You are on page 1of 8

Nama anggota : Fandi Y.

P Ifam Pambudi Ilma Kharisma Septyanti dwi A Siti Nur K

JUDUL : Aplikasi Spektrofotometer UV- VIS Penetapan kadar gula reduksi dalam sampel dengan menggunakan metode Nelson-Samogy Tujuan : Mengetahui kadar gula reduksi dalam suatu sampel menggunakan metode Nelson-Samogy Pengertian Karbohidrat Secara sederhana dapat diartikan bahwa karbohidrat ialah suatu senyawa yang terdiri dari molekul-molekul karbon (C), hydrogen (H) dan oksigen (O) atau karbon dan hidrat (H2O) sehingga dinamaka karbo-hidrat. Dengan demikian karbohidrat adalah sekumpulan atau sekelompok gugus aldehid, keton, atau asam polihidroksi atau turunan- turunannya yang bergabung bersama-sama dengan pilol siklik linier. Dalam tumbuhan senyawa ini dibentuk melaui proses fotosintesis antara air (H2O) dengan karbondioksida (CO2) dengan bantuan sinra matahari (UV) menghasilkan senyawa sakarida dengan rumus (CH2O)n atau CnH2nOn. Fungsi Karbohidrat Ada banyak fungsi dari karbohidrat dalam penerapannya di industri pangan, farmasi maupun dalam kehidupan manusia sehari-hari. Diantara fungsi dan kegunaan itu ialah : a. Sebagai sumber kalori atau energi b. Sebagai bahan pemanis dan pengawet c. Sebagai bahan pengisi dan pembentuk d. Sebagai bahan penstabil e. Sebagai sumber flavor (karamel)

f. Sebagai sumber serat Klasifikasi Karbohidrat Karbohidrat dapat digolongan menjadi dua (2) macam yaitu karbohidrat sederhana dengan karbohidrat komplek atau dapat pula menjadi tiga (3) macam, yaitu : a. Monosakarida (karbohidrat tunggal) Kelompok monosakarida dibedakan menjadi dua (2) macam, yaitu pentosa yang tersusun dari lima (5) atom karbon (arabinosa, ribose, xylosa) dan heksosa yang tersusun dari enam (6) atom karbon (fruktosa/levulosa, glukosa, dan galaktosa). Struktu glukosa dan fruktosa digunakan sebagai dasar untuk membedakan antara gula reduksi dan gula non-reduksi. Penamaan gula reduksi ialah didasarkan pada adanya gugus aldehid (CHO pada glukosa dan galaktosa) yang dapat mereduksi larutan Cu2SO4 membentuk endapan merah bata. Adapun gula non-reduksi ialah gula yang tidak dapat mereduksi akibat tidak adanya gugus aldehid seperti pada fruktosa dan sukrosa/dektrosa yang memiliki gugus keton (C=O). b. Oligosakarida (tersusun dari beberapa monosakarida) Kelompok ini terdiri dari banyak jenis, seperti disakarida, trisakarida, tetrasakarida, dll. Namun paling banyak dipelajari ialah kelompok disakarida yang terdiri dari maltosa, laktosa dan sukrosa (dekstrosa). Dua dari jenis disakarida ini termasuk gula reduksi (laktosa dan maltosa) sedangkan sukrosa tidak termasuk gula reduksi (nonreducing). c. Polisakarida (tersusun lebih dari 10 monosakarida) Kelompok ini terdiri dari tiga (3) jenis yaitu : 1. Homopolisakarida Yaitu polisakarida yang tersusun atas satu jenis dari monosakarida yang diikat oleh ikatan glikosida, seperti galactan, mannan, fructosans, dan glucosans (cellulose, dextrin, glycogen, dan starch/pati). 2. Heteropolisakarida 3. Polisakarida mengandung N (chitin)

Prinsip pengujian gula reduksi Teori yang mendasari reaksi pembentukan gula reduksi adalah gula yang mengandung gugus aldehida dan keton akan mereduksi ion Cu2+dalam suasana alkalis menjadi Cu+ ,yang mengendap sebagai Cu2O (kupro oksida) berwarna merah bata. (SNI 01- 2892-1992). Metode Nelson Somogyi, yakni dengan prinsip reaksi reduksi CuSO4 oleh gugus karbonil pada gula reduksi yang setelah dipanaskan terbentuk endapan kupru oksida (Cu2O) kemudian ditambahkan Na-sitrat dan Na-tatrat serta asam fosfomolibdat agar terbentuk suatu senyawa komplek berwarna biru yang dapat diukur absorbansinya dengan spektrofotometer.

Spektrofotometri Spektrofotometri merupakan teknik pengukuran konsentrasi suatu senyawa berdasarkan pengukuran absorbansi atau transmisi sinar yang melewati senyawa tersebut. Teknik ini sering digunakan untuk keperluan analisa spesi kimia, misalnya untuk

penetapan kadar senyawa anorganik, ion logam maupun komponen senyawa organik. Salah satu aplikasi spektrofotometer UV-Vis untuk pengukuran kadar senyawa organik adalah pengukuran kadar gula pereduksi dengan metode Nelson Somogyi. Penetapan kadar gula reduksi dengan metoda Nelson-Somogyi dilakukan dengan

menentukan nilai optical density larutan sample yang sebelumnya telah direaksikan dengan reagen Nelson-Somogyi yang terdiri dari campuran reagen A yang terdiri dari Nakarbonat anhidrat ( Na2CO3 ), K-Na tartrat, Na-hidrokarbonat ( NaHCO3 ) serta Na-sulfat ( Na2SO4 ) yang dilarutkan dalam aquadest, dan reagen B yang terdiri dari CuSO 4. 5H2O yang dilarutkan dalam aquades dan sedikit H2SO4 pekat. Campuran kedua reagen dengan perbandingan 25:1 selanjutnya direaksikan dengan reagen arsenomolibdat untuk melarutkan endapan Cu2O yang terbentuk dari hasil reduksi ion Cu oleh senyawa gula pereduksi. Selanjutnya dibuat kurva larutan standar glukosa dan kadar gula reduksi ditentukan berdasarkan OD larutan sampel yang dibandingkan dengan kurva standar larutan glukosa. (http://sepisendiriterus.blogspot.com/2012/06/modul-praktikum-kimia instrument.html) ALAT : 1. Labu takar 2. Corong gelas 3. Pipet volum 7. Spektro visebel 8. Kasa 9. Kaki tiga 10. Batang pengaduk

4. Pipet ukur 5. Gelas ukur 6. Beaker glass BAHAN : 1. Nelson A 2. Nelson B 3. Arsen molibdat 4. Sampel siplah 5. Aquades Prosedur Kerja :

11. Spiritus 12. Tabung reaksi

1. Buat larutan glukosa standar (10mg glukosa anhidrat / 100ml ) 2. Dari bahan / larutan glukosa standar tersebut dilakukan 6 pengenceran , sehingga konsentrasi 2mg/100ml, 4mg/100ml, 6mg/100ml, 8mg/100ml, 10mg/100ml 3. Disiapkan 7 tabung reaksi, @1ml larutan glukosa diatas, satu diisi 1ml air suling (blanko) 4. Tambahkan 1ml reagen nelson pada setiap tabung diatas panaskan pada penangas air mendidih selama 20menit. 5. Ambil semua tabung, dinginkan bersama sama dalam gelas piala yang berisi air dingin sehingga suhu tabung mencapai 250C 6. Setelah dingin tambahkan 1ml reagen arsenmolybdat , gocok sampai endapan Cu2O yang ada larut kembali. 7. Setelah semua endapan Cu2O larut sempurna tambahkan 7 ml air suling gocok sampai homogen. 8. Tarulah Optical Density (OD) masing-masing larutan tersebut pada panjang gelombang 540nm 9. Buat kurva standar yang menunjukkan hubungan antara konsentrasi glukosa dan OD A. Analisis Kuantitatif Gula Pereduksi Metode Somogyi-Nelson

Metode analisa sampel Tinjauan sampel Nama sampel Komposisi sorbat) Kandungan gizi : Karbohidrat 19 g %AKG 6 % Gula 16% : Teh gelas : Air, Gula, Daun teh, Pengawet makanan (natrium benzoate, kalium

Natrium 10 mg Analisa Penentuan Kadar gula reduksi pada sample a) Larutan sample dengan kisaran kadar gula sekitar 2 8 mg / 100 ml disiapkan. Perlu diperhatikan bahwa larutan sample ini harus jernih dan tidak berwarna. Karena itu bila dijumpai larutan sample yang keruh atau berwarna, perlu dilakukan penjernihan terlebih dahulu dengan menggunakan bubur aluminium hidroksida atau Pb-asetat dan selanjutnya kelebihan Pb direaksikan dengan garam oksalat hingga larutan gula tersebut bebas dari Pb. b) 1ml larutan sample yang jernih tersebut diambil dengan pipet ukur dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang bersih dan kering, kemudian ditambahkan 1 ml reagent Nelson C. c) Larutan dipanaskan dalam penangas air yang didalamnya berisi air mendidih selama 20 menit. d) Semua tabung diambil dan didinginkan segera bersama-sama di dalam gelas piala yang berisi air dingin sehingga suhu tabung mencapai 250C. e) Setelah dingin tambahkan 1 ml pereaksi arsenomolibdat, kocok sampai endapan Cu2O larut dan ditambahkan 7 ml aquadest kemudian kocok lagi sampai homogen. f) Ukur absorbansi larutan sampel pada panjang gelombang 540 nm dan tentukan konsentrasi gula pereduksi dengan kurva kalibrasi yang telah dibuat sebelumnya. (http://sepisendiriterus.blogspot.com/2012/06/modul-praktikum-kimia- instrument.html) Prinsip Metode yang digunakan untuk menentukan kadar glukosa dalam darah. Protein diendapkan dengan ZnSO4 dan Ba(OH)2. Kupri oksida dioksidasi oleh larutan tembaga alkali dengan membentuk kupro oksida (CuO), kemudian kupro oksida ini dioksidasi kembali dengan asam arsen molibdat yang akan membentuk warna biru arsenomolibdat. Cara membuat pereaksi 1. Larutan ZnSO4 5% Larutkan 50 g ZnSO4.7H2O dengan aquades dalam labu ukur dan tera hingga volume akhirnya menjadi 1000ml 2. Barium hidroksida 0,3 N Larutkan 47,295 g Ba(OH)2 .8H2O dengan aquades dalam labu ukur dan tera hingga volume akhirnya menjadi 1000 mL. Larutan ini harus distandarisasi terhadap larutan

ZnSO4 5% dengan cara mentitrasinya dengan indikator fenolftalein. Sebanyak 10 mL larutan ZnSO4 5% diencerkan dengan 100 mL aquades, lalu tambahkan satu tetes fenolftalein dalam erlenmeyer 250 mL, dan titrasi dengan larutan Ba(OH)2 0,3 N harus tepat 10 mL, bila tidak, maka sempurnakan agar dapat tepat 10 mL dan titrasi ulang. 3. Pereaksi tembaga alkali (Somogyi) Larutkan 28 g Na2PO4 anhidrat dan 40 g garam K-Na-tartrat (garam Rochelle) dalam 700 mL aquades. Tambahkan 100 mL NaOH 1 N,lalu campur. Dengan pengadukan cepat, tambahkan 80 mL CuSO4 10%, kemudian tambahkan 180 g Na2SO4 anhidrat. Setelah tercampur sempurna, tera dengan aquades hingga volume akhirnya menjadi 1000 mL. Biarkan selama 2 hari dan saring dengan kertas saring Whatman No. 40. Larutan ini dapat bertahan dalam waktu lama. Fungsi garam Rochelle adalah untuk menstabilkan warna. 4. Pereaksi arsenomolibdat (Nelson) Larutkan 25 g amonium molibdat dalam 450 mL aquades, dan secara hati-hati tambahkan sedikit demi sedikit 21 mL H2SO4 pekat. Larutkan 3g NaHAsO4 .7H2O dalam 25 mL aquades dan tambahkan asam molibdat, lalu campurkan baik-baik dan tempatkan dalam inkubator 37oC selama 48 jam. Bila ingin cepat digunakan, maka tempatkan pada suhu 55oC selama 25 menit sambil diaduk untuk mencegah kelebihan panas pada bagian tertentu yang dapat menyebabkan perubahan warna. Simpan pereaksi pada botol berwarna gelap dan tertutup. 5. Standar glukosa Standar glukosa ini mengandung glukosa 0,05 mg/mL. Larutkan 5 mL larutan glukosa stok (1 g glukosa dalam 100 mL asam benzoat 0,25%). Encerkan dengan larutan asam benzoat 0,25% menjadi 1000 mL.

Pembuatan BI

Konsentrasi 2,0 4,0 5,0 6,0 8,0 10,0

Untuk menggambarkan kurva hubungan kadar dan absorbansi, dapat digunakan metode kuadrat terkecil (Least-Squares) agar diperoleh garis lurus yang konstan. Metode sering digunakan untuk menentukan ketepatan garis yang terbaik pada pembuatan kurva baku (standar). Persamaan Least-Squares yang menjelaskan satu garis lurus (linier) diberikan oleh persamaan : X=aY+b dengan : X (absis) Y (ordinat) a dan b = Kadar larutan glukosa standar (mg/100 mL) = Absorbansi = Tetapan yang dihitung dari persamaan

a = {N (xy) - (x) (y)} / {(y2) (y2)} a = {(y2) (x) - (y) (xy)} / {N (y2) (y2)} dengan : N = Banyaknya pengamatan

You might also like