, misalnya osteoporosis, osteofibrosis, dan lainnya. Nyeri pinggang bawah diskogenik biasanya disebabkan oleh spondilosis, hernia nukleus pulposus, dan spondilitis ankilosa. Spondilosis ini disebabkan oleh proses degenerasi yang progresif pada diskus intervertebralis, yang mengakibatkan makin menyempitnya jarak antar vertebra sehingga terjadi osteofit, penyempitan kanalis spinalis dan foramen intervertebrale dan iritasi persendian posterior. Rasa nyeri pada spondilosis ini disebabkan terjadinya osteoartritis dan tertekannya radiks oleh kantong duramater yang mengakibatkan iskemi dan radang. Nyeri akan bertambah apabila tekanan cairan serebrospinal dinaikkan

43

dengan cara penderita diminta untuk mengejan (Valsava) atau dengan menekan kedua vena jugularis (Naffziger). Hernia nukleus pulposus adalah keadaan dimana nukleus pulposus menonjol keluar untuk kemudian menekan ke arah spinalis melalui anulus fibrosus yang robek. Penonjolan dapat terjadi pada bagian lateral dan ini yang banyak terjadi, disebut HNP lateral, dapat pula pada bagian tengah disebut HNP sentral. Dasar terjadinya HNP ini adalah proses degenerasi dari diskus intervertebralis, maka banyak terjadi pada usia pertengahan. Pada umumnya HNP didahului oleh aktivitas yang berlebihan, misalnya mengangkat benda berat, mendorong barang berat dimana laki-laki lebih banyak mengalami HNP daripada wanita. Gejala pertama yang timbul adalah rasa nyeri di punggung bawah disertai nyeri di otot-otot sekitar lesi dan nyeri tekan di sekitar tempat tersebut. Hal ini disebabkan oleh spasme otot-otot tersebut dan spasme ini menyebabkan mengurangnya lordosis lumbal dan terjadi skoliosis. Spondilitis ankilosa, dimana proses ini mulai dari sendi sakroiliaka, yang kemudian menjalar ke atas, ke daerah leher. Gejala permulaan berupa rasa kaku di punggung bawah waktu bangun tidur dan hilang setelah mengadakan gerakan. Pada foto rontgen terlihat gambaran yang mirip dengan ruas-ruas bambu sehingga disebut bamboo spine. Nyeri pinggang bawah miogenik disebabkan oleh ketegangan otot, spasme otot, defisiensi otot dan hipersensitif.

44

Nyeri pinggang bawah psikogenik tidak jarang dijumpai, tetapi biasanya ditemukan setelah dilakukan pemeriksaan yang lengkap dan hasilnya tidak memberikan jawaban pasti. Nyeri pinggang dikatakan kronis bila lamanya lebih dari 12 minggu. Dapat disebabkan oleh gangguan mekanis maupun non mekanis, dimana lamanya sakit bisa berbulan bulan hingga bertahun bertahun. Masingmasing kelainan seperti stenosis spinal dapat didiagnosa dari riwayat, pemeriksaan fisik dan laboratorium.

Karakteristik yang berkaitan dengan penyakit ini dapat kita lihat pada tabel :

Kelainan Mekanik Berkaitan Dengan LBP Kronis Hernia Nukleus Pulposus 30 50 tahun Pinggang Akut Menurun Meningkat Meningkat + Hernia diskus Hernia diskus Osteoarthritis >50 tahun Pinggang Akut Meningkat Menurun Menurun + Artritis sendi Spinal Stenosis >60 tahun Tungkai Buruk Meningkat Menurun Menurun + dengan tekanan + Penyempitan kanal Penyempitan kanal

Umur Pola nyeri Lokasi Onset Berdiri Duduk Membungkuk Straight leg raising X- ray CT MR scan

HNP yang sering disebut pula sebagai slipped disc adalah terjebol atau menonjolnya nukleus pulposus dari tempatnya semula melalui bagian terlemah dari discus. IV. 5 Diagnosis

45

Seperti lazimnya, diagnosis LBP ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan pendukung seperti pemeriksaan radiologis. a. Anamnesa Dalam menegakkan diagnosa perlu, diperhatikan halhal seperti derajat nyeri, stadium penyakit, lokasi nyeri dan faktor mekanik, derajat disfungsi, faktor resiko dan pekerjaan, ada tidaknya trauma dan hasil pemeriksaan penunjang. Kapan mulai sakit, sebelumnya pernah tidak? Apakah nyeri diawali oleh suatu kegiatan fisik tertentu? Apa pekerjaan sehari-hari? Adakah suatu trauma? Dimana letak nyeri? (sebaiknya penderita sendiri yang disuruh menunjukkan dimana letak nyerinya). Ada tidak penjalaran? Bagaimana sifat nyeri? Apakah nyeri bertambah pada sikap tubuh tertentu? Apakah bertambah pada kegiatan tertentu? Apakah nyeri berkurang pada waktu istirahat? Adakah keluarga dengan riwayat penyakit serupa? Ada tidak perubahan siklus haid, atau perdarahan pervaginam? Ada tidak gangguan miksi dan defekasi atau penurunan libido?

b.

Pemeriksaan Fisik

46

1. Inspeksi Pada penderita dengan low back pain biasanya ditemukan antalgic gait (cara berjalan seperti orang yang kesakitan), berdiri tidak tegak, tidak bisa duduk lama. Inspeksi daerah punggung. Perhatikan jika ada lurus tidaknya, lordosis, ada tidak jalur spasme otot para vertebral, deformitas, kifosis, gibus. 2. Palpasi Palpasi sepanjang columna vertebralis (ada tidaknya nyeri tekan pada salah satu procesus spinosus, atau gibus/deformitas kecil dapat teraba pada palpasi atau adanya spasme otot para vertebra). c. Pemeriksaan Neurologik Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk memastikan apakah kasus nyeri pinggang bawah adalah benar karena adanya gangguan saraf atau karena sebab yang lain. 1. Pemeriksaan sensorik Bila nyeri pinggang bawah disebabkan oleh gangguan pada salah satu saraf tertentu, biasanya dapat ditentukan adanya gangguan sensorik dengan menentukan batas-batasnya, dengan demikian segmen yang terganggu dapat diketahui.

2.

Pemeriksaan motorik

47

Dengan mengetahui segmen otot mana yang lemah, segmen mana yang terganggu akan diketahui, misalnya lesi yang mengenai segmen L4 maka musculus tibialis anterior akan menurun kekuatannya. 3. Pemeriksaan refleks Refleks tendon akan menurun atau menghilang pada lesi motor neuron bawah dan meningkat pada lesi motor neuron atas. Pada nyeri punggung bawah yang disebabkan oleh HNP maka reflex tendon dari segmen yang terkena akan menurun atau menghilang. 4. Tes-tes a. Tes Lasegue (Straight Leg Raising). Tungkai difleksikan pada sendi coxae sedangkan sendi lutut tetap lurus. Saraf ischiadicus akan tertarik. Bila nyeri pinggang dikarenakan iritasi pada saraf ini, nyeri akan dirasakan pada sepanjang perjalanan saraf ini, mulai dari pantat sampai ujung kaki. b. Crossed Lasegue. Bila tes lasegue pada tungkai yang tidak sakit menyebabkan rasa nyeri pada tungkai yang sakit, dikatakan crossed lasegue positif.

c.

Tes Kernig. Sama dengan lasegue hanya dilakukan dengan lutut fleksi, setelah sendi coxae 90o dicoba untuk meluruskan sendi lutut.

48

d.

Tes Patrick (FABERE sign). FABERE merupakan singkatan dari fleksi, abduksi, external, rotasi, extensi. Pada tes ini penderita berbaring, tumit dari kaki yang satu diletakkan pada sendi lutut pada tungkai yang lain. Setelah ini dilakukan penekanan pada sendi lutut hingga terjadi rotasi keluar. Bila timbul rasa nyeri, berarti ada suatu sebab yang non neurologik misalnya coxitis.

e.

Kontra Patrick. Cara melakukan tes ini yaitu tungkai dalam posisi fleksi sendi lutut dan sendi panggul, kemudian lutut didorong ke medial, bila di sendi sakroiliaka ada kelainan, di situ akan terasa nyeri.

f.

Tes Bragard. Tes Bragard merupakan tes lanjutan dari tes Lasegue (LSR). Jika LSR positif (nyeri), turunkan kaki sedikit di bawah titik ketika LSR + (nyeri) dan secara cepat dorsofleksikan pada pergelangan kaki. Jika nyeri (+) atau bertambah, tes Bragard (+).

g.

Tes Sicard. Tes Sicard merupakan tes lanjutan dari tes Lasegue (LSR). Jika LSR positif (nyeri), turunkan kaki sedikit di bawah titik ketika LSR + (nyeri) dan secara cepat dorsofleksikan ibu jari kaki tersebut. Jika nyeri (+) atau bertambah, tes sicard sign (+).

h.

Tes Naffziger. Dengan menekan kedua vena jugularis, tekanan LCS akan meningkat. Hal ini menyebabkan tekanan pada radiks bertambah, sehingga timbul nyeri radikuler.

49

i.

Tes Valsava. Penderita disuruh menutup mulut dan hidung kemudian meniup sekuatnya.

Dengan melakukan tes-tes ini, kita dapat menyingkirkan diagnosis banding yang lain. Postur pasien biasanya normal bila subluksasio yang terjadi bersifat ringan. Dengan subluksasi berat, terdapat gangguan bentuk postur. Pergerakan tulang belakang berkurang karena nyeri dan terdapat spasme otot. Penyangga badan kadang-kadang memberikan rasa nyeri pada pasien, dan nyeri umumnya terletak pada bagian dimana terdapatnya

pergeseran/keretakan, kadang nyeri tampak pada beberapa segmen distal dari level/tingkat dimana lesi mulai timbul. Ketika pasien diletakkan pada posisi telungkup (prone) di atas meja pemeriksaan, perasaan tidak nyaman atau nyeri dapat diidentifikasi ketika palpasi dilakukan secara langsung di atas defek pada tulang belakang. Nyeri dan kekakuan otot adalah hal yang sering dijumpai. Pada banyak pasien, lokalisasi nyeri di sekitar defek dapat sangat mudah diketahui bila pasien diletakkan pada posisi lateral dan meletakkan kaki mereka ke atas seperti posisi fetus (fetal position). Defek dapat diketahui pada posisi tersebut. Fleksi tulang belakang seperti itu membuat massa otot paraspinal lebih tipis pada posisi tersebut. Pada beberapa pasien, palpasi pada defek tersebut kadang-kadang sulit atau tidak mungkin dilakukan. Pemeriksaan neurologis terhadap pasien dengan spondilolistesis biasanya negatif. Fungsi berkemih dan defekasi biasanya

50

normal kecuali pada pasien dengan sindrom cauda equina yang berhubungan dengan lesi derajat tinggi. b. Pemeriksaan Penunjang Darah rutin : tidak spesifik Urine rutin : tidak spesifik Liquor cerebrospinalis : biasanya normal. Jika terjadi blok, akan didapatkan peningkatan kadar protein ringan dengan adanya penyakit diskus. Kecil manfaatnya untuk diagnosis. Myelogram mungkin disarankan untuk menjelaskan ukuran dan lokasi dari hernia. Bila operasi dipertimbangkan, myelogram dilakukan untuk menentukan tingkat protrusi diskus. MRI tulang belakang : bermanfaat untuk diagnosis kompresi medula spinalis atau kauda ekuina. Alat ini sedikit kurang teliti daripada CT scan dalam hal mengevaluasi gangguan radiks saraf. Foto : foto rontgen tulang belakang. Pada penyakit diskus, foto ini normal atau memperlihatkan perubahan degeneratif dengan penyempitan sela invertebrate dan pembentukan osteofit. EMG : untuk membedakan kompresi radiks dari neuropati perifer Myelo-CT untuk melihat lokasi HNP

IV. 6 Penatalaksanaan

51

Penyebab

nyeri

pinggang

bawah

sangat

beragam

maka

penatalaksanaannya juga bervariasi. Namun demikian, pada dasarnya dikenal dua tahapan terapi nyeri pinggang bawah yaitu terapi konservatif dan operatif. Kedua tahapan terapi ini memiliki kesamaan tujuan yaitu rehabilitasi. Terapi konservatif meliputi bed rest, medikamentosa, dan fisioterapi. 1. Bedrest Penderita harus tetap berbaring di tempat tidur selama beberapa hari dengan sikap tertentu. Tempat tidur tidak boleh memakai pegas atau per, dengan demikian tempat tidur harus dari papan yang lurus dan kemudian ditutup dengan lembar busa tipis. Tirah baring ini sangat bermanfaat untuk nyeri punggung bawah mekanik akut, fraktur, dan HNP. Pada HNP sikap terbaring paling baik ialah dalam posisi setengah duduk di mana tungkai dalam sikap fleksi pada sendi panggul dan lutut. Lama tirah baring bergantung pada berat-ringannya gangguan yang dirasakan penderita. Trauma mekanik akut tidak perlu lama berbaring, sedang HNP memerlukan waktu yang lebih lama, dan yang paling lama adalah kasus fraktur. Setelah tirah baring dianggap cukup maka dapat dilakukan latihan tertentu, atau terlebih dahulu dipasang korset. Tujuan

52

latihan ini adalah untuk mencegah terjadinya kontraktur dan mengembalikan lagi fungsi otot-otot. 2. Medikamentosa Ada dua jenis obat dalam penatalaksanaan nyeri pinggang bawah ini, yaitu obat yang bersifat simptomatik dan yang bersifat kausal. Obat-obat simptomatik, antara lain analgetika (salisilat, parasetamol, dll), kortikosteroid (prednison, prednisolon), anti inflamasi non-steroid (OAINS), misalnya piroksikam, antidepresan trisiklik (secara sentral), misalnya amitriptilin dan obat penenang minor, misalnya diazepam, klordiasepoksid. Obat-obatan kausal misalnya anti tuberkulosis, antibiotika untuk spondilitis piogenik, nukleolisis, misalnya khimopapain dan kolagenase (untuk HNP). 3. Fisioterapi Biasanya dalam bentuk diatermi (pemanasan dengan

jangkauan permukaan yang lebih dalam), misalnya pada HNP, trauma mekanik akut, serta traksi pelvis, misalnya untuk relaksasi otot dan mengurangi lordosis.

Terapi operatif dikerjakan apabila dengan tindakan konservatif tidak memberikan hasil yang nyata, atau terhadap kasus fraktur yang langsung mengakibatkan defisit neurologik. Yang terakhir ini memerlukan tindakan

53

yang bersifat segera. Defisit neurologik yang dapat diketahui adalah gangguan fungsi otonom dan paraplegia. Pada kasus HNP, tindakan operatif perlu dikerjakan apabila terapi konservatif tidak memberi hasil atau kambuh berulang-ulang, atau telah terjadi defisit neurologik. Rehabilitasi mempunyai makna yang luas apabila ditinjau dari segi pelaksanaannya. Namun demikian tujuannya hanya satu ialah

mengupayakan agar penderita dapat segera bekerja seperti semula dan tidak timbul nyeri pinggang bawah lagi di kemudian harinya. Pada kasus tertentu, tujuan rehabilitasi tadi teoritis tidak akan tercapai, maka tujuannya ialah agar penderita tidak menggantungkan diri pada orang lain dalam melakukan kegiatan sehari-hari (the activities of daily living), misalnya makan, minum, ke kamar mandi, berganti pakaian dan sebagainya. Apabila tujuan rehabilitasi di atas tidak tercapai maka tujuan rehabilitasi menjadi agar penderita tidak mengalami komplikasi yang membahayakan penderita, misalnya pneumonia, osteoporosis, infeksi saluran kencing, dan sebagainya. Teknik pelaksanaan rehabilitasi akan melibatkan berbagai macam disiplin atau dengan perkataan lain rehabilitasi bersifat multidisiplioner dan multifaktorial.

IV.7 Prognosis

54

Kebanyakan

pasien

penderita

HNP

(80-90%)

akan

membaik

keadaannya kepada aktivitas normal tanpa terapi yang agresif, dan dapat sembuh sempurna dalam hitungan kira-kira 1-2 bulan. Tetapi, sebagian kecil akan berlanjut menjadi kronik nyeri punggung bawah walaupun telah menjalani terapi. Bila berlanjut dengan adanya keluhan pada kontrol bowel dan bladder, perlu dipikirkan kembali untuk dilakukan tindakan bedah. IV. 8 Pencegahan Agar tetap sehat, khususnya agar tidak terkena LBP walaupun usia sudah lanjut, perlu dilakukan hal-hal sebagai berikut : 1. Olah raga yang teratur dimana frekuensi / jumlah dan intensitasnya harus cukup, jangan berlebihan. Bagi yang berbakat LBP, dianjurkan untuk berenang, dan sebaiknya jangan melompat-lompat. 2. Mengatur makanan dengan menghindari makanan-makanan yang mengandung banyak lemak, asam urat, dll, agar memperlambat terjadinya pengapuran tulang belakang. Disamping itu usahakan jangan sampai terjadi kelebihan berat badan. 3. Hidup dalam lingkungan yang sehat dengan udara yang bersih dan menghindari polusi yang berlebihan. 4. Hidup yang teratur, mengatasi stress, serta menjalani hidup dan beragama dengan sungguh-sungguh.

You might also like

  • GINA Edit
    GINA Edit
    Document18 pages
    GINA Edit
    Muhammad Dzikrifishofa
    No ratings yet
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Document4 pages
    Daftar Pustaka
    Muhammad Dzikrifishofa
    No ratings yet
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Document2 pages
    Daftar Pustaka
    Muhammad Dzikrifishofa
    No ratings yet
  • Case Report Asfiksia
    Case Report Asfiksia
    Document21 pages
    Case Report Asfiksia
    Muhammad Dzikrifishofa
    No ratings yet
  • Bab 2 CR Forensik Dyta
    Bab 2 CR Forensik Dyta
    Document6 pages
    Bab 2 CR Forensik Dyta
    Muhammad Dzikrifishofa
    No ratings yet
  • Intususepsi Ex
    Intususepsi Ex
    Document16 pages
    Intususepsi Ex
    Muhammad Dzikrifishofa
    No ratings yet
  • Laporan Kasus
    Laporan Kasus
    Document11 pages
    Laporan Kasus
    Muhammad Dzikrifishofa
    No ratings yet
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Document0 pages
    Daftar Pustaka
    Muhammad Dzikrifishofa
    No ratings yet
  • Hepatitis A Sandri Dzikri
    Hepatitis A Sandri Dzikri
    Document22 pages
    Hepatitis A Sandri Dzikri
    Muhammad Dzikrifishofa
    No ratings yet
  • Bab Iipita
    Bab Iipita
    Document85 pages
    Bab Iipita
    Muhammad Dzikrifishofa
    No ratings yet
  • Bab 2 CR Forensik Pembahasan
    Bab 2 CR Forensik Pembahasan
    Document11 pages
    Bab 2 CR Forensik Pembahasan
    Muhammad Dzikrifishofa
    No ratings yet
  • Laporan Kasus
    Laporan Kasus
    Document11 pages
    Laporan Kasus
    Muhammad Dzikrifishofa
    No ratings yet
  • Subekti
    Subekti
    Document13 pages
    Subekti
    Muhammad Dzikrifishofa
    No ratings yet
  • Radioanatomi Dan Radiografi Torak Normal
    Radioanatomi Dan Radiografi Torak Normal
    Document30 pages
    Radioanatomi Dan Radiografi Torak Normal
    Muhammad Dzikrifishofa
    No ratings yet
  • Penuyulahn Waham
    Penuyulahn Waham
    Document17 pages
    Penuyulahn Waham
    Muhammad Dzikrifishofa
    No ratings yet
  • QA 4 Terbaru
    QA 4 Terbaru
    Document7 pages
    QA 4 Terbaru
    Muhammad Dzikrifishofa
    No ratings yet
  • Penuyulahn Waham
    Penuyulahn Waham
    Document17 pages
    Penuyulahn Waham
    Muhammad Dzikrifishofa
    No ratings yet
  • Bab 2 Ayu Uci
    Bab 2 Ayu Uci
    Document22 pages
    Bab 2 Ayu Uci
    Muhammad Dzikrifishofa
    No ratings yet
  • Leaflet Sjs Blackwhite
    Leaflet Sjs Blackwhite
    Document3 pages
    Leaflet Sjs Blackwhite
    Muhammad Dzikrifishofa
    No ratings yet
  • Dewi Jiwa (Vitha)
    Dewi Jiwa (Vitha)
    Document20 pages
    Dewi Jiwa (Vitha)
    Muhammad Dzikrifishofa
    No ratings yet
  • CR Impetigo
    CR Impetigo
    Document24 pages
    CR Impetigo
    Muhammad Dzikrifishofa
    No ratings yet
  • Dewi Jiwa (Vitha)
    Dewi Jiwa (Vitha)
    Document20 pages
    Dewi Jiwa (Vitha)
    Muhammad Dzikrifishofa
    No ratings yet
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Document2 pages
    Daftar Pustaka
    Muhammad Dzikrifishofa
    No ratings yet
  • Berkas Pasien Stukas Naya Unila 2013
    Berkas Pasien Stukas Naya Unila 2013
    Document16 pages
    Berkas Pasien Stukas Naya Unila 2013
    Muhammad Dzikrifishofa
    No ratings yet
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Document2 pages
    Daftar Pustaka
    Muhammad Dzikrifishofa
    No ratings yet
  • Qa 6
    Qa 6
    Document4 pages
    Qa 6
    Muhammad Dzikrifishofa
    No ratings yet
  • Qa 2 - 2
    Qa 2 - 2
    Document35 pages
    Qa 2 - 2
    Muhammad Dzikrifishofa
    No ratings yet
  • Qa 1-1
    Qa 1-1
    Document4 pages
    Qa 1-1
    Muhammad Dzikrifishofa
    No ratings yet
  • QA 4 Terbaru
    QA 4 Terbaru
    Document7 pages
    QA 4 Terbaru
    Muhammad Dzikrifishofa
    No ratings yet