You are on page 1of 20

MAKALAH KAPITA SELEKTA ANORGANIK

PENCEMARAN GAS NOx, CO, dan CO2

DISUSUN OLEH : RUSDIANTO / H311 09 258 FERAWATI TAMAR JAYA / H311 10 003 AMALYAH FEBRYANTI / H311 10 265

JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2013

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Sejalan dengan kebijaksaan pemerintah tentang pembangunan yang berwawasan lingkungan, pencemaran udara akibat buangan kendaraan bermotor, industri maupun proses alamiah semakin ramai di bicarakan. Hal ini terutama dikaitkan dengan kepentingan manusia seperti kesehatan, keselamatan,

kesejahteraan dan kenyamanan. Dalam batas tertentu adanya gas-gas seperti karbon monoksida (CO), belerangmonoksida (SO2), hidrogensulfida (H2S), nitrogendioksida (NO2), dan amoniak (NH3)di udara dapat membahayakan kesehatan manusia dan mahluk hidup lainnya, bahkan dapat mengakibatkan kematian. Selain itu juga dapat mengganggu keseimbangan alam yang dengan sendirinya akan menimbulkan kerugian baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Oleh karena itu gasgas yang disebutkan di atas dijadikan parameter baku mutu udara. Parameter yang lain juga yang dijadikan baku mutu udara adalah partikel debu dan timah hitam (Pb). Sumber-sumber pencemar udara terutama di sebabkan oleh pertumbuhan jumlah penduduk dengan segala aktivitas sosial ekonomi, yang meliputi pula perkembangan industri dan transportasi. Selain itu alam pun menjadi sumber pencemar tersendiri misalnya kegiatan gunung api.

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi Pencemaran Udara Pencemaran udara adalah kondisi yang sudah tercemar dengan adanya bahan, zat-zat asing atau komponen lain di udara yang menyebabka berubahnya tatanan udara oleh kegiatan manusia atau oleh peroses alam, sehingga kualitas udara menjadi berkurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya (Ryadi, 1982). Polusi udara telah menimbulkan banyak kekhawatiran terutama di daerah industri. Udara tercemar melalui polutan yang dapat merupakan gangguan bagi makhluk atau manusiadan tumbuhan. Maka polusi udara ini terjadi atau berasal dari kendaraan bermotor, pabrik industri-industri dan lain-lain (Azis dan Eddyman, 2007). Udara merupakan faktor yang penting dalam kehidupan,namun dengan meningkatnya pembangnan fisik kota dan pusat-pusat industri, kualitas udara telah mengalami perubahan. Udara yang dulunya segar,kini kering dan kotor. Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan pencemaran udara, yaitu masuknya zat pencemar (berbentuk gas-gas dan partikel kecil/aerosol) ke dalam udara (Anonim, 2009). Polusi udara ini terjadi atau berasal dari kendaraan bermotor, pabrik industri-industri dan lain-lain (Azis dan Eddyman, 2007).pencemran gas NOx di udara terutama berasal dari gas buangan hasil pembakaran yang keluar dari

generator pembangkit listrik stasioner atau mesin-mesin yang menggunakan bahan bakar gas alami. Keberadaan NOx di udara dapat dipengaruhi oleh sinar matahari yang mengikuti daur reaksi fotolitik NO 2 sebagai berikut (Saputra, 2009): NO2 + sinar matahari O + O2 O3 + NO NO + O O3 (ozon) NO2 + O2

Terdapat tiga aspek yang menentukan intensitas dampak terhadap lingkungan, khususnya pencemaran udara dan kebisingan adalah aspek perencanaan transportasi (barang dan manusia), aspek kemacetan meliputi pola aliran mode transportasi, sarana jalan, sistem lalulintas dan aspek teknik mesin sumber energi (bahan bakar) (Nawir, 2010). 2.2 Sumber-Sumber Pencemaran Udara Sumber polusi yang utama berasal dari sektor transportasi, dimana hampir 60% dari polutan yang dihasilkan terdiri dari karbon monoksida dan sekitar 15% terdiri dari hidrokarbon. Sumber-sumber polusi lain misalnya pembakaran, proses industri, pembuangan limbah, dan lain-lain. Polutan yang utama adalah karbon monoksida yang mencapai hampir setengah dari seluruh polutan udara yang ada (Srikandi, 1992). Sumber pencemar udara yang penting adalah: industri, kendaraan bermotor, aktifitas rumah tangga, kebakaran hutan, serta pembakaran biomassa limbah pertanian. Dari kesemuanya itu, kegiatan transportasi memegang peranan yang paling besar sebagai sumber pencemar udara (Endes, 2010).

2.3 Gas-Gas yang Dikeluarkan oleh Kendaraan Bermotor Ada berbagai gas yang dikeluarkan oleh knalpot kendaraan bermotor merupakan alat transportasi, sehingga selalu berpindah dari satu tempat ke tempat lain dan selama berjalan selalu mengeluarkan hasil pembakarannya. Oleh karena itu kendaraan bermotor disebut sebagai sumber bergerak dari bahan pencemaran (Rukaesih, 2004). Pembakaran bensin dalam kendaraan bermotor merupakan lebih dari separuh penyebab polusi udara. Disamping itu karbon monoksida, nitrogen oksida, belerang oksida, partikel padatan, dan senyawa-senyawa fosfor timbal. Senyawa ini selalu terdapat dalam bahan bakar dan minyak pelumas mesin (Sastrawijaya,2009). Emisi Kendaraan Beroda Dua Inventarisasi emisi mempunyai berbagai tujuan yaitu untuk

mengidentifikasi kecenderungan pola emisi tahunan; perbandingan emisi saat ini dengan baseline; memperkirakan konsentrasi polutan ambient dengan

menggunakan air quality models (Frey, 1997). Kendaraan bermotor yang digunakan sekarang ini adalah penyebab polusi. Kebanyakan dari kendaraan bermotor mengubah fosil menjadi energi mekanik dan 40% energi fosil diubah menjadi energi panas yang pada akhirnya memanaskan lingkungan (Torok, 2005). Gas buang kendaraan bermotor merupakan sumber polusi udara yang utama di kawasan perkotaan. Emisi kendaraan bermotor disebabkan oleh perilaku mengemudi dan kondisi lingkungan. Emisi kendaraan bermotor akan berbeda dari

satu daerah dengan daerah lainnya dikarenakan adanya perbedaan atau variasi disain jalan serta kondisi lalu-lintas (Liu, et.al, 2006). Polusi yang diakibatkan dari buangan kendaraan bermotor adalah exhaust gas dan hidrokarbon yang diakibatkan oleh penguapan bahan bakar. Kendaraan bermotor yang dijalankan di bawah temperatur normal akan boros pada pemakaian bahan bakar dan akan lebih banyak emisi yang dihasilkan dibandingkan bila mesin telah panas (Hickman, 1999). Emisi yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor dapat terbagi dalam tiga kategori yaitu hot emission, start emission, dan evaporation emission. Hot Emission adalah emisi yang dihasilkan selama kendaraan beroperasi pada kondisi normal; Start Emission merupakan emisi yang dikeluarkan oleh kendaraan hanya pada saat kendaraan mulai berjalan, sedangkan Evaporation Emission dapat terjadi dalam berbagai cara misalnya saat pengisian bahan bakar, peningkatan temperatur harian dan lain sebagainya (Hickman, 1999). Berdasarkan Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup Pasal 1 butir 12 yang berisikan bahwa Pencemaran Lingkungan Hidup adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup tidak berfungsi sesuai peruntukannya, maka dapat dipastikan bahwa jika sesuatu zat, benda atau energi yang masuk ke dalam wahana lingkungan yang berakibat turunnya kualitas lingkungan maka kegiatan tersebut telah dikategorikan dengan pencemaran (UU No. 23 Tahun 1997).

Berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 13 Tahun 1995 emisi didefinisikan sebagai masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dan atau komponen lain ke udara ambient. Emisi kendaraan bermotor mengandung berbagai senyawa kimia. Bahan bakar yang dikeluarkan oleh mesin dengan bahan bakar bensin maupun solar sebenarnyan memiliki kandungan gas buang yang tidak jauh berbeda komposisinya. Komposisi dari gas buang ini bergantung kepada kondisi mengemudi, jenis mesin, alat pengendali emisi bahan bakar, suhu operasi dan faktor lain yang membuat pola emisi menjadi rumit (Hickman, 1999). Estimasi Emisi kendaraan bermotor dilaksanakan dengan satu asumsi bahwa semua aktivitas kendaraan bermotor adalah sama terlepas dari adanya variasi lalu lintas dan cara mengemudi. Faktor emisi didasarkan kepada kecepatan rata-rata dan diasumsikan di daerah perkotaan (Nesamani, et.al, 2006). Menurut Hickman (1999), beberapa metode dapat digunakan untuk menghitung emisi, yaitu: perhitungan yang didasarkan kepada kegiatan transportasi. Ini merupakan metode dasar atau suatu metode yang umum menghitung emisi yang bersumber dari kendaraan bermotor di jalan; perhitungan yang didasarkan kepada konsumsi energi, perhitungan yang didasarkan kepada neraca karbon; serta perhitungan yang dilakukan untuk polutan spesifik. Faktor emisi adalah massa polutan (gram) yang dikeluarkan oleh kendaraan bermotor setiap kilometer yang dijalani (Department for Environment, Food, Rural Affairs, 2007). Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengestimasi besarnya polutan udara yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor di beberapa kota besar penelitian yang dilakukan di India oleh Sharma, et.al (2004) telah mengestimasi emisi sektor

transportasi di lima kota besar India sebagaimana tabel di bawah ini. 2.4 Nitrogen Oksida (NOx) Kira-kira 90% dari emisi NOx adalah disebabkan proses thermal NOx, dan tercatat bahwa dengan penggunaan HFO (Heavy Fuel Oil), bahan bakar yang biasa digunakan di kapal, menyumbangkan emisi NOx sebesar 20-30%. Nitrogen oksida yang ada di udara dihirup oleh manusia dapat menyebabkan kerusakan paru-paru. Setelah bereaksi dengan atmosfer, zat ini membentuk partikel-partikel nitrat yang amat halus yang dapat menembus bagian terdalam paru-paru. Selain itu zat oksida ini jika bereaksi dengan asap bensin yang tidak terbakar dengan sempurna dan zat hidrokarbon lain akan membentuk ozon rendah dan smog kabut berawan coklat kemerahan yang menyelimuti sebagian besar kota (Anonim, 2010). Nitrogen oksida (NO), merupakan suatu gas yang tidak berwarna dan tidak berbau. Sedangkan nitogen dioksida (NO2) yang berwarna merah-coklat keduanya sangat penting sebagai bahan pencemar udara. Campuran dari NO dan NO2 maka dikenal dengan NOx (Rukaesih, 2004). NOx diemisikan dari pembakaran pada temperatur tinggi, sebagai hasil dari reaksi nitrogen dengan iksogen. Nitrogen oksida yang bereaksi dengan asap bensin yang tidak terbakar sempurna dan zat hidrokarbon lain akan membenuk ozon rendah atau smog (kabut asap) berwarna coklat kemerahan. Karena kendaraan bermotor banyak terdapat di kota-kota besar maka terbentuknya ozon rendah pun dapat terjadi di kota-kota (Gatut dan Hari, 2008). Setelah bereaksi dengan atmosfer, zat tersebut membentuk partikelpartikel nitrat yang amat halus yang dapat menembus bagian terdalam paru-paru.

Oleh karenanya, bila partikel ini dihirup oleh manusia dapat menyebabkan kerusakan paru-paru (Gatut dan Hari, 2008). Nitrogen Oksida (NO) merupakan pencemar udara. Sekitar 100% pencemar udara setiap tahun adalah nitrogen oksida (NO). Ada delapan nitrogen beraksi dengan oksigen. Jumlah yang cukup banyak hanya ada tiga, yakni N2O, NO, dan NO2. Pencemaran udara hanya NO dan NO2 (Tresna, 1991). N2O jumlahnya paling banyak diantara ketiga oksida. Berupa gas tidak berwarna, tidak bereaksi dengan ozon oksigen dan hidrokarbon di udara. NO yang ada di udara belum lama diketahui. Kemungkinannya bersumber dari pembakaran yang dikeluarkan pada suhu tinggi. NO2 merupakan gas beracun, berwarna coklatmerah berbau seperti asam nitar akibatnya pencemaran udara makin besar (Tresna, 1991). NO dan NO2 dapat merusak kesehatan manusia dan lingkungannya, NO mempunyai kemampuan membatasi kadar oksigen dalam darah, seperti halnya dengan CO. Jika NO2 bertemu dengan uap air di udara atau dalam tubuh manusia akan terbentuk segera HNO3 yang sangat merusak tubuh. Karena itulah akan mengakibatkan pedih jika mengenai mata, hidung, saluran napas, dan jantung jika terkena NO2. Pada konsentrasi yang tinggi maka akan mengakibatkan kematian (Tresna, 1991). Nitrogen oksida (NOx) bisa berikatan dengan hemoglobin dan mengurangi ifisiensi transportasi oksigen. Dalam atmosfer tercemar, konsentrasi NO secara jauh lebih rendah di banding karbon monoksida, sehingga pengaruhnya terdapat hemoglobin jauh lebih kecil (Rukaesih, 2004).

Nitrogen oksida bereaksi dengan atmosfer, zat ini menmbentuk partikelpartikel nitrat yang amat halus yang dapat menembus bagian terdalam paru-paru. Jika nitrogen oksigen yang ada di udara bila hirup oleh manusia maka dapat menyebabkan kerusakan paru-paru (Anonim, 2009). 2.4.1 Dampak Nitorgen Oksida (NOx) terhadap Kesehatan Manusia Gas nitrogen oksida (NOx) ada dua macam, yakni gas nitrogen monoksida (NO) dan gas nitrogen dioksida (NO2). Kedua macam gas tesebut mempunyai sifat yang berbeda dan keduanya sangat berbahaya bagi kesehatan. Gas NO yang mencemari udara secara visual sulit diamati karena gas tersebut tidak berwarna dan tidak berbau. Sedangkan gas NO2 bila mencemari udara mudah diamati dari baunya yang sangat menyengat dan warnanya coklat kemerahan. Udara yang mengandung gas NO dalam batas normal relatif aman dan tidak berbahaya, kecuali jika gas NO berada dala konsentrasi tinggi. Konsentrasi gas NO yang tinggi dapat menyebabkan gangguan pada system saraf yang mengakibatkan kejang-kejang. Bila keracunan ini terus berlanjut akan dapat menyebabkan kelumpuhan. Gas NO akan menjadi berbahaya apabila gas itu teroksidasi oleh oksigen sehingga menjadi gas NO2 (Saputra, 2010). Udara yang telah tercemar gas nitrogen oksida tidak hanya berbahaya bagi manusia dan hewan saja, tetapi juga berbahaya bagi kehidupan tanaman. Pengaruh gas NOx pada tanaman antara lain timbulnya bintik-bintik pada permukaan daun. Pada konsentrasi yang lebih tinggi gas tersebut dapat menyebabkan nekrosis atau kerusakan pada jaringan daun. Dalam keadaan seperti ini daun tidak dapat berfungsi sempurna sebagai tempat tebentuknya karbohidrat melalui proses fotosintesis. Akibatnya tanaman tidak dapat berproduksi seperti yang diharapkan.

Konsetrasi NO sebanyak 10 ppm sudah dapat menurunkan kemampuan fotosintesis daun sekitar 60-70% (Saputra, 2010). Pencemaran udara oleh gas NOx dapat menyebabkan timbulnya Peroxy Acetil Nitrates yang disingkat PAN. Peroxy Acetil Nitrates ini menyebabkan iritasi pada mata yang menyebabkan mata terasa pedih dan berair. Campuran PAN bersama senyawa kimia lainnya yang ada di udara dapat menyebabkan terjadinya kabut foto kimia atau Photo Chemistry Smog yang sangat mengganggu lingkungan (Saputra, 2010). NO2 adalah gas berwarna kecoklatan yang dapat membuat mati lemas, mengganggu paru-paru, dan menurunkan ketahanan tubuh terhadap infeksi pernafasan seperti influenza. Konsentrasi gas ini yang lebih tinggi dari normal pada udara meningkatkan penyakit pernafasan. Beragam tingkat NO x dapat menyebabkan pusing, sakit kepala, berkeringat, susah bernafas, mual, dan lemah (Saputra, 2010). Pengaruh pencemaran udara terhadap manusia, selain berupa kematian dapat pula berupa penyakit antara lain (Saputra, 2010): Kanker kulit (melanoma): bekurangnya lapisan ozon di atmosfer, akan mengakibatkan meningkatnya radiasi ultra violet, yang akan merangsang penyakit kanker kulit. Kanker paru-paru: senyawa benzopyren, asbes dan nitrosoamin merupakan agen karsinogen yang sangat ganas. Bronkitis: Gas SO2 dan benzopyren dapat memperlemah gerakan rambut getar pada salurn tenggorokan.

Iritasi pada mata: pencemaran udara oleh gas NO x juga dapat menyebabkan timbilnya Peroxy Acetil Nitrates.

2.5 Karbon Monoksida (CO) Karbon monoksida atau biasa disingkat CO, adalah gas yang tak berwarna, tak berbau, dan tak berasa. Gas ini terdiri dari satu atom karbon yang secara kovalen berikatan dengan satu atom oksigen. Dalam ikatan ini, terdapat dua ikatan kovalen dan satu ikatan kovalen koordinasi antara atom karbon dan oksigen. Karbon monoksida dihasilkan dari pembakaran tak sempurna dari senyawa karbon, sering terjadi pada mesin pembakaran dalam. Karbon monoksida terbentuk apabila terdapat kekurangan oksigen dalam proses pembakaran. Karbon monoksida mudah terbakar dan bersifat racun. Senyawa karbon monoksida (CO) mempunyai potensi bersifat racun yang berbahaya karena mampu membentuk ikatan yang kuat dengan pigmen darah yaitu hemoglobin[2]. Karbon monoksida (CO) diketahui dapat mempengaruhi kerja jantung (sistem kardiovaskuler), sistem syaraf pusat, janin, dan semua organ tubuh yang peka terhadap kekurangan oksigen. Pengaruh karbon monoksida (CO) terhadap sistem kardiovaskuler cukup nyata teramati walaupun dalam kadar rendah. Penderita penyakit jantung dan penyakit paru merupakan kelompok yang paling peka terhadap paparan karbon monoksida (CO)[3]. Gejala dari keracunan ringan meliputi sakit kepala dan mual-mual pada konsentrasi kurang dari 100 ppm. Konsentrasi serendah 667 ppm dapat menyebabkan 50% hemoglobin tubuh berubah menjadi karboksihemoglobin (COHb). Karboksihemoglobin cukup stabil, namun perubahan ini reversibel. Karboksihemoglobin tidaklah efektif dalam menghantarkan oksigen, sehingga

beberapa bagian tubuh tidak mendapatkan oksigen yang cukup. Sebagai akibatnya, paparan pada tingkat ini dapat membahayakan jiwa. Di Amerika Serikat, organisasi Administrasi Kesehatan dan Keselamatan Kerja membatasi paparan di tempat kerja sebesar 50 ppm. Senyawa karbon monoksida (CO) yang terbentuk dari emisi gas buang adalah akibat dari tidak sempurnanya sistem pembakaran pada mesin kendaraan bermotor. Untuk menurunkan kadar karbon monoksida pada gas buang biasanya dilakukan penggunaan katalis yang mengubah karbon monoksida menjadi karbon dioksida. Karbon monoksida yang meningkat di berbagai perkotaan dapat mengakibatkan turunnya berat janin dan meningkatkan jumlah kematian bayi serta kerusakan otak (Sudrajad, 2005). Karbon monoksida (CO) adalah gas yang tidak berwarna, tidak berbau, mudah terbakar dan sangat beracun. Merupakan hasil utama pembakaran karbon monoksida dan senyawa yang mengandung karbon monoksida yang tidak lengkap.3 Agar kadar emisi gas buang CO yang keluar dari knalpot dapat memenuhi standart baku mutu, maka perlu dilakukan upaya pengendalian antara lain dengan modifikasi mesin pembakar, pengembangan reaktor sistem pembuangan gas buang sehingga subtitusi bahan bakar untuk bensin menghasilkan polutan dengan konsentrasi rendah selama pembakaran, yaitu melakukan inovasi pada knalpot dengan penambahan glass wool, arang aktif, air atau bahan-bahan lain yang bersifat adsorben atau absorben. Dari seluruh emisi gas buang yang dikeluarkan dari sumber kendaraan bermotor, persentasi emisi gas buang CO (Carbon Monoksida) cukup signifikan

mencapai 60% dan termasuk jenis gas yang sangat berbahaya karena bisa mengakibatkan kematian bagi bagi yang menghirupnya. (Bachrun, 1993). Ambang batas emisi gas buang karbon monoksida (CO), menurut Keputusan Gubernur DIY No. 167 Tahun 2003 tentang Ambang Batas Baku Mutu Emisi Sumber Bergerak, disebutkan bahwa ambang batas baku mutu emisi gas buang kendaraan bermotor khususnya sepeda motor untuk emisi gas buang karbon monoksida (CO) adalah sebesar 4,5 persen. Gas carbon Monoksida dihasilkan dari proses pembakaran yang tidak sempurna akibat dari pencampuran bahan bakar dan udara yang terlalu kaya. Boleh dikatakan bahwa terbentuknya CO sangat tergantung dari perbandingan campuran bahan bakar yang masuk dalam ruang bakar. Menurut teori bila terdapat oksigen yang melebihi perbandingan campuran ideal (teori) campuran menjadi terlalu kurus maka tidak akan terbentuk CO. Tetapi kenyataannya CO juga terjadi dan dihasilkan pada saat kondisi campuran terlalu kurus. Proses terjadinya CO : 2C + O2 2CO 2CO + O2 CO2 Akan tetapi reaksi ini sangat lambat dan tidakm dapat merubah seluruh sisa CO menjadi CO2. (Swisscontact, 2003). 2.5.1 Emisi Gas Karbon Monoksida (CO) Menurut PP No.29 tahun 1986, pencemaran udara dapat juga diartikan berubahnya tatanan udara oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga kualitas udara menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan kegunaannya. Emisi ini berasal dari sumber polusi, yang utama berasal dari

transportasi, dimana hampir 60% dari polutan yang dihasilkan terdiri dari karbon monoksida (CO) dan sekitar 15% terdiri dari hidrokarbon (HC). Menurut laporan WHO (1992) dinyatakan paling tidak 90% dari karbon monoksida (CO) di udara perkotaan berasal dari emisi kendaraan bermotor. Selain itu asap rokok juga mengandung karbon monoksida (CO), sehingga para perokok dapat memajan dirinya sendiri dari asap rokok yang sedang dihisapnya[2]. Tabel Ambang batas emisi gas buang kendaraan bermotor[1]

2.5.2 Dampak Pencemaran Karbon Monoksida (CO) bagi Kesehatan Manusia Karbon monoksida yang keluar dari knalpot akan berada di udara ambient, jika terhirup oleh manusia maka molekul tersebut akan masuk kedalam saluran pernapasan terus masuk ke dalam paru paru dan kemudian akan menempel pada haemoglobin darah membentuk carboxy Haemoglobin (COHb). Semakin tinggi konsentrasi CO yang terhirup oleh manusia maka semakin fatal resiko yang diterima oleh manusia tersebut, bahkan dapat menyebabkan kematian. Sifat CO yang berupa gas yang tidak berbau dan tidak berwarna serta sangat toksik tersebut, maka CO sering disebut sebagai silent killer. Efek terhadap kesehatan gas CO merupakan gas yang berbahaya untuk tubuh karena daya ikat gas CO terhadap Hb adalah 240 kali dari daya ikat CO terhadap O 2. Apabila gas CO darah (HbCO) cukup tinggi, maka akan mulai terjadi gejala antara lain pusing

kepala (HbCO 10 %), mual dan sesak nafas (HbCO 20 %), gangguan penglihatan dan konsentrasi menurun (HbCO 30 %) tidak sadar, koma (HbCO 40-50 %) dan apabila berlanjut akan dapat menyebabkan kematian. Pada paparan menahun akan menunjukkan gejala gangguan syaraf, infark otak, infark jantung dan kematian bayi dalam kandungan. Gas CO yang tinggi di dalam darah dapat berasal dari rokok dan asap dari kendaraan bermotor. Terhadap lingkungan udara dalam ruangan, gas CO dapat pula merupakan gas yang menyebabkan building associated illnesses, dengan keluhan berupa nyeri kepala, mual, dan muntah. 2.6 Karbon Dioksida (CO2) Pencemaran udara yang disertai dengan meningkatnya kadar gas CO 2 di udara akan menjadikan lingkungan kota menjadi lingkungan yang tidak sehat. Pada lingkungan yang tidak tercemar, konsentrasi oksigen dan karbon-dioksida masing-masing sekitar 20,95 % dan 0,03 %. Konsentrasi gas CO2 pada masa sebelum maraknya industri sebesar 275 ppmv sedangkan pada masa sekarang konsentrasinya sebesar 350 ppmv. Jika laju penambahan penggunaan bahan bakar minyak dan gas tidak berubah, maka dalam kurun waktu 60 tahun mendatang konsentrasi gas CO2 akan meningkat menjadi 550 ppmv. Perubahan konsentrasi gas ini dari 275 menjadi 550 ppmv akan mengakibatkan peningkatan suhu udara sebesar 5 oF (2,78 oC). Sementara Keeling dan Whorf (2005) menyatakan dari pantauan yang dilakukan pada 4 buah menara dengan ketinggian 7 meter dan 1 buah menara dengan ketinggian 27 meter di Mauna Loa, Hawaii menunjukkan bahwa konsentrasi gas ini pada tahun 1959 sebesar 315,98 ppmv dan pada tahun 2004 menjadi 377,38 ppmv. Oleh sebab itu konsentrasi gas ini di atmosfer harus diturunkan ke tingkat yang aman yakni 300 - 350 ppm. Telah dijelaskan bahwa

konsentrasi gas CO2 di atmosfer terus meningkat. Peningkatan kadar gas CO2 di udara sebagian besar berasal dari pembakaran bahan bakar minyak dan gas. Penambahan gas ini sebesar 7,81 Gt (7,81x109 ton) CO 2 setara dengan 2,13 Gt. Karbon akan mengakibatkan peningkatan sebesar 1 ppmv CO2 (Trenbeth 1981) dalam (CDIAC 2005). Gas CO2 memiliki berat jenis 1,5 kali lebih besar daripada udara, merupakan salah satu gas rumah kaca yang kemudian mengakibatkan pemanasan global. Peningkatannya sebesar 100 ppmv akan mengakibatkan peningkatan suhu udara sekitar 1oC. Hal ini disebabkan karena gas ini mampu menyerap gelombang panjang yang panjangnya 4.26 Am. 2.6.1 Dampak Karbon Dioksida (CO2) bagi Lingkungan Meningkatnya jumlah gas CO2 di udara menyebabkan suhu rata-rata permukaan bumi juga meningkat. Hal ini terjadi karena radiasi yang tadinya dipancarkan ke bumi, sebagian dipantulkan kembali oleh bumi dan sebagian radiasi yang dipantulkan tersebut terperangkap di lapisan atmosfer tepatnya di lapisan troposfer karena pada lapisan itu terdapat gas-gas rumah kaca termasuk CO2 yang dapat menahan radiasi matahari. Inilah yang disebut efek rumah kaca. Efek inilah yang menyebabkan pemanasan global.

Akibat adanya pemanasan global, flora dan fauna yang sensitif terhadap perubahan suhu udara akan bergerak ke arah kutub atau ke tempat yang lebih tinggi. Peningkatan suhu sebesar 1oC akan mengakibatkan satwa liar pindah sejauh 100 - 150 km mendekati kutub atau 150 m ke. Pengaruh buruk lainnya akibat dari pemanasan global adalah cuaca menjadi lebih ekstrim, meningkatnya evapotranspirasi, meningkatnya suhu udara dan permukaan air laut serta mudah terjadinya kebakaran hutan dan kelangkaan air. Selain dari bahaya yang telah disebutkan di atas, pemanasan global juga akan mengakibatkan mencairnya es di kutub, sehingga mengakibatkan naiknya permukaan air laut dan tenggelamnya kota-kota pantai. Dampak ini akan sangat dirasakan pada daratan dan pulau kecil yang terletak pada 40o - 70o LU. Metro TV pada tanggal 18 agustus menyiarkan bahwa kutub Selatan mengalami penyusutan permukaan es yang terparah. Jika hal ini dibiarkan, maka diperkirakan es yang menyelimuti kutub Selatan akan hilang pada tahun 2030.

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan dan Saran 3.1.1 Kesimpulan Pencemaran udara adalah kondisi yang sudah tercemar dengan adanya bahan, zat-zat asing atau komponen lain di udara yang menyebabka berubahnya tatanan udara oleh kegiatan manusia atau oleh peroses alam, sehingga kualitas udara menjadi berkurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya. Gas-gas yang menyebabkan pencemaran adalah NOx, CO, dan CO2. Ketiga gas ini merupakan gas buang kendaraan bermotor yang sangat berbahaya karena dapat mencemari lingkungan dan dapat mengganggu kesehatan manusia. 3.2 Saran Masalah mengenai pencemaran udara yang disebabkan oleh gas-gas poluta seharusnya menjadi perhatian besar bagi masyarakat yang menunjukkan kepedulian terhadap lingkungan. Itu dilakukan dengan cara menanm 1000 pohon dan melakukan pelbagai aktvitas yang meminimalisasi kadar gas polutan yang berada di atmosfer.

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Rukaesih, 2004, Kimia Lingkungan, Andi, Yogyakarta. Fardiaz, Srikandi., 1992, Polusi Air dan Udara, Kanisius, Bogor. Gatut dan Hari., 2007, Akankah Indonesia Tenggelam Akibat Pemanasan Global?, Penebar Plus, Jakarta. Mattimu, A., dan Fardial, EW., 2007, Pengetahuan Lingkungan edisi 7, Jurusan Biologi FMIPA Unhas, Makassar. Gusman, N., 2009, Kajian Emisi dan Dampak Pencemaran CO2 Akibat Produksi Energi Listrik oleh PT. PLN di Jawa Timur, (digilib.its.ac.id/detil.php?id=1191, diakses tanggal 4 September 2013 pukul 21:01 WITA). Ryadi, Slamet Al., 1982, Pencemaran Udara, Usaha Nasional, Surabaya. Saputra, Yoky E., 2009, Dampak Pencemaran Nitrogen Oksida (Nox) dan Pegaruhnya Terhadap Kesehatan, Sastrawijaya, Tresna A., 1991., Pencemaran Lingkungan, Rineka Cipta, Jakarta. http://www.dirgantaralapan.or.id/moklim/

You might also like