Professional Documents
Culture Documents
Pendahuluan
Diare SHU
Infeksi STEC
1. Lynn RM, Sarah JO, Taylor CM, Adak KG, Chart H, Cheasty T, et al. Childhood Hemolytic Uremic Syndrome, United Kingdom and Ireland. Emerging Infectious Disease 2005 April; 11 (4): 590 2. Noris M, Remuzzi G. Hemolytic Uremic Syndrome. J Am Soc Nephrol. 2005; 16: 1035-1050 3. Scheiring J, Andreoli SP, Zimmerhacki LB. Treatment and outcome of Shiga-toxin-assosiated hemolytic uremic syndrome (HUS). Pediatric Nephrol. 2008; 23: 1749-1760
Definisi
Gangguan ginjal akut
Trombositopenia
Tanpa septikemia, hipertensi maligna, uremia kronik, atau penyakit vaskular yang mendasari
1. Lynn RM, Sarah JO, Taylor CM, Adak KG, Chart H, Cheasty T, et al. Childhood Hemolytic Uremic Syndrome, United Kingdom and Ireland. Emerging Infectious Disease 2005 April; 11 (4): 590
Etiologi
Infeksi (tipikal) disebabkan bakteri Escherichia coli O157:H7 Streptococcus pneumonia atau virus
Genetik, obat-obatan, idiopatik (atipikal) Paparan toksin (misalnya cyclosporine, tacrolimus, dan radiasi) Faktor herediter Human Immunodeficiency virus (HIV) Kondisi sistemik ( lupus, kanker, glomerulonefritis, kehamilan)
4
Razzaq S. Hemolytic uremic syndrome: an emerging health risk. American Famyly Physician. 2006; 74: 991-995
Epidemiologi
Razzaq S. Hemolytic uremic syndrome: an emerging health risk. American Famyly Physician. 2006; 74: 991-995
Klasifikasi
Gambaran Patogenesis D+ SHU Shiga-like berhubungan toxin, dengan D- SHU biasanya Infeksi Streptococcus pneumonia E.coli Obat-obatan (siklosporin, tacrolimus) Glomerulopati primer (0157:H7) dan Shigella dysentriae
tahap lanjut
Rekurensi Tatalaksana
Corrigan JJ. Boineau, Frank G. Hemolytic-Uremic Syndrome. Pediatrics in Review. 2001; 22 (11): 365-369
Patogenesis
7
Loirat C, Saland J, Bitzan M. Management of hemolytic uremic syndrome. Presse Med. 2012; e 7- e 21
Histologi
Pewarnaan Hematoxylin dan eosin pada sindrom hemoltik uremik. Terlihat 2 glomerulus sudah sklerosis (garis tebal). Ekspansi mesangial dengan mulainya sklerosis pada glomerulus ketiga (garis putus-putus). Inflamasi fokal pada sistem tubular mengindikasikan involusi parenkim ginjal.
9
Scheiring J, Andreoli SP, Zimmerhacki LB. Treatment and outcome of Shiga-toxin-assosiated hemolytic uremic syndrome (HUS). Pediatric Nephrol. 2008; 23: 1749-1760
Manifestasi Klinis
Prodromal : muntah dan diare (dengan atau tanpa darah), nyeri abdomen. Berlangsung 4 sampai 15 hari (7hari) Trias SHU Pucat Ikterik Hipertensi
Noris M, Remuzzi G. Hemolytic Uremic Syndrome. J Am Soc Nephrol. 2005; 16: 1035-1050 Greer, JP, Foerste J, Lukens J. Wintrobe's Clinical Hematology, 11th Ed: hemolytic uremic syndrome. New York: Lippincott Williams & Wilkins Publishers, 2002: 1004
10
Diagnosis Banding
Razzaq S. Hemolytic uremic syndrome: an emerging health risk. American Famyly Physician. 2006; 74: 991-995.
11
Diagnosis
Kriteria primer diagnosis SHU.11 1. Trombositopenia (sebagian besar pasien dengan jumlah trombosit < 30.000/ml) 2. Anemia hemolitik mikroangipati, yang didefinisikan sebagai: percepatan produksi dan destruksi sel darah merah, fragmentasi sel darah merah, dan antiglobulin tes negative. 3. Tidak ada hal lain yang mendasari trombositopenia dan anemia
12
Manifestasi lain yang mendukung diagnosis:11 1. Abnormalitas fungsi ginjal ( sering terjadi proteinuria dan hematuria, gagal ginjal akut dan oliguria) 2. Abnormalitas neurologis ( perubahan status mental, kejang dan kelainan fokal) 3. Gejala abdomen ( nyeri, mual, muntah, dan diare)
13
Laboratorium
Anemia hemolitik dengan Hb antara 3 10g/dL Gambaran darah tepi menunjukkan hemolisis berupa sel fragmentosit, schistosit, polikromasi, sel burr, sel bentuk topi, tear drop cells Trombositopenia Retikulosis Lekositosis hingga mencapai 20.000/L CRP ( C Reactive Protein ) meningkat Uji Coombs direk negative Koagulasi normal (waktu protrombin dan tromboplastin parsial, fibrin degradation products, D-dimer)
14
Laboratorium
Transaminase serum, bilirubin indirek, LDH, dan kreatinin kinase meningkat. Kreatinin, ureum, asam urat dan kalium meningkat. Peningkatan tromboglobulin B, faktor trombosit 4 dan serotonin serum yang menggambarkan disfungsi thrombosis. Natrium, kalsium, bikarbonat, albumin, dan haptoglobulin menurun. Kadar trigliserida, kolesterol, dan fosfolipid dapat meningkat Pada urinalisis terdapat hematuria, proteinuria, dan silinder. Pada biakan tinja ditemukan E. coli O157:H7 pada 10% pasien.
15
skistosit
Helmet cell
Burr cell
Fragmentosit
16
Tatalaksana
Terapi cairan dan elektrolit
Sesuai hidrasi Bila tidak ada dehidrasi, sesuai tatalaksana gangguan ginjal akut
Terapi nutrisi
Kalori dan asam amino esensial yang adekuat untuk mencegah katabolisme protein dan lemak
17
Tatalaksana
Anti hipertensi
Calcium channel blocker seperti amlodipine atau isradipine banyak digunakan pada anak. ACE inhibitor sangat efektif namun harus digunakan dengan hati-hati
Antikonvulsan
Diazepam Luminal Fenitoin
18
Tatalaksana
Transfusi PRC
Jika proses hemolisis tetap berlangsung, hb< 6 g/dl
Dialisis
Oliguria/anuria disertai hiperkalemia berat, hiponatremi, azotemia berat, asidosis metabolik berat, tanda-tanda bendungan vaskular.
19
Tatalaksana
Pengikat toksin
Beberapa obat pengikat toksin antara lain, pengikat toksin sintetik (Synsorb-Pk, polimer Gb2), bakteri probiotik yang mengekspresikan trisakarida Gb3 pada permukaan sel (rekombinan E. coli non pathogen), antibody monoclonal terhadap toksin shiga.
Terapi khusus
pemberian infus plasma, plasmaferesis, infus prostasiklin, immunoglobulin, antitrombotik, trombotik, vitamin E, kortikosteroid.
20
Komplikasi
Ginjal (12% menjadi penyakit ginjal tahap akhir) Gastrointestinal Sistem saraf pusat (koma, hemiparesis, atau stroke) Kardiomiopati
21
Prognosis
Sindrom hemolitik uremik yang didahului dengan prodromal diare memiliki prognosis yang baik. Genetik, penggunaan obat, atau sindrom hemolitik uremik idiopatik, tidak didahului dengan diare memiliki prognosis buruk, dengan pemulihan yang tidak sempurna dalam banyak kasus. Saat ini, tingkat kematian untuk semua pasien dengan sindrom uremik hemolitik kurang dari 10 persen.4
22
Penutup
Sindrom hemolitik uremik (SHU) adalah kumpulan gejala meliputi anemia hemolitik, trombositopenia, dan gagal ginjal akut. Sindrom ini disebabkan oleh adanya toksin yang dihasilkan berbagai serotipe Escherichia coli atau Shigella dysenteriae Sindrom ini diklasifikasikan menjadi SHU klasik (D+ SHU) yang didahului dengan gejala gastrointestinal berupa diare dan SHU Atipikal (D- SHU) dimana tidak terdapat gejala gastrointestinal. Tatalaksana SHU meliputi kontrol yang baik dari hidrasi, kelainan elektrolit, hipertensi, dan anemia. Pemberian antibiotik tidak dianjurkan karena memperberat keadaan penyakitnya. Prognosis SHU bergantung jenis SHU, usia penderita, progresivitas penyakit, dan ketepatan pemberian terapi.
23
24