You are on page 1of 3

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sebagai salah satu jenis tanaman hortikultura, cabai merupakan salah satu komoditi tanaman sayuran semusim yang berbentuk perdu. Cabai sebagai komoditi sayuran mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi dibanding jenis sayuran lainnya. Cabai juga banyak digunakan sebagai bahan baku industri makanan jadi, sebagai penghasil minyak atsiri dan bahan ramuan obat tradisional. Di Indonesia, pengembangan budidaya tanaman cabai mendapat prioritas perhatian sejak tahun 1961. Dewasa ini tanaman cabai menempati urutan atas dalam skala prioritas penelitian pengembangan garapan Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura komersial di Indonesia bersama 17 jenis sayuran

lainnya (Tim Bina Karya Tani, 2008). Cabai dapat ditanam dengan

mudah di mana saja, mulai dataran tinggi sampai dataran rendah. Inceptisol adalah tanah muda dan mulai berkembang. Inseptisol tersebar secara luas di seluruh Kepulauan Indonesia. Inceptisol memiliki kesuburan tanah yang rendah. Selain itu, Inceptisol mempunyai karakteristik satu atau lebih horizon pedogenik dengan sedikit akumulasi bahan selain karbonat atau silika amorf, tekstur lebih halus dari pasir berlempung dengan beberapa mineral lapuk dan kemampuan menahan kation fraksi lempung yang sedang sampai tinggi (Munir, 1995). Dilakukan penambahan abu masak garam dan kascing untuk meningkatkan kadar bahan organik dan menambah unsur hara yang dibutuhkan

Universitas Sumatera Utara

tanaman. Diharapkan abu masak garam dan kascing dapat memperbaiki sifat fisika, kimia dan biologi tanah. Pemberian kascing pada tanah dapat memperbaiki sifat fisik tanah, memperbaiki struktur tanah, porositas, permiabilitas, meningkatkan kemampuan untuk menahan air. Disamping itu kascing dapat memperbaiki kimia tanah seperti meningkatkan kemampuan untuk menyerap kation sebagai sumber hara makro dan mikro, meningkatkan pH pada tanah masam dan sebagainya ( Nick, 2008). Pemberian kascing pada tanah diharapkan mampu mengurangi penggunaan pupuk kimia dan meningkatkan penggunaan pupuk organik sehingga mengurangi pencemaran lingkungan. Dari analisis awal di laboratorium menunjukkan bahwa abu masak garam memiliki kandungan hara fosfor yang agak tinggi dan kandungan hara kalium yang tinggi. Hal ini memungkinkan untuk pemberian abu masak garam ke dalam tanah untuk meningkatkan ketersedian hara bagi tanaman. Abu masak garam ini biasanya di pergunakan oleh para petani di sepanjang pesisir daerah Kecamatan Sama Dua, Kabupaten Aceh Selatan. Abu masak garam yang awalnya dari sisa hasil pembakaran pada saat pembuatan garam dapur secara tradisional yang tercampur dengan sisa-sisa garam yang terendapkan bersama dengan pasir yang kita anggap sebagai bahan yang tidak bernilai ini ternyata memiliki manfaat dibidang pertanian, sehingga para petani dapat menekan biaya produksi. Berdasarkan uraian di atas, penulis mempunyai ide untuk melakukan penelitian ini dan diharapkan hasil dari penelitian ini dapat bermanfaat dibidang pertanian sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan bagi para petani.

Universitas Sumatera Utara

Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji efektivitas pemberian abu masak garam dan kascing terhadap karakteristik Inceptisol asal Kecamatan Sama Dua Kabupaten Aceh Selatan pada pertanaman cabai (Capsicum annuum L.).

Hipotesa Penelitian 1. Pemberian abu masak garam dapat memperbaiki sifat kimia tanah Inceptisol asal Kec. Sama Dua Kab. Aceh Selatan. 2. Pemberian kascing dapat meningkatkan bahan organik dan menurunkan daya hantar listrik tanah Inceptisol asal Kec. Sama Dua Kab. Aceh Selatan. 3. Interaksi pemberian kascing dan abu masak garam meningkatkan produksi cabai keriting pada tanah Inceptisol asal Kec. Sama Dua Kab. Aceh Selatan.

Kegunaan Penelitian Sebagai bahan informasi bagi kepentingan ilmu pengetahuan dan dapat di manfaatkan oleh petani untuk menerapkan pertanian organik dan berkelanjutan. Sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Universitas Sumatera Utara

You might also like