You are on page 1of 31

BAB I PENDAHULUAN

a. Definisi Luka bakar (combutio) adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yg disebabkan oleh adanya kontak dengan sumber panas ataupun sumber dingin. Luka bakar ini dapat menyebabkan kematian, atau akibat lain yang berkaitan dengan problem fungsi maupun estetik.1,2

b. Etiologi Penyebab luka bakar, yaitu:2 Sumber panas (suhu tinggi) seperti api, air panas Listrik Bahan kimia: asam atau basa kuat Radiasi Suhu rendah (forst-bite).

c. Epidemiologi Menurut the National Institutes of General medical Sciences, sekitar 1,1 juta luka bakar yang memerlukan perawatan medis setiap tahun di Ameriksa Serikat. Di antara mereka yang terluka, sekitar 50.000 orang memerlukan rawat inap dan sekitar 4.500 orang yang meninggal setiap tahun akibat luka bakar.3 Luka bakar dapat terjadi pada anak-anak dan orang dewasa. Pada anak-anak kurang dari 8 tahun, luka bakar yang paling umum disebabkan oleh cairan panas. Sedangkan pada anak yang lebih tua dan orang dewasa, luka bakar yang paling umum adalah yang berhubungan dengan api, biasanya akibat kebakaran rumah. Bahan kimia atau cairan panas, diikuti listrik, dan kemudian logam cair panas paling sering terkait dengan pekerjaan yang menyebabkan luka bakar.3,4

d. Derajat Luka Bakar Luka bakar biasanya dinyatakan dengan derajat yang ditentukan oleh kedalaman luka bakar. Kedalaman luka bakar ditentukan oleh tingginya suhu dan lamanya pajanan

suhu tinggi. Selain api yang langsung menjilat tubuh, baju yang ikut terbakar juga memperdalam luka bakar.

Derajat (Kedalaman Luka Bakar)

Gambar 1. Derajat luka bakar

Dalamnya luka bakar dibagi atas 3 derajat, yaitu 1. Derajat I Luka bakar derajat I hanya mengenai epidermis dan biasanya sembuh dalam 5-7 hari; misalnya karena tersengat matahari. Kulit tampak eritema, kering tanpa terbentuk bula, dengan keluhan rasa nyeri atau hipersensitivitas setempat.1,5

Gambar 2. Luka bakar derajat I

2. Derajat II Luka bakar derajat II mencapai kedalaman dermis tetapi masih ada elemen epitel sehat yang tersisa, seperti kelenjar sebasea, sel epitel basal, kelenjar keringat, dan folikel rambut. Dengan adanya sisa sel epitel ini, luka dapat sembuh sendiri dalam 2-3 minggu. Luka bakar derajat II dibedakan menjadi:2,5,6 Derajat II dangkal (superficial): kerusakan mengenai bagian superfisial dari dermis dan penyembuhan terjadi secara spontan dalam 10-14 hari. Gejala yang timbul antara lain nyeri, terdapat bula, dan dasar luka tampak kemerahan. Derajat II dalam (deep): kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis. Penyembuhannya terjadi lebih lama, biasanya dalam waktu lebih dari 1 bulan. Gejala yang timbul antara lain nyeri, bula, dan dasar luka yang pucat.

Gambar 3. Bula

Gambar 4. Luka bakar derajat 1

3. Derajat III Luka bakar derajat III meliputi seluruh kedalaman kulit dan mungkin subkutis, atau organ yang lebih dalam. Kulit tampak pucat abu-abu gelap atau hitam, dengan permukaan lebih rendah dari jaringan sekitar yang masih sehat. Tidak ada bula dan tidak terasa nyeri.5

Gambar 5. Luka bakar derajat III

e. Luas Luka Bakar Luas luka bakar dinyatakan dalam persen terhadap luas seluruh tubuh. Pada orang dewasa digunakan rumus rule of nine dari Wallace, yaitu luas kepala dan leher, dada, punggung, perut, pinggang dan bokong, ekstremitas atas kanan, ekstremitas atas kiri, paha kanan dan kiri, tungkai dan kaki kanan, serta tungkai dan kaki kiri masing-msing 9%, sisanya 1% adalah daerah genitalia. Rumus tersebut tidak digunakan pada anak dan bayi karena luas relatif permukaan kepala anak jauh lebih besar dan luas relatif permukaan kaki lebih kecil. Oleh karena itu digunakan rumus 10-15-20 dari Lund and Browder untuk anak. Untuk anak, kepala dan leher 15%, badan depan dan belakang masing-masing 20%, ekstremitas atas kanan dan kiri masing-masing 10%, ekstremitas bawah kanan dan kiri masing-masing 15%. Dasar presentasi yang digunakan dalam rumus-rumus tersebut adalah luas telapak tangan, dianggap = 1%.2,5,7

Gambar 6. Luas luka bakar pada orang dewasa berdasarkan rule of nine

Gambar 7. Rumus 10-15-20 untuk anak


5

f. Patofisiologi Cedera termis dapat menyebabkan terjadinya gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit sampai terjadi syok. Dengan kehilangan kulit yang memiliki fungsi sebagai barier (sawar), luka sangat mudah terinfeksi. Selain itu, dengan kehilangan kulit yang luas, akan terjadi penguapan cairan tubuh yang berlebihan. Penguapan cairan ini disertai dengan pengeluaran protein dan energi, sehingga terjadi gangguan metabolisme.2 Bila luas luka bakar kurang dari 20%, biasanya mekanisme kompensasi tubuh masih bisa mengatasinya, tetapi bila di atas 20% akan terjadi syok hipovolemik dengan gejala yang khas seperti gelisah, pucat, dingin, berkeringat, nadi kecil dan cepat, tekanan darah menurun dan produksi urin berkurang.5 Jaringan nekrosis yang ada akan melepas toksin (burn toxin, suatu lipid protein kompleks) yang dapat menimbulkan SIRS bahkan sepsis yang menyebabkan disfungsi dan kegagalan fungsi organ-organ tubuh seperti hepar dan paru, yang berakhir dengan kematian. Reaksi inflamasi yang berkepanjangan akibat luka bakar menyebabkan kerapuhan jaringan dan struktur-struktur fungsional. Kondisi ini menyebabkan timbulnya parut yang tidak beraturan (hipertrofik), kontraktur, deformitas sendi dan sebagainya.2

g. Penatalaksanaan Prinsip penanganan luka bakar adalah penutupan kesi sesegera mungkin, pencegahan ineksi, mengurangi rasa sakit, pencegahan trauma mekanik pada kulit yang vital dan elemen di dalamnya, dan pembatasan pembentukan jaringan parut.2 Hal pertama yang harus dilakukan adalah menjauhkan korban dari sumber trauma. Untuk pasien yang luka bakar akibat api, pada saat terbakar, hal pertama yang harus dilakukan adalah memadamkan api dan siram kulit yang panas dengan air.2 Tindakan selanjutnya adalah sebagai berikut:2 1. Lakukan resusitasi dengan memperhatikan jalan napas, pernapasam dan sirkulasi, yaitu: o Periksa jalan napas o Bila dijumpai obstruksi jalan napas, buka jalan napas dengan suction, bila perlu lakukan trakeostomi atau intubasi o Berikan oksigen o Pasang iv line untuk resusitasi cairan, berikan cairan RL untuk mengatasi syok o Pasang kateter buli-buli untuk pemantauan diuresis

o Pasang NGT untuk mengosongkan lambung o Pasang CVP untuk pemantauan sirkulasi darah

2. Periksa cedera yang terjadi di seluruh tubuh untuk menentukan adanya cedera inhalasi, luas dan derajat luka bakar. Terapi cairan diindikasikan pada luka bakar derajat 2 atau 3 dengan luas >25%, atau pasien tidak dapat minum. Untuk luas luka bakar < 20% : terapi oral Untuk luas luka bakar >20% : pasang infus (IV line) Untuk luas luka bakar >50% : pasang CVP Dua cara yang lazim digunakan untuk menghitung kebutuhan cairan pada penderita luka bakar, yaitu: o Cara Evans. Untuk menghitung kebutuhan cairan pada hari pertama hitunglah: BB (kg) x % LLB x 1 cc NaCl (1) BB (kg) x % LLB x 1 cc larutan koloid (2) 2000 cc glukosa 5% (3)

Separuh dari jumlah (1), (2), (3) diberikan dalam 8 jam pertama. Sisanya diberikan dalam 16 jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah jumlah cairan hari pertama. Pada hari ketiga diberikan setengah jumlah cairan hari kedua. Sebagai monitoring pemberian cairan dilakukan perhitungan diuresis. o Cara Baxter. Jumlah kebutuhan cairan pada hari pertama dihitung dengan rumus : % LLB x BB (kg) x 4 cc. Separuh dari jumlah cairan ini diberikan 8 jam pertama, sisanya diberikan dalam 16 jam. Hari pertama terutama diberikan elektrolit, yaitu larutan Ringer laktat karena terjadi hiponatremi. Untuk hari kedua diberikan setengah dari jumlah pemberian hari pertama. o Kedua rumus di atas digunakan untuk menghitung kebutuhan cairan pada orang dewasa. Pada anak-anak digunakan modified Brooks: %LLB x BB (kg) x 2 cc.

3. Berikan analgetik. Analgetik yang efektif adalah morfin atau petidin.

4. Lakukan pencucian luka setelah sirkulasi stabil. Pencucian luka dilakukan dengan melakukan debridement dan memandikan pasien dengan menggunakan cairan steril yng mengandung larutan antiseptik.

5. Berikan antibiotik topikal pasca pencucian luka dengan tujuan untuk mencegah dan mengatasi infeksi yang terjadi pada luka. 6. Balut luka dengan menggunakan kassa steril.

7. Berikan serum anti-tetanus/toksoid, yaitu ATS 3.000 unit pada orang dewasa dan separuhnya pada anak-anak.

Tindakan Bedah Eskaratomi dilakukan juga pada luka bakar derajat III yang melingkar pada ekstremitas atau tubuh. Hal ini dilakukan untuk sirkulasi bagian distal akibat pengerutan dan penjepitan dari eskar. Tanda dini penjepitan berupa nyeri, kemudian kehilangan daya rasa menjadi kebal pada ujung-ujung distal. Tindakan yang dilakukan, yaitu membuat irisan memanjang yang membuka eskar sampai penjepitan bebas.2

BAB II LAPORAN KASUS

a. Identitas Nama Umur/Kelamin Alamat Bangsa Agama Pekerjaan MRS : Tn. RS : 27 thn/Laki-laki : Sion Jaga II : Indonesia : Kristen Protestan : Pegawai swasta : 10 Maret 2012

b. Anamnesis Keluhan utama: luka dan nyeri pada kedua tungkai akibat terbakar api Riwayat penyakit sekarang: luka dan nyeri pada kedua tungkai akibat terbakar api dialami penderita sejak 2 minggu yang lalu. Awalnya penderita sedang bekerja di tambang emas. Ketika sedang berjalan, tiba-tiba kaki penderita masuk ke dalam lubang peleburan emas. Saat penderita mengeluarkan kakinya, celana penderita sudah terbakar. Penderita selanjutnya berobat dan dirawat di RSUD Palu. Karena merasa tidak ada perubahan, penderita datang ke RSUP Prof. Kandou. Penderita juga menambah ramuan obat tradisional pada lukanya tersebut.

c. Pemeriksaan fisik Keadaan umum : Cukup S: 36,7oC

Kesadaran (GCS) : E4V5M6 Tanda vital Kepala : TD : 120/80 mmHg : Mata N : 84 x/m R: 20 x/m

: Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, pupil bulat isokor 3mm ki=ka, refleks cahaya +/+ normal

Hidung : Tidak ditemukan adanya kelainan Telinga : Tidak ditemukan adanya kelainan Mulut Leher Toraks : Tidak ditemukan adanya kelainan

: trakea letak tengah, pembesaran KGB -/: simetris, terdapat luka bakar
9

Jantung

: I : iktus cordis tidak tampak Pal : iktus cordis tidak teraba Per : batas kiri : ICS V linea midclavicularis sinistra batas kanan : ICS IV linea parasternalis dextra A : M1>M2. T1>T2, A2>A1, P2>P1, A2>P2

Paru-paru : I : Simetris kiri = kanan Pal Per A Abdomen : Inspeksi : Stem fremitus kiri = kanan : Sonor : Ronchi (-), Wheezing (-)

: Datar lemas

Auskultasi : Bising usus (+) normal Palpasi Perkusi Ekstremitas superior: t.a.k Ekstremitas inferior : Regio femoralis dextra bagian anteromedial : luas luka bakar 9%, jaringan nekrotik (+), jaringan granulasi (+), hiperestesia (+) Regio femoralis sinistra bagian anteromedial : luas luka bakar 4%, jaringan nekrotik (+), jaringan granulasi (+), hiperestesia (+) Regio cruris dextra bagian posterior : luas luka bakar 6%, tampak kehitaman, jaringan nekrotik (+), hiperestesia (+) Regio cruris sinistra bagian posterior : luas luka bakar 3%, tampak kehitaman, jaringan nekrotik (+) Regio genu dextra : luas luka bakar 2%, jaringan granulasi (+), kontraktur (+) Regio genu sinistra : luas luka bakar 1%, jaringan granulasi (+), kontraktur (+) Regio pedis dextra : luas luka bakar 1%, tampak kehitaman, jaringan nekrotik (+), hiperestesia (+) Regio pedis sinistra : luas luka bakar 1%, tampak kehitaman, jaringan nekrotik (+), hiperestesia (+) : Lemas, nyeri tekan (-) : Tympani, pekak hepar (+)

d. Pemerikaan Penunjang Leukosit Eritrosit : 13.400/ mm3 : 4,45 x 10 /mm


6 3

Ureum Creatinin
10

: 23 mg/dL : 0,8 mg/dL

Hb Hematokrit Trombosit GDS

: 9,2 gr/dL : 29,8% : 553 X 103/mm3 : 86 mg/dL

Natrium Kalium Chloride

: 124 mEq/L : 4,8 mEq/L : 98 mEq/L

e. Diagnosis Combutio grade II B e.c api dengan LLB 27% di regio femoralis dextra et sinistra, regio cruris dextra et sinistra, regio genu dextra et sinistra dan regio pedis dextra et sinistra.

f. Penatalaksanaan IVFD RL Ceftriaxone 2x1 gr (skin test) Ketorolac 3x1 amp IV Ranitidin 2x1 amp IV Rencana debridement dengan GA Silver sulfa diasine Cairan maintenance Cek DL, ureum, creatinin, Na, K, Cl

11

FOLLOW UP 10 Maret 2012 S O : nyeri luka oprasi : R/ cruris dex: luka dirawat dengan burnazin R/ cruris sisi: luka terawat A : combustio grade II B LLB 27% R cruris dextra et sinistra ec api + contraktur regio knee joint dex et sin P : rawat luka dengan burnasin + NaCl 0,9%

11 Maret 2012 S O : nyeri luka op + : R/ cruris dex: luka terawat R/ cruris sin: luka terawat R/ pedis: luka terawat A : combustio grade II B LLB 27% R cruris dex et sin ec api + contraktur regio knee joint dex et sin P : rawat luka dengan burnasin + NaCl 0,9% IUFD RL:D5% 2:3 / 24 jam Keterolac 1% 3x1 amp IV Ranitidine 2x1 amp IV Meropenen 1 gr 3x1 IV Glutiven 1x1 botol Asthaxanthin 2xz1 tablet Diet TKTP

12-14 Maret 2012 S O : nyeri pada luka operasi + : TS. 110/20 mmHg N=80x/m R=20x/m

R/ cruris D et S: luka terawat dengan kasa lembab NaCl 0,9% + burnasin R/ pedis: luka terawat baik St. Lokalis nekrotik +, pus A : Combutio Sr grade II B 27% e.c api regio cruris dex et sin, regio pedis + kontraktur regio knee dextra et sin

12

: RL : D5% = 2:2 Meropenen 3x1 gr Ketorolac 3x1 amp Ranitidine 2x1 amp Glutiven 1x1 botol Asthaxantin 2x1 tablet Rawat luka dengan NaCl 0,9% + burnasin Diet TKTP

16-17 Maret 2012 S O : nyeri pada luka : vs. dbn R/ cruris dex et sin: granulasi +, pus + R/ pedis D et S: luka terawat, granulasi +, pus + R/ sacrum: luka lecet 8x6 cm, granulasi + A P : combutio grade II B LLB 27% ec api + lontraktur pedis dex et sin : terapi lanjutan Perawatan luka dari NaCl 0,9% + burnasin Diet TKTP

18-19 Maret 2012 S O : nyeri pada luka bakar +, demam : TD: 120/70 mmHg N: 80x/m R: 20x/m

R/ cruris D et S: luka terawat dengan NaCl 0,9%, granulasi +, pus + R/ pedis D et S: luka terawat, granulasi +, pus + R/ sacrum: luka 8x6 cm, granulasi + A P : combutio grade II B LLB 27% ec api : terapi lanjut Rawat luka bakar dengan NaCl 0,9% Diet TKTP

20-21 Maret S O : nyeri luka operasi : TD: 110/80mmHg N:80x/m R:24x/m


13

SB: 36,8C

R/ cruris Dex et Sin: luka terawat dengan kasa lembab NaCl 0,9% + burnasin R/ pedis D et S: luka terawat dengan NaCl 0,9% + burnasin St. Lokalis dan jaringan granulasi +, pus + A P : combustio grade II dengan LLB 27% ec api + kontraktur regio knee joint + D + S : terapi lanjut Perawatan luka dengan NaCl 0,9% + burnasin Diet TKTP

22 Maret 2012 S O : nyeri menurun : TD: 110/80mmHg N: 92x/m R: 20x/m

R/ cruris D et S : luka terawat granulasi +, nekrotik + R/ pedis D et S : luka terawat granulasi +, nekrotik + R/ sakrum : ulkus dekubitus : jaringan granulasi + A : combutio grade IIB LLB 27% e.c api + kontaktur regio knee join dextra et sinistra ulkus dekubitus P : RL : D5 % = 2:2 Ceftriaxone 2x1 gr Ranitidin 2x1 Cetorolac 3x1amp Rawat luka Diet

23-24 Maret 2012 S O : nyeri di luka bakar : TD : 120/80mmHg N: 72x/m R: 22x/m SB: 36,5C

R/ cruris D et S luka terawat, granulasi +, pus + R/ pedis D et S luka terawat , granulasi +, pus+ R/ sakrum : ulkus dekubitus A : combutio grade II B LLB 27% ec api + kontraktur rasio knee join dextra et sinistra + ulkus decubitus P : RL:D5% : aminofisin = 2:2:1 Ceftriaxone 2x1gr Rawat luka

14

Ranitidin 2x1 amp Cetorolac 3% 3x1 amp 25-26 Maret 2012 S O : nyeri di luka bakar : vital sign dalam batas normal R/cruris D et S = luka tertutup kasa + ialuset +NaCL 0,9% R/pedis D et S = luka tertutup kasa + ialuset + NaCL 0,9% R/sacrum = luka terawat, granulasi (+) A : combutio grade II e.c api dengan LLB 27% + kontraktur dextra et sinistra + ulkus dekubitus P : IVFD RL : D5% = 2:2 Ceftriaxone 2x1gr Ketorolac 3% 3 x 1 amp Ranitidin 2 x 1 amp/iv Rawat luka dengan NaCl 0,9% + ialuset Px lab lengkap

27-28 Maret 2012 S O : keluhan (-), selera makan berkurang : TD: 100/60 mmHg N:88x/m R:20x/m SB:36,3C

R/cruris D et S : luka tertutup kassa + ialuset +NaCl 0,9% R/pedis D et S : luka tertutup kassa + ialuset +NaCl 0,9% R/sakrum : luka terawat, granulasi (+) A : combutio gr II e.c api LLB 27% + kontaktur r/ knee join D et S + ulkus dekubitus Hipoalbuminemia P : IVFD RL: D5% = 2:2 / 24 jam Ceftriaxone inj 2x1gr iv Ranitidin 2x1 amp iv Rawat luka deengan NaCl 0,9% + ealuset SF 2x1 P.O Curcuma 1x1 P.O Vit C 1x1 P.O B.comp 3x1 P.O Konsul rehab medik
15

29 maret 2 april 2012 S O : selera makan berkurang , nyeri luka bakar : TD:110/60mmHg N:84x/m R:20x/m SB:36,5C

R/cruris D et S : luka tertutup kassa +ialuset+ NaCl 0,9% R/pedis D et S : luka tertutup kassa + ialuset+ NaCl 0,9% R/sacrum :luka terawat jaringan granulasi (+) A : combustio grade II e.c api, LLB 27% + kontraktur regio knee join D et S + ulkus decubitus + hipoalbuminemia P : IVFD RL : D5% =2:2 /24 jam Ceftriaxone inj 2x1gr iv Ranitidin 2x1 amp iv SF 2x1 PO Vip albumin 3x2 PO Curcuma 1x1 PO Vit C 1x1 PO B comp 3x1 PO

3-4 maret 2012 S O : nyeri luka + : TD:100/80mmHg N:80x/m R:24x/m SB:36,5C

R/cruris D et S : luka terawat dengan NaCl 0,9% + burnasin R/pedis D et S : luka terawat dengan NaCl 0,9% + burnasin R/sacrum :luka terawat jaringan granulasi (+) A : combustio grade II e.c api, LLB 27% + kontraktur regio knee join D et S + ulkus decubitus P : IVFD RL : D5% =2:2 /24 jam Ceftriaxone inj 2x1gr iv Ranitidin 2x1 amp iv SF 2x1 Vip albumin 3x2 Curcuma 1x1 Vit C 1x1 B comp 3x1 Glutifen 1x1 oral
16

5 april 2012 S O : nyeri luka + : TD:100/80mmHg N:80x/m R:24x/m SB:36,5C

R/cruris D et S : luka terawat dengan NaCl 0,9% + burnasin R/pedis D et S : luka terawat dengan NaCl 0,9% + burnasin R/sacrum :luka terawat jaringan granulasi (+) A : combustio grade II e.c api, LLB 27% + kontraktur regio knee join D et S + ulkus decubitus P : IVFD RL : D5% =2:2 /24 jam Ceftriaxone inj 2x1gr iv Ranitidin 2x1 amp iv SF 2x1 Vip albumin 3x2 Curcuma 1x1 Vit C 1x1 B comp 3x1

6 april 2012 S O : nyeri di luka operasi + : vs. dbn R/cruris D et S : luka terawat dengan NaCl 0,9% + burnasin R/pedis D et S : luka terawat dengan NaCl 0,9% + burnasin A P : combustio grade II e.c api, LLB 27% : Terapi lanjut Transfusi PRC sampai Hb > 10gr%

7-10 april 2012 S O :: TD:110/70mmHg N:80x/m R:24x/m SB:36,5C

R/cruris D et S : luka terawat dengan NaCl 0,9% + burnasin R/pedis D et S : luka terawat dengan NaCl 0,9% + burnasin A : combustio grade II e.c api, LLB 27% + kontraktur regio knee join D et S + ulkus decubitus

17

: IVFD RL : NaCl 0,9% Ceftriaxone inj 2x1gr iv Ranitidin 2x1 amp iv Ketorolac 3% 3x1 amp (kp) Rawat luka

11-12 april 2012 S O : nyeri luka operasi + : TD:100/60mmHg N:80x/m R:20x/m SB:36,5C

R/cruris D et S : luka terawat dengan NaCl 0,9% + burnasin R/pedis D et S : luka terawat dengan NaCl 0,9% + burnasin A P : combustio grade II e.c api LLB 27% + kontraktur regio knee join D et S : IVFD RL Ceftriaxson inj 2x1gr iv Ranitidin 2x1 amp iv Asam folat 3x1 tab B comp 3x1 Curcuma syr 3xC1 SF 3x1 tab

13-15 april 2012 S O : nyeri luka operasi + : TD:100/60mmHg N:80x/m R:20x/m SB:36,5C

R/cruris D et S : luka terawat dengan NaCl 0,9% + burnasin R/pedis D et S : luka terawat dengan NaCl 0,9% + burnasin A P : combustio grade II e.c api LLB 27% + kontraktur regio knee join D et S + anemia : IVFD RL Ceftriaxson inj 2x1gr iv Ranitidin 2x1 amp iv Asam folat 3x1 tab Curcuma syr 3xC1 SF 3x1 tab

18

16-19 april 2012 S O :: TD:100/70mmHg N:80x/m R:22x/m SB:37C

R/cruris D et S : luka terawat dengan NaCl 0,9% + burnasin R/pedis D et S : luka terawat dengan NaCl 0,9% + burnasin A P : combustio grade II e.c api LLB 27% + kontraktur knee join D et S + anemia : IVFD RL Ceftriaxson inj 2x1gr iv Ranitidin 2x1 amp iv Asam folat 3x1 tab Curcuma syr 3xC1 SF 3x1 tab Ketorolac kp Transfusi sampai Hb > 10gr%

20-28 april 2012 S O : nyeri + : TD:120/80mmHg N:90x/m R:20x/m SB:36,5C

R/cruris D et S : luka terawat dengan NaCl 0,9% + burnasin R/pedis D et S : luka terawat dengan NaCl 0,9% + burnasin A P : combustio grade II e.c api LLB 27% + kontraktur regio knee join D et S : IVFD RL Ceftriaxson inj 2x1gr iv Ranitidin 2x1 amp iv Rawat luka

29 april 2012 S O :: TD:110/80mmHg N:76x/m R:20x/m SB:36,5C

Kepala : conjungtiva anemis + R/cruris D et S : luka terawat dengan NaCl 0,9% + burnasin R/pedis D et S : luka terawat dengan NaCl 0,9% + burnasin A : combustio grade II e.c api LLB 27% + anemia

19

: IVFD RL : D5% Ranitidin 2x1 amp iv Ketorolac 3% kp

30 april 2012 S O :: TD:110/80mmHg N:76x/m R:20x/m SB:36,5C

Kepala : conjungtiva anemis + R/cruris D et S : luka terawat dengan NaCl 0,9% + burnasin R/pedis D et S : luka terawat dengan NaCl 0,9% + burnasin A P : combustio grade II e.c api LLB 27% + anemia : IVFD RL : D5% Ranitidin 2x1 amp iv Ketorolac 3% kp Burnasin Rawat luka

1-9 mei 2012 S O : nyeri luka + : vs. dbn R/cruris D et S : luka terawat dengan NaCl 0,9% + burnasin R/pedis D et S : luka terawat dengan NaCl 0,9% + burnasin R/sacrum :luka terawat, jaringan granulasi (+) A : combustio grade II e.c api, LLB 27% + kontraktur regio knee join D et S + ulkus decubitus P : IVFD RL : D5% =2:2 /24 jam Ceftriaxone inj 2x1gr iv Ranitidin 2x1 amp iv SF 2x1 Vip albumin 3x2 Curcuma 1x1 Vit C 3x1 B comp 3x1

20

10 mei 2012 S O : nyeri luka + : vs. dbn R/cruris D et S : luka terawat dengan NaCl 0,9% + burnasin R/pedis D et S : luka terawat dengan NaCl 0,9% + burnasin R/sacrum :luka terawat, jaringan granulasi (+) A : combustio grade II e.c api, LLB 27% + kontraktur regio knee join D et S + ulkus decubitus P : IVFD RL : D5% = 20 gtt/m + NaCl 0,9% Ceftriaxone inj 2x1gr iv Ranitidin 2x1 amp iv SF 2x1 Vip albumin 3x2 Vit C 3x1 B comp 3x1

11-21 mei 2012 S O : nyeri luka + : vs. dbn R/cruris D et S : luka terawat dengan NaCl 0,9% + burnasin R/pedis D et S : luka terawat dengan NaCl 0,9% + burnasin R/sacrum :luka terawat, jaringan granulasi (+) A : combustio grade II e.c api, LLB 27% + kontraktur regio knee join D et S + ulkus decubitus P : IVFD RL : D5% = 20 gtt/m + NaCl 0,9% Cefadroxil 2x1 Ranitidin 2x1 amp iv SF 2x1 Vip albumin 3x2 Vit C 3x1 B comp 3x1

21

22-27 mei 2012 S O : nyeri luka : vs. dbn R/cruris D et S : luka terawat R/pedis D et S : luka terawat R/sacrum :luka terawat jaringan granulasi (+) A P : combustio grade II e.c api : Terapi lanjut Ialuset cream Rawat luka senin dan kamis Transfusi PRC bila Hb 10

28 mei 2012 S O : nyeri : vs. dbn R/cruris D et S : luka terawat R/pedis D et S : luka terawat R/sacrum :luka terawat jaringan granulasi (+) A P : combustio grade II e.c api : Rawat luka dengan ialuset cream Transfusi PRC bila Hb 10 Cek DL, elektrolit, Ur, Cr, Alb Ciprofloxacin 2x500mg

29-30 mei 2012 S O : nyeri : vs. dbn R/cruris D et S : luka terawat R/pedis D et S : luka terawat R/sacrum :luka terawat jaringan granulasi (+) A P : combustio grade II e.c api : Rawat luka

22

31 mei 2012 S O : nyeri : vs. dbn R/cruris D et S : luka terawat R/pedis D et S : luka terawat R/sacrum :luka terawat jaringan granulasi (+) A P : combustio grade II e.c api : Rawat luka dengan ialuset cream Cek DL, elektrolit, Alb

1-3 juni 2012 S O : nyeri : vs. dbn R/cruris D et S : luka terawat dan terbungkus kassa, darah +, pus R/pedis D et S : luka terawat dan terbungkus kassa, darah +, pus R/sacrum : luka terawat, jaringan granulasi (+) A P : combustio grade II e.c api dengan LLB 27% : Rawat luka Ciprofloxacin 2x1 tab Vip albumin 3x1 B com 3x1 SF 2x1 Vit c 1x1

4-7 juni 2012 S O : nyeri : vs. dbn R/cruris D et S : luka basah, darah +, pus -, granulasi jelek R/pedis D et S : luka kering, krusta + R/sacrum : luka basah, darah +, pus A P : combustio grade II e.c api dengan LLB 27% : Rawat luka Ciprofloxacin 2x1 tab Vip albumin 3x1
23

B com 3x1 SF 2x1 Vit c 3x1

8 juni 2012 S O : nyeri : vs. dbn R/cruris D et S : luka basah, darah +, pus -, granulasi jelek R/pedis D et S : luka kering, krusta + R/sacrum : luka basah, darah +, pus A P : combustio grade II e.c api dengan LLB 27% : IVFD RL Clindamicin 2x300 tab B com 3x1 SF 2x1 Vit c 3x1 Albumin 20% 3x50cc

9-11 juni 2012 S O : nyeri : vs. dbn R/cruris D et S : luka terbungkus kasa R/pedis D et S : luka kering + A P : combustio grade II e.c api dengan LLB 27% : IVFD RL Clindamicin 2x300 tab B com 3x1 Vit c 3x1

12 juni 2012 S O : nyeri : vs. dbn R/cruris D et S : luka terbungkus kassa R/pedis D et S : luka kering
24

A P

: combustio grade II e.c api dengan LLB 27% : IVFD RL Clindamicin 2x300 tab B com 3x1 Vit c 3x1 Albumin 20% drips 4 botol

13-14 juni 2012 S O : nyeri : vs. dbn R/cruris D et S : luka terbungkus kassa R/pedis D et S : luka kering A P : combustio grade II e.c api dengan LLB 27% : IVFD RL Clindamicin 2x300 tab B com 3x1 Vit c 3x1 Albumin 20% 1 botol

15 juni 2012 S O : nyeri : vs. dbn R/cruris D et S : luka basah, granulasi +, darah +, pus R/pedis D et S : luka kering, krusta + A P : combustio grade II e.c api dengan LLB 27% : IVFD RL Clindamicin 2x300 tab B com 3x1 SF 3x1 Vit c 3x1 Cek DL, albumin Rawat luka

25

16 juni 2012 S O : nyeri : vs. dbn R/cruris D et S : luka basah + R/pedis D et S : luka kering + A P : Post necrotomi e.c combustio grade II e.c api dengan LLB 27% : IVFD RL Clindamicin 2x300 tab B com 3x1 Vit c 3x1

17-20 juni 2012 S O : nyeri : vs. dbn R/cruris D et S : luka terbungkus kassa +, membran + R/pedis D et S : luka kering A P : Combutio grade II e.c api dengan LLB 27% : IVFD RL Cefadroxil 2x1 tab Ranitidin 2x1 SF 3x1 B com 3x1 Vit c 3x1 Rawat luka

26

BAB III PEMBAHASAN

Pada penderita ini, diagnosa ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Dari anamnesis didapatkan adanya luka dan nyeri pada kedua tungkai akibat terbakar api sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit. Hal ini menunjukkan bahwa penyebab luka bakar pada kasus ini adalah karena kontak dengan sumber panas (suhu tinggi) berupa api. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yg disebabkan oleh adanya kontak dengan sumber panas ataupun sumber dingin.1,2 Dalam pemeriksaan fisik ditemukan adanya luka pada ekstremitas inferior, yaitu pada regio femoralis dextra bagian anteromedial : luas luka bakar 9%, jaringan nekrotik (+), jaringan granulasi (+), hiperestesia (+). Regio femoralis sinistra bagian anteromedial : luas luka bakar 4%, jaringan nekrotik (+), jaringan granulasi (+), hiperestesia (+). Regio cruris dextra bagian posterior : luas luka bakar 6%, tampak kehitaman, jaringan nekrotik (+), hiperestesia (+). Regio cruris sinistra bagian posterior : luas luka bakar 3%, jaringan granulasi (+), tampak kehitaman, jaringan nekrotik (+). Regio genu dextra : luas luka bakar 2%, jaringan nekrotik (+), hiperestesia (+), kontraktur (+). Regio genu sinistra : luas luka bakar 1%, jaringan nekrotik (+), kontraktur (+). Regio pedis dextra : luas luka bakar 1%, tampak kehitaman, jaringan nekrotik (+), hiperestesia (+). Regio pedis sinistra : luas luka bakar 1%, tampak kehitaman, jaringan nekrotik (+), hiperestesia (+). Luas luka bakar dinyatakan dalam persen terhadap luas seluruh tubuh. Pada orang dewasa digunakan rumus 9, yaitu luas kepala dan leher, dada, punggung, perut, pinggang dan bokong, ekstremitas atas kanan, ekstremitas atas kiri, paha kanan, paha kiri, tungkai dan kaki kanan, serta tungkai dan kaki kiri masing-masing 9%, sisanya 1% adalah daerah genitalia. Berdasarkan perhitungan dengan rumus tersebut didapatkan total keseluruhan luka bakar pada penderita ini adalah 27%.5,7,8 Derajat kedalaman luka bakar pada penderita ini tergolong dalam grade IIB. Luka bakar ditemukan pada ektremitas inferior, terdapat hiperestesia dan tampak sebagian dari luka berwarna kehitaman dengan jaringan nekrotik. Jaringan nekrotik yang terbentuk pada pasien ini disebabkan karena penanganan sebelumnya yang kurang baik, sehingga luka menjadi tidak terawat. Masih adanya sensasi nyeri menunjukkan luka bakar ini belum

27

merusak struktur saraf di daerah tersebut. Ini memenuhi ciri-ciri luka bakar derajat dua yang deep dermis.5,9 Dari pembahasan-pembahasan yang ada diatas berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik maka kasus ini didiagnosis sebagai combutio grade II B e.c api dengan LLB 27% di regio femoralis dextra et sinistra, regio cruris dextra et sinistra, regio genu dextra et sinistra dan regio pedis dextra et sinistra. Pengobatan luka bakar dilakukan berdasarkan luas dan beratnya luka bakar serta dengan mempertimbangkan faktor penyebabnya. Pada kasus ini, penanganan yang diberikan berupa IVFD RL, Ceftriaxone 2x1 gr, ketorolac 3x1 amp IV, ranitidin 2x1 amp IV, rencana debridement dengan GA, silver sulfa diasine, cairan maintenance, dan cek DL, ureum, creatinin, Na, K, Cl. Pemberian cairan intravena bertujuan untuk memperbaiki sisrkulasi dan mempertahankannya. Pada pemberian cairan intravena, luas dan dalamnya luka bakar harus dihitung dengan teliti. Terapi cairan diindikasikan pada luka bakar derajat II atau III > 25%, atau pasien tidak dapat minum. Cara yang paling banyak dipakai dan lebih sederhana ialah menggunakan rumus Baxter yaitu % x BB x 4 mL. Separuh dari jumlah cairan ini diberikan dalam 8 jam pertama, sisanya diberikan dalam 16 jam. Hari pertama terutama diberikan elektrolit, yaitu larutan ringer laktat karena terjadi defisisensi ion Na. Hari kedua diberikan setengah cairan hari pertama. Pemberian cairan dapat ditambah, jika perlu, misalnya jika pasien dalam keadaan syok atau jika diuresis kurang. Penderita ini tidak mengalami syok disebabkan karena sebelumnya sudah mendapatkan penanganan untuk luka bakarnya selama 2 minggu di RS Palu sebelum dibawa ke RSUP Prof Kandou. Kebutuhan cairan hari ketiga dan selanjutnya disesuaikan dengan diurese dan keadaan umum penderita. Keberhasilan pemberian cairan dapat dilihat dari diuresis normal, yaitu sekurang-kurangnya 1 mL/kgBB/jam. Sebagai monitor dipasang kateter untuk menghitung diuresisnya.2,5 Pemberian antibiotik sistemik pada kasus luka bakar diberikan untuk mencegah infeksi. Pada kasus ini diberikan antibiotik berupa Ceftriaxone 2 x 1 gr IV. Analgetik pada kasus luka bakar dapat diberikan bila penderita kesakitan. Pada kasus ini diberikan ketorolac 3% 3x1 amp IV. Pemberian ranitidine pada kasus ini bertujuan untuk melindungi mukosa lambung dari penggunaan ketorolac yang lama yang dapat menyebabkan iritasi mukosa lambung.5 Perawatan luka bakar dapat dilakukan secara terbuka maupun tertutup. Pada perawatan terbuka, permukaan luka yang terbuka menjadi dingin dan kering sehingga
28

kuman sulit berkembang. Sedapat mungkin luka dibiarkan terbuka setelah diolesi obat. Sedangkan pada perawatan tertutup dilakukan dengan memberikan balutan untuk menutup luka dari kemungkinan kontaminasi. Obat topikal yang sering digunakan pada luka bakar dapat berbentuk salep, larutan atau krim. Pada kasus ini, diberikan silver sulfadiasine dalam bentuk krim 1%. Krim ini sangat berguna karena bersifat bakteriostatik, mempunyai daya tembus yang cukup efektif terhadap semua kuman, tidak menimbulkan resistensi dan aman.5 Prognosis luka bakar dapat dinilai dari beberapa faktor seperti faktor penderita, faktor trauma dan faktor penanganan. Pada kasus ini, penderita merupakan laki-laki, usia 27 tahun, dengan status gizi baik dan tanpa penyakit penyerta, sehingga diperkirakan penyembuhannya baik. Hanya tetap harus diperhatikan perawatan luka bakar yang dideritanya agar tidak terkontaminasi dan menimbulkan infeksi, serta perlu adanya evaluasi berkala oleh petugas kesehatan mengenai perkembangan penyembuhan luka bakarnya. Ditinjau dari faktor penyebabnya, kasus ini disebabkan oleh api. Secara teori, luka bakar yang disebabkan oleh api berprognosis lebih baik dibandingkan dengan penyebab luka bakar yang lain. Disamping itu kedalamn luka bakar dan luas luka bakar juga mempengaruhi prognosis. Semakin dalam dan luas luka bakar maka prognosis semakin buruk. Akan tetapi hal ini tergantung pula pada penatalaksanaan pada luka bakar itu sendiri. Dengan demikian prognosis pada kasus ini dapat disimpulkan dubia ad bonam.5

29

BAB IV KESIMPULAN

Diagnosa klinis pada kasus ini berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang adalah combutio grade II B e.c api dengan LLB 27% di regio femoralis dextra et sinistra, regio cruris dextra et sinistra, regio genu dextra et sinistra dan regio pedis dextra et sinistra. Sikap yang diambil untuk penanganan pada penderita ini yaitu dengan pemberian IVFD RL, Ceftriaxone 2x1 gr, ketorolac 3x1 amp IV, ranitidin 2x1 amp IV, rencana debridement dengan GA, silver sulfa diasine, cairan maintenance, dan cek DL, ureum, creatinin, Na, K, Cl. Prognosis penyakit ini dubia ad bonam. Prognosis ini akan baik dan lebih optimal jika diikuti dengan perawatan dan evaluasi berkala yang baik.

30

DAFTAR PUSTAKA

1. Wahab A. Resusitasi Cairan Pasien Luka Bakar. Makasar: Bagian Anestesi dan ICU Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin. 2. Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani W, Setiowula W. Kapita Selekta Kedokteran Edisi ketida Jilid 2. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2008. 3. Morbiditas dan mortalitas pada luka bakar. Diundah dari (http://ml.scribd.com/doc/ 69921195/MORBIDITAS-DAN-MORTALITAS-PADA-LUKA-BAKAR). 4. Fish J, Freiberg A. Plastic surgery. MCCQE, 2002. 5. Sjamsuhidajat R, Wim de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah, ed 2. Jakarta: EGC, 2003. 6. Bismedi B. Luka Bakar. Banda Aceh: Divisi Bedah Plastik Rumah Sakit Umum Dr Zainoel Abidin 7. Wedro B. Rule of Nine. Available from: URL= http://www.emedicinehealth. com/burn_percentage_in_adults_rule_of_nines/article_em.htm 8. Reksoprodjo S. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta: Bina Rupa Askara, 2002. 9. Tintinalli et al. Tintinalli's Emergency Medicine: A Comprehensive Study Guide. 2010. 10. Moenadjat Y. Luka Bakar Masalah dan Tatalaksana. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009

31

You might also like