You are on page 1of 18

BAB I KAJIAN PUSTAKA Dasar Teori

2.1 Sendi Temporomandibula Sendi temporomandibula (STM) yang terletak di antara mandibula dan kranium adalah salah satu sendi dalam tubuh yang paling kompleks.1 STM dapat melakukan gerakan rotasi seperti suatu sendi ginglymoid, namun pada saat yang sama dapat melakukan gerakan meluncur seperti suatu sendi arthrodial. Dengan demikian secara teknis sendi temporomandibula adalah suatu ginglymoarthrodial. Bagian-bagian dari STM adalah kondilus, fosa mandibula, dan diskus artikularis. 2.1.1 Kondilus Kondilus mandibula (kapitulum mandibula) terletak di atas leher ramus mandibula. Pada orang dewasa, bentuk kondilus seperti tabung elips dengan lebar 20 mm pada dimensi mediolateral dan 10 mm pada dimensi anterior-posterior. Jarak rata-rata antara kedua kondilus kiri dan kanan yang dihitung dari titik tengahnya berkisar 100 mm.10,11 Bentuk kondilus apabila dilihat dari anterior (aspek frontal) dapat diklasifikasikan menjadi 4 kategori yaitu konveks, datar, bersudut, dan bulat. Kondilus memiliki kapsula sendi, tuberkulum medialis, dan tuberkulum lateralis. Tuberkulum didukung oleh perlekatan pada bagian lateral dan medial dari ligamen kolateral. Bagian kondilus yang berartikulasi dilapisi oleh jaringan fibroelastik tebal, mengandung fibroblas dan kondrosit. Pada kondilus yang menua ditemukan sedikit kartilago dan terjadi kalsifikasi. Pada keadaan ini, trauma akibat beban kunyah berlebihan dapat menyebabkan penyakit sendi degeneratif. 2.1.2 Fosa Mandibula Kondilus berartikulasi dengan bagian skuamosa dari tulang temporal yang membentuk basis cranium. Komponen tulang temporal tersebut terdiri dari fosa mandibula yang berbentuk konkaf serta eminensia artikularis yang berbentuk konveks dan terletak di anterior fosa mandibula. Fosa mandibula memiliki
Page | 1

permukaan artikulasi (bagian fungsional) dan non-artikulasi atau bagian nonfungsional. Bagian posterior permukaan non-artikulasi dibatasi oleh tulang timpani yang menyusun dinding anterior meatus akustikus eksternus. Antara fosa mandibula (bagian lateral) dengan tulang timpani terdapat fissure squamotympanic yang berjalan dari arah medial dan bercabang menjadi 2, yaitu anterior (petrosquamosa fissure) dan posterior (petrotympanic fissure). Bagian lateral dari petrotympanic fissure dilalui oleh ganglion saraf korda timpani dan pembuluh darah timpani. Eminensia artikularis (permukaan artikulasi) berada pada bagian anterior dan inferior dari fosa mandibula dan terdiri dari lereng yang menurun, atau disebut dengan ridge transversal (ekstensi medial dari tuberkulum zygomatikum), dan lereng yang naik. Bagian ini dilapisi oleh jaringan ikat fibrosa yang menandakan bagian fungsional dari sendi saat mengunyah. 2.1.3 Diskus Artikularis Diskus artikularis merupakan bagian dari STM yang memisahkan kondilus dengan fosa mandibula serta eminensia. Diskus artikularis terdiri dari jaringan pengikat fibrosa (kolagen tipe 1) yang padat dan sebagian besar strukturnya tidak dilalui oleh pembuluh darah dan saraf. Berdasarkan ketebalan penampangnya bila dilihat dari penampang sagital, diskus artikularis dibagi menjadi 3 bagian. Bagian tengahnya merupakan bagian yang paling tipis dan dikenal dengan intermediate zone. Sedangkan di kedua bagian tepinya, yaitu anterior dan posteriornya, memiliki penampang yang lebih tebal dibandingkan bagian tengahnya serta dilalui oleh serabut saraf halus. Daerah tepi ini sering disebut dengan anterior band dan posterior band. Anterior band dari diskus artikularis akan melekat pada ligamen kapsula, baik pada bagian superior maupun inferiornya. Ligamen kapsula merupakan serat kolagen. Selain perlekatan dengan ligamen kapsula, di antara kedua perlekatan tersebut, pita anterior juga melekat dengan serabut tendon dari otot superior pterigoideus lateral. Sementara itu, posterior band akan meluas ke arah posterior dan disebut sebagai bilaminar zone. Bilaminar zone kemudian akan terbagi menjadi 2, yaitu bagian superior yang tersusun dari lapisan fibroelastin serta
Page | 2

melekat pada prosesus postglenoid dari fissure squamotympanic, dan bagian posterior yang tersusun dari lapisan fibrosa serta melekat pada bagian posterior leher kondilus di bawah permukaan artikulasinya. Kedua bagian tersebut dipisahkan oleh jaringan ikat longgar yang melekat pada dinding posterior dari kapsul sendi yang disebut dengan retrodiscal tissue. Bagian lateral dan medial diskus artikularis tidak melekat pada kapsul sendi (ligamen kapsula), namun melekat ke kutub medial dan lateral kondilus mandibula oleh ligamen kolateral. Perlekatan tersebut menyebabkan diskus artikularis bergerak mengikuti kondilus mandibula. 2.1.4 Otot-Otot STM Pergerakan sendi temporomandibula dilakukan oleh otot-otot mastikasi yang meliputi : otot maseter, temporalis, pterigoideus medialis, pterigoideus lateralis, dan otot suprahioideus yang mencakup otot digastrikus. 2.1.4.1 Otot maseter Otot ini memiliki origo pada arkus zigomatikum dengan arah serabut ke bawah dan melekat pada ramus mandibula. Insersionya pada ramus mandibula mulai molar kedua sampai ke angulus mandibula. Otot ini memiliki dua bagian kepala yaitu superfisial yang terdiri dari serat-serat otot yang arahnya turun dan ke belakang dan bagian dalam (deep portion) yang arahnya vertikal. Otot maseter adalah otot mastikasi yang sangat kuat, berfungsi untuk menutup mulut 2.1.4.2 Otot temporalis Otot temporalis memiliki bentuk seperti kipas yang memenuhi fosa temporalis. Memiliki origo pada fosa temporalis dan fascia temporalis. Sedangkan insersionya pada permukaan anterior prosesus koronoideus dan di sepanjang ramus mandibula, mendekati gigi molar terakhir. Otot ini berfungsi menaikkan mandibula dan menarik atau mendorong mandibula ke arah posterior. Pergerakan menarik dan mendorong mandibula meliputi perpindahan kondilus ke arah posterior pada tuberkulum artikularis tulang temporalis dan kembali ke fosa

Page | 3

mandibularis. Dengan kata lain, otot temporalis berpartisipasi dalam gerakan mandibula dari sisi ke sisi (side-to-side movement). 2.1.4.3 Otot pterigoideus Medial Otot ini berbentuk segi empat dan memiliki kepala superfisial ( superficial head) dan kepala dalam (deep head). Deep head melekat di atas permukaan lamina lateralis medial dari prosesus pterigoideus, dihubungkan oleh permukaan prosesus piramidalis tulang palatinus, lalu turun secara oblique ke bagian medial ligament sphenomandibularis, untuk melekat pada permukaan medial ramus mandibula yang kasar, dekat dengan angulus mandibula. Sedangkan Superficial head mempunyai origo di tuberositas maksilaris dan prosessus palatinus menyatu dengan deep head masuk ke mandibula. Fungsi utama otot ini menutup mulut, tetapi karena melewati secara oblique ke belakang masuk ke mandibula, otot ini juga membantu otot pterigoideus lateralis melakukan gerakan protrusive 2.1.4.4 Otot pterigoideus Lateralis Otot ini merupakan otot yang berbentuk segitiga dan memiliki dua kepala, yaitu : Upper head mempunyai origo di atap fosa infratemporalis (permukaan inferior greater wing sphenoideus dan puncak infratemporalis) lateralis terhadap foramen ovale dan foramen spinosum. Insersio di kapsula artikularis, diskus artikularis, dan leher kondilus. Lower head lebih lebar dari upper head, mempunyai origo di permukaan lamina pterigoideus lateralis dan insersio di leher kondilus. Serat otot pterigoideus lateralis dari masing-masing kepala menyatu agar dapat masuk ke fovea pterigoideus leher mandibula dan kapsula STM. Tidak seperti otot pterigoideus medialis yang serat-seratnya cenderung berorientasi secara vertikal, serat-serat otot pterigoideus lateralis cenderung horisontal. Ketika otot pterigoideus lateralis berkontraksi, akan mendorong diskus artikularis dan kondilus mandibula ke depan menuju tuberkulum artikularis. Dengan demikian fungsi utamanya adalah melakukan gerak protrusif pada mandibula. Ketika otot pterigoideus lateralis dan medialis berkontraksi pada satu sisi, dagu bergerak ke arah yang berlawanan. Saat
Page | 4

terjadi pergerakan berlawanan pada kedua STM yang terkoordinasi, terjadilah gerakan mengunyah 2.1.4.5 Otot Digastrikus Otot digastrikus memiliki dua belly yang dihubungkan oleh tendon yang melekat pada tulang hyoideus, yaitu : Posterior belly, berasal dari insisura mastoideus pada prosesus mastoideus medialis tulang temporalis. Anterior belly, berasal dari fosa digastrikus bagian bawah dalam mandibula. Tendon di antara kedua belly melekat pada tulang hioideus adalah titik insersio masing-masing belly. Karena hal tersebut, otot ini memiliki banyak kegunaan tergantung pada tulang yang difiksasi, yaitu : Ketika mandibula pada posisi stabil, otot digastrikus menaikkan tulang hioideus Ketika tulang hioideus di fiksasi, otot digastrikus membuka mulut dengan menurunkan mandibula. 2.2 Sistem Persarafan Umum Manusia merupakan organisme yang fenomenal dan rumit. Tubuh manusia merupakan sistem muskuloskeletal yang dibungkus oleh jaringan kulit dan juga struktur lainnya seperti mukogingival.4 Sistem tersebut terdiri dari otot, tulang, dan ligamen (tendon) termasuk di dalamnya sistem mastikasi. Struktur ini memungkinkan individu untuk melakukan pergerakan. Sedangkan jaringan kulit dan mukogingival berguna untuk menyediakan masukan bagi tubuh seseorang akan kondisi lingkungannya. Selain itu dibutuhkan pula sistem transportasi seperti pembuluh darah, sistem pernafasan, dan pencernaan untuk menopang sistem muskuloskeletal serta jaringan pembungkusnya. Fungsi dari sistem-sistem tersebut sangat kompleks, sehingga dibutuhkan sistem komunikasi untuk mengkoordinasikan seluruh aktivitas dari organisme. Sistem komunikasi tersebut adalah sistem saraf yang dibagi menjadi 3 bagian fungsional, yaitu sistem saraf tepi, pusat, dan otonom. Sistem saraf tepi terutama berperan untuk membawa informasi dari struktur muskuloskeletal serta kutan

Page | 5

untuk diolah di dalam sistem saraf pusat dan sebaliknya. Sedangkan sistem saraf otonom berperan untuk mengatur aliran darah, pernafasan dan pencernaan. Struktur dasar sistem saraf adalah sel saraf atau neuron. Sel saraf tersebut tersusun atas kumpulan masa protoplasma atau badan sel saraf, dan tonjolan protoplasma dari badan sel saraf itu sendiri atau disebut dengan dendrit. Badan sel saraf umumnya terletak di dalam SSP, yakni pada substansi abu-abu dari korda spinalis dan otak. Sementara badan sel saraf yang terletak di luar SSP bersatu membentuk ganglia. Berdasarkan lokasi dan fungsinya, sel saraf (neuron) dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Neuron aferen Neuron aferen berguna untuk membawa impuls ke Sistem Saraf Pusat (SSP). Di ujung perifernya, sebuah neuron eferen memiliki reseptor4, sehingga disebut juga dengan neuron sensorik. Neuron eferen Neuron eferen merupakan neuron motorik yang menghantarkan impuls respon yang sesuai dengan stimulus yang telah diolah oleh SSP. Anterneuron Antarneuron eferen. Informasi dari sistem saraf tepi (saraf eferen) akan dibawa ke SSP (batang otak dan korteks) untuk diinterpretasikan dan dievaluasi. Sesudah informasi tersebut dievaluasi, maka SSP kemudian akan mengirimkan jawaban atas stimulus ke korda spinalis dan keluar untuk menuju organ yang mendapat persarafan eferen berupa respon yang sesuai. Impuls yang dibawa oleh neuron aferen ke SSP melalui dorsal root ganglia akan bersinapsis dengan antarneuron di tanduk dorsal korda spinalis. Dorsal root ganglia merupakan kumpulan badan sel saraf aferen. Impuls kemudian dibawa oleh anterneuron tersebut melintasi korda spinalis dan menuju substansi alba dari korda spinalis. Substansia alba tersebut mengandung traktus atau berkas seratserat saraf (akson) dari antarneuron yang panjang dengan fungsi
Page | 6

sepenuhnya

terletak

di

dalam

SSP

dan

berguna

untuk

menghubungkan antara neuron aferen dengan SSP dan neuron aferen dengan

serupa. Jalur yang ditempuh melalui traktus-traktus ini akan berakhir pada daerah tertentu di otak. Terdapat banyak sekali jalur anterneuron yang terlibat dengan penghantaran impuls ke talamus dan korteks. Ada pula jalur antarneuron, terletak di tanduk dorsal, bersinaps secara langsung dengan neuron eferen. Neuron eferen tersebut akan keluar dari korda spinalis melalui ventral root untuk menuju organ tubuh tertentu yang dipersarafinya. Jalur saraf ini dikenal dengan lengkung refleks. Akan tetapi jalur refleks tidak semudah seperti yang dibayangkan karena melibatkan beberapa atau bahkan banyak jalur antarneuron dengan respon yang beragam pula. 2.3 Persarafan STM dan Otot-Otot Mastikasi Mekanisme penghantaran impuls beserta jalur-jalur persarafan yang baru disebutkan di atas merupakan jalur umum yang terjadi di mana stimulus yang diterima oleh tubuh akan dihantarkan ke SSP, namun stimulus yang berasal dari wajah dan struktur di dalam rongga mulut tidak dihantarkan ke korda spinalis melalui jalur-jalur saraf spinal tadi. Sebagai gantinya, impuls akan dibawa oleh saraf aferen dari sistem saraf trigeminal (saraf kelima dari 12 saraf kranial). Badan sel saraf aferen trigeminal terletak di ganglion gasserian. Impuls yang dibawa oleh saraf aferen akan dihantarkan ke dalam batang otak (kompleks nukleus sensorik trigeminal) untuk bersinapsis dengan antarneuron pada daerah trigeminal spinal tract nucleus. Daerah ini memiliki kesamaan dengan tanduk dorsal dari korda spinalis. Kompleks nukleus sensorik trigeminal terdiri dari main sensory nucleus (nukleus sensorik utama), yang menerima masukan dari neuron aferen yang mempersarafi jaringan pulpa serta periodontal dan trigeminal spinal tract nucleus. Spinal tract nucleus dibagi menjadi 3 bagian, yaitu subnukleus oralis, subnukleus interpolaris, dan subnukleus kaudalis. Subnukleus kaudalis merupakan daerah di batang otak yang menerima dan mengintegrasikan masukan nosiseptif (nyeri) yang dibawa oleh saraf aferen trigeminal. Sebelum melangkah lebih jauh, ada baiknya dibahas persarafan STM dan sistem mastikasi lainnya berdasarkan anatomis, jenis persarafan, dan fungsinya (fisiologis).

Page | 7

2.3.1 Anatomi Persarafan STM dan Otot-Otot Mastikasi Seperti yang sudah disebutkan bahwa sistem saraf aferen berguna untuk mengirimkan informasi mengenai keadaan lingkungan internal dan eksternal ke SSP untuk diolah menjadi sebuah persepsi (sensasi). Sensasi yang muncul pada STM dan otot-otot mastikasi, baik itu disadari maupun tidak disadari, memegang peranan penting untuk menjaga kesehatan sistem stomatognati. STM dan otot-otot mastikasi dipersarafi oleh sistem saraf trigeminal, terutama divisi mandibula dengan beberapa cabangnya dan memiliki fungsi sensorik maupun motorik. Bagian lateral dan posterior dari kapsul sendi (ligamen kapsular) dipersarafi oleh saraf aurikulotemporal dan bagian anteriornya oleh cabang-cabang kecil saraf aurikulotemporal, saraf temporalis posterior dalam, dan saraf maseter. Sedangkan bagian medialnya dipersarafi oleh percabangan saraf maseter dan aurikulotemporal. Sementara itu, otot-otot mastikasi dipersarafi oleh seratserat saraf, baik aferen maupun eferen, yang sesuai dengan letak dan anatomi dari otot-otot tersebut, seperti saraf maseter, saraf temporalis posterior, pterigoideus lateral dan medial, milohioid, digastrikus anterior, dan sebagainya. Keseluruhan unit neuron motorik tersebut berasal dari divisi mandibula sistem saraf trigeminal.

Page | 8

BAB II HASIL PERCOBAAN

2.1

Pemeriksaan Gerakan STM Secara Palpasi Jenis Kelamin Orang Coba Perempuan Laki-laki Gerakan STM (simetri/normal/terjadi hambatan/...) Terjadi clicking Terjadi popping

2.2

Pemeriksaan Bunyi STM Secara Auskultasi Jenis Kelamin Orang Coba Perempuan Laki-laki Gerakan STM (sakit/krepitasi/clicking/popping/...) Terdengar bunyi krepitasi Terdengar bunyi popping yang sangat jelas

2.3

Pemeriksaan Gerakan Mandibula Jenis Kelamin Orang Coba Perempuan Laki-laki A. Jarak Maksial(mm) 4 jari = 55mm 40 mm B. Waktu Maksimal (menit) 1 menit 26 detik 1 detik

Jenis Kelamin Perempuan Laki-laki

Gerakan mandibula C. Antero-Posterior D. Lateral

Perubahan kondil Ke depan, ke belakang Saat bergerak ke kanan kondil sebelah kiri terasa lebih menonjol

Page | 9

dan sebaliknya E. Koordinasi Gerakan Kondil simetris

Saat membuka menutup : kondil bergerak ke bawah ke atas F. Kelelahan Pada Gerakan Mandibula Menutup Mulut Jenis kelamin orang coba P Lamanya membuka mulut secara maksimal Waktu maksimal (ex. X menit) Istirahat 10 menit dari waktu maksimal (0,5 dari X menit + pemijatan) Istirahat 10 menit dari waktu maksimal (0,5 dari X menit + pajanan sinar infra merah) 1 menit 30 detik 2 menit 14 detik Waktu sampai timbul kelelahan (menit) 3 menit 30 detik

2.4

Gerakan STM Pada Beberapa Posisi Kepala Jenis kelamin orang coba Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Posisi kepala Tegak lurus Menunduk Menengadah Terlentang Kesamping Istirahat Jarak kondil tragus (mm) dan apa yang dirasakan 2 cm 2,1 cm 1,2 cm 1,9 cm 2 cm 1,9

PERTANYAAN 1. Apa yang menyebabkan bunyi sendi ?


Page | 10

Adanya gangguan atau kelainan fungsional pada sendi temporomandibula. Disebabkan karena pada sendi temporomandibula yang diberi beban berlebih akan menyebabkan gangguan struktur dari temporomandibula joint. Seperti adanya tekanan yang berlebihan yang terus menerus pada akhirnya menyebabkan perforasi dan keausan sampai terjadi fraktur pada diskus yang dapat mendorong perubahan pada permukaan artikular. Perubahan tempat diskus dengan reduksi yang dapat membuat diskus mengalami pengurangan dalam pergerakan membuka mulut, pada umumnya terjadi clicking sewaktu membuka dan menutup mulut.

2. Apa perbedan krepitus, clicking dan popping ? Clicking : gerakan pada sendi temporomandibula yang menyebabkan munculnya bunyi klik Krepitus : gerakan pada sendi temporomandibula yang meyebabkan munculnya bunyi suara tunggal seperti bunyi kertakan/gemeretak Popping : gerakan pada sendi temporomanidibula yang menyebabkan munculnya bunyi letupan.

3. Bagaimana pola pergerakan kondil pada saat membuka dan menutup mulut ? Membuka mulut Diskus artikularis dan kondil bersama-sama meluncur ke bawah sepanjang emenesia artikularis dan diskus artikularis berputar pada kepala kondil ke arah posterior. Menutup mulut

Page | 11

Kedudukan kepala kondil berada pada bagian tengah diskus yaitu bagian yang tipis. Saat proses ini, otot masseter akan berkontraksi dan meluncurkan kondilus ke posterior.

4. Mengapa dapat timbul gerakan inkoordinasi mandibula ? Karena kontraksi antara otot-otot mandibula untuk melawan resistensi selama gerakan pembukaan, menutup, dan gerakan mandibula ke lateral, posterios dan anterior.

5. Apakah posisi tidur dapat berpengaruh pada kondsi mandibula? Jelaskan mekanismenya. Ya, kelainan pada sendi mandibula pada umumnya berhubungan dengan otot tubuh, terutama otot kepala, leher, pundak.. Seseorang yang mempunyai kebiasaan tidur dalam posisi tengkurap dengan leher yang menikung 90 ke salah satu sisi memberikan dampak yang sama seperti orang yang membengkokkan kepalanya sepanjang hari. Dengan demikian posisi pleksus brakhialis berada di atas kostaklavikular. Posisi seperti ini sangat buruk bagi otot-otot di daerah leher dan dapat menyebabkan torticollis (kontraksi otot leher) akut pada otot sternokleidomastoid. Sehingga menyebabkan kelainan pada sendi mandibula 6. Mengapa membuka mulut maksimal menimbulkan kelelehan dan nyeri? Jelaskan mekanismenya. Penggunaan berlebih pada diskus dan ligament-ligamen yang berhubungan dengan TMJ dapat menyebabkan fleksibilitas pada discus dan ligament tersebut menurun, dan bila tidak ditanggulangi dan terus berlanjut akan menyebabkan inflamasi yang berakhir pada rupture discus dan ligament yang akan menimbulkan sensasi nyeri pada individu. Selain terjadinya inflamasi pada discus, dapat pula terjadi inflamasi dari otot akibat

Page | 12

hiperfungsi dari system musculoskeletal yang akan menimbulkan nyeri juga.

7. Apa fungsi pemijatan pada kelelahan? Jelaskan mekanismenya! Pemijatan pada stm ini berfungsi untuk memulihkan kembali kerja dari stm tersebut dan mengatasi kelelahan.

8. Apa fungsi infra red pada kelelahan? Jelaskan mekanismenya! Pemberian infrared bertujuan untuk menghilangkan kelelahan pada kerja stm disamping denga metode pemijatan

Page | 13

BAB III PEMBAHASAN

3.2.1

Pemeriksaan Gerakan STM Secara Palpasi Pada percobaan pemeriksaan gerakan sendi temporomandibular secara palpasi dilakukan pada 2jenis orang coba yaitu perempuan dan laki-laki. Palpasi dilakukan dengan memegang daerah meatus acusticus externus, 0,5 1cm di depan lubang telinga. Apabila dilihat maka keadaan di daerah sekitar telinga yaitu normal. Namun pada saat pemeriksaan didapatkan hasil pada orang jenis kelamin perempuan yaitu adanya gerakan sendi temporomandibular yang tidak normal. Pada gerakan sendi temporomandibular ada hambatan yang hal ini dapat diketahui sebab munculnya clicking pada saat orang coba menggerakan rahang bawahnya. Sedangkan pada orang coba kelamin coba laki-laki, secara pandangan keadaan juga normal. Namun pada pemeriksaan secara palpasi didapati adanya keadaan tidak normal yaitu dengan adanya popping pada saat rahang bawah digerakkan.

3.2.2

Pemeriksaan Bunyi STM Secara Auskultasi Percobaan untuk pemeriksaan bunyi sendi temporomandibula secara auskultasi dengan mengggunakan stetoskop yang ditempelkan di daerah meatus acusticus externus. Pada saat didengarkan, pada orang coba kelamin perempuan ternyata adanya bunyi pada saat sendi temporomandibula digerakkan. Mandibula digerakaan bersamaan dengan adanya bunyi seperti clicking namun lebih keras atau yang sering dengan bunyi krepitasi. Sedangkan pada orang coba kelamin laki-laki juga terdapat adanya kelainan pada gerakan sendi temporomandibula. Adanya bunyi popping yang sangat jelas pada saat rahang bawah digerakan.

Page | 14

3.2.3

Pemeriksaan Gerakan Mandibula (A-B) Pada pemeriksaan gerakan mandibula antara orang coba laki-laki dan perempuan terjadi perbedaan jarak maksimal (mm) dan waktu maksimal (menit). Dalam pengamatan kelompok kami, jarak maksimal pemeriksaan gerakan mandibula Pada orang coba perempuan, lebih besar dibandingkan dengan orang coba laki-laki. Jarak maksimal pada orang coba perempuan sebesar 4 jari atau 55 mm, sedangkan pada orang coba laki-laki jarak maksimal gerakan mandibula sebesar 40mm. Selain terjadi perbedaan antara jarak maksimal terjadi pula perbedaan dalam waktu maksimal, yang mana pada perempuan waktu maksimal terjadi lebih lama dibandingkan laki-laki. Pada pengamatan kelompok kami waktu maksimal pada perempuan adalah 1 menit 26 detik, sedangkan pada laki-laki waktu maksimalnya adalah 18 detik Pemeriksaan Gerakan Mandibula (C-E) Pada tabel kedua jenis kelamin orang coba adalah perempuan, perubahan condil yang terjadi pada gerakan mandibula pada saat antero posterior yaitu posisi condil ke depan dan ke belakang. Perubahan condil pada saat lateral yaitu saat bergerak ke kanan condil sebelah kiri terasa lebih menonjol dan dan saat bergerak ke kiri condil sebelah kanan terasa lebih menonjol. Perubahan condil yang terjadi pada gerakan mandibula pada saat koordinasi gerakan kodil berada dalam posisi simetris. Kelelahan Pada Gerakan Mandibula Menutup Mulut (F) Pada percobaan kelelahan gerakan mandibula menutup mulut yang dilakukan dengan membuka mulut mulut semaksimal mungkin dan dihitung waktu timbul kelelahan. Pada orang coba waktu maksimal yang diperoleh yakni 3,5 menit. Setelah diberi pemijatan waktu timbul kelelahan menjadi lebih lama yakni 4 menit 28 detik . Dan setelah diberi infra merah kelelahan timbul dalam waktu 3 menit. Hasil ini sesuai dengan teori, karena dengan melakukan pemijatan dapat memperlancar peredaran darah dan hal ini berarti makin
Page | 15

memperlancar pula aliran oksigen dari dari darah ke jaringan, yang dapat menurunkan kadar asam laktat pada otot dengan mengubahnya menjadi glukosa kembali, sehingga kelelahan dapat timbul lebih lama. Sedangkan pada penggunaan onfra merah, seharusnya waktu kelelahan menjadi lebih lama, karena menimbulkan panas dan menyebabkan vasokontriksi sehingga peredaran darah lancer. Tetapi, disini terjadi kesalahan hal ini kemungkinan terjadi karena orang coba terlalu lelah setelah membuka mulut terlalu lama. 2.4 Gerakan STM Pada Beberapa Posisi Kepala Pada percobaan ini orang coba diperintahkan untuk duduk tegak dan dilakukan pemeriksaan pada kondil untuk mengetahui jarak antara kondil-tragus pada posisi kepala yang berbeda-beda.Dari tabel diatas terlihat bahwa posisi kondil-tragus terjauh adalah pada posisi menunduk dengan jarak 2,1 cm.Sedangkan posisi kondil terdekat adalah pada posisi menengadah dengan jarak 1,2 cm.

Page | 16

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Sendi temporo mandibula adalah persendian antara RA dan RB. Persendian memiliki sistem dua persendian yaitu antara kondilus mandibula dengan fossa artikularis yang berada pada tulang temporal. Ada empat otot kunyah utama yaitu masseter, temporalis, pterygoideus medialis, dan pterygoideus lateralis. Saat berfungsi, komponen-komponen sendi saling bekerja sama. Pada kedudukan normal dan mulut tertutup, kedudukan kepala kondil berada pada bagian tengah diskus yaitu bagian yang tipis. Pada proses ini, otot masseter akan berkontraksi dan meluncurkan kondilus ke posterior. Sedang, pada saat proses membuka mulut, diskus artikularis dan kondil bersama-sama meluncur ke bawah sepanjang emenensia artikularis dan diskus artikularis berputar pada kepala kondil ke arah posterior.

Page | 17

DAFTAR PUSTAKA

William F. Ganong. 2008.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Ed.22. Alih Bahasa : Brahm.U. Pendit. Jakarta: EGC.

Arthur C Guyton, John E Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Ed.9. Alih Bahasa : Irawati Setiawan. Jakarta : EGC.

Puspitawati,Ira.1999. Psikologi Faal. Jakarta: Gunadarma.

Page | 18

You might also like