You are on page 1of 14

Abstrak Latar Belakang : Diabetes Melitus merupakan penyakit gangguan metabolisme yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah

sebagai akibat dari gangguan produksi insulin atau gangguan kinerja insulin atau karena kedua-duanya. Latihan jasmani merupakan salah satu pilar penatalaksanaan DM disamping edukasi, terapi gizi medis dan intervensi farmakologis. Pada DM tipe 2, latihan fisik berperan sebagai glycemic control yaitu mengatur dan mengendalikan kadar gula darah. Latihan fisik yang dianjurkan salah satunya adalah senam aerobik, yang bertujuan meningkatkan dan mempertahankan kesegaran tubuh dan dilaksanakan sesuai prinsip F.I.T.T (Frekuensi, Intensitas, Time dan Tipe). Tujuan : Untuk mengetahui pengaruh senam terhadap kadar gula darah penderita DM tipe 2. Metode : Studi ini adalah deskriptif analisis. Data primer diperoleh melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, penempakan rumah,rumha tangga, keluarga dan psikososial serta lingkungan.Data sekunder diperoleh dari rekam medic pasien.Penilaian awal berdasarkan diagnosis holistic dari awal, proses dan akhir studi secara kuantitatif dan kualitatif. Hasil : Berdasarkan beberapa penelitian yang dijadikan bahan acuan, hasil yang didapatkan adalah dengan adanya latihan jasmani, kadar glukosa darah pada penderita DM tipe-2 dapat menurun. Simpulan :. Latihan jasmani merupakan salah satu pilar penatalaksanaan DM disamping edukasi,

terapi gizi medis dan intervensi farmakologis dan dari beberapa penelitian didapatkan cukup bukti
bahwa senam atau latihan jasmani dapt menurunkan kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus tipe 2

Abstract
Background : Diabetes Mellitus is a kind of disease caused by metabolic disorder which marked by improvement of blood glucose as an effect of insulin production disorder or insulin performance disorder or both. Physical exercise is one of the management pillar of DM beside education, therapy of gizi medical and intervention of pharmacology. Diabetes Mellitus type 2 physical practice of role sport as control glycemic that is arranging and controlling blood sugar rate. Physical practice the suggested is gymnastic of aerobic with aim to improve and maintain freshness of body and executed according to principle of F.I.T.T ( Frequency, Intensity, Time and Type). Aim : To know influence of physical practice to degradation of blood sugar rate at patient of Diabetes Mellitus type 2.
Metode : The data achieved by history taking and physical examination by doing home visits and family

education so that the diagnosis can be holistic and the treatment involved family health principles. Also, structured search was conducted to get the evidence-based. After screening some articles on titles and abstract by applying exclusion and inclusion criteria, 3 article was considered useful by the author and was appraised concerning validity, importance and applicability.

Result : Based on some research, Result of research indicate that there is influence of physical practice to degradation of blood sugar rate at patient of Diabetes Mellitus type 2.

Pendahuluan Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu penyakit kronik yang memerlukan waktu perawatan lama dan memerlukan pembeayaan perawatan yang sangat mahal, selain itu prevalensi DM juga terus meningkat sehingga mencapai tingkat epidemi baik di negara yang telah maju maupun di Negara yang sedang berkembang (King et al., 1998). Diabetes Mellitus telah menjadi penyebab kematian terbesar keempat di dunia. Setiap tahun ada 3,2 juta kematian yang disebabkan langsung oleh diabetes. Berarti ada 1 orang per 10 detik atau 6 orang per menit yang meninggal akibat penyakit yang berkaitan dengan diabetes. Penderita DM di Indonesia sebanyak 4,5 juta pada tahun 1995, terbanyak ketujuh di dunia. Sekarang angka ini meningkat menjadi 8,4 juta dan diperkirakan akan menjadi 12,4 juta pada tahun 2025 atau urutan kelima di dunia (Hans Tandra, 2008). Data dari Dinkes Jateng menunjukkan bahwa dari tahun 2007-2009, DM tipe II menempati urutan kedua dari lima belas besar Penyakit Tidak Menular di Jawa Tengah. Pada tahun 2007 jumlah penderita sebanyak 249.181, pada tahun 2008 sebanyak 200.295 penderita, dan pada tahun 2009 sebanyak 245.907 penderita. Diabetes merupakan penyakit yang memiliki komplikasi (menyebabkan terjadinya penyakit lain) yang paling banyak. Hal ini berkaitan dengan kadar gula darah yang tinggi terus menerus sehingga berakibat rusaknya pembuluh darah, saraf dan struktur internal lainnya. Penderita diabetes bisa mengalami berbagai komplikasi jangka panjang jika diabetesnya tidak dikelola dengan baik (Misnadiarly, 2006). Komplikasi DM secara bermakna mengakibatkan peningkatan morbiditas dan mortalitas, demikian juga dihubungkan dengan kerusakan ataupun kegagalan fungsi beberapa organ vital tubuh seperti pada mata maupun ginjal serta sistem syaraf. Penderita DM juga berisiko tinggi mengalami percepatan timbulnya aterosklerosis (Hayden & Tyagi, 2002), yang selanjutnya akan menderita penuakit jantung koroner (PJK), penyakit vaskuler perifer (PVP) dan stroke, serta kemungkinan besar menderita hipertensi ataupun dislipidemia maupun obesitas (Turner et al., 1998).

Latihan jasmani merupakan salah satu pilar penatalaksanaan DM disamping edukasi, terapi gizi medis dan intervensi farmakologis. Manfaat latihan jasmani bagi penderita diabetes antara lain meningkatkan penurunan kadar glukosa darah, mencegah kegemukan, ikut berperan dalam mengatasi kemungkinan terjadinya komplikasi aterogenik, gangguan lemak darah, menormalkan tekanan darah, serta meningkatkan kemampuan kerja. Pada saat seseorang melakukan olah raga terjadi peningkatan kebutuhan bahan bakar tubuh oleh otot yang aktif. Disamping itu terjadi pula reaksi tubuh yang kompleks meliputi fungsi sirkulasi, metabolisme, dan susunan saraf otonom. Pada saat olah raga, sumber energi utama adalah glukosa dan lemak. Setelah olah raga 10 menit, peningkatan kebutuhan glukosa mencapai 15 kali dari kebutuhan biasa, setelah 60 menit, akan meningkat sampai 35 kali (Suhartono, 2004).

Tujuan Penulisan Penerapan pelayanan pendekatan keluarga pada pasien diabetes mellitus dengan neuropati perifer dan obesitas grade I dengan masalah klinis dan psikososial.

Ilustrasi Kasus

Ny. S, 52 tahun datang dengan keluhan kedua kaki kesemutan sejak kurang lebih 1tahun yang lalu. Rasa kesemutan pada kedua kaki dan terkadang sering terasa kebas . Rasa kesemutan dirasakan pasien hilang timbul dan tidak sepanjang hari. Keluhan lainnya yaitu adanya penurunan berat badan, rasa gatal terutama pada seluruh tubuh khususnya kaki dan tangan serta adanya rasa gatal pada daerah kemaluan. Penurunan berat badan samapai 10 kg mulai dirasakan pasien dalam 1 bulan terakhir, pasien mengaku berat badan sebelumnya sekitar 76 kg yang kemudian turun drastis menjai 66 kg. Keluhan gatal gatal pada seluruh tubuh terutama pada bagian kaki dan tangan sudah dirasakan sejak 1 tahun yang lalu,keluhan gatal biasanya mulai dirasakan pasien saat berkeringat dan saat udara lembab. Akibat garukan tersebut terdapat banyak bekas luka garukan pada tubuh pasien, pasien mengaku gatal dirasakan semakin menjadi jika dilakukan garukan pada kulit yang gatal hingga terkadang pasien menggunakan alat bantu untuk menggaruk kulit nya. Sedangkan keluhan gatal pada daerah sekitar kemaluan dirasakan dalam 2 bulan terakhir, awalnya pasien mengira terkena infeksi pada daerah kemaluannya karena rasa gatal disertai keluar keputihan tetapi setelah keputihan tidak keluar lagi rasa gatal itu tetap

ada. Untuk mengatasi rasa gatalnya pasien menggunakan betadin ataupun air rebusan daun sirih untuk mengurangi rasa gatal pada daerah kemaluan, sekitar 3 kali dalam seminggu pasien membersihkan dengan betadin dan air daun sirih. Sebelumnya pasien belum pernah berobat ke KDK Kayu Putih, ini merupakan kunjungan pertama pasien karena selama ini pasien hanya mengganggap sebagai keluhan biasa dan tidak serius sehingga pasien belum merasa perlu untuk mendapatkan pengobatan. Atas saran saudara nya pasien akhirnya datang ke klinik KDK Kayu Putih.Setelah dilakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil pemeriksaan gula darah puasa sewaktu 283dan gula darah puasa 232.Sehingga kemudian pasien diberikan obat diabetes oral. Pasien sehari hari sebagai ibu rumah tangga dan sejak awal menikah tidak bekerja sehingga sehari hari hanya melakukan perkerjaan rumah tangga seperti membersihkan rumah, mencuci pakaian, menyapu, mengepel dan memasak. Pasien tinggal bersama suami, kedua anaknya, dan ketiga cucunya. Pasien tidak bekerja dan hanya mengharapkan uang yang diberikan oleh nak pertama nya untuk memenuhi kebutahannya dan kebutuhan rumah tangganya. Sedangkan suami pasien sudah sekitar 9 tahun pensiun sebagai PNS tetapi suami pasien tidak pernah memberikan uang tunjangan pensiun kepada istrinya sedangkan anak kedua pasien telah menikah tetapi masih meminta uang setiap bulan kepada pasien. Hal ini merupakan penyebab pasien sering stres saat di rumah. Walaupun tidak bekerja pasien lebih banyak menghasbiskan waktunya di rumah saja, pasien jarang melakukan olahraga dalam 1 minggu hanya 1 kali dan itu saja tidak rutin dilakukan. Pasien lebih banyak menghabiskan waktu nya di rumah bahkan terkadang sehabis makan ataupun mengerjakan pekerjaan rumah tangga dipakai untuk tidur. Berdasarkan riwayat penyakit keluarga didapatkan Ayah pasien memiliki riwayat Diabetes Mellitus dan hipertensi. Ibu pasien memiliki riwayat Gagal jantung. Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik Keadaaan umum : Tampak sakit ringan Suhu : 37 oC

Tekanan Darah Berat Badan Frek. Nadi Tinggi Badan Frek. Nafas Status Gizi IMT

: 120/ 70 mmHg : 66 kg : 102 x/menit : 162 cm : 22 x/menit : Obesitas grade I

: 25,14 kg/m2 : Dalam batas Normal

Status Generalis
Metode

Studi ini adalah deskriptif analisis. Data primer diperoleh melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, penempakan rumah,rumha tangga, keluarga dan psikososial serta lingkungan.Data sekunder diperoleh dari rekam medic pasien.Penilaian awal berdasarkan diagnosis holistic dari awal, proses dan akhir studi secara kuantitatif dan kualitatif. Data Lingkungan Rumah Pasien tinggal di rumah dengan suami, anak, menantu dan cucu-cucunya, tinggal di daerah perumahan padat dan cukup bersih dengan luas rumah yang memadai untuk ditempati delapan orang. Penerangan dalam rumah dengan listrik, ventilasi cukup, terdapat 2 kipas angin dalam rumah. Kebersihan rumah dan tata letak barang dalam rumah kurang baik, keadaan rumah lembab dan berantakan. Sumber air minum dari sumur dan PAM, limbah dialirkan ke got, memiliki 1 kamar mandi sekaligus jamban. Kondisi rumah secara keseluruhan cukup baik.

Tabel 1. Daftar anggota keluarga


No Nama Kedudukan dalam keluarga 1 2 Bp. Suyitno Ny. Sumarni 3 Ny. rahmawati 4 5 Riki Heru Menantu Anak L L 34 th 28 th S2 D3 PNS Karyawan Swasta 6 7 8 Calisa Alfat Rafa Cucu Cucu Cucu P L P 6 th 5 th 4 th SD Sehat Sehat Sehat Tidak Ya Sehat Sehat Sri Anak P 32 th S1 IRT Ya Sehat KK Sri Istri L P 64 th 52 th S1 SMP PNS IRT Gender Umur Pendidikan Pekerjaan Berpartisipasi dalam pembinaan Ya Ya Sehat Pasien Ket tambahan

Diagram 1. Genogram Dibuat oleh Haryani Dwita pada 4 Oktober 2013

Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik ditegakkan diagnosis holistik pada pasien : 1. Aspek personal :

Alasan kedatangan : Kesemutan pada kedua kaki Kekhawatiran : Kekhawatiran tentang penyakit yang dideritanya dan sakit bertambah parah. Harapan : Mengetahui penyakit apa yang diderita dan keluhan sembuh dari sakit. Persepsi : perlu waktu lama untuk sembuh dan merupakan penyakit yang dapat menyebabkan banyak komplikasi 2. Aspek klinik Diagnosis kerja : : berkurang atau

Diabetes Mellitus tipe II dengan neuropati perifer Obesitas grade I

3. Aspek risiko internal : Usia 52 tahun Gender wanita Faktor resiko adanya riwayat diabetes mellitus dalam keuarga (ayah pasien) Pola berobat kuratif Pengetahuan pasien mengenai diabetes mellitus kurang Perilaku olahraga jarang dilakukan. Sering megkonsumsi makanan manis.

4. Aspek psikososial keluarga : Dukungan lingkungan kurang Faktor stres karena anak kedua pasien belum bisa mandiri. Faktor stres karena hubungan dengan suami kurang harmonis Faktor stres karena tidak bekerja dan bergantung pada anak pertamanya Tidak ada alokasi dana khusus untuk kesehatan

Derajat fungsional : 1 , 2 , 3, 4, 5

Pengobatan - Nonfarmakologi :

Konseling dan motivasi pasien untuk tetap melakukan intervensi Motivasi untuk berobat jika dirasakan ada keluhan sebelum penyakit bertambah parah.

Motivasi pasien untuk rutin kontrol guladarah dan rutin minum obat diabetes mellitus sesuai anjuran.

Motivasi pasien untuk pengaturan pola makan dan olahraga teratur minimal 1 kali/minggu.

Edukasi dan konseling mengenai perlunya pemeriksaan penunjang untuk deteksi dini faktor risiko dan skrining komplikasi (urinalisa, ureum, dan creatinin) serta pemantauan berkala kadar gula darah (GDS atau GD Puasa serta GD 2 jam sesudah makan dan HbA1c 3 bulan sekali.)

Edukasi dan konseling mengenai pentingnya deteksi dini pada anggota keluarga karena memiliki resiko DM.

- Farmakologi: Metformin 1x500mg (pagi sesudah makan), cebex 1 x 1 tab (setelah makan)

Pembahasan Laporan Kasus Berdasarkan Bukti Ny. S, 52 tahun datang dengan keluhan kedua Summary Box kaki kesemutan sejak kurang lebih 1tahun yang lalu. Rasa kesemutan pada kedua kaki dan Manfaat latihan jasmani bagi para penderita diabetes antara lain meningkatkan kebugaran tubuh, meningkatkan penurunan kadar glukosa darah, mencegah kegemukan, meningkatkan kadar kolesterol HDL, meningkatkan sensitivitas reseptor insulin, menormalkan tekanan darah, serta meningkatkan kemampuan kerja. Jenis latihan jasmani yang dianjurkan untuk para penderita diabetes adalah jalan, jogging, berenang dan bersepeda. Tahapan dalam latihan jasmani juga sangat terkadang sering terasa kebas . Rasa kesemutan dirasakan pasien hilang timbul dan tidak sepanjang hari. Keluhan lainnya yaitu adanya penurunan berat badan, rasa gatal terutama pada seluruh tubuh khususnya kaki dan tangan serta adanya rasa gatal pada daerah kemaluan.

Penurunan berat badan samapai 10 kg mulai dirasakan pasien dalam 1 bulan terakhir, pasien mengaku berat badan sebelumnya sekitar 76 kg yang kemudian turun drastis menjai 66 kg.
Keluhan gatal pada daerah sekitar kemaluan dirasakan dalam 2 bulan terakhir, Atas saran saudara

nya pasien akhirnya datang ke klinik KDK Kayu Putih.Setelah dilakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil pemeriksaan gula darah puasa sewaktu 283dan gula darah puasa 232.Sehingga kemudian pasien diberikan obat diabetes oral. Pasien tinggal bersama suami, kedua anaknya, dan ketiga cucunya. Pasien tidak bekerja dan hanya mengharapkan uang yang diberikan oleh nak pertama nya untuk memenuhi kebutahannya dan kebutuhan rumah tangganya. Sedangkan suami pasien sudah sekitar 9 tahun pensiun sebagai PNS tetapi suami pasien tidak pernah memberikan uang tunjangan pensiun kepada istrinya sedangkan anak kedua pasien telah menikah tetapi masih meminta uang setiap bulan kepada pasien. Hal ini merupakan penyebab pasien sering stres saat di rumah. Walaupun tidak bekerja pasien lebih banyak menghasbiskan waktunya di rumah saja, pasien jarang melakukan olahraga dalam 1 minggu hanya 1 kali dan itu saja tidak rutin dilakukan. Dari pemeriksaan fisik didapatkan berat Badan 66 kg, tinggi Badan 162 cm, status Gizi obesitas grade I, IMT 25,14 kg/m2. Status generalis dalam batas normal. Pertanyaan Klinis Pada pasien dengan diabetes mellitus tipe 2, apakah latihan jasmani dapat menurunkan kadar gula darah ? P (Patient or Problem ) I (Intervention ) C (Comparison) : Pasien dengan diabetes mellitus tipe 2 : Latihan jasmani (senam diabetes) : pasien diabetes mellitus tipe 2 tanpa latihan jasmanai ( senam diabetes) O (Outcome ) Diskusi Diabetes Melitus merupakan penyakit gangguan metabolisme yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari gangguan produksi insulin atau gangguan : Penurunan kadar gula darah

kinerja insulin atau karena kedua-duanya. Penyakit ini bersifat kronik bahkan seumur hidup. Sampai sekarang, belum ada obat yang dapat mengobati penyakitnya, yang ada saat ini hanyalah usaha untuk mengendalikan glukosa darah seperti glukosa darah pada orang normal (Suhartono, 2004). Diabetes Melitus tipe-2 ini bervariasi, mulai dominan resistensi insulin disertai defisiensi insulin relatif sampai yang dominan defek sekresi insulin disertai resistensi insulin.

Diagnosa & Kriteria DM tipe-2

Pada penderita DM ditemukan adanya gejala-gejala khas antara lain : poliuria (banyak kencing), polidipsia (banyak minum karena haus terus), polifagia (makan karena lapar terus), lemas, dan berat badan turun tanpa sebab yang jelas. Gejala-gejala khas seperti diatas dengan satu kali pemeriksaan yang mana menghasilkan GDP (Gula Darah Puasa) 126 mg/dl atau GDS (Gula Darah Sewaktu) 200 mg/dl dinyatakan positif DM tipe-2.

Gejala lain yang meyertainya seperti : gringgingen (kesemutan), gatal-gatal, penglihatan kabur, disfungsi ereksi pada pria, pruritus vulvae (keputihan) pada wanita. Gejala-gejala yang tidak khas tersebut dengan 2 kali pemeriksaan yang menghasilkan GDP (Gula Darah Puasa) 126 mg/dl atau GDS (Gula Darah Sewaktu) 200 mg/dl dinyatakan positif DM tipe 2.

Penatalaksanaan DM a. Edukasi Untuk menuju adanya perubahan perilaku diperlukan partisipasi aktif pasien, keluarga, lingkungan. b. Terapi Gizi Medis c. Latihan Jasmani Manfaat latihan jasmani bagi para penderita diabetes antara lain meningkatkan kebugaran tubuh, meningkatkan penurunan kadar glukosa darah, mencegah kegemukan, ikut berperan dalam mengatasi kemungkinan terjadinya komplikasi aterogenik, gangguan lemak darah, meningkatkan kadar kolesterol HDL, meningkatkan sensitivitas reseptor insulin, menormalkan tekanan darah,

serta meningkatkan kemampuan kerja. Setelah melakukan latihan jasmani 10 menit, akan terjadi peningkatan glukosa 15 kali dari kebutuhan biasa, setelah 60 menit, akan meningkat sampai 35 kali (Suhartono, 2004). Dimana setelah beberapa menit berlangsung tubuh akan mengompensasi energi dari lemak. Latihan jasmani sebaiknya disesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani (Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan DM tipe-2 di Indonesia, 2006) Jenis latihan jasmani yang dianjurkan untuk para penderita diabetes adalah jalan, jogging, berenang dan bersepeda. Tahapan dalam latihan jasmani juga sangat diperlukan, tahapan dalam latihan jasmani perlu dilakukan agar otot tidak memperoleh beban secara mendadak. Tahapan latihan jasmani mulai dari pemanasan (warming up), latihan inti (conditioning), pendinginan (cooling down), serta peregangan (stretching). Pada saat melakukan latihan jasmani kerja insulin menjadi lebih baik dan yang kurang optimal menjadi lebih baik lagi. Akan tetapi efek yang dihasilkan dari latihan jasmani setelah 2 x 24 jam hilang, oleh karena itu untuk memperoleh efek tersebut latihan jasmani perlu dilakukan 2 hari sekali atau seminggu 3 kali. Penderita diabetes diperbolehkan melakukan latihan jasmani jika glukosa darah kurang dari 250 mg%.

Berdasarkan

hasil penelitian yang didapatkan mengenai pengaruh latihan jasmani ( senam

diabetes ) terhadap kadar glukosa darah pada pasien diabetes mellitus tipe 2, didapatkan hasil bahwa terdapat pengaruh latihan jasmani ( senam diabetes) terhadap pasien DM tipe 2. Sebagai sumber acuan dalam pembahasan ini didapatkan 3 hasil penelitian yang dapat dijadikan sebagai bahan acuan. Penelitian dari Unnes Journal of Public Health oleh Ocbrivianita Mulyaningtyas Utomo, dkk, dengan judul PENGARUH SENAM TERHADAP KADAR GULA DARAH PENDERITA
DIABETES. Jenis penelitian ini adalah kohor. Populasi terpapar dalam penelitian ini adalah

pasien diabetes mellitus tipe II di RS.Panti Wilasa Dr.Cipto Semarang yang mengikuti klub senam diabetes, dan populasi tidak terpapar adalah yang tidak mengikuti klub senam diabetes. Sampel terpapar dan tidak terpapar masing-masing berjumlah 42 orang. Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat (menggunakan uji wilcoxon dengan p = 0,05). Hasil dari penelitian ini terdapat perbedaan kadar gula darah sewaktu sebelum dan sesudah intervensi pada kelompok terpapar (nilai p = 0,0001), pada kelompok tidak terpapar (nilai p = 0,0001), pada kelompok terpapar dan tidak terpapar (nilai p = 0,0001) dengan penurunan rata-rata gula darah pada kelompok terpapar 2,3 kali lebih besar daripada kelompok tidak

terpapar (31,5 mg/dl berbanding 13,5 mg/dl). Kesimpulan yang dapat diambil adalah senam efektif dalam menurunkan kadar gula darah. Acuan kedua berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ova Rachmawati dengan judul HUBUNGAN LATIHAN JASMANI TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE-2. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional . Penelitian ini dilakukan pada tanggal 15 November 2009 di halaman RSUD. Dr. Moewardi Surakarta. Sebelum dan sesudah latihan jasmani kadar glukosa darah penderita DM tipe-2 diukur dengan menggunakan glucometer. Didapatkan sampel 42 orang, diambil secara acak.. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 40 subyek dari 42 subyek penelitian terjadi penurunan kadar glukosa darah sewaktu secara signifikan (p < 0,000) pasca latihan jasmani 30 menit (post-test) dibanding kadar glukosa darah sewaktu sebelum latihan (pre-test), dengan rerata kadar glukosa sewaktu pasca latihan jasmani sebesar 127,81 47,93 mg/dl dibanding rerata kadar glukosa darah sewaktu sebelum latihan jasmani sebesar 141,02 46,68 mg/dl. Dari temuan penelitian ini menunjukkan adanya perbaikan kontrol glukosa darah, dan secara teori juga menunjukkan terjadinya perbaikan kepekaan reseptor insulin di tubuh subyek penelitian.. Dengan adanya latihan jasmani, kadar glukosa darah pada penderita DM tipe-2 dapat menurun. Dari penelitian yang didapatkan latihan jasmani dapat menurunkan kadar glukosa darah. Acuan ketiga berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Puji Indriyani, dkk dengan judul : PENGARUH LATIHAN FISIK; SENAM AEROBIK TERHADAP PENURUNAN KADAR GULA DARAH PADA PENDERITA DM TIPE 2 DI WILAYAH PUSKESMAS BUKATEJA PURBALINGGA. Penelitian yang dilakukan di wilayah Puskesmas Bukateja Purbalingga pada bulan September Oktober 2004 ini, bertujuan untuk mengetahui pengaruh latihan fisik: senam aerobik terhadap penurunan kadar gula darah pada penderita DM tipe 2. Jenis penelitian ini merupakan penelitian pra eksperimen tanpa kelompok kontrol. Responden yang menjadi subyek penelitian adalah 22 orang yang menderita DM tipe 2. Alat pengumpulan data berupa kuesioner tentang karakteristik responden dan observasi untuk mengetahui kadar gula darah sebelum dan sesudah latihan. Selama melakukan latihan fisik: senam aerobik yang sesuai prinsip F.I.T.T. rata rata terjadi penurunan kadar gula darah pada penderita DM tipe 2 sebesar 30,14 mg%, dimana pada

responden yang menggunakan OHO terjadi penurunan sebesar 38,67 mg% dan pada responden yang tidak menggunakan OHO penurunannnya sebesar 11,86% karena meningkatnya sensitivitas reseptor insulin di otot dan bertambahnya jumlah reseptor yang aktif akibat pembuluh kapiler yang terbuka saat latihan. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa setelah melakukan senam aerobik ratarata kadar gula darahnya menjadi 210,14 mg% dengan standar deviasi 15,93 mg% dan setelah dilakukan perlakuan terjadi penurunan kadar gula darah sebesar 30,14 mg%. Berdasarkan uji t, penelitian ini menunjukkan ada pengaruh latihan fisik: senam aerobik terhadap penurunan kadar gula darah pada penderita DM tipe 2 (p=0,0001).

Simpulan Berdasarkan dari hasil di atas telah didapatkan cukup bukti bahwa dengan melakukan latihan jasmani ( senam diabetes ) secara rutin efektif untuk menurunkan kadar gula darah pasien diabetes mellitus tipe 2. Peran keluarga amat penting dalam perawatan dan pengobatan anggota keluarga yang sakit Dalam melakukan intervensi terhadap pasien tidak hanya memandang dalam hal klinis saja tetapi juga terhadap psikososialnya oleh karena itu diperlukan pemeriksaan dan penanganan yang holistik, komprehensif dan berkesinambungan. Saran Untuk Pasien Untuk dapat mengontrol gula darah pada pasien diabetes mellitus sebaiknya pasien tidak hanya melakukan edukasi tentang diabetes mellitus, terapi gizi medis dan intervensi farmakologis tetapi juga dengan melakukan latihan jasmani sebagai salah satu pilar penatalaksanaan diabetes mellitus.Pasien dianjurkan untuk melakukan latihan jasmani 3-4 kali perminggu selama 30 menit secara teratur berkesinambungan.

Untuk Keluarga

Keluarga dimotivasi untuk ikut berperan serta dalam menangani penyakit pasien. Motivasi pasien untuk menurunkan berat badan, dapat melakukan aktivitas fisik bersama. Mengkonsumsi makanan yang dianjurkan dokter dibarengi dengan aktifitas fisik dan mengonsumsi obat-obatan yang telah diberikan. Untuk Petugas Kesehatan Petugas kesehatan melakukan konseling kepada pasien dan keluarga mengenai penyakit, faktor risiko, pengobatan, dan komplikasinya. Selain itu juga mengingatkan pasien untuk kontrol, teratur minum obat, mengurangi berat badan, melakukan aktivitas fisik teratur, serta motivasi keluarga untuk ikut berperan dalam tata laksana pasien. Untuk Praktik Klinis Latihan jasmani dapat direkomendasikan untuk menurunkan kadar gula darah dan mengurangi berat badan.

You might also like