You are on page 1of 26

BAB I PENDAHULUAN 1.

1 Latar Belakang Kanker serviks banyak terjadi pada seorang wanita dan sering menimbulkan kematian bila baru ditemukan setelah fase lanjut. Kanker serviks dapat ditemukan secara dini dengan menggunakan teknik papsmear, yaitu suatu cara pengambilan jaringan serviks dan siperiksa dibawah mikroskop. Pemeriksaan ini dapat dilakukan setiap tahun. Jenis kanker serviks banyak ditemukan pada wanita umur 40-55 tahun, dan timbulnya kanker ini diduga berhubungan erat dengan infeksi herpes virus tipe 2 dan human papiloma virus. Pengobatannya dengan operasi, sinar radio aktif dan obat-obatan. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apa definisi dari kanker serviks? 2. Bagaimana Asuhan Keperawatan dari kanker serviks? 1.3 Tujuan 1. Mengetahui bagaimana definisi dari kanker serviks. 2. Mengetahui asuhan keperawatan dari kanker serviks. 3. Mengetahui deteksi dini dari kanker serviks. 1.4 Manfaat 1. Agar lebih mengerti apa definisi dari kanker serviks 2. Agar lebih mengerti tentang asuhan keperawatan dari kanker serviks. 3. Agar lebih mengerti deteksi dini dari kanker serviks.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Suatu keadaan di mana sel kehilangan kemampuannya dalam mengendalikan kecepatan pembelahan dan pertumbuhannya. Normalnya, sel yang mati seimbang dengan jumlah sel yang tumbuh. Apabila sel tersebut sudah mengalami malignansi/ keganasan atau bersifat kanker maka sel tersebut terus menerus membelah tanpa memperhatikan kebutuhan, sehingga membentuk tumor atau berkembang tumbuh baru tetapi tidak semua yang tumbuh baru itu bersifat karsinogen. (Daniele gale 1996). 2.2 Faktor resiko Beberapa faktor yang mempengaruhi insiden Ca Cervix adalah: Usia, ras, etnik, status sosial ekonomi, pola seksual, perokok, dan terpajan virus terutama virus HIV. Pada usia 45-55 merupakan puncak insiden terjadinya Ca cervix. Wanita amerika asal afrika dan asal hispanik mempunyai angka kejadian yang lebih tinggi dibanding dengan kelompok masyarakat kulit putih (Caucasian). Pada wanita yang aktif menjalankan aktivitas seksual di waktu muda serta berganti-ganti pasangan mempunyai resiko yang lebih besar. 1. Faktor Alamiah Faktor alamiah adalah faktor-faktor yang secara alami terjadi pada seseorang dan memang kita tidak berdaya untuk mencegahnya. Yang termasuk dalam faktor alamiah pencetus kanker serviks adalah usia diatas 40 tahun. Semakin tua seorang wanita maka makin tinggi risikonya terkena kanker serviks. Tentu kita tidak bisa mencegah terjadinya proses penuaan. Akan tetapi kita bisa melakukan upaya-upaya lainnya untuk mencegah meningkatnya risiko kanker serviks. Tidak seperti kanker pada umumnya, faktor genetik tidak terlalu berperan dalam terjadinya kanker serviks. Ini tidak berarti Anda yang memiliki keluarga bebas kanker serviks dapat merasa aman dari ancaman kanker serviks. Anda dianjurkan tetap melindungi diri Anda terhadap kanker serviks. 2. Faktor Kebersihan Keputihan yang dibiarkan terus menerus tanpa diobati. Ada 2 macam keputihan, yaitu yang normal dan yang tidak normal. Keputihan normal bila lendir berwarna bening, tidak berbau, dan tidak gatal. Bila salah satu saja dari 2

ketiga syarat tersebut tidak terpenuhi berarti keputihan tersebut dikatakan tidak normal. Segeralah berkonsultasi dengan dokter Anda bila Anda mengalami keputihan yang tidak normal. Penyakit Menular Seksual (PMS). PMS merupakan penyakit-penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual. PMS yang cukup sering dijumpai antara lain sifilis, gonore, herpes simpleks, HIV-AIDS, kutil kelamin, dan virus HPV. Pemakaian pembalut yang mengandung bahan dioksin. Dioksin merupakan bahan pemutih yang digunakan untuk memutihkan pembalut hasil daur ulang dari barang bekas, misalnya krayon, kardus, dan lain-lain. Membasuh kemaluan dengan air yang tidak bersih, misalnya di toilet-toilet umum yang tidak terawat. Air yang tidak bersih banyak dihuni oleh kumankuman. 3. Faktor Pilihan Faktor ketiga adalah faktor pilihan, mencakup hal-hal yang bisa Anda tentukan sendiri, diantaranya berhubungan seksual pertama kali di usia terlalu muda. Berganti-ganti partner seks. Lebih dari satu partner seks akan meningkatkan risiko penularan penyakit kelamin, termasuk virus HPV. Memiliki banyak anak (lebih dari 5 orang). Saat dilahirkan, janin akan melewati serviks dan menimbulkan trauma pada serviks. Bila Anda memutuskan untuk memiliki banyak anak, makin sering pula terjadi trauma pada serviks. Tidak melakukan Pap Smear secara rutin. Pap Smear merupakan pemeriksaan sederhana yang dapat mengenali kelainan pada serviks. Dengan rutin melakukan papsmear, kelainan pada serviks akan semakin cepat diketahui sehingga memberikan hasil pengobatan semakin baik. 2.3 Etiologi Penyebab kanker serviks belum jelas diketahui namun ada beberapa faktor resiko dan predisposisi yang menonjol, antara lain : 1. Umur pertama kali melakukan hubungan seksual Penelitian menunjukkan bahwa semakin muda wanita melakukan hubungan seksual semakin besar mendapat kanker serviks. Kawin pada usia 20 tahun dianggap masih terlalu muda 2. Jumlah kehamilan dan partus 3

Kanker serviks terbanyak dijumpai pada wanita yang sering partus. Semakin sering partus semakin besar kemungkinan resiko mendapat karsinoma serviks. 3. Jumlah perkawinan Wanita yang sering melakukan hubungan seksual dan berganti-ganti pasangan mempunyai faktor resiko yang besar terhadap kankers serviks ini. 4. Infeksi virus Infeksi virus herpes simpleks (HSV-2) dan virus papiloma atau virus kondiloma akuminata diduga sebagai factor penyebab kanker serviks 5. Sosial Ekonomi Karsinoma serviks banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi rendah mungkin faktor sosial ekonomi erat kaitannya dengan gizi, imunitas dan kebersihan perseorangan. Pada golongan sosial ekonomi rendah umumnya kuantitas dan kualitas makanan kurang hal ini mempengaruhi imunitas tubuh. 6. Hygiene dan sirkumsisi Diduga adanya pengaruh mudah terjadinya kankers serviks pada wanita yang pasangannya belum disirkumsisi. Hal ini karena pada pria non sirkum hygiene penis tidak terawat sehingga banyak kumpulan-kumpulan smegma. 7. Merokok dan AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim) Merokok akan merangsang terbentuknya sel kanker, sedangkan pemakaian AKDR akan berpengaruh terhadap serviks yaitu bermula dari adanya erosi diserviks yang kemudian menjadi infeksi yang berupa radang yang terus menerus, hal ini dapat sebagai pencetus terbentuknya kanker serviks. 2.4 Prognosis Pada usia 45-55 merupakan puncak insiden terjadinya Ca cervix. Wanita amerika asal afrika dan asal hispanik mempunyai angka kejadian yang lebih tinggi dibanding dengan kelompok masyarakat kulit putih (Caucasian). 2.5 Klasifikasi Pertumbuhan Sel Akan Kankers Serviks Mikroskopis 1. Displasia Displasia ringan terjadi pada sepertiga bagaian basal epidermis. Displasia berat terjadi pada dua pertiga epidermihampir tidak dapat dibedakan dengan karsinoma insitu. 2. Stadium karsinoma insitu Pada karsinoma insitu perubahan sel epitel terjadi pada seluruh lapisan epidermis menjadi karsinoma sel skuamosa. 3. Stadium karsionoma mikroinvasif. 4 Karsinoma insitu yang tumbuh didaerah ektoserviks, peralihan sel skuamosa kolumnar dan sel cadangan endoserviks.

Pada karksinoma mikroinvasif, disamping perubahan derajat pertumbuhan sel meningkat juga sel tumor menembus membrana basalis dan invasi pada stoma sejauh tidak lebih 5 mm dari membrana basalis, biasanya tumor ini asimtomatik dan hanya ditemukan pada skrining kanker. 4. Stadium karsinoma invasif Pada karsinoma invasif perubahan derajat pertumbuhan sel menonjol besar dan bentuk sel bervariasi. Petumbuhan invasif muncul diarea bibir posterior atau anterior serviks dan meluas ketiga jurusan yaitu jurusan forniks posterior atau anterior, jurusan parametrium dan korpus uteri. 5. Bentuk kelainan dalam pertumbuhan karsinoma serviks Pertumbuhan eksofilik, berbentuk bunga kool, tumbuh kearah vagina dan dapat mengisi setengah dari vagina tanpa infiltrasi kedalam vagina, bentuk pertumbuhan ini mudah nekrosis dan perdarahan. Pertumbuhan endofilik, biasanya lesi berbentuk ulkus dan tumbuh progesif meluas ke forniks, posterior dan anterior ke korpus uteri dan parametrium. Pertumbuhan nodul, biasanya dijumpai pada endoserviks yang lambatlaun lesi berubah bentuk menjadi ulkus. Markroskopis 1. Stadium preklinis Tidak dapat dibedakan dengan servisitis kronik biasa 2. Stadium permulaan Sering tampak sebagian lesi sekitar osteum externum 3. Stadium setengah lanjut Telah mengenai sebagian besar atau seluruh bibir porsio 4. Stadium lanjut Terjadi pengrusakan dari jaringan serviks, sehingga tampaknya seperti ulkus dengan jaringan yang rapuh dan mudah berdarah. 2.6 Tanda dan Gejala Menurut Gale tidak ada tanda yang spesifik pada kasus Ca ini. Pada kasus ini tidak selalu tampak tumor, tetapi kadang terjadi perdarahan karena ulserasi pada permukaan cervix. Adanya perdarahan inilah yang mengharuskan wanita ini datang ke pusat pelayanan kesehatan, adanya nyeri abdomen dan punggung bawah mungkin dapat menjadikan petunjuk bahwa penyakit ini telah berkembang dengan sangat cepat Sifatnya bisa intermenstruit atau perdarahan kontak, kadang-kadang perdarahan baru terjadi pada stadium selanjutnya. Pada jenis intraservikal perdarahan terjadi lambat. Biasanya menyerupai air, kadang-kadang timbulnya sebeluma ada perdarahan. Pada stadium lebih lanjut perdarahan dan keputihan lebih banyak disertai infeksi 5

sehingga cairan yang keluar berbau.

Gambaran Penyebaran Ca cerviks:

Predisposisi: muda Multiparitas Multipartner Kawin usia

Pertumbuhan neoplasma Sel sel maligna

Stadium stadium Ia: -

in

situ

dan Stadium medium Ib II: yang Leukorea menahun. Kontak bertambah. Spotting atau disertai patrun bertambah. menstruasi berdarah

Stadium lanjut III IV: Leukorea khas. Perdarahan terus menerus. Disertai gejala akibat metastase. Badan kurus. Kelemahan menjadi berbau

Dijumpai kebetulan karena tidak ada gejala yang khas

Leukorea menahun

Kontak berdarah.

Ketakutan/ansietas kurang dari kebutuhan Defisit knowledge erubahan pola seksual Perdarahan profuse Metastase jauh dengan komplikasi kliniknya Uremia Kakeksia

Perubahan nutrisi Resikop

2.7 Pemeriksaan Diagnostik 1. Sitologi/Pap Smear Keuntungan, murah dapat memeriksa bagian-bagian yang tidak terlihat. Kelemahan, tidak dapat menentukan dengan tepat lokalisasi. 2. Schillentest Epitel karsinoma serviks tidak mengandung glycogen karena tidak mengikat yodium. Kalau porsio diberi yodium maka epitel karsinoma yang normal akan berwarna coklat tua, sedang yang terkena karsinoma tidak berwarna. 3. Koloskopi Memeriksa dengan menggunakan alat untuk melihat serviks dengan lampu dan dibesarkan 10-40 kali. Keuntungan ; dapat melihat jelas daerah yang bersangkutan sehingga mudah untuk melakukan biopsy. Kelemahan ; hanya dapat memeiksa daerah yang terlihat saja yaitu porsio, sedang kelianan pada skuamosa columnar junction dan intra servikal tidak terlihat. 4. Kolpomikroskopi Melihat hapusan vagina (Pap Smear) dengan pembesaran sampai 200 kali 5. Biopsi Dengan biopsi dapat ditemukan atau ditentukan jenis karsinomanya. 6. Konisasi Dengan cara mengangkat jaringan yang berisi selaput lendir serviks dan epitel gepeng dan kelenjarnya. Konisasi dilakukan bila hasil sitologi meragukan dan pada serviks tidak tampak kelainan-kelainan yang jelas. 2.8 Klasifikasi Klinis 1. Pembagian Stadium Klasifikasi yang digunakan adalah IFGO (international Federation of Gynecology and Obstetrics) yaitu: a. Tingkat klinik O : karsinoma in situ atau karsinoma intraepitel: membrana basalis masih utuh. b. Tingkat klinik I : pross trebatas pada serviks. Ia : membrana basalis sudah rusak dan sel tumor ganas sudah memasuki stroma, tetapi tidak melebihi 1 mm dan sel tumor tidak terdapat dalam pembuluh limfe atau pembuluh darah. Ib.occ : (Ib, occult = Ib yang tersembunyi), secara klinis tumor ini belum tampak sebagai karsinoma, tetapi pada pemeriksaan histologik 8

ternyata tumor telah mengadakan invasi stroma melebihi Ia. Ib : secara klinis sudah diduga adanya tumor ganas dan secara histologik terdapat invasi ke stroma. c. Tingkat klinik II : proses sudah keluar dari seviks dan menjalar ke 2/3 bagian atas vagina dan atau ke parametrium tetapi tidak sampai ke dinding panggul. IIa IIb : penyebaran ke vagina, parametrium masih bebas dari proses. : penyebaran ke parametrium. parametrium sampai dinding panggul. IIIa IIIb : penyebaran ke vagina, proses di parametrium tidak menjadi persoalan, asal tidak sampai pada dinding panggul. : penyebaran ke parametrium sampai dinding panggul (tidak ditemukan daerah bebas antara tumor dan dinding panggul), atau proses pada tingkat klinik I dan II tetapi disertai gangguan fungsi ginjal. e. Tingkat klinik IV : tumor telah mencapai mukosa rektum atau kandung kencing atau telah terjadi metastasis ke luar panggul kecil atau ke tempat-tempat jauh. IVa IVb 2.9 Terapi 1. Irradiasi Dapat dipakai untuk semua stadium Dapat dipakai untuk wanita gemuk tua dan pada medical risk Tidak menyebabkan kematian seperti operasi. 2. Dosis Penyinaran ditujukan pada jaringan karsinoma yang terletak diserviks 3. Komplikasi irradiasi Kerentanan kandungan kencing Diarrhea Perdarahan rectal Fistula vesico atau rectovaginalis 4. Operasi Operasi Wentheim dan limfatektomi untuk stadium I dan II 9 : proses sudah keluar dari panggul kecil atau sudah sampai mukosa rektum atau kandung kencing. : telah trejadi penyebaran jauh.

d. Tingkat klinik III : penyebaran telah sampai ke 1/3 distal vagina atau ke

Operasi Schauta, histerektomi vagina yang radikal 5. Kombinasi Irradiasi dan pembedahan Tidak dilakukan sebagai hal yang rutin, sebab radiasi menyebabkan bertambahnya vaskularisasi, odema. Sehingga tindakan operasi berikutnya dapat mengalami kesukaran dan sering menyebabkan fistula, disamping itu juga menambah penyebaran kesistem limfe dan peredaran darah. 6. Cytostatika : Bleomycin, terapi terhadap karsinoma serviks yang radio resisten. 5 % dari karsinoma serviks adalah resisten terhadap radioterapi, diangap resisten bila 8-10 minggu post terapi keadaan masih tetap sama.

10

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN CA CERVIX 3.1 Pengkajian 1. Data dasar: Pengumpulan data pada pasien dan keluarga dilakukan dengan cara anamnesa, pemeriksaan fisik dan melalui pemeriksaan penunjang 2. Data pasien : Identitas pasien, usia, status perkawinan, pekerjaan jumlah anak, agama, alamat jenis kelamin dan pendidikan terakhir. Keluhan utama : pasien biasanya datang dengan keluhan intra servikal dan disertai keputihan menyerupai air. Riwayat penyakit sekarang : Biasanya klien pada stsdium awal tidak merasakan keluhan yang mengganggu, baru pada stadium akhir yaitu stadium 3 dan 4 timbul keluhan seperti : perdarahan, keputihan dan rasa nyeri intra servikal. Riwayat penyakit sebelumnya : Data yang perlu dikaji adalah : Riwayat abortus, infeksi pasca abortus, infeksi masa nifas, riwayat ooperasi kandungan, serta adanya tumor. Riwayat keluarga yang menderita kanker. Keadaan Psiko-sosial-ekonomi dan budaya: Ca. Serviks sering dijumpai pada kelompok sosial ekonomi yang rendah, berkaitan erat dengan kualitas dan kuantitas makanan atau gizi yang dapat mempengaruhi imunitas tubuh, serta tingkat personal hygiene terutama kebersihan dari saluran urogenital. 3. Data khusus: Riwayat kebidanan ; paritas, kelainan menstruasi, lama,jumlah dan warna darah, adakah hubungan perdarahan dengan aktifitas, apakah darah keluar setelah koitus, pekerjaan yang dilakukan sekarang 4. Pemeriksaan penunjang Sitologi dengan cara pemeriksaan Pap Smear, kolposkopi, servikografi, pemeriksaan visual langsung, gineskopi. 5. Kebutuhan Dasar Khusus a. Pola Nutrisi b. Pola bleeder dan bowel eliminasi 11

c. Personal Hygiene, terutama hygiene vagina d. Istirahat dan tidur e. Pola aktivitas dan istirahat. f. Pola hubungan seksual g. Kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan h. Riwayat merokok i. Minum-minuman keras j. Ketergantungan obat 6. Pengetahuan tentang kesehatan Sejauh mana pengetahuan klien tentang penyakitnya 7. Pemeriksaan Fisik Keadaan umum : Kesadaran, GCS, penampilan fisik Penginderaan Mata: konjunctiva anemis/ tidak Telinga : bentuk dan fungsi Lidah : bentuk dan fungsi Hidung : bentuk dan fungsi Pernafasan RR, pergerakan dinding dada, retraksi intercostea, Whezing (-/ +), Rhonki -/+, Sesak (-/ +). Kardiovaskuler Tensi, Nadi, Suhu, CRT, Cyanosis (-/+), Pencernaan Periastaltik, BAB, Kelainan pada bentuk dan fungsi rektum (-/+). Urogenital Vulva Vagina Portio : Fulsus (-/+), Fluor albus (-/+) : Normal/ tidak : Massa + X cm berdungkul

Corpus Uteri : Antefleksi, massa (-/ +), Adneksa Parametrium kanan dan kiri :Nyeri (-/ +), Massa (-/+), Cavum Douglas Insipikulo Integumen Warna Kulit. Turgor kulit, strie (-/+) Muskuloskeletal Otot dan tulang intak. 12 : Tidak/ menonjol, infiltrasi (-/+) : Porsio terlihat massa -/+, infiltrat (-/+), fluksus (-/+)

Endokrin Kelenjar tyroid : normal/ tidak, payudara normal/ tidak, 8. Data Penunjang Pap smear Therapi : Cek Hb Persiapan Biopsi Amoxicillin 500 mg 3 x 1 tab Asam Mefenamat 500 mg 3 x 1 tab Aff tampon 2 x 24 jam : Tampak sel mencurigakan keganasan/ tidak.

13

3.2 Analisa Data DATA ETIOLOGI S Klien mengungkapkan Kurangnya benar-benar men derita Prosedur kanker, klien untuk menanyakan apa lagi Pemeriksaan rus dilakukan Saya ta Serviks. kutjika yang akan kesakitan rahan. pemeriksaan akan dilakukan Stress perda- Rangsangan terhadap HPA Aksis menyebabkan dan MASALAH pengetahuan Kecemasan

ketakutannya jika dia tentang Kanker Serviks dan

pemeriksaan yang ha menegakkan diagnose Ca.

O : RR= 20 X/mnt, N= 96 Ketakutan X/ mnt, T= 110/80 mm Medula adrenal Hg.S=36.8 o C Ekpresi wajah klien kerja saraf datar. Terdapat mas sa Peningkatan berdungkul pada portio, otonom fulsus VT (+),bau (+). Peningkatan noradrenalin Muka pucat nadi meningkat katakolamin, Perdarahan se-waktu

14

DATA ETIOLOGI S : Nafsu makan berkurang Therapi Cytostatika sejak akan ke RS untuk th. BOM III. Berefek pada kerusakan Keluar banyak ludah, sel-sel normal terutama perut baik. mual. Lebih Jika sel yang pertumbuhannya suka G.I Tract) dirumah nafsu makan cepat serta paling sensitif ( makan makanan dari luar RS. Makanan dari Refluks RS baunya tidak enak. Klien mual mencium Mual dan salifa meningkat bau yang terlalu harum termasuk bau obat Nafsu makan menurun nyamuk oles. O : Nasi yang dimakan Perut kembung habis 1/3 porsi. lambung meningkat Katekolamin, kortisol Korteks adrenal APH Axis Cemas karena harus MRS dan medula histamin, Peristaltik 9 X/mnt. Asam Kien sering berludah.

MASALAH Nafsu makan menurun

S : Klien sulit tidur jika malam karena banyak

Cemas

Gangguan pola tidur

15

nyamuk dengan sehari

dan

takut Meningkatkan andrenalin

penyakitnya. dan malam Metabolisme meningkat Susah tidur Gigitan nyamuk Nyamuk banyak sudah pernah Kurangnya informasi Kurangnya penjelasan tentang yang akan penyakit. efek samping tentang efek

Kien hanya tidur 5 jam seing terjaga. O : Muka tampak lesu.

S : Klien diberi tindakan

pengetahun samping dan

tentang penyakit dan pengobatan dan prognose therapi dilakukan, akan tetapi tidak tahu akibat apa yang akan terjadi setelah pengobatan ini. O : Klien terdiagnosisi Ca. Serviks therapi Iib, dengan Dari BOM.

cytostatika

radium serta prognose dari penyakitnya.

hasil BOM I penyakit tampak membaik 3.3 Diagnosa Keperawatan 1. Gangguan kebutuhan elektrolit beerhubungan dengan hipovolemi 2. Gangguan rasa nyaman (nyeri) b.d proses desakan pada jaringan intra servikal 3. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan anemia dan trombositopenia 4. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksi, mual atau muntah. 5. Ansietas berhubungan dengan didiagnosa malignansi ginekologis dan prognosis yang tak menentu. 6. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan keletihan sekunder akibat anemia dan pemberian kemoterapi 7. Perubahan konsep diri (peran) berhubungan dengan dampak diagnosis kanker terhadap peran pasien dalam keluarga. 8. Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan imunosupresi 16

9. Resiko tinggi terhadap cidera berhubungan dengan trombositopeni 10. Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan pengobatan berhubungan dengan terbatasnya informasi 3.4 Rencana keperawatan 1. Gangguan kebutuhan elektrolit beerhubungan dengan hipovolemi Tujuan : Kebutuhan volume cairan adekuat. Kriteria hasil : Individu akan 1. Meningkatkan masukan cairan minimal 3000 ml (sesuai dengan hasil pemeriksaan BJ Plasma). 2. 3. 4. Menceritakan perlunya untuk meningkatkan masukan cairan selama stress atau panas. Mempertahankan Berat Jenis Plasma dalam batas normal (1,010 & 1,025). Memperhatikan tidak adanya tanda dan gejala dehidrasi.

Intervensi general : 1. Rencanakan tujuan masukan cairan untuk setiap pergantian ( misal 1000 ml selama pagi hari, 1000 ml selama sore hari, 1000 ml selama malam hari). Rasional : Deteksi dini memungkinkan terapi penggantian cairan segera untuk memperbaiki defisit. 2. Jelaskan tentang alasan-alasan untuk mempertahankan hidrasi yang adekuat dan metoda-metoda untuk mencapai tujuan masukan cairan. Rasional : Informasi yang jelas akan meningkatkan kerjasama klien untuk terapi. 3. Pantau masukan, pastikan sedikitnya 1500 ml cairan per oral setiap 24 jam. Rasional : Catatan masukan membantu mendeteksi tanda dini ketidak seimbangan cairan. 4. Pantau haluaran, pastikan sedikitnya 1000 - 1500 ml/24 jam. Pantau terhadap penurunan berat jenis urine. Rasional : Catatan haluaran membantu mendeteksi tanda dini ketidak seimbangan cairan. 5. Timbang BB setip hari dengan jenis baju yang sama, pada waktu yang sama. Kehilangan berat badan 2 - 4 % menunjukkan dehidrasi ringan. Kehilangan berat badan 5 - 9 % menunjukkan dehidrasi sedang. 17

Rasional : Penimbangan BB harian yang tepat dapat mendeteksi kehilanagan cairan. 6. Pertimbangkan kehilangan cairan tambahan yang berhubungan dengan muntah, diare, demam, drain. Rasional : Haluaran dapat melebihi masukan, yang sebelumnya sudah tidak mencukupi untuk mengkompensasi kehilangan yang tak kasap mata. Dehidrasi dapat meningkatkan laju filtrasi glomerulus, membuat haluaran tak adekuat untuk membersihkan sisa metabolisme dengan baik dan mengarah pada peningkatan BUN dan kadar elektrolit. 7. Kolaborasi dengan dokter untuk pemeriksaan kadar elektrolit darah, nitrogen ure darah, urine dan serum, osmolalitas, kreatinin, hematokrit dan hemoglobin. Rasional : Propulsi feses yang cepat melalui usus mengurangi absorpsi elektrolit. Muntah-muntah juga menyebabkan kehilangan elektrolit. 8. Kolaborasi dengan pemberian cairan secara intravena. Rasional : Memungkinkan terapi penggantian cairan segera untuk memperbaiki defisit.

2.

Gangguan rasa nyaman (nyeri) b.d proses desakan pada jaringan intra servikal Tujuan - Setelah dilakukan tindakan 1 X 24 jam diharapka klien tahu cara-cara mengatasi nyeri yang timbul akibat kanker yang dialami Kriteria hasil : - Klien dapat menyebutkan cara-cara menguangi nyeri yang dirasakan - Intensitas nyeri berkurangnya - Ekpresi muka dan tubuh rileks Intervensi : - Tanyakan lokasi nyeri yang dirasakan klien R/ mengetahui tempat nyeri - Tanyakan derajat nyeri yang dirasakan klien dan nilai dengan skala nyeri. R/ mengetahui ambang nyeri klien - Ajarkan teknik relasasi dan distraksi R/ menurunkan rasa nyeri - Anjurkan keluarga untuk mendampingi klien R/ memberikan motifasi pada pasien - Kolaborasi dengan tim paliatif nyeri

18

3. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan anemia dan trombositopenia Tujuan: Mampu mengenali dan menangani anemia. Pencegahan terhdap terjadinya komplikasi perdarahan.Setelah diberikan perawatan selama 1 X 24 jam diharapkan perfusi jaringan membaik : Kriteria hasil : a. Perdarahan intra servikal sudah berkurang b. Konjunctiva tidak pucat c. Mukosa bibir basah dan kemerahan d. Ektremitas hangat e. Hb 11-15 gr % d. Tanda vital 120-140 / 70 - 80 mm Hg, Nadi : 70 - 80 X/mnt, S : 36-37 Derajat C, RR : 18 - 24 X/mnt. Intervensi: a. Observasi TTV (Tensi,Nadi) b. Observasi perdarahan ( jumlah, warna, lama ) R/ mengetahui banyaknya kehilangan darah c. Kolaborasi dalam pemeriksaan Hematokrit dan Hb serta jumlah trombosit. R/ Memberikan informasi yang jelas sebagai bahan untuk melakukan evaluasi respons pasien terhadap transfusi. d. Berikan cairan secara tepat. R/ Mencegah terjadinya hidrasi yang berlebihan. e. Pantau dan atur kecepatan infus. R/ Mencegah terjadinya resiko overload yang dapat meningkatkan beban kerja jantung. f. Kolaborasi dalam pemberian transfusi R/ penmabahan sel darah akan membantu meningkatkan perfusi ke jaringan. 4. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksi, mual atau muntah. Tujuan: Masukan atau intake yang adekuat serta kalori yang mencukupi kebutuhan tubuh. Kriteria hasil : - Tidak terjadi penurunan berat badan - Porsi makan yang disediakan habis. 19

- Keluhan mual dan muntah kurang Intervensi: a. Kaji adanya pantangan atau adanya alergi terhadap makanan tertentu. R/ Memberikan data dalam pemberian menu dan pantang atau alergi pasien. b. Kolaborasi dengan gizi dalam pemberian dengan menu yang sesuai dengan diet yang ditentukan. R/ Memberikan perencanaan dalam pemberian nutrisi kepada pasien sesuai dengan diet. c. Pantau masukan makanan oleh klien. R/ Memberikan informasi untuk evaluasi dan rekomendasi terhadap tindakan selanjutnya. d. Anjurkan agar klien membawa makanan dari rumah jika diperlukan dan disesuaikan dengan diet. R/ Meningkatkan pengembalian pada diet reguler. e. Lakukan perawatan mulut sebelum makan sesuai kebutuhan. R/ Dengan mulut yang bersih akan meningkatkan nafsu makan. f. Jelaskan tentang pentingnya nutrisi untuk penyembuhan g. Anjurkan makan sedikit tapi sering R/ tetap memenuhi diet klien h. Jaga lingkungan pada saat makan R/ meningkatkan nafsu makan 5. Ansietas berhubungan dengan didiagnosa malignansi ginekologis dan prognosis yang tak menentu. Tujuan: Ansietas, kekuatiran dan kelemahan menurun sampai pada tingkat yang dapat diatasi: mendemonstrasikan kemandirian yang meningkat dalam aktivitas dan proses pengambilan keputusan. Kriteria hasil : a. Klien mengetahui diagnose kanker yang diderita b. Klien mengetahui tindakan - tindakan yang harus dilalui klien. c. Klien tahu tindakan yang harus dilakukan di rumah untuk mencegah komplikasi. d. Sumber-sumber koping teridentifikasi e. Ansietas berkurang f. Klien mengutarakan cara mengantisipasi ansietas. Intervensi: a. Gunakan pendekatan yang tenang dan ciptakan suasana lingkungan yang kondusif. 20

R/ Membantu pasien dalam membangun kepercayaan terhadap tenaga kesehatan. b. Evaluasi kemampuan pasien dalam mengambil keputusan. R/ Membantu pengkajian terhadap kemandirian dalam pengambilan keputusan. c. Dorong sikap harapan yang realistis. R/ Meningkatkan kedamaian diri. d. Dukung penggunaan mekanisme pertahanan diri yang sesuai. R/ Meningkatkan kemampuan pasien dalam menguasai masalah. e. Berikan dorongan spritiual. R/ Perasaan dekat dengan Tuhan akan meningkatkan kemampuan pasien beradaptasi dengan kondisinya. 6. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan keletihan sekunder akibat anemia dan pemberian kemoterap Tujuan: Pasien mampu mempertahankan tingkat aktivitas yang optimal. Pasien akan memaksimalkan energi dengan beristirahat dengan meminimalkan efek keletihan pada aktivitas sehari-hari. Intervensi: a. Kaji pola istirahat serta adanya keletihan pada pasien. R/ Menentukan data dasar untuk membantu pasien yang sering mengalami keletihan. b. Anjurkan kepada pasien untuk mempertahankan pola istirahat/ tidur sebanyak mungkin dengan diimbangi aktivitas. R/ meningkatkan kontrol diri. c. Bantu pasien menrencanakan aktivitas berdasarkan pola istirahat atau keletihan yang dialami. R/ Meningkatkan aktivitas selama proses pencegahan keletihan. d. Anjurkan pada pasien untuk melakukan latihan ringan. R/ Memberikan kesempatan untuk istirahat serta latihan ringan dapat meningkatkan pola istirahat. e. Observasi kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas. R/ Peningkatkan kemampuan berkativitas merupakan indikasi dari ber- kurangnya tingkat keletihan yang dialami pasien. 7. Perubahan konsep diri (peran) berhubungan dengan dampak diagnosis kanker terhadap peran pasien dalam keluarga. Tujuan: Mengungkapkan dampak dari diagnosis kanker terhadap perannya dan mendemontrasikan 21

kemampuan untuk menghadapi konflik peran tersebut atau perubahan peran. Kriteria hasil : 1. Klien mampu untuk mengeskpresikan perasaan tentang kondisinya 2. Klien mampu membagi perasaan dengan perawat, keluarga dan orang dekat. 3. Klien mengkomunikasikan perasaan tentang perubahan dirinya secara konstruktif. 4. Klien mampu berpartisipasi dalam perawatan diri. Intervensi: a. Bantu pasien untuk mengidentifikasi peran yang biasa dilakukan didalam keluarga, kerja dan komunitasnya. R/ Untuk mengkaji atau menggali peran dasar yang di miliki pasien sebelum ia sakit. b. Bantu pasien untuk mengidentifikasi perubahan peran yang spesifik yang dibutuhkan sehubungan dengan penyakitnya. R/ Untuk mengembangkan perubahan peran yang mungkin perlu. c. Bantu pasien mengidentifikasi strategi yang positif untuk menangani perubahan peran tersebut. R/ Memperbaiki solusi dari potensial konflik peran. d. Diskusikan dengan keluarga untuk berkompensasi terhadap perubahan peran anggota keluarga yang sakit. R/ Komunikasi terbuka membantu dalam mencegah konflik perubahan peran yang berlebihan. e. Kontak dengan klien sering dan perlakukan klien dengan hangat dan sikap positif. f. Berikan dorongan pada klien untuk mengekpresikanbperasaan dan pikian tentang kondisi, kemajuan, prognose, sisem pendukung dan pengobatan. g. Berikan informasi yang dapat dipercaya dan klarifikasi setiap mispersepsi tentang penyakitnya. h. Bantu klien mengidentifikasi potensial kesempatan untuk hidup mandiri melewati hidup dengan kanker, meliputi hubungan interpersonal, peningkatan pengetahuan, kekuatan pribadi dan pengertian serta perkembangan spiritual dan moral. i. Kaji respon negatif terhadap perubahan penampilan (menyangkal perubahan, penurunan kemampuan merawat diri, isolasi sosial, penolakan untuk mendiskusikan masa depan. j. Bantu dalam penatalaksanaan alopesia sesuai dengan kebutuhan. k. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain yang terkait untuk tindakan konseling secara profesional. 8. Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan imunosupresi Tujuan: 22

Potensial infeksi menurun dan tidak terdapat tanda-tanda infeksi. Intervensi: a. Pantau tanda vital tiap 4 jam atau lebih sering jika diperlukan. R/ Demam atau hipotermia dapat mengindikasikan timbulnya infeksi pada klien yang mengalami granulositopenia. b. Tempatkan pasien pada lokasi yang tersendiri. R/ Terhindarnya kontak dengan seseorang yang mengalami infeksi saluran pernafasan atau yang lain menurunkan resiko terjadinya infeksi. c. Bantu pasien dalam menjaga higienitas perseorangan. R/ Menurunkan hadirnya organisme endogen. d. Anjurkan pasien beristirahat sesuai dengan kebutuhan. R/ Keletihan dapat menurunkan fungsi imun. e. Kolaborasi dalam: Pemeriksaan kultur (sputum, urine dan luka terbuka lain), pemberian antibiotika. R/ Pemeriksaan kultur membantu menentukan sensitivitas dan resistensi kuman terhadap antibiotik tertentu. 9. Resiko tinggi terhadap cidera berhubungan dengan trombositopeni Tujuan: Pasien terbebas dari perdarahan dan hipoksia jaringan. Intervensi: a. Kolaborasi dalam pemeriksaan DL (Hb dan Trombo ) secara rutin/ berkala. R/ Penurunan Hb dan trombosit dapat menjadi indikasi dari terjadinya perdarahan. b. Lakukan tindakan yang tidak menyebabkan perdarahan (Hindari trauma, hindari tindakan invasif, anjurkan pasien untuk menggunakan sikat gigi yang berbulu halus). R/ Menurunkan resiko komplikasi dari terjadinya trombositopenia. c. Observasi tanda-tanda perdarahan (Pusing, petekie, sekret yang ada diserta darah, pucat). R/ Secara klinik anemia yang cukup berarti memerlukan transfusi darah. d. Observasi tanda-tanda vital. R/ Munculnya hipotensi dan takikardia mungkin menjadi tanda adanya perdarahan. e. Kolaborasi dalam tindakan transfusi TC (trombosit concentrate). R/ Transfusi diberikan jika Hb mencapai 8 gr% dan trmbosit mencapai 20.000 sel/mm3. 10. Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan pengobatan berhubungan dengan terbatasnya informasi 23

Tujuan: Pasien dapat mengungkapkan perencanaan pengobatan dan tujuan dari pemberian terapi. Intervensi: a. Baringkan pasien diatas tempat tidur. R/ Memberikan serta meningkatkan rasa nyaman. b. Kaji kepatenan kateter abdomen. R/ Meningkatkan drainase aliran dari terapi. c. Berikan obat premedikasi sesuai dengan pesanan. R/ Mencegah reaksi yang mungkin muncul dalam pemberian terapi. d. Observasi tentang reaksi yang dialami pasien selama dalam pengobatan. R/ Meningkatkan pengenalan dini terhadap masalah yang potensial terjadi. e. Jelaskan kepada pasien efek yang dapat terjadi (dalam waktu lambat, sedang dan cepat). R/ Memberikan informasi terhadap perawatan mandiri.

24

BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Ca. serviks merupakan kanker terbanyak pada wanita. Ca serviks penyebabnya tidak jelas namun diduga dipengaruhi oleh : perilaku seks, personal hygiene, lingkungan maupun pelayanan kesehatan. Asuhan keperawatan pada klien yang menderita Suspek Ca. serviks merupakan suatu bentuk asuhan keperawatan yang komprehensif dan unik tergantung dari fase dan derajat kanker yang ditemukan serta kondisi bio-psiko-sosial dari klien. Diagnose dan tindakan yang muncul tidak sama pada setiap klien tergantung dari situasi dan keadaan individu saat kasus tersebut ditemukan. Asuhan keperawatan yang dilakukan sangat terbatas waktu dan kualitasnya, sehingga diperlukan suatu teknik pendekatan skala prioritas agar masalah pokok bisa diatasi tanpa melupakan masalah yang lain 4.2 Saran Pemberian asuhan keperawatan harus memperhatikan sumber daya dan kesiapan mental yang dimiliki oleh klien untuk mencegah timbulnya masalah yang tidak diinginkan.Perlu adanya pola pendekatan dengan model asuhan Keperawatan yang benar dalam perawatan klien Diperlukan peran petugas kesehatan khususnya perawat dalam memberikan informasi yang sejelas-jelasnya kepada mengenai penyebab, prosedur perawat an & pengobatan serta prognosa penyakitnya kepada klien karena hampir semua klien yang terdiagnosa kanker sangat takut & cemas,dengan mendapat informasi yang jelas & tepat diharapkan tidak mencari kesumber yang salah seperti dukun,orang pintar atau orang yang tidak berkompeten untuk memberikan informasi.

25

DAFTAR PUSTAKA Bagian Obstetri & Ginekologi FK. Unpad.1993. Ginekologi. Elstar. Bandung Carpenito,Lynda Juall, 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8.EGC. Jakarta Friedman,Borten,Chapin. 1998. Seri Skema Diagnosa & Penatalaksanaan

Ginekologi. Edisi 2. Bina Rupa Aksara. Jakarta Galle,Danielle. Charette,Jane. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi. EGC. Jakarta. Hartono,Poedjo. 2000. Kanker Serviks/Leher Rahim & Masalah Skrining Di Indonesia.Kursus Pra Kongres KOGI XI Denpasar.Mombar Vol. 5 No.2 Mei 2001 ...2001. Diktat Kuliah Ilmu Keperawatan Maternitas TA: 2000/2001 PSIK.FK. Unair,Surabaya. Saifudin,Abdul Bari dkk, 2001. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo & JNKKR -POGI, Jakarta.

26

You might also like