You are on page 1of 9

Percobaan II PENENTUAN SPEKTRUM KERJA ANTIBIOTIKA

Tanggal Percobaan : 23 Asisten : Apt Disusun oleh : Nissa Nurhayati Fathurrohman M Vita Purwanti

Maret 2010 Nongki.,M.Si.,

10060307145 10060307146 10060307147

LABORATORIUM FARMASI TERPADU UNIT D & E PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG 2010

Percobaan II PENENTUAN SPEKTRUM KERJA ANTIBIOTIKA


I.TUJUAN - Terampil dan memahami cara menguji spektrum suatu antibiotika - Mampu membedakan antibiotika spektrum luas dan spektrum sempit

- Memahami penggunaan antibiotika spektrum luas dan antibiotika spektrum sempit

II.TEORI Spektrum kerja adalah luasnya daerah kerja antibiotika terhadap berbagai spesies mikroba. Pengelompokan antibiotika berdasarkan spektrum kerja meliputi antibiotika spektrum kerja luas dan spektrum kerja sempit. Antibiotika spektrum kerja luas dapat bekerja terhadap bakteri gram positif, bakteri gram negatif dan mikroba lainnya seperti klamidia, mikoplasma, riketsia. Antibiotika spektrum sempit umumnya terbatas pada bakteri Gram positif saja atau lebih efektif untuk gram negatif. Untuk menguji spektrum kerja III.ALAT DAN BAHAN Antibiotik : Ampisilin Na, Tetrasiklin HCl, Kloramfenikol Bakteri uji : Bacillus subtilis, Staphylococcus aureus dan Escherichia coli Medium : air kaldu, agar kaldu Bahan lain : kapas berlemak, cakram kertas, aluminium foil, air steril Alat : inkubator kocok, oven, autoklaf, spektrofotometer, jarum ose, vortex, pinset, gelas piala 25 ml/vial, cawan petri, tabung reaksi, batang pengaduk, labu takar (25 ml, 50 ml, 100 ml), pipet ukur, pipet Eppendorf. IV. PROSEDUR a. Difusi Agar Pembuatan lempeng agar : medium agar dicairkan, ditunggu hingga suhu mencapai 450 C sambil digoyang lalu dicampur dengan suspensi bakteri 0,005 ml, lalu dituangkan ke dalam cawan petri. Biarkan menjadi padat. Empat buah cakram kertas steril diletakkan pada tiap lempeng agar dalam cawan petri. Teteskan 10 l masing-masing konsentrasi antibiotik pada 1 cakram kertas. Untuk 8 konsentrasi penisilin digunakan V. PENGAMATAN

a. Difusi Agar Kadar Ampisilin Na (g/Cakram Kertas) Kontrol 10 5 2,5 1 0,5 0,25 0,1 0,01 Kadar Tetrasiklin HCl (g/Cakram Kertas) Kontrol 10 5 2,5 1 0,5 0,25 0,1 0,01 Kadar Kloramfenikol (g/Cakram Kertas) Kontrol 10 5 2,5 1 0,5 0,25 0,1 0,01 b. Pengenceran agar Diameter Hambatan (mm) 0,76 2,71 0,89 0,79 0,92 0,82 0,82 0,81 Diameter Hambatan (mm)

16,20 11,65 10,25 Diameter Hambatan (mm)

Konsentrasi Ampisilin Na (g/ml) Kontrol 0,6 1,5 7,2 Konsentrasi Tetrasiklin HCl (g/ml) Kontrol 0,6 1,5 7,2 Konsentrasi Kloramfenikol(g/ml) Kontrol 0,6 1,5 7,2 VI.PEMBAHASAN

Pertumbuhan bakteri Tumbuh (+) + + + + Pertumbuhan bakteri Tumbuh (+) + + + + Pertumbuhan bakteri Tumbuh (+) + + + +

Tidak tumbuh (-)

Tidak tumbuh (-)

Tidak tumbuh (-)

Tujuan percobaan ini adalah menguji aktivitas antibiotik terhadap suatu mikroba secara in vitro. Antibiotika yang digunakan yaitu Ampisilin Na, Tetrasiklin HCl dan Kloramfenikol. Ampisilin merupakan penisilin semisintetik yang stabil terhadap asam/amidase tetapi tidak tahan terhadap enzim -laktamase (Goodman dan Gilman, 1985). Ampisilin mempunyai keaktifan melawan bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif dan merupakan antibiotika spectrum luas (Brander et al., 1991). Ampisilin merupakan prototip golongan aminopenisilin berspektrum luas, tetapi aktivitasnya terhadap Gram positif kurang daripada penisilin G. semua penisilin golongan ini dirusak oleh -laktamase yang diproduksi oleh kuman Gram positif maupun Gram

negatif. Kuman meningokokus, pneumokokus, gonokokus dan L. Monocytogenes sensitif terhadap obat ini. Selain itu H. influenzae, E. coli dan Proteus mirabilis merupakan kuman Gram negatif yang juga sensitif tetapi dewasa ini telah dilaporkan adanya kuman yang resisten diantara kuman yang semula sangat sensitif tersebut. Umumnya pseudomonas, klebsiella, serratia, asinobakter dan proteus indol positif resisten terhadap ampisilin dan aminopenisilin lainnya (Istiantoro, 1995). Ampisilin stabil terhadap asam karena itu dapat digunakan secara oral. Absorpsi relatif lambat, laju absorpsi sekitar 50%. Kadar darah maksimum dicapai setelah kira-kira dua jam, kurang lebih dua kali lebih lama daripada benzilpenisilin. Ampisilin mengalami sirkulasi enterohepatik, kadar dalam empedu jauh lebih besar daripada kadar dalam plasma, ekskresi terutama melalui ginjal. Ampisilin terutama digunakan pada infeksi saluran napas, saluran urin dan empedu, pada otitis media, pertussis dan septikemia yang peka terhadap ampisilin (Mutschler, 1991). Tetrasiklin mempunyai spektrum antibakteri yang luas, efektif terhadap kuman Gram positif maupun Gram negatif, mencakup spektrum penisilin, streptomisin dan kloramfenikol. Selain itu juga dapat menghambat pertumbuhan riketsia, amuba, mikoplasma dan klamidia. Tetrasiklin termasuk antibiotik yang terutama bersifat bakteriostatik. Mekanisme kerja dari tetrasiklin yaitu dengan cara menghambat sintesis protein ribosom sub unit 70s dan ribosom sub unit 80s. Efek tetrasiklin mempengaruhi tRNA-ribosom terlihat dengan terhambatnya ikatan amino asil-tRNA pada reseptor penerima pada ribosom. Tetrasiklin tidak langsung menghambat penyusun peptide atau tahap translokasi, tetapi menghambat terminasi rantai peptidepada kodon terminasi.

Mekanisme penembusan tetrasilin unuk masuk ke dalam sel bakteri, kemungkinan sama dengan cara menghambat sntesis protein ditambah modifikasi struktur guna penghambatan sintesis protein. Kuman-kuman yang sensitif terhadap tetrasiklin ini antara lain; -hemolitik Streptococci, non hemolytic Streptococci, Clostridia, Brucella, Haemophylus dan Klebsiela. Sedang untuk Escherichia coli, pasteurella, salmonela dan Conybacterium bersifat agak atau cukup sensitif terhadap tetrasiklin (Gan, 1983; Nicholas dan McDonald, 1988). Tetrasiklin merupakan basa yang sukar larut dalam air, tetapi bentuk garam natrium atau garam HCL-nya mudah larut. Dalam keadaan kering, bentuk basa dan garam HCL tetrasiklin brsifat relatif stabil. Dalam larutan, kebanyakan tetrasiklin sangat stabil jadi berkuang potensinya (Setiabudy, 1995). Mekanisme kerja dari golongan tetrasiklin yaitu menghambat sintesis protein bakteri pada ribosomnya. Paling sedikit terjadi dua proses dalam masuknya antibiotik ke dalam ribosom bakteri Gram negatif; pertama yang disebut difusi pasif melalui kanal hidrofilik, ke dua ialah sistem transport aktif. Setelah masuk maka antibitik berikatan dengan ribosom 30S dan menghalang masuknya komplek tRNA-asam amino pada lokasi asam amino. Pada umunya spektrum golongan tetrasiklin sama (sebab mekanisme kerjanya sama), namun terdapat perbedaan kuantitatif dari aktivitasnya masing-masing derivat terhadap kuman tertentu. Hanya mikroba yang cepat membelah yang dipengaruhi oleh obat ini. Golongan tetrasiklin termasuk antibiotik yang terutama bersifat bakteriostatik dan bekerja dengan jalan menghambat sintesis protein kuman. Tetrasiklin memperlihatkan spektrum antibakteri luas meliputi kuman Gram positif dan Gram

negatif, aerobik dan anaerobik. Efektivitasnya tinggi terhadap infeksi batang Gram negatif seperti Brucella, Franciella tularensis, Pseudomonas mallei, Pseudomonas pseudo mallei, Vibrio cholerae, Campylobacter fetus, Haemophilus ducrey dan Calymmatobacterium granulomatis, Yersinia pestis, Pasteurella multocida, Spirillum minor, Leptotrichia buccalis, Bordetella pertusis, Acinetobacter dan Fusobacterium. Strain tertentu H. influenzae mungkin sensitif, tetapi Escherichia coli, Klebsiella, Enterobacter, Proteus indol positif dan Pseudomonas umumnya resisten. Beberapa spesies kuman, terutama streptokokus beta hemolikus, Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa, Str. Pneumniae, N. gonorrhoeae, Bacteroides, Shigella dan Staphylococcus aureus makin meningkat resistensinya terhadap tetrasklin. Resistensi terhadap satu jenis tetrasiklin biasanya disertai resistensi terhadap semua tetrasiklin lainnya, kecuali minosiklin pada resistensi Staphylococcus aureus dan doksisiklin pada resistensi B. fragilis (Setiabudy, 1995). Kloramfenikol bekerja dengan jalan menghambat sintesis protein kuman. Yang dihambat adalah enzim peptidil transferase yang berperan sebagai katalisator untuk membentuk ikatan-ikatan peptida pada proses sintesis protein kuman.(

http://www.medicastore.com/apotik_online/antibiotika/kloramfenikol.htm) Dalam percobaan ini menggunakan bakteri-bakteri, yaitu : Bacillus subtilis, Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Dan dari data pengamatan di atas didapatkan data yang bermacam-macam. Harga KHM Ampisilin Na terhadap Bacillus subtilis yaitu 0,01 g/cakram kertas dengan membuat diameter hambatan sebesar 0,81 mm. Harga KHM Tetrasiklin HCl terhadap Staphylococcus aureus yaitu 2,5 g/cakram

kertas dengan membuat diameter sebesar 10,25 mm. Sedangkan Harga KHM Kloramfenikol terhadap Escherichia coli adalah tidak ada (-). Dari data yang didapat dapat dilihat bahwa Ampisilin mempunyai spektrum yang luas yang memiliki daya hambat atau daya bunuh yang kuat pada kadar yang paling minimum. Sedangkan pada kloramfenikol tidak terlihat ada aktivitas, kemungkinan diakibatkan karena kloramfenikol yang tidak mempunyai aktivitas terhadap bakteri ini atau mungkin karena belum ada antibiotik dalam cakram tersebut serta ketidak asetisan pada alat dan perlakuannya. Dan dari data pengenceran agar pun terlihat dalam konsentrasi yang digunakan masih ada pertumbuhan bakteri. Kemungkinan pada cara ini konsentrasi antibiotik yang digunakan belum dapat menghambat atau membunuh bakterinya. Sehingga tidak terlihat aktivitas dari ketiga antibiotik tersebut.

VII.KESIMPULAN Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa : Ampisilin merupakan spektrum luas yang mempunyai KHM pada kadar yang paling minimum. Kadar antibiotik pada pengenceran agar belum dapat menghambat atau membunuh mikroba yang ada. VIII.DAFTAR PUSTAKA

You might also like