You are on page 1of 8

HEMATOLOGI

Kelainan Warna Eritrosit

Kelompok 3 Made Anggi Edita Pardini Putu Yulia Anggreni I Ketut Widiarta (P07134011022) (P07134011024) (P07134011026)

Kadek Susi Wiandari Ni Putu Mayasari

(P07134011028) (P07134011030)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR JURUSAN DIII ANALIS KESEHATAN 2013
KELAINAN WARNA ERITROSIT Sel darah merah atau lebih dikenal sebagai eritrosit memiliki fungsi utama untuk mengangkut hemoglobin, dan seterusnya membawa oksigen dari paru-paru menuju jaringan. Jika hemoglobin ini bebas dalam plasma, kurang lebih 3 persennya bocor melalui membran kapiler masuk ke dalam ruang jaringan atau melalui membran glomerolus pada ginjal terus masuk dalam saringan glomerolus setiap kali darah melewati kapiler. Oleh karena itu, agar hemoglobin tetap berada dalam aliran darah, maka ia harus tetap berada dalam sel darah merah. Dalam minggu-minggu pertama kehidupan embrio, sel-sel darah merah primitif yang berinti diproduksi dalam yolk sac. Selama pertengahan trimester masa gestasi, hepar dianggap sebagai organ utama untuk memproduksi eritrosit, walaupun terdapat juga eritrosit dalam jumlah cukup banyak dalam limpa dan limfonodus. Lalu selama bulan terakhir kehamilan dan sesudah lahir, sel-sel darah merah hanya diproduksi sumsum tulang (Anonim, 2009).

Pada sumsum tulang terdapat sel-sel yang disebut sel stem hemopoietik pluripoten, yang merupakan asal dari seluruh sel-sel dalam darah sirkulasi. Sel pertama yang dapat dikenali dari rangkaian sel darah merah adalah proeritroblas. Kemudian setelah membelah beberapa kali, sel ini menjadi basofilik eritroblas pada saat ini sel mengumpulkan sedikit sekali hemoglobin. Pada tahap selanjutnya hemoglobin menekan nukleus sehingga menjadi kecil, tetapi masih memiliki sedikit bahan basofilik, disebut retikulosit. Kemudian setelah bahan basofilik ini benar-benar hilang, maka terbentuklah eritrosit matur (Anonim, 2009). Hemoglobin terdiri dari 4 rantai polpeptida globin yang berikatan secara nonkovalen, yang masing-masing mengandung sebuah grup heme (molekul yang mengandung Fe) dan sebuah oxygen binding site. Dua pasang rantai globin yg berbeda membtk struktur tetramerik dengan sebuah heme moiety di pusat (center). Molekul heme penting bagi RBC untuk menangkap O2 diparu-paru dan membawanya keseluruh tubuh. Protein Hb lengkap dapat membawa 4 molekul O2 sekaligus. O2 yang berikatan dengan Hb memberi warna darah merah cerah. Konsentrasi sel-sel darah merah dalam darah pada pria normal 4,6-6,2 juta/mm3, pada perempuan 4,2-5,4 juta/mm3, pada anak-anak 4,5-5,1 juta/mm3. Dan konsentrasi hemoglobin pada pria normal 13-18 g/dL, pada perempuan 12-16 g/dL, pada anak-anak 11,2-16,5 g/dL (Anonim, 2009). Dalam keadaan normal, sel darah merah atau eritrosit mempunyai waktu hidup 120 hari didalam sirkulasi darah, Jika menjadi tua, sel darah merah akan mudah sekali hancur atau robek sewaktu sel ini melalui kapiler terutama sewaktu melalui limpa. penghancuran sel darah merah bisa dipengaruhi oleh faktor intrinsik seperti :genetik, kelainan membran, glikolisis, enzim, dan hemoglobinopati, sedangkan faktot ekstrinsik : gangguan sistem imun, keracunan obat, infeksi seperti akibat plasmodium Jika suatu penyakit menghancurkan sel darah merah sebelum waktunya (hemolisis), sumsum tulang berusaha menggantinya dengan mempercepat pembentukan sel darah merah yang baru, sampai 10 kali kecepatan normal. Jika

penghancuran sel darah merah melebihi pembentukannya, maka akan terjadi anemia hemolitik (Anonim, 2009). Fungsi utama eritrosit adalah untuk pertukaran gas yang membawa oksigen dari paru menuju ke jaringan tubuh dan membawa karbondioksida (CO2) dari jaringan tubuh ke paru. Eritrosit tidak mempunyai inti sel tetapi mengandung beberapa organel dalam sitoplasma. Sitoplasma dalam eritrosit berisi hemoglobin yang mengandung zat besi (Fe) sehingga dapat mengikat oksigen (Anonim, 2009). Eritrosit berbentuk bikonkaf dan berdiameter 7-8 mikron. Bentuk bikonkaf tersebut menyebabkan eritrosit bersifat fleksibel sehingga dapat melewati pembuluh darah yang sangat kecil dengan baik. Bentuk eritrosit pada mikroskop biasanya tampak bulat berwarna merah dan dibagian tengahnya tampak lebih pucat, atau disebut (central pallor) diameter 1/3 dari keseluruhan diameter eritrosit. Kelainan morfologi eritrosit karena bentuk yang tidak bikonkaf sempurna dapat dililihat dari warna / kepucatan eritrosit (Anonim, 2012). Kelainan warna eritrosit ada beberapa macam, yaitu (Quintana, 2012): A. Normokrom Eritrosit normal pucat 1/3 bagian

Ukuran 6-8 m Bentuk Bikonkaf Warna merah jambu Normal 4,0-5,5/4,5-6,0 juta/mm3 Umur 120 hari

Gambar : eritrosit normal (normokrom) B. Hipokrom Hipokromia dalah suatu keadaan dimana konsentrasi Hb kurang dari normal sehingga sentral akromia melebar (>1/2 sel) dan terjadi penurunan warna eritrosit yaitu peningkatan diameter central pallor melebihi normal sehingga tampak lebih pucat. Pada hipokromia yang berat lingkaran tepi sel sangat tipis disebut dengan eritrosit berbentuk cincin (anulosit). Distribusi normal sel ini adalah 10 % dalam darah. Hipokromia ditemukan pada: Anemia defesiensi fe Anemia sideroblasti Penyakit menahun(mis. Gagal gunjal kronik) Talasemia Hb-pati (C dan E)

Gambar : kelainan eritrosit hipokrom C. Polikrom Eritrosit polikrom adalah eritrosit yang lebih besar dan lebih biru dari eritrosit normal. Polikromasi suatu keadaan yang ditandai dengan banyak eritrosit polikrom pada preparat sediaan apus darah tepi, keadaan ini berkaitan dengan retikulositosis. D. Hiperkrom Warna eritrosit tampak lebih tua karena terjadi penebalan membran, bukan kelainan Hemolobin (Hb) dan biasanya jarang ditemukan.

Gambar : Kelainan eritrosit Hiperkrom

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. Gambaran Eritrosit Abmormal. Tersedia pada : http://drdjebrut.wordpress.com/2009/12/24/gambaran-eritrosit-abnormal/ (Diakses tanggal 13 April 2013) Anonim. 2009. Gambaran Sel Darah Normal. Tersedia pada : http://drdjebrut.wordpress.com/2009/12/24/gambaranH-sel-darah-normal/ (Diakses tanggal 13 April 2013) Anonim. 2012. Kelainan Eritrosit. Tersedia pada : http://www.psychologymania.com/2012/09/kelainan-eritrosit.html (Diakses tanggal 13 April 2013) Quintana, Kinositha. 2012. Kelainan Bentuk Eritrosit. Tersedia pada : http://cocoquiin.blogspot.com/2012/03/kelainan-bentuk-eritrosit.html (Diakses tanggal 13 April 2013)

You might also like