You are on page 1of 52

BAB II STUDI PUSTAKA

II.1. Kayu Kayu sebagai bahan konstruksi memiliki berbagai sifat yang sangat berbeda dengan bahan konstruksi lainya seperti baja, beton. Perbedaan ini meliputi sifat sifat mekanik (mechanical properties) dan perilaku (physical behavior). Kayu merupakan hasil hutan yang mudah diproses untuk dijadikan barang sesuai dengan kemajuan teknologi. Kayu memiliki beberapa sifat yang tidak dapat ditiru oleh bahan-bahan lain. Pemilihan dan penggunaan kayu untuk suatu tujuan pemakaian, memerlukan pengetahuan tentang sifat-sifat kayu. Sifat-sifat ini penting sekali dalam industri pengolahan kayu sebab dari pengetahuan sifat tersebut tidak saja dapat dipilih jenis kayu yang tepat serta macam penggunaan yang memungkinkan, akan tetapi juga dapat dipilih kemungkinan penggantian oleh jenis kayu lainnya apabila jenis yang bersangkutan sulit didapat secara kontinu atau terlalu mahal. Sebagai bahan konstruksi alami, kayu mempunyai sifat sifat fisis dan mekanis yang khas dan sangat berbeda dengan bahan konstruksi yang lain. Oleh karena itu, dalam pemanfaatan kayu sebagai bahan konstruksi kita harus sedikit banyaknya mengetahui tentang beberapa sifat sifat kayu tersebut agar dalam penggunaannya dapat dikembangkan secara maksimal.

Universitas Sumatera Utara

II.1.1 Sifat Bahan Kayu Kayu berasal dari berbagai jenis pohon yang memiliki sifat-sifat yang berbeda-beda. Bahkan dalam satu pohon, kayu mempunyai sifat yang berbeda-beda. Dari sekian banyak sifat-sifat kayu yang berbeda satu sama lain, ada beberapa sifat yang umum terdapat pada semua jenis kayu yaitu : 1. Kayu tersusun dari sel-sel yang memiliki tipe bermacam - macam dan susunan dinding selnya terdiri dari senyawa kimia berupa selulosa dan hemi selulosa (karbohidrat) serta lignin (non karbohidrat). 2. Semua kayu bersifat anisotropik, yaitu memperlihatkan sifat-sifat yang berlainan jika diuji menurut tiga arah utamanya (longitudinal, radial dan tangensial). 3. Kayu merupakan bahan yang bersifat higroskopis, yaitu dapat menyerap atau melepaskan kadar air (kelembaban) sebagai akibat perubahan kelembaban dan suhu udara disekelilingnya. 4. Durabilitas kayu adalah daya tahan suatu jenis kayu terhadap faktorfaktor perusak yang datang dari luar kayu itu sendiri. Secara alami kayu mempunyai durabilitas tersendiri, dan berbeda untuk tiap jenis kayu. durabilitas kayu biasanya ditentukan oleh adanya zat ekstraktif yang terkandung di dalam kayu tersebut.

II.1.2 Sifat Fisis,Mekanis dan Kimia Kayu Sifat dan kekuatan tiap-tiap jenis kayu berbeda-beda, sehingga penggunaan kelas kayu harus disesuaikan dengan konstruksi yang akan 10

Universitas Sumatera Utara

dibuat. Oleh karena itu kita harus sedikit banyaknya mengetahui tentang beberapa ciri-ciri dan sifat-sifat kayu. Antara lain yang terpenting adalah mengenai sifat-sifat mekanis atau kekuatan kayu, yang merupakan kemampuan kayu untuk menahan muatan dari luar berupa gaya-gaya di luar kayu yang mempunyai kecenderungan untuk mengubah bentuk dan besarnya kayu.

II.1.2.1 Sifat Fisis Kayu a. Berat Jenis Kayu Berat jenis didefenisikan sebagai angka berat dari satuan volume suatu material. Berat jenis diperoleh dengan membagikan berat kepada volume benda tersebut. Berat jenis diperoleh dengan cara menimbang suatu benda pada suatu timbangan dengan tingkat keakuratan yang diperlukan. Untuk praktisnya, digunakan timbangan dengan ketelitian 20%, yaitu sebesar 20 gr/kg. Sedangkan untuk menentukan volume, cara yang umum dan mudah dilakukan adalah dengan mengukur panjang, lebar dan tebal suatu benda dan mengalikan ketiganya. Sebaiknya ukuran sampel kayu tidak kurang dari ukuran dari 7.5 cm x 5 cm x 2.5 cm Mengingat kayu terbentuk dari sel sel yang memiliki bermacam macam tipe, memungkinkan terjadinya suatu penyimpangan tertentu . Pada perhitungan berat jenis kayu semestinya berpangkal pada keadaan kering udara, yaitu sekering keringnya tanpa pengeringan buatan.

11

Universitas Sumatera Utara

Berat jenis kayu biasanya berbanding lurus dengan kekuatan daripada kayu atau sifat sifat mekanisnya. Makin tinggi berat jenis suatu kayu maka makin tinggi pula kekuatannya.

b. Kadar Air Kayu Kayu sebagai bahan konstruksi dapat mengikat air dan juga dapat melepaskan air yang dikandungnya. Keadaan seperti ini tergantung pada kelembaban suhu udara di sekelilingnya, dimana kayu itu berada. Kayu mempunyai sifat peka terhadap kelembaban, karena pengaruh kadar airnya menyebabkan mengembang dan menyusutnya kayu serta mempengaruhi pula sifat-sifat fisis dan mekanis kayu. Kadar air sangat besar pengaruhnya terhadap kekuatan kayu, terutama daya pikulnya terhadap tegangan desak sejajar arah serat dan juga tegak lurus arah serat kayu. Sel-sel kayu mengandung air, yang sebagian merupakan bebas yang mengisi dinding sel. Apabila kayu mengering, air bebas keluar dahulu dan saat air bebas itu habis keadaannya disebut titik jenuh serat (Fibre Saturation Point). Kadar air pada saat itu kira-kira 25 %-30 %. Apabila kayu mengering di bawah titik jenuh serat, dinding sel menjadi semakin padat sehingga mengakibatkan serat-seratnya menjadi kokoh dan kuat. Maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa turunnya kadar air mengakibatkan bertambahnya kekuatan kayu. Pada umumnya kayu-kayu di Indonesia yang kering udara mempunyai kadar air (kadar lengas) antara 12 %-18 %, atau rata-rata adalah 15 %. Tetapi

12

Universitas Sumatera Utara

apabila berat dari benda uji tersebut menunjukkan angka yang terus-menerus menurun (berkurang), maka kayu belum dapat dianggap kering udara (jadi masih basah). Untuk menentukan secara kasar apakah kadar lengas kayu sudah di bawah 30 % atau belum, dapat digunakan rumus pendekatan seperti di bawah ini : 1,15 100%

Dimana : W Gx Gku = Kadar air kayu (%) = Berat benda uji mula-mula (gr) = Berat benda uji setelah kering udara (gr)

Bila berat benda uji sudah menunjukkan angka yang konstan, maka kayu tersebut sudah dapat dianggap kering udara, sehingga kadar lengas kayu dapat diperoleh dengan cara : 100%

II.1.2.2 Sifat Mekanis Sifat mekanis kayu meliputi keteguhan kayu, yaitu perlawanan yang diberikan oleh suatu jenis kayu terhadap perubahan-perubahan bentuk yang

13

Universitas Sumatera Utara

disebabkan oleh gaya-gaya luar. Perlawanan kayu terhadap gaya-gaya luar ini dapat dibedakan menjadi: a. Keteguhan Tarik Keteguhan tarik adalah kekuatan atau daya tahan kayu terhadap dua buah gaya yang bekerja dengan arah yang berlawanan dan gaya ini bersifat tarik (lihat Gambar II.1). Gaya tarik ini berusaha melepas ikatan antara seratserat kayu tersebut. Sebagai akibat dari gaya tarik (P), maka timbullah di dalam kayu tegangan-tegangan tarik, yang harus berjumlah sama dengan gaya-gaya luar P. Bila gaya tarik ini membesar sedemikian rupa, serat-serat kayu terlepas dan terjadilah patahan. Dalam suatu konstruksi bangunan, hal ini tidak boleh terjadi untuk menjaga keamanan. Tegangan tarik masih diizinkan bila tidak timbul suatu perubahan atau bahaya pada kayu, disebut dengan tegangan tarik yang diizinkan dengan notasi Ft (MPa). Misalnya, untuk kayu dengan kode mutu E26 tegangan tarik yang diizinkan dalam arah sejajar serat adalah 60 MPa.

Serat Kayu

Gambar II.1 Batang yang menerima gaya tarik P

b. Keteguhan Tekan Keteguhan tekan/kompresi adalah kekuatan atau daya tahan kayu terhadap gaya-gaya tekan yang bekerja sejajar atau tegak lurus serat kayu. 14

Universitas Sumatera Utara

Gaya tekan yang bekerja sejajar serat kayu akan menimbulkan bahaya tekuk pad pada a kayu tersebut (lihat Gambar II.2). Sedangkan gaya tekan yang bekerja tegak lurus arah serat akan menimbulkan menimbulkan retak pada kayu (Gambar II.3)

Gambar II.2 Batang kayu menerima gaya tekan sejajar serat

Batang-batang yang panjang dan tipis seperti papan, mengalami


bahaya kerusakan lebih besar ketika menerima gaya tekan sejajar serat jika dibandingkan dengan gaya tekan tegak lurus serat kayu. Sebagai akibat adanya gaya tekan ini akan menimbulkan tegangan tekan pada kayu. Tegangan tekan terbesar dimana tidak tidak menimbulkan adanya bahaya disebut tegangan tekan yang diizinkan, dengan notasi Fc (MPa).

Gambar II.3 Batang kayu yang menerima gaya tekan tegak lurus serat c. Keteguhan Geser Keteguhan geser adalah kekuatan atau daya tahan kayu terhadap dua gaya-gaya tekan yang bekerja padanya, kemampuan kayu untuk menahan

15

Universitas Sumatera Utara

gaya-gaya yang menyebabkan bagian kayu tersebut bergeser atau tergelincir dari bagian lain di dekatnya. Akibat gaya geser ini maka akan timbul tegangan geser pada kayu (lihat Gambar II.4).

Dalam hal ini, keteguhan geser dibagi menjadi 3 (tiga) macam, yaitu
keteguhan geser sejajar serat, keteguhan geser tegak lurus serat dan keteguhan geser miring. Tegangan geser terbesar yang tidak akan menimbulkan bahaya pada pergeseran serat kayu disebut tegangan geser yang diizinkan, dengan notasi Fv (MPa)

Gambar II.4 Batang kayu yang menerima gaya geser tegak lurus arah serat

d. Keteguhan Lengkung ( Lentur ) Keteguhan lengkung ( lentur ) adalah kekuatan atau daya tahan kayu terhadap gaya-gaya yang berusaha melengkungkan kayu tersebut. Keteguhan lengkung dapat dibedakan menjadi 2 (dua) macam, yaitu keteguhan lengkung statik dan keteguhan lengkung pukul. Keteguhan Keteguhan lengkung statik

menunjukkan kekuatan kayu dalam menahan gaya yang mengenainya perlahan-lahan, sedangkan keteguhan lengkung pukul adalah kekuatan kayu dalam menahan gaya yang mengenainya secara mendadak.

16

Universitas Sumatera Utara

Balok kayu yang terletak pada dua tumpuan atau lebih, bila menerima beban berlebihan akan melengkung/melentur. Pada bagian sisi atas balok akan terjadi tegangan tekan dan pada sisi bawah akan terjadi tegangan tarik yang besar (lihat Gambar II.5). Akibat tegangan tarik yang melampaui batas kemampuan kayu maka akan terjadi regangan yang cukup berbahaya.

P T e r te k a n

T e r ta r ik g a r is n e tr a l

Gambar II.5 Batang kayu yang menerima beban lengkung

e. Keteguhan Belah Keteguhan belah adalah kemampuan kekuatan kayu dalam menahan gaya-gaya yang berusaha membelah kayu. Kayu lebih mudah membelah menurut arah sejajar serat kayu. Keadaan kayu juga mempengaruhi sifat pembelahan, misalnya kayu yang basah lebih mudah dibelah daripada kayu yang telah kering. II.1.2.3 Sifat Kimia Kayu Kayu tersusun dari sel-sel yang memiliki tipe bermacam macam dan susunan dinding selnya terdiri dari senyawa kimia berupa selulosa dan hemi selulosa (karbohidrat) serta lignin (non karbohidrat).

17

Universitas Sumatera Utara

II.1.3 Tegangan Bahan Kayu Istilah kekuatan atau tegangan pada bahan seperti kayu adalah kemampuan bahan untuk mendukung beban luar atau beban yang berusaha merubah bentuk dan ukuran bahan tersebut. Akibat beban luar yang bekerja ini menyebabkan timbulnya gaya gaya dalam pada bahan yang berusaha menahan perubahan ukuran dan bentuk bahan. Gaya dalam ini disebut dengan tegangan yang dinyatakan dalam Pound / ft
2

. Dibeberapa negara satuan

tegangan ini mengacu ke sistem Internasional ( SI ) yaitu N / mm 2 . Perubahan ukuran atau bentuk ini dikenal sebagai deformasi atau regangan. Jika tegangan yang bekerja kecil maka regangan atau deformasi yang terjadi juga kecil dan jika tegangan yang bekerja besar maka deformasi yang terjadi juga besar. Jika kemudian tegangan dihilangkan maka bahan akan kembali kebentuk semula. Kemampuan bahan untuk kembali kebentuk semula tergantung pada besar sifat elastisitasnya. Jika tegangan yang diberikan melebihi daya dukung serat maka serat serat akan putus dan terjadi kegagalan atau keruntuhan. Deformasi sebanding dengan besarnya beban yang bekerja sampai pada satu titik . Titik ini adalah Limit Proporsional. Setelah melewati titik ini besarnya deformasi akan bertambah lebih cepat dari besarnya beban yang diberikan . Hubungan antara beban dan deformasi ditunjukkan pada gambar II.6 berikut .

18

Universitas Sumatera Utara

Tarikan Limit Proporsional Tekanan Beban Limit Proporsional

Deformasi
Gambar II.6 Hubungan antara beban tekan dengan deformasi untuk tarikan dan tekanan

Kayu memiliki beberapa tegangan, pada satu jenis tegangan nilainya besar dan untuk jenis tegangan yang lain nilainya kecil. Sebagai contoh tegangan tekan cenderung memperpendek kayu sedangkan tegangan tarik akan memperpanjang kayu. Biasanya kayu akan menderita kombinasi dari beberapa tegangan yang terjadi secara bersamaan meski salah satu jenis tegangan lebih mendominasi. Kemampuan untuk melentur bebas dan kembali kebentuk semula tergantung kepada elastisitas, dan kemampuan untuk menahan terjadinya perubahan bentuk disebut dengan kekakuan. Modulus elastisitas adalah ukuran hubungan antara tegangan dan regangan dalam limit proporsional yang memberikan angka umum untuk menyatakan kekakuan atau elastis suatu bahan. Semakin besar modulus elastisitas kayu, maka kayu tersebut semakin kaku. Istilah getas digunakan untuk mendeskripsikan deformasi yang terjadi sebelum patah. Dapat diperhatikan bahwa sifat getas ini bukan menyatakan kelemahan. Sebagai contoh, besi tuang dan kapas adalah bahan yang getas,

19

Universitas Sumatera Utara

walaupun besarnya beban yang dibutuhkan untuk mengakibatkannya hancur sangat berbeda. Dalam mencari karakteristik kekuatan kayu ada dua cara yang dapat dilakukan. Pertama, dengan pengujian langsung di lapangan. Kedua, dengan penelitian. Karena pelaksanaan pengujian di lapangan memerlukan biaya yang besar maka pengujian dengan penelitian merupakan alternatif pemilihan. Pada penelitian ada 2 (dua) jenis pengujian yang dapat dilakukan. Pengujian dengan menggunakan sampel kecil dan pengujian kayu sebagai struktural. Pengujian dengan menggunakan sampel penting untuk tujuan komparatif, yang memberikan indikasi bahwa sifat-sifat kekuatan setiap jenisjenis kayu berbeda. Karena pengujian dirancang untuk menghindari pengaruh kerusakan lain, sehingga hasilnya tidak menunjukkan beban aktual yang mampu diterima dan faktor yang harus digunakan untuk mendapatkan tegangan kerja yang aman. Pengujian kayu dengan bentuk struktural lebih mendekati kondisi penggunaan yang sebenarnya. Secara khusus dianggap penting karena dapat mengamati kerusakan seperti pecah-pecah. Kelemahan pada pengujian ini adalah memerlukan biaya yang besar dan pekerjaannya sulit karena membutuhkan kayu dalam jumlah yang besar dan butuh waktu yang lebih lama. Selain itu, faktor pemilihan bahan dalam ukuran yang besar dengan kualitas yang seragam menjadi sangat penting dibandingkan dengan pemilihan sampel dalam ukuran kecil. Pengujian dengan menggunakan sampel kecil telah memiliki standar pengujian. Karena sifat kekuatan kayu sangat dipengaruhi oleh kandungan air, pengujian dapat dilakukan dalam kondisi terpisah. Pengujian ini

20

Universitas Sumatera Utara

dilakukan dengan menggunakan material kayu yang memiliki kandungan standar. Pengujian dilakukan pada bahan kering udara dengan kadar air yang diketahui dan angka-angka kekuatan tersebut dikoreksi terhadap kandungan air standar. Ketelitian dibutuhkan untuk mengeliminasi faktor-faktor yang dapat membuat variasi sifat kekuatan. Pengujian dengan sampel kecil dari jenis-jenis kayu yang berbedabeda kini telah dilakukan, dan banyak batasan data yang diperoleh. Angkaangka yang diterbitkan untuk kayu yang berbeda-beda dapat dibandingkan dengan metode pengujian yang telah distandarkan. Angka-angka ini sendiri dapat dipakai dalam memperhitungkan tegangan kerja karena faktor koreksi telah diperhitungkan. Umumnya secara empiris hanya sedikit karakteristik kekuatan kayu yang diketahui. Sebagai contoh adalah kualitas kayu oak, kayu jati, dan kayu damar sebagai bahan struktur. Hasil pengujian berdasarkan nilai tegangan dan regangan dari kayu tersebut. Nilai tegangan diperoleh dari besarnya beban per luas penampang yang dibebani, dinyatakan dalam N/mm, atau :
Beban Luas Penampang

Tegangan ( ) =

Dan regangan didefinisikan sebagai deformasi per ukuran semula yaitu :


Deformasi Panjang Mula Mula

regangan ( ) =

Ada beberapa jenis tegangan yang dapat dialami oleh suatu material, yaitu tegangan tekan (Compression Strength), tegangan tarik (Tensile 21

Universitas Sumatera Utara

Strength), dan tegangan lentur (Bending Strength). Pada tegangan tekan, material mengalami tekanan pada luasan tertentu yang menyebabkan timbulnya tegangan pada material dalam menahan tekanan tersebut sampai batas keruntuhan dan diambil sebagai nilai tegangan tekan. Demikian pula dengan tarikan, tegangan tarik timbul akibat adanya gaya dalam pada material yang berusaha menahan beban tarikan yang terjadi. Kemampuan maksimum material menahan tarikan adalah sebagai sebagai tegangan tarik (lihat Gambar II.7).

T ekanan

T a r ik a n

T eg. T ekan

T e g . T a r ik

Gambar II.7 Tegangan tekan dan tegangan tarik

Tegangan yang bekerja :

(tk / tr ) =
Dimana :

P(tk / tr )
A

( tk / tr ) = Tegangan tekan/tarik yang terjadi (kg/cm)

P ( tk / tr ) = Beban tekan / tarik yang terjadi (kg) A = Luas penampang yang menerima beban (cm)

22

Universitas Sumatera Utara

Secara teoritis, semakin ringan kayu maka semakin kurang kekuatannya, demikian juga sebaliknya. Pada umumnya dapat dikatakan bahwa kayu-kayu yang berat sekali juga kuat sekali. Kekuatan, kekerasan dan sifat teknik lainnya adalah berbanding lurus dengan berat jenisnya. Tentunya hal ini tidak terlalu sesuai, karena susunan dari kayu tidak selalu sama.

II.1.4 Kuat Acuan Berdasarkan Pemilahan Secara Mekanis Pemilihan secara mekanis untuk mendapatkan modulus elastisitas lentur harus dilakukan dengan mengikuti standar pemilahan mekanis yang baku. Berdasarkan modulus elastis lentur yang diperoleh secara mekanis, kuat acuan lainnya dapat diambil mengikuti tabel II.1. Kuat acuan yang berbeda dengan Tabel II.1 dapat digunakan apabila ada pembuktian secara eksperimental yang mengikuti standar-standar eksperimen yang baku. Tabel II.1 : Nilai kuat acuan (MPa) berdasarkan atas pemilahan secara mekanis pada kadar air 15% ( berdasarkan PKKI NI - 5 2002 ) Ew 25000 24000 23000 22000 21000 20000 19000 18000 Fb 66 62 59 56 54 56 47 44 Ft// 60 58 56 53 50 47 44 42 Fc// 46 45 45 43 41 40 39 37 Fv 6,6 6,5 6,4 6,2 6,1 5,9 5,8 5,6 Fc 24 23 22 21 20 19 18 17

Kode Mutu E26 E25 E24 E23 E22 E21 E20 E19

23

Universitas Sumatera Utara

E18 E17 E16 E15 E14 E13 E12 E11 E10

17000 16000 15000 14000 13000 14000 13000 12000 11000

42 38 35 32 30 27 23 20 18

39 36 33 31 28 25 22 19 17

35 34 33 31 30 28 27 25 24

5,4 5,4 5,2 5,1 4,9 4,8 4,6 4,5 4,3

16 15 14 13 12 11 11 10 9

Dimana : Ew Fb Ft// Fc// Fv Fc = = = = = = Modulus elastis lentur Kuat lentur Kuat tarik sejajar serat Kuat tekan sejajar serat Kuat Geser Kuat tekan tegak lurus

II.1.5 Kuat Acuan Berdasarkan Pemilihan Secara Visual Pemilahan secara visual harus mengikuti standar pemilahan secara visual yang baku. Apabila pemeriksaan visual dilakukan berdasarkan atas pengukuran berat jenis, maka kuat acuan untuk kayu berserat lurus tanpa cacat dapat dihitung dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut :

24

Universitas Sumatera Utara

a.

Kerapatan pada kondisi basah (berat dan volume diukur pada kondisi basah, tetapi kadar airnya lebih kecil dari 30 %) dihitung dengan mengikuti prosedur baku. Gunakan satuan kg/m untuk .

b. c. d. e. f. g.

Kadar air, m % (m < 30), diukur dengan prosedur baku. Hitung berat jenis pada m % ( G m ) dengan rumus : Gm =

/ [1000 (1 + m/100)]

Hitung berat jenis dasar ( G b ) dengan rumus : G b = G m / [1 + 0,265 a G m ] dengan a = (30 m ) / 30 Hitung berat jenis pada kadar air 15 % ( G15 ) dengan rumus : G15 = G b / (1 0,133 G b )

h.

Hitung estimasi kuat acuan, dengan modulus elastisitas lentur (Ew) = 16500 G0.7, dimana G : Berat jenis kayu pada kadar air 15 % = G 15 .

Untuk kayu dengan serat tidak lurus dan/atau mempunyai cacat kayu, estimasi nilai modulus elastis lentur acuan pada point f harus direduksi dengan mengikuti ketentuan pada SNI (Standar Nasional Indonesia) 03-35271994 UDC (Universal Decimal Classification) 691.11 tentang Mutu Kayu Bangunan yaitu dengan mengalikan estimasi nilai modulus elastis lentur acuan dari Tabel II.1 tersebut dengan nilai rasio tahanan yang ada pada Tabel II.2 yang bergantung pada kelas mutu kayu . Kelas mutu kayu ditetapkan dengan mengacu pada Tabel II.3.

25

Universitas Sumatera Utara

Tabel II.2 : Nilai rasio tahanan Kelas Mutu Nilai Rasio Tahanan A B C 0,80 0,63 0,50

Tabel II.3 : Cacat maksimum untuk setiap kelas mutu kayu Macam Cacat Kelas Mutu A Kelas Mutu B Mata kayu : Terletak di muka lebar 1/6 lebar kayu 1/4 lebar kayu Terletak di muka sempit 1/8 lebar kayu 1/6 lebar kayu Retak Pingul 1/5 tebal kayu 1/10 tebal atau lebar kayu 1:13 1/5 tebal kayu eksudasi tidak diperkenan Diperkenankan Diperkenankan asal terpencar dan ukuran dibatasai dan tidak ada tandatanda serangga hidup Tidak diperkenankan 1/6 tebal kayu 1/6 tebal atau lebar kayu 1:9 2/5 tebal kayu

Kelas Mutu C 1/2 lebar kayu 1/4 lebar kayu 1/2 tebal kayu 1/4 tebal atau lebar kayu 1:6 1/2 tebal kayu

Arah serat Saluran Damar

Gubal Lubang serangga

Diperkenankan Diperkenankan asal terpencar dan ukuran dibatasai dan tidak ada tandatanda serangga hidup Tidak diperkenankan

Diperkenankan Diperkenankan asal terpencar dan ukuran dibatasai dan tidak ada tanda-tanda serangga hidup

Cacat lain (lapuk, hati rapuh, retak melintang)

Tidak diperkenankan

26

Universitas Sumatera Utara

Kayu kelapa merupakan kayu yang dapat dipakai sebagai material bangunan.Kayu ini tidak sekuat kayu kelas atas seperti damar, jati dan lainnya, namun seiring dengan sulitnya mendapatkan kayu kelas 1, maka penggunaan kayu kelapa menjadi suatu alternatif. Pada dasarnya batang pohon kelapa dapat dibagi menjadi 3 bagian,yaitu bagian pangkal, bagian tengah, dan bagian pucuk. Biasanya bagian atas, yaitu bagian yang dekat dengan daun akan dibuang, karena sangat lemah. Yang dipakai hanya bagian bawah dan bagian tengahnya. Bagian pangkal yang cukup kuat dapat dimanfaatkan untuk memikul beban yang besar pada sistem balok bersusun, sementara bagian tengah yang lebih lemah harus ditempatkan pada lapisan yang menerima beban tidak terlalu besar.

Gambar II.8 Pembagian Kekuatan Pada Pohon Kelapa

27

Universitas Sumatera Utara

II.2. Beton Beton dibentuk oleh pengerasan campuran semen, air, agregat halus, agregat kasar ( batu pecah / kerikil ), dan kadang-kadang campuran tambahan lainnya Campuran yang masih plastis ini dicor ke dalam acuan dan dirawat untuk mempercepat reaksi. Hidrasi campuran air-semen, yang menyebabkan pengerasan beton. Bahan yang terbentuk ini mempunyai kekuatan tekan tinggi dan ketahanan tarik yang rendah, atau kira-kira kekuatan tariknya 0,1 kali kekuatan terhadap tekan. Maka penguatan tarik atau geser harus diberikan pada daerah tarik dari penampang untuk mengatasi kelemahan pada daerah tarik dari elemen beton bertulang. (Edward G. Nawy hal : 4 ) Kekuatan beton tergantung dari banyak faktor, antara lain : proporsi dari campuran, kondisi temperatur, kelembaban dari tempat dimana campuran diletakan dan mengeras. Rasio air terhadap semen merupakan factor utama dalam penentuan kuat tekan beton. Semakin rendah perbandingan airsemen, kuat tekan beton semakin tinggi. Rasio air tertentu diperlukan untuk memberikan aksi kimiawi didalam pengerasan beton. Kelebihan air meningkatkan kemampuan pengerjaan, akan tetapi menurunkan kekuatan (Wang & Salmon, 1985). Sesuai tingkat mutu beton yang hendak dicapai, komposisi bahan susun beton harusditentukan. Banyak metoda yang dapat digunakan untuk menentukan komposisi bahan susun beton, agar beton yang dihasilkan memberikan kelecakan dan konsistensi yang memungkinkan beton mudah dikerjakan, ketahanan terhadap kondisi lingkungan (kedap air, tidak korosif, tahan kebakaran dan lainlain) serta memenuhi kekuatan yang direncanakan (Istimawan, 1994).

28

Universitas Sumatera Utara

Kuat tekan beton relatif tinggi dibanding dengan kuat tariknya, yaitu kuat tarik beton antara 915 % kuat tekannya. Selain itu, beton merupakan bahan yang bersifat getas (Kadir, 2000). Untuk penetapan modulus elastisitas beton, penerapannya digunakan rumusrumus empiris yang menyertakan besaran berat disamping kuat tekan beton. SK SNI T15199103 memberikan nilai modulus elastisitas beton tersebut, yaitu untuk beton ringan dan beton normal (Istimawan, 1994). Beton dapat dipakai dengan mencampurkan bahan-bahan agregat halus dan kasar yaitu pasir, batu, batu pecah, atau bahan semacam lainnya, dengan menambahkan secukupnya bahan perekat semen, dan air sebagai bahan pembantu guna keperluan reaksi kimia selama proses pengerasan dan perawatan beton berlangsung. Semen berfungsi sebagai pengikat, agregat sebagai bahan pengisi, serta air sebagai bahan penyatu bahan-bahan tersebut. Semen Portland adalah suatu bahan konstruksi yang paling banyak dipakai serta merupakan jenis semen hidrolik yang penting. Semen Portland dipergunakan dalam semua jenis struktural seperti tembok, lantai, jembatan, terowongan dan sebagian yang diperkuat dengan tulangan atau tanpa tulangan. Menurut SNI 15-2049-1994, (1994), Semen Portland diklasifikasikan dalam lima jenis, yaitu : 1. Jenis I : Semen Portland untuk penggunaan umum yang tidak memerlukan persyaratan khusus seperti yang disyaratkan pada jenis-jenis lain, 2. Jenis II : Semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan ketahanan terhadap sulfat atau kalori hidrasi sedang, 3. Jenis III : Semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan kekuatan tinggi pada tahap permulaan setelah pengikatan terjadi,

29

Universitas Sumatera Utara

4.Jenis IV: Semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan kalori hidrasi rendah, dan 5. Jenis V : Semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan ketahanan tinggi terhadap sulfat . Kekuatan beton tergantung dari banyak faktor, seperti: - Proporsi campuran - Kondisi temperatur dan kelembaban dari tempat dimana campuran ditempatkan dan mengeras - Jumlah air yang relatif terhadap semen serta cara pengolahannya.

Faktor air semen (fas) sangat mempengaruhi kekuatan beton, fas merupakan perbandingan antara berat air dengan semen dalam adukan beton. Secara umum diketahui bahwa semakin tinggi nilai fas, semakin rendah mutu kekuatan beton. Namun fas yang semakin rendah tidak selalu berarti bahwa kekuatan beton semakin tinggi. Nilai fas yang rendah akan menyebabkan kesulitan dalam pelaksanaan pemadatan yang pada akhirnya akan menyebabkan mutu beton menurun. Umumnya nilai fas minimum yang diberikan sekitar 0,4 dan maksimum 0,65. Ratarata ketebalan lapisan yang memisahkan antara partikel dalam beton sangat bergantung pada faktor air semen yang digunakan dan kehalusan butir semennya.

30

Universitas Sumatera Utara

Gambar II.9 Hubungan Kuat Tekan Beton dengan Faktor Air Semen Di bawah ini dapat ditunjukkan nilai faktor air semen yang ditetapkan menurut PBI tahun 1971

Tabel II.4 Nilai Faktor Air Semen Menurut PBI 1971

31

Universitas Sumatera Utara

Air untuk pembuatan campuran beton tidak boleh mengandung minyak, asam alkali, garam-garam, bahan organik atau bahan-bahan lain yang dapat merusak beton. Untuk itu apabila ada keraguan mengenai air, maka harus diadakan pemeriksaan zatzat yang terkandung air tersebut. Adapun pH air yang diperkenankan adalah berkisar antara 6.8 -7.2 ,demikian pH air yang harus bersifat netral agar tidak merusak tulangan pada beton. Jumlah air yang dipakai dalam campuran beton, harus disesuaikan dengan proporsi campuran beton tersebut. Akibat air yang terlalu banyak akan menyebabkan beton keenceran dan akan merembesnya air pada cetakan beton (bleeding) dan setelah mengeras akan timbul retak-retak. Hal ini disebabkan karena fungsi air untuk memberikan reaksi terhadap semen. Dan apabila kekurangan air akan menyebabkan beton rapuh karena banyaknya lubang-lubang udara atau ronggarongga udara pada campuran beton tersebut karena campuran tidak homogen. Kekentalan adukan beton dapat diperiksa dengan pengujian slump untuk mencegah adukan beton yang terlalu kental atau encer. Pengujian ini menggunakan kerucut terpancung (kerucut Abrams) dengan diameter atas 10 cm, diameter bawah 20 cm dan dengan tinggi 30 cm. Adukan yang telah selesai diaduk sebagian sebagai sample dan dimasukkan ke kerucut Abrams dengan mengikuti kriteria aturan yang ada. Kekuatan tekan beton ditentukan oleh pengaturan perbandingan semen, agregat kasar dan halus, air dan berbagai jenis bahan campur. Kekuatan beton cukup tinggi, dengan pengolahan khusus dapat mencapai 700 kg/cm2. Berbeda dengan baja, modulus elastisitas beton adalah berubah-ubah menurut kekuatan. Modulus elastisitas juga tergantung kepada umur beton, sifat-sifat dari agregat dan semen, kecepatan pembebanan, jenis dan ukuran dari benda uji. Selanjutnya, karena beton

32
Universitas Sumatera Utara

memperlihatkan deformasi yang tetap (permanent) sekalipun dengan bahan yang kecil, maka dikenal beberapa macam definisi untuk modulus elastisitas. Untuk penetapan modulus elastisitas beton, penerapannya digunakan rumus rumus empiris yang menyertakan besaran berat disamping kuat tekan beton. SK SNI T 15 1991 03 memberikan nilai modulus elastisitas beton tersebut, yaitu untuk beton ringan dan beton normal (Istimawan, 1994). Beton untuk konstruksi beton bertulang dibagi dalam mutu-mutu dan kelas-kelas sebagai berikut: Tabel II.5 Kelas dan mutu beton (menurut PBI 1971)

Perlunya pemilihan bahan bahan yang sesuai, dicampur dan digunakan sedemikian rupa untuk menghasilkan beton dengan sifat sifat yang diinginkan untuk tujuan tertentu dengan cara yang paling ekonomis. Misalnya, sifat sifat yang diperlukan dalam bangunan teknis umumnya, tahan cuaca dan kekuatannya memenuhi karakteristik perencanaan yang telah memakainya sebagai dasar perhitungannya. Pada konstruksi jalan raya, beton harus kuat dan tahan aus, untuk menahan hempasan dari lalu lintas berat dan cepat gerakannya. Pada menara air dan tempat penampungan air harus kedap air; sebagai pondasi beton tahan terhadap sifat merusak dari sulfat yang dikandung oleh tanah dan berbagai kebutuhan lainnya.

33
Universitas Sumatera Utara

Pemilihan dari bahan dan cara konstruksi tidak mudah dikerjakan, karena banyak terdapat variasi yang mempengaruhi kualitas dari beton yang dihasilkan, dan disini, kualitas dan faktor ekonomis harus diperhatikan. Beton mempunyai segi yang kurang menguntungkan, dan seharusnya dimengerti oleh para perencana dan konstruktor, karena pengertian dalam hal ini dapat mencegah kesulitan kesulitan dalam segi pembiayaan pembangunan, dan juga terhadap retak retak maupun kelemahan konstruksi lainnya yang mengganggu pemandangan, pelayanan dan umur dari bangunan. Kekurangan kekurangan dan hal hal yang membatasi pemakaiannya, yaitu: 1. kekuatan tarik yang rendah. Bagian konstruksi yang menderita gaya tarik harus diperkuat dengan batang baja ataupun anyaman baja. 2. rambatan suhu. Selama pengikatan dan pengerasan suhu beton naik. Hal ini disebabkan oleh hidrasi dari semen, dan kemudian secara berangsur angsur turun kembali. Perubahan suhu ini dapat mengakibatkan muai susut akibat suhu yang cukup besar dan retak retak ringan. Beton yang telah mengeras dapat memuai dan menyusut sesuai suhu pada kecepatan yang sama dengan baja. Sambungan untuk pemuaian dan penyusutan harus disediakan agar bangunan tidak rusak. 3. rayapan. Beton mengalami perubahan secara berangsur angsur bilamana mengalami pembebanan, perubahan bentuk yang ditimbulkan oleh rayapan beton ini tidak dapat kembali seperti semula bilamana beban ditiadakan. Rayapan ini hal yang sangat penting terutama yang berhubungan dengan beton pra-tekan.

34
Universitas Sumatera Utara

Rayapan dan penyusutan sukar dipisahkan didalam pengukuran perubahan bentuk selama pengujian. 4. penyusutan kering dan perubahan kadar air. Beton menyusut bilamana mengalami kekeringan dan bahkan bila terjadi pengerasan, memuai dan menyusut bilamana basah dan kering. Perubahan perubahan ini mengharuskan disediakannya suatu sambungan kontraksi pada suatu interval interval agar tidak terjadi retak retak yang tidak terlihat. 5. kerapatan terhadap air. Beton yang paling baik tidak dapat secara sempurna rapat terhadap air dan kelembaban, serta mengandung senyawa senyawa yang mudah larut serta terbawa keluar oleh air yang jumlahnya berubah ubah. Bilamana diperlukan perhatian khusus terhadap konstruksi ini, perlu adanya sambungan yang bisa membentuk semacam saluran untuk aliran air tersebut. Suatu daftar beton yang diproduksi menunjukkan keanekaragaman seperti dibawah ini, dan meskipun daftar ini belum sempurna tetapi ada petunjuk mengenai sumber perbedaan pada kekuatan dan sifat sifat lain. A. Bahan bahan 1). Semen : kualiatas dan kecepatan pengerasan 2). Agregat halus : a. Gradasi, mempengaruhi kemudahan pengerjaan b. Kadar air, mempengaruhi perbandingan air semen c. Lumpur, mempengaruhi kekuatan d. Kebersihan, mempengaruhi kekuatan dan sifat awet beton 3). Agregat kasar : a. Gradasi, mempengaruhi kekuatan

35
Universitas Sumatera Utara

b. Kadar air, mempengaruhi perbandingan air semen c. Kebersihan, mempengaruhi kekuatan dan keawetan 4). Air : Kuantitasnya mempengaruhi hampir semua sifatnya, kualitasnya mempengaruhi pengerasan, kekuatan sifat awet dan lain lain. 5). Bahan campuran (bila dipakai): Modifikasi dari sifat sifat beton. Hal ini masih tergantung pada jenis dan jumlah bahan campuran yang dipakai. B. Cara menakar dan mencampur 1. Dengan dasar volume : a. kepadatan waktu menakar pasir mempengaruhi perbandingan b. ketepatan pengukuran 2. Dengan dasar berat : a. kadar air agregat b. ketepatan pengukuran 3. Bahan bahan yang terbuang sewaktu dimasukkan ke dalam mesin pencampur 4. Efisiensi dari mesin pencampur

C. Cara pelaksanaan pekerjaan : 1. Pemadatan : Rongga rongga udara mengurangi kekuatan 2. Perawatan : Perlu untuk peningkatan kekuatan dan sifat sifat lain 3. Keadaan cuaca selama mencetak dan merawat beton.

II.2.1. Bahan- bahan Penyusun Beton II.2.1.1. Agregat Pasir Dan Kerikil

36
Universitas Sumatera Utara

Agregat yang banyak dipergunakan karena sifatnya yang ekonomis adalah pasir dan kerikil. Deposit pasir dan kerikil alamiah timbul sebagai deposit di dasar sungai sungai ataupun hasil pemecahan batuan. Deposit sungai masih merupakan yang paling umum dan memenuhi syarat karena deposit ini mempunyai gradasi yang konsisten sebagai hasil daya seleksi oleh sungai itu, bentuk biasanya bulat, tidak teratur, dan gaya kikis selama transportasi oleh aliran sungai dan pengendapan sesudahnya menghasilkan eliminasi partikel partikel yang lemah. Meskipun agregat yang dikeruk dari laut telah dipergunakan pada beberapa tempat selama bertahun tahun, kenaikan produksi dan penggunaannya telah menentukan batasan tertentu, agar karang laut dan kadar garam tertentu dapat disetujui penggunaannya untuk campuran beton.

Batu Kapur Bermacam macam jenis batu bila dipecah, cocok untuk digunakan sebagai agregat beton. Batu Kapur, adalah batuan hasil sedimentasi yang komposisi utamanya adalah kalsium karbonat. Semakin keras dan padat jenis batu kapur ini, terutama jenis ferrokarbonat, cocok untuk pembuatan beton. Batu Api, meliputi granit, basalt, dolerite, gabbros dan porphyries. Granit adalah keras, ulet, dan padat sehingga merupakan agregat yang baik untuk beton. Sandstone. Bilamana keras dan padat, hampir semua sandstone cocok untuk agregat. Yang terbaik adalah yang mempunyai komposisi butiran quartz yang terikat oleh oksida besi yang terhidrasi atau amorphous silica.

37
Universitas Sumatera Utara

Batu Tulis, biasanya agregat yang tidak baik, lunak, lemah, berlapis dan daya serapnya tinggi. Lagipula bentuknya yang pipih menyebabkan partikel partikel ini sulit dipadatkan didalam pencetakan beton.

Batu Metamorfosa, bervariasi dalam karakternya. Marmer dan quartzites biasanya pejal, padat, serta cukup ulet dan kuat, sebagai suatu agregat yang baik. Meskipun demikian, beberapa batu tulis atau sabak sering mempunyai lapisan yang tipis, sehingga tidak cocok untuk beton.

II.2.1.2. Semen Batu kapur dan tanah liat biasanya merupakan bahan bahan pokok pabrik semen Portland. Kapur tulis dam marl (sejenis tanah yang biasa dipakai untuk pupuk) umumnya menghasilkan bahan kapur dalam bentuk kalsium karbonat, sedang tanah liat atau batu tulis menghasilkan bahan yang nengandung tanah liat, terutama alumina dan silikat. Lokasi pembuatan semen pada umumnya dipilh pada tempat tempat dimana jenis jenis bahan baku berdekatan satu dengan yang lain. Proses kering dan proses basah merupakan dua cara produksi yang dipergunakan, proses basah lebih banyak dipergunakan di Indonesia. Pada proses kering bahan bahan dihancurkan, dikeringkan dan kemudian dimasukkan gilingan yang dilengkapi bola penggiling yang menjadikannya jadi serbuk untuk dibakar dalam kondisi kering. Pada proses basah, pertama tama bahan dihancurkan baru digiling dalam gilingan pencuci sampai bentuknya seperti bubur. Setelah melalui gilingan pencuci dan gudang gudang, bubur bahan selanjutnya menuju tangki bubur bahan dan diolah.

38
Universitas Sumatera Utara

II.2.1.3. Air Di dalam campuran beton, air mempunyai dua buah fungsi, yang pertama, untuk memungkinkan reaksi kimia yang menyebabkan pengikatan dan

berlangsungnya pengerasan, dan yang kedua, sebagai pelincir campuran kerikil, pasir dan semen agar memudahkan pencetakan. Beton yang padat dan kuat diperoleh dengan menggunakan jumlah air yang minimal konsisten dengan derajat workabilitas yang dibutuhkan untuk memberikan kepadatan maksimal. Defenisi istilah perbandingan air semen perlu dijelaskan. Kesulitannya timbul dari adanya air dalam takaran beton yang berasal dari tiga sumber : 1. air yang diserap dalam agregat (w) 2. air permukaan pada agregat (ws) 3. air yang ditambahkan selama mencampur (wm)
Perbanding air semen =

s +m
wc

w c .2)

Dimana Wc menunjukkan berat semen. Ada tiga buah sifat terpisah yang dapat mendefenisikan workabilitis : 1. Kompaktibilitas, atau kemudahan dimana beton dapat dipadatkan dan rongga rongga udara dikeluarkan. 2. Mobilitas, kemudahan dimana beton dapat mengalir ke dalam cetakan dan dituang kembali. 3. Stabilitas, kemampuan beton untuk tetap sebagai massa yang homogen; koheren dan stabil selama dikerjakan dan digetarkan tanpa terjadi agregasi/pemisahan butiran dari bahan bahan utama.

39
Universitas Sumatera Utara

Konsistensi workabilitas di lapangan dikontrol dengan mengukur slump sebelum dan sesudah pencampuran. Konsistensi dicatat dalam mm penurunan benda uji selama pengujian, yang dikenal dengan slump. Variasi random yang terjadi antara slump adalah adanya beberapa ukuran akibat tiga buah jenis slump yang terjadi dalam praktek seperti yang di tunjukkan dalam gambar II.10. yang pertama yang terdiri atas penurunan umum yang seragam tanpa adanya pecah, yang kedua jenis dimana terjadi keruntuhan sebagian dan yang ketiga runtuh seluruhnya. 100 mm <75 mm 110mm 150mm 300mm

250 mm Gambar II.10 : Jenis jenis Slump (Sumber : L.J. Murdock ; Bahan dan Praktek Beton, hal. 102) 6 5
Kebutuhan air

4 SLUMP(inci) 3 2 1 0 40 60 80 100 TEMPERATUR (0F) 120 140


Slump

40
Universitas Sumatera Utara

Gambar II.11: Pengaruh temperatur beton pada slump dan kebutuhan air untuk mempertahankan slump (kadar semen 307 kg/m3, ukuran agregat maksimum 38 mm, kadar udara 4,5 %) ( Sumber : R. Sagel ; Pedoman Pengerjaan Beton ; Jilid 2, hal. 185)

Kadar air (lb/cu yd) 310

300 290

280
Slump 3 inci (76,2 mm)

270 260 0 4 10 16 21 27 32 38 TEMPERATUR BETON (0C) 44

Gambar II.12: Kebutuhan air untuk suatu campuran beton meningkat dengan meningkatnya temperatur (Sumber : R. Sagel ; Pedoman Pengerjaan Beton; Jilid 2, hal. 184)

II.2.2. Sifat Sifat Beton Karakteristik beton harus dipertimbangkan dalam hubungannya dengan kualitas yang dituntut untuk suatu tujuan konstruksi tertentu. Pendekatan praktis yang paling baik untuk mengusahakan kesempurnaan semua sifat beton, akan berarti pemborosan bilamana dipandang dari segi ekonomi. Yang paling diharapkan dari

41
Universitas Sumatera Utara

suatu konstruksi adalah dapat memenuhi harapan maksimal, dengan tepat mengikuti variasi sifat sifat beton, dan tidak terpaku pada pandangan saja, misalnya kekuatan harus semaksimal mungkin.

II.2.2.1. Kuat Tekan Kuat tekan dari beton dipengaruhi oleh sejumlah faktor, selain oleh perbandingan air semen dan tingkat pemadatannya. Faktor faktor penting lainnya, yaitu : 1. Jenis semen dan kualitasnya, mempengaruhi kekuatan rata rata dan kuat batas beton. 2. Perawatan (curing), kehilangan kekuatan sampai 40 % dapat terjadi bila pengeringan diadakan sebelum waktunya. 3. Suhu, pada umumnya kecepatan pengerasan beton bertambah dengan bertambahnya suhu. Pada titik beku kuat hancur akan tetap rendah untuk waktu yang lama. 4. Umur, pada keadaan yang normal kekuatan beton bertambah dengan umurnya. Kecepatan bertambahnya kekuatan tergantung pada jenis semen.

Misalnya dengan kadar alumina yang tinggi menghasilkan beton yang kuat hancurnya pada 24 jam sama dengan Semen Portland biasa pada umur 28 hari. pengerasan berlangsung terus secara lambat sampai beberapa tahum.

42
Universitas Sumatera Utara

(KEKUATAN TEKAN) 10 20 30 40 Psi 6000 5000 4000

50 Mpa 41,1 34,5 27,6

3000 2000 1000 0

20,7 13,8 6,9 40 60 80 100 120 TEMPERATUR PEMELIHARAAN OF

Gambar II.13: Kekuatan tekan pada umur 1 hari meningkat dengan meningkatnya temperature, tetapi kekuatan tekan pada umur 28 hari menurun dengan meningkatnya temperatur

Kuat tekan pada umur 28 hari dapat dihitung dari data kuat tekan pada umur lainnya dengan menggunakan angka konversi yang diturunkan di laboratorium terhadap benda uji yang dirawat di laboratorium maupun di lapangan. Bila percobaan ini tidak dilakukan, alternatif lain untuk mendapatkan kuat tekan beton 28 hari adalah dengan menggunakan tabel berikut ini, asalkan beton tersebut tidak menggunakan campuran tambahan atau agregat ringan.

43
Universitas Sumatera Utara

Tabel II.6 Perbandingan kuat tekan beton pada berbagai umur untuk benda uji silinder yang dirawat di laboratorium Umur Beton (hari) 3 7 14 21 28 Portland Type I 0,46 0,70 0,88 0,96 1,00

II.2.2.2. Modulus Elastisitas Beton

Benda uji dibebani

Perubahan bentuk

Beban diambil

Perubahan bentuk elastis

A 0

Aliran plastis atau rayapan

Pengembalian bentuk plastis

X Waktu
Pengembalian bentuk elastis

Perubahan bentuk tetap

Gambar II.14: Ilustrasi dari perubahan bentuk beton yang dibebani terhadap waktu (Sumber : L.J. Murdock; Bahan dan Praktek Beton, hal. 11)

44
Universitas Sumatera Utara

Tolak ukur yang umum dari sifat elastis suatu bahan adalah modulus elastisitas, yang merupakan perbandingan dari tekanan yang diberikan dengan perubahan bentuk per satuan panjang, sebagai akibat tekanan yang diberikan itu.
E = dimana; E = Modulus elastisitas PL = Ax .......... .......... .......... .... 3 )

= P/A adalah tegangan yang diberikan, P adalah beban dan A adalah luas
tampang

= x/L adalah perubahan bentuk per satuan panjang atau regangan, x


adalah perubahan bentuk di bawah beban P, dan L adalah panjang bentang Modulus elastisitas sering diambil dari kurva hubungan tegangan regangan yang didapat dari pengujian kuat tekan beton. Kemiringan garis singgung pada segmen pertama garis parabola didefenisikan sebagai modulus tangen (tangent modulus), yang sering dianggap sebagai modulus elastisitas beton Ec. Sedangkan kemiringan garis yang melalui titik 0,5fc adalah modulus sekan (secant modulus). SNI menetapkan nilai modulus Ec ini sebagai nilai variabel yang tergantung dari mutu beton, dan dirumuskan sebagai :
E c = 4700 f ' c ( Mpa ) .......... .......... .......... .......... ..... 4 )

Berdasarkan rumus ini, dengan percepatan gravitasi g = 10 m/dtk2, modulus elastisitas dari beberapa mutu beton dapat disusun seperti dalam tabel berikut ini :

45
Universitas Sumatera Utara

Tabel II.7 : Nilai modulus elastisitas beton normal fc (kg/cm2) 175 200 225 250 Ec (Mpa) 19500 20800 22100 23300

II.2.2.3. Kekuatan Tarik Kekuatan tarik beton seringkali diukur berdasarkan modulus tarik (modulus of rupture), yaitu tegangan tarik lentur dari beton silinder 6 inci. Nilai ini sedikit lebih besar dari nilai tarik sesungguhnya. Tetapi saat ini lebih sering ditentukan oleh kekuatan belah silinder beton. Dalam SK SNI T 15 1991 03 ditetapkan bahwa besarnya modulus tarik mengikuti rumus :
Fr = 0 , 70 f ' c ( untukbeton normal ) .......... .......... ... 5 )

Dengan Ec dan fc dalam Mpa. Harga ini harus dikalikan faktor 0,75 untuk beton ringan total dan 0,85 untuk beton ringan berpasir. Dari berbagai hasil percobaan terlihat bahwa kekuatan tarik beton sangat kecil dibandingkan kekuatan tekannya, sehingga dalam analisis atau desain kekuatan tarik beton diabaikan, dan beton dianggap hanya dapat menahan gaya tekan. Gaya tarik yang timbul seluruhnya ditahan oleh baja tulangan.

46
Universitas Sumatera Utara

II.3 Penghubung Geser (Shear Connector) Penghubung geser adalah alat sambung mekanik yang berfungsi memikul beban geser yang timbul pada bidang kontak kedua material tersebut, sehingga pada keadaan komposit kedua material bekerja sama sebagai satu kesatuan. Alat penghubung geser yang kita kenal ada bermacam-macam diantaranya terdiri dari paku, baut dan pasak. Dalam hal kekuatan sambungan tidak dibedakan apakah itu sambungan desak atau sambungan tarik, yang menetukan kekuatan sambungan bukan kekuatankekuatan tarik dan geser melainkan kuat desak pada lubang serta kekuatan alat penghubung geser tersebut. Biasanya dalam analisis tegangantegangan dalam arah sambungan maupun pada penampang penghubung geser dianggap rata. Beton dan kayu merupakan dua bahan bangunan yang berbeda sifat mekanis dan fisiknya. Beton merupakan bahan konstruksi anorganis material yang kuat menahan gaya desak tetapi lemah terhadap gaya tarik, sedangkan kayu merupakan organis material yang peka terhadap lembab atau kadar air yang dikandungnya, dan mempunyai kuat tarik dan tekan yang hampir sama. Bila dua bahan tersebut yakni beton dan kayu disatukan dengan cara tertentu, yaitu dengan menggunakan penghubung geser yang sesuai, maka keduanya akan menyatu dan mampu bereaksi sebagai komponen struktur komposit. Agar aksi komposit dapat tercipta dengan sempurna, maka pada bidang kontak antara kedua bahan tersebut tidak boleh terjadi geser dan atau pemisahan.

47
Universitas Sumatera Utara

II.3.1 Paku Alat sambung paku masih sering dijumpai pada struktur atap, lantai, dinding atau struktur rangka rumah. Paku tersedia dalam dua jenis yaitu paku bulat dan paku ulir. Paku bulat kekuatannya lebih rendah dari paku ulir, karena koefisien gesekan paku ulir lebih besar sehingga tahanan cabutnya lebih besar. Diameter paku dipasaran antara 2,75mm sampai 8mm dengan panjang 40mm sampai 200mm. Ketebalan kayu yang yang disambung antara 20mm sampai 40mm. Tabel II.8 Tebal kayu yang diperkenankan untuk beberapa ukuran paku Diameter Panjang Paku Tebal Kayu (mm) Nama Paku Paku (mm) (mm) 20 20 25 20 30 25 35 30 40 40 2BWG12 2.5BWG11 3BWG10 3.5BWG9 4BWG8 4.5BWG6 2.8 3.1 3.4 3.8 4.2 5.2 51 63 76 89 102 114

No.

1 2 3 4 5 6

Paku dipasang dengan cara dipukul. Agar terhindar dari pecahnya kayu, pemasangan paku dapat didahului oleh lubang penuntun. Diameter lubang penuntun tidak boleh melebihi : 0.9D untuk G > 0.6, dan 0.75D untuk G 0.6 Dimana G adalah berat jenis kayu dan D adalah diameter batang paku. Berdasarkan pedoman teknis spesifikasikasi komponen struktur lantai tingkat komposit kayu-

48
Universitas Sumatera Utara

beton untuk gedung dan rumah ( Pt S-10-2000-C ) panjang paku yang tertanam didalam kayu adalah sebesar 2/3 dari panjang paku dan 1/3 tertanam didalam beton. Jarak minimum antar konektor geser untuk dowel atau paku adalah: a. Dalam arah gaya : 1. 120 mm atau 12 dowel atau 12 paku pada arah sejajar gaya, di ujung balok dekat tumpuan; 2. 60 mm atau 10 dowel atau 10 paku p dalam satu barisan sejajar arah gaya. b. Dalam arah tegak lurus gaya : 1. 2. 4 dowel atau 5 paku pada tepi kayu; 4 dowel atau 5 paku pada barisan kayu.

II.4 Prinsip Perencanaan Struktur Komposit Prinsip perencanaan struktur komposit dapat dibedakan atas 2 metode, yaitu : II.4.1. Metode Elastis a. Analisis Elastis Analisis struktur secara elastis memakai asumsi bahwa tegangan yang terjadi pada struktur masih terletak dalam batas elastis dan defleksinya kecil. Dengan analisis elastis sebagian besar dari struktur tersebut akan bertegangan rendah dan dapat menimbulkan pemborosan.

49
Universitas Sumatera Utara

Analisis elastis dilakukan untuk menghitung gaya-gaya dalam pada struktur (seperti gaya aksial, gaya geser, momen serta puntir) akibat gaya luar yang bekerja. Gaya-gaya dalam yang terjadi masih dalam batas elastis. Nilai momen inersia penampang dapat dianggap konstan di sepanjang bentang untuk analisis elastis struktur balok komposit yang menerus dan tanpa voute di daerah tumpuan. Dalam hal ini, momen inersia penampang komposit di daerah momen positif balok dapat diambil sebagai nilai momen inersia yang berlaku di sepanjang bentang balok yang ditinjau tersebut. Distribusi tegangan elastis pada penampang ditentukan dengan menganggap distribusi regangan beton dan kayu yang linier pada penampang komposit. Tegangan yang bekerja pada kayu atau beton tersebut merupakan hasil perkalian antara regangan yang terjadi dengan modulus elastisitas kayu Ew, atau modulus elastisitas beton Ec. Kuat tarik beton diabaikan. Tegangan izin pada kayu adalah fb/2,25 sedangkan tegangan tekan izin pada beton adalah 0,45 f'c . Pada perencanaan elastis jumlah penghubung geser yang dibutuhkan adalah berdasarkan gaya lintang yang bekerja pada suatu bentang balok komposit, dengan demikian pada daerah yang gesernya besar akan memiliki alat penghubung geser yang lebih banyak dibandingkan daerah lainnya.

50
Universitas Sumatera Utara

Gambar II.15 Hubungan antara beban, geser dan diagram momen Untuk menghitung jumlah kebutuhan penghubung geser, dapat dijelaskan sebagai berikut pada gambar berikut:

Gambar II.16 (a) balok yang dibebani dengan beban beban terpusat (b) diagram gaya lintang

Tegangan geser yang terjadi pada balok lentur komposit, dihitung dengan : D. S I. b

51
Universitas Sumatera Utara

dimana D, S, I dan bw berturut turut menyatakan gaya lintang balok, statis momen yang ditinjau, momen inersia dan lebar balok.

Gambar II.17 (a) Distribusi tegangan geser bentang (b) Nilai gaya geser pada zone 1 dan zone 2

Gaya geser tiap zone (V), merupakan volume tiap zone seperti ditunjukkan pada Gambar II.11 (b), sehingga : Vi = i. Li. bw dengan Li adalah panjang zone-i, i adalah tegangan geser zone-i dan bw adalah lebar badan balok. b. Penempatan Paku Berdasarkan Metode Elastis Penempatan paku sepanjang bentang dilakukan menurut penempatan paku dimana kekuatan paku tampang satu : S = x b x dx kd untuk b 7d S, yang diambil dari rumus sambungan

52
Universitas Sumatera Utara

S = 3,5 x d2 x kd

untuk 7d b

kd = 1,67 tk //
Dimana : S b d = gaya yang diperkenankan perpaku (kg) = tebal kayu (cm) = diameter paku (cm) = kokoh desak kayu (kg/cm2) = tegangan izin tekan sejajar serat (kg/cm2)

kd tk //

Jumlah paku yang memikul gaya geser tersebut adalah :

Dimana : N = Jumlah paku V i = Gaya geser yang bekerja Kemudian paku diletakkan di sepanjang bentang dengan jarak tertentu.

53
Universitas Sumatera Utara

II.4.2. Metode Kekuatan Batas (Ultimate) a. Analisis Ultimate Analisis struktur secara ultimate memanfaatkan kemampuan struktur secara penuh hingga beban batas akhir (ultimate load) sehingga timbul

bentuk plastis dengan kekuatan struktur sampai tegangan runtuhnya. Analisis ultimate pada umumnya digunakan untuk menentukan besarnya beban runtuh (ultimate load) pada suatu struktur serta perilaku keruntuhannya (mechanism). Gaya-gaya dalam yang terjadi telah melebihi batas elastis dan defleksi yang terjadi cukup besar. Analisis kekuatan batas (ultimate) untuk perhitungan kuat lentur komponen struktur komposit untuk distribusi tegangan batas pada daerah momen positif balok komposit yang menggunakan penghubung geser, tegangan tekan sebesar 0,85 fc dianggap bekerja dengan distribusi merata di sepanjang daerah tekan efektif beton. Kuat tarik beton dalam hal ini diabaikan. Tegangan lentur kayu pada balok komposit tersebut diambil sebesar fb dengan distribusi merata baik di daerah tarik maupun di daerah tekan penampang kayu. Untuk distribusi tegangan ultimate pada daerah momen negatif balok komposit tersebut, tegangan tarik beton diabaikan, dan tegangan tarik kayu diambil sebesar fb dengan distribusi merata baik di daerah tarik maupun di daerah tekan penampang kayu.

54
Universitas Sumatera Utara

Dalam perencanaan ultimate, kecuali untuk balok yang diberi selubung beton, seluruh gaya geser horizontal pada bidang kontak antara balok kayu dan beton

harus disalurkan oleh penghubung-penghubung geser. Untuk aksi komposit di mana beton mengalami gaya tekan akibat lentur, gaya geser horizontal total yang bekerja pada daerah yang dibatasi oleh titik-titik momen positif maksimum dan momen nol yang berdekatan harus diambil sebagai nilai terkecil dari: 1) 0,85 fc Ac; 2) Aw.fb; 3) Qn. Untuk aksi komposit penuh, besarnya gaya geser horizontal ditentukan oleh Aw.fb atau 0,85.fc dan jumlah penghubung geser yang diperlukan antara titik momen nol dan momen maksimum adalah

Dimana :

N Vh Qn

= jumlah penghubung geser = gaya geser horizontal = kuat nominal penghubung geser

b. Penempatan Paku Berdasarkan Metode Ultimate Penempatan paku dilakukan menurut penempatan paku, dimana kekutan paku Z diambil sebagai nilai terkecil dari nilai-nilai yang dihitung menggunakan semua persamaan pada Tabel II.9 dan dikalikan dengan jumlah

55
Universitas Sumatera Utara

alat pengencang (n). Untuk sambungan yang terdiri atas tiga komponen ( sambungan dengan dua irisan ), tahanan lateral acuan diambil sebesar dua kali tahanan lateral acuan satu irisan yang terkecil. Tahanan lateral acuan satu paku (Z) untuk satu alat pengencang dengan satu irisan yang menyambung dua komponen Moda kelelehan Z = Persamaan yang berlaku Tabel II.9

Is

3.3 D t s Fes KD 3.3 k1 D p Fem , dengan : K D (1 + 2 Re )

Z = IIIm

k1 = (1) + 2 (1 + Re ) +

2 Fyb (1+ 2 Re ) D 2 3 Fem p 2

Z= IIIs

3.3 k 2 D t s Fem , dengan: K D (2 + Re )


2 2 (1 + Re ) 2 Fyb (1 + 2 Re ) D + 2 Re 3 Fem t s

k 2 = (1) +

IV

Z =

3.3 D 2 KD

2 Fem Fyb 3 (1+ Re )

Catatan : a.

Re =

Fem

Fes
114.45 G
1 .84

b.

Fe (Kuat tumpu kayu) =

(N/mm)

56
Universitas Sumatera Utara

dimana G adalah berat jenis kayu kering oven c. p = Kedalaman penetrasi efektif batang alat

pengencang Gambar II.11)

pada komponen pemegang (lihat

d.

KD

= 2.2 = 0.38 D + 0.56 = 3.0

untuk D 4.3 mm, untuk 4.3 mm < D < 6.4 mm untuk D 6.4 mm

e.

Fyb

= kuat lentur paku (lihat Tabel II.6)

Nilai kuat lentur paku dapat diperoleh dari supplier atau distributor paku. Untuk jenis paku bulat pada umumnya, kuat lentur paku dapat dilihat pada Tabel II.10 Kuat lentur paku menurun dengan semakin meningkatnya diameter paku. Dimensi paku yang meliputi diameter, panjang, dan angka kelangsingan dapat dilihat pada Tabel II.11. Tabel II.10 : Kuat lentur paku untuk berbagai diameter paku bulat (Sumber : Dasar Perencanaan Sambungan Kayu) Diameter Paku 3.6 mm 3.6 mm < D 4.7 mm 4.7 mm < D 5.9 mm 5.9 mm < D 7.1 mm Kuat Lentur Paku, Fyb 689 N/mm 620 N/mm 552 N/mm 483 N/mm

57
Universitas Sumatera Utara

7.1 mm < D 8.3 mm D > 8.3 mm

414 N/mm 310 N/mm

Tabel II.11 Berbagai Ukuran Diameter dan Panjang Paku Nama Paku 2BWG12 2.5BWG11 3BWG10 3.5BWG9 4BWG8 4.5BWG6 Diameter Paku (mm) 2.8 3.1 3.4 3.8 4.2 5.2 Panjang Paku (mm) 51 63 76 89 102 114 * 18 20 22 23 24 22

* Angka kelangsingan : panjang paku dibagi diameter paku

c. Tahanan Lateral Terkoreksi Tahanan lateral terkoreksi ( Z), dihitung dengan mengalikan tahanan lateral acuan dengan faktor faktor koreksi untuk sambungan paku. Faktor faktor koreksi sambungan paku tersebut adalah : 1. Faktor kedalaman penetrasi, C d Tahanan lateral acuan dikalikan dengan faktor kedalaman penetrasi,

C d , sebagaimana dinyatakan berikut ini :


Untuk paku, penetrasi efektif batang ke dalam komponen pemegang, p, harus lebih besar daripada atau sama dengan 6D.

58
Universitas Sumatera Utara

Untuk 6D p < 12D,

maka

Cd

12 D

Untuk p 12D,

Cd

= 1.00

Apabila penetrasi alat penyambung paku tembus maka faktor

kedalaman penetrasi diabaikan.

Gambar II.18 Sambungan paku dengan variasi penetrasi

2. Faktor serat ujung, C eg


Tahanan lateral acuan harus dikalikan dengan faktor serat ujung, C eg = 0.67,
untuk alat pengencang yang ditanamkan kedalam serat ujung kayu.

3. Sambungan paku miring, C tn


Untuk kondisi tertentu, penempatan paku pada kayu harus dilakukan secara

miring (tidak tegak lurus). Pada sambungan seperti ini, tahanan lateral acuan harus dikalikan dengan faktor paku miring, C tn = 0.83.

4. Sambungan diafragma, C di

59
Universitas Sumatera Utara

Faktor koreksi ini hanya berlaku untuk sambungan rangka kayu dengan plywood seperti pada struktur diafragma atau shear wall (dinding geser). Nilai faktor koreksi ini umumnya lebih besar daripada 1.00.

60
Universitas Sumatera Utara

You might also like