You are on page 1of 25

ETIK DALAM PRAKTIK KEPERAWATAN

Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI
Peningkatan Kemampuan Teknis Perawat dalam Sistem Pemberian Pelayanan Keperawatan di Rumah Sakit September 2008

Perkembangan IPTEK kesehatan, peningkatan kehidupan sosial masyarakat, perubahan sudut pandang masyarakat, kelangkaan sumber-sumber Perawat pada level manajerial sering tidak dapat menjelaskan ketika staf mereka bertanya apa yang dimaksud dengan etik dan apa yang dimaksud dengan hukum. Pentingnya pemahaman terhadap profesi keperawatan yaitu memahami diri sendiri sebagai pribadi dan memahami dasar kerangka kerja profesi keperawatan

Perlunya pengetahuan dan pemahaman tentang nilai, etik dan aspek legal agar dapat bertindak profesional sesuai dengan nilai-nilai professional, etik, aturan hukum dan bertindak sesuai dengan standar yang berlaku

keyakinan(beliefs) mengenai arti dari suatu ide, sikap, objek, perilaku, dll yang menjadi standar dan mempengaruhi prilaku seseorang. Nilai menunjukkan tujuan dan makna kehidupan, memotivasi perilaku seseorang, dan mengarahkan seseorang dalam membuat keputusan.

Nilai pribadi (personal value) diperoleh dari latar belakang budaya, etnis, dan keyakinan seseorang yang biasanya menjadi kontrol internal seseorang. Nilai professional (Profesional value) Refleksi dan pengembangan nilai-nilai pribadi yang bersifat intrinsic, terbuka, menyatakan elemen-elemen dasar yang digunakan sebagai standard an dasar dalam pengambilan keputusan serta menggambarkan idealisme dan harapan dalam praktik keperawatan. dasar untuk bertingkah laku yang bertujuan.

Altruism (peduli terhadap kesejahteraan orang lain) Equality (kesetaraan) Esthetics (berjiwa seni) Freedom (kebebasan) Human Dignity (menghormati manusia) Justice (keadilan) Truth (Kebenaran)

Komitmen yang kuat terhadap pelayanan Keyakinan akan diri dan nilai yang dianut setiap orang Komitmen terhadap pendidikan Otonomi (Watson,1981)

Ketika nilai pribadi benar atau salah yang dianut oleh individu perawat berhubungan dengan nilai professional Dasar pengambilan keputusan yang dianut harus mengacu kepada etika profesi keperawatan

Kesepakatan tentang praktik moral, keyakinan, sistem nilai, standar perilaku individu dan atau kelompok tentang penilaian terhadap apa yang benar dan apa yang salah, mana yang baik dan mana yang buruk, apa yang merupakan kebajikan dan apa yang merupakan kejahatan, apa yang dikendaki dan apa yang ditolak

Kesepakatan/peraturan tentang penerapan nilai moral dan keputusankeputusan yang ditetapkan untuk profesi keperawatan (Wikipedia, 2008)

Komponen prinsip etik: - Tanggungjawab profesional - Hak pasien (Spearman & Sheldon)

1.

Respect (Hak untuk dihormati)


Perawat harus menghargai hak-hak pasien/klien

2.

Autonomy (hak pasien memilih)


Hak pasien untuk memilih treatment terbaik untuk dirinya

3.

Beneficence (Bertindak untuk keuntungan orang lain/pasien)


Kewajiban untuk melakukan hal tidak membahayakan pasien/ orang lain dan secara aktif berkontribusi bagi kesehatan dan kesejahteraan pasiennya

3.

Non-Maleficence (utamakan-tidak mencederai orang lain) kewajiban perawat untuk tidak dengan sengaja menimbulkan kerugian atau cidera Prinsip : Jangan membunuh, menghilangkan nyawa orang lain, jangan menyebabkab nyeri atau penderitaan pada orang lain, jangan membuat orang lain berdaya dan melukai perasaaan orang lain

4.

Confidentiality (hak kerahasiaan) menghargai kerahasiaan terhadap semua informasi tentang pasien/klien yang dipercayakan pasien kepada perawat. Justice (keadilan) kewajiban untuk berlaku adil kepada semua orang. Perkataan adil sendiri berarti tidak memihak atau tidak berat sebelah

5.

7.

Fidelity (loyalty/ketaatan) - Kewajiban untuk setia terhadap kesepakatan dan bertanggungjawab terhadap kesepakatan yang telah diambil - Era modern , pelayanan kesehatan : Upaya Tim (tanggungjawab tidak hanya pada satu profesi). 80% kebutuhan pt dipenuhi perawat - Masing-masing profesi memiliki aturan tersendiri yang berlaku - Memiliki keterbatasan peran dan berpraktik dengan menurut aturan yang disepakati.

8.

Veracity (Truthfullness & honesty) Kewajiban untuk mengatakan kebenaran. - Terkait erat dengan prinsip otonomi, khususnya terkait informed-consent - Prinsip veracity mengikat pasien dan perawat untuk selalu mengutarakan kebenaran

Decision-focused Problems Kesulitan terletak pada apa yang harus dilakukan. Contoh perawat merasa bahwa pemasangan NGT hanya akan memperpanjang rasa nyeri (Moral Dilema) Action-focused problems Kesulitan yang terjadi tidak terletak pada pengambilan keputusan tetapi terletak pada saat menerapkan. Contoh perawat mengetahui serangkaian tindakan yang benar tetapi tidak dapat melakukannya karena kebijakan institusi atau hambatan lain (Jameton, 1984) (Moral Distress)

Identifikasi masalah etik Kumpulkan fakta-fakta Evaluasi tindakan alternatif dari berbagai perspektif etik. Buat keputusan dan uji cobakan Bertindaklah, dan kemudian refleksikan pada keputusan tsb

Ny A, dirawat di ruang A RS Citra Lestari. Dibesuk oleh keluarganya diluar jam besuk. Keluarga tersebut memaksa perawat jaga untuk diizinkan masuk sebentar saja. Tetapi perawat tidak mengizinkan. Akhirnya keluarga tersebut langung masuk ke kamar pasien. Melihat situasi tersebut perawat langsung menegur dengan kata-kata kasar dan membentak.ibu ini bukan jam besuk, sudah diberitahukan berkali-kali ibu tetap tidak mau dengar. Ibu tidak tahu aturan dan tidak tahu etika, pasien butuh. Istirahat, dst....dst.....!!!

Disuatu RS Cemerlang, perawat A, sedang serah terima di depan pasien dan tiba-tiba perawat B menceritakan bahwa kemarin habis membeli baju murah dan discountnya 75% murah banget. Perawat A Menanggapi discountnya sampai kapan ? Ada perhiasan Ngak ? Dan apalagi ? Dan pasien terus menyimak pembicaraan Perawat tersebut. Perawat A, kembali ke nurse station dan bertanya kepada perawat C, bapak Z yang akan di Chest X Ray yang mana ya ? Perawat C menjawab itu bapak di bed 3 yang botak dan cerewet itu. Saat pulang Perawat D menceritakan pasien di depan lift bahwa pasien yang dirawatnya cerewet, punya istri lebih dari satu dstnya. Sehingga orang disekitarnyapun mendengar tentang pasien tersebut.

Tn B, 47 thn, dirawat di RS Sukasari dengan diagnosa Gagal Jantung Kongestif. Sudah beberapa hari pasien tidak mau makan dan minum . Pasien menolak semua makanan dan minuman dan intervensi yang diberikan. Dan Dokter menganjurkan untuk memasang Naso Gastik Tube (NGT). Perawat tersebut akhirnya memaksa pasien untuk dipasang NGT

Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan Gedung Depkes RI Jl. HR Rasuna Said Blok X5 Kav. 4-9 Jakarta Telp/fax. (021) 5279516 E-mail: ditwat_depkes@yahoo.com

You might also like