You are on page 1of 2

PENCEGAHAN Insidensi penyakit Mola Hydatidosa meningkat pada wanita berusia < 20 tahun atau > 40 tahun, dan

wanita nullipara karena dipercaya memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami gangguan pada proses fertilisasi dan pembelahan sel gamet. Insidensi penyakit ini juga meningkat pada kalangan sosial ekonomi rendah apabila wanita tersebut mengalami defisiensi nutrisi, terutama beta karoten, asam folat, dan protein, serta lemak hewani. Penemuan paling bermakna adalah pada wanita bergolongan darah A yang hamil dari pria bergolongan darah O memiliki risiko hampir 10 kali lebih besar mengalami choriocarcinoma paska mola hydatidosa daripada pasangan dengan golongan darah A dan A. Penelitian selanjutnya mengatakan bahwa wanita dengan golongan darah AB memiliki prognosis penyakin yang relatif lebih buruk dibanding yang lain. Hampir setengah jumlah pasien dengan penyakit trophoblas gestational mengalami kehamilan mola pada kehamilan berikutnya, seperempatnya kehamilan normal, dan seperempat sisanya mengalami kehamilan ektopik Oleh sebab itu, diperlukan pencegahan yang adekuat untuk menghindari terjadinya mola, antara lain : Rencanakan kehamilan pada usia reproduksi optimal 20-30 tahun Konsumsi makanan tinggi asam folat, beta karoten, dan protein, serta lemak hewani. Setelah didiagnosis mola, lakukan pemeriksaan berkala teratur untuk memeriksa tanda-tanda keganasan. Apabila ada kecurigaan pasien dengan risiko tinggi, lakukan kemoterapi profilaktif dengan aktinomisin-D single dose pada saat evakuasi mola. Kemo profilaksis sangat dianjurkan apabila pemeriksaan berkala beta HCG tidak tersedia atau sulit dijangkau. Hindari kehamilan pada satu tahun pertama pasca evakuasi mola. Kontrasepsi barier merupakan pilihan utama.

Pada kehamilan berikutnya setelah mola, lakukan pemeriksaan USG berkala, terutama pada trimester pertama untuk memastikan kehamilan berlangsung normal.

You might also like