You are on page 1of 2

Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia yang berkelanjutan.

Visi pembangunan kesehatan di Indonesia adalah mewujudkan Indonesia Sehat 2010. Salah satu faktor utama yang berperan penting dalam mewujudkan Indonesia Sehat 2010, dan sesuai dengan target MDGS 2015 (Millennium Development Goals) adalah menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Balita (AKABA) dan Angka Kematian Anak (AKA). Angka kematian bayi, balita dan anak merupakan salah satu indikator kesehatan yang sangat mendasar. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), tahun 1995, menunjukkan bahwa proporsi kematian bayi akibat ISPA adalah sebesar 30,8%, artinya dari 100 bayi meninggal, 30 diantaranya meninggal karena ISPA. Selain itu menurut survey PUSKERNAS tahun 2001, didapatkan data bahwa ISPA dalam hal ini pneumonia, masih merupakan penyebab kematian terbanyak pada balita, yakni sebesar 22,8 % atau sebesar 4,6 kamatian per 1000 balita (1). Menurut laporan Ditjen Pelayanan Medik, Departemen Kesehatan pada tahun 2005, penyakit Sistem Napas menempati peringkat pertama 10 penyakit utama pada pasien rawat jalan di Rumah Sakit di Indonesia, yaitu dengan persentase 15,1%. Sedangkan untuk persentase 10 penyakit utama pada pasien rawat inap di Rumah Sakit pada tahun yang sama, penyakit sistem napas menempati urutan ke-4 dengan persentase 7,38%. Di provinsi Sulawesi Selatan, dari hasil Riskesda tahun 2007 prevalensi ISPA tahun 2007 yaitu 22,9% dengan tertinggi di Kab.Tana Toraja (45,8%) dan terendah di Kab. Maros (9,6%), Sedangkan menurut data yang dikumpulkan melalui Profil Kesehatan Kab./Kota Tahun 2008, tercatat bahwa jumlah kasus pneumonia di Sulawesi Selatan sebanyak 4.000 penderita, dengan jumlah balita pneumonia sebanyak 7.181 balita. Selain dari itu, keadaan perekonomian suatu wilayah dapat diukur dari banyaknya penduduk miskin. Kemiskinan menjadi isu yang cukup menjadi perhatian berbagai kalangan termasuk kesehatan. Keterjangkauan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan terkait dengan daya beli ekonomi. Data Profil Kesehatan Kab./ Kota di Sulsel pada tahun 2008 mencatat sebanyak 1.532.074 penduduk miskin, mengalami peningkatan pada tahun penduduk miskin. Dari jumlah penduduk miskin tahun 2009

sebanyak 2.538.212, yang mendapat pelayanan kesehatan pada sarana kesehatan mencapai 65,66 % (2). Maka jelaslah, pencegahan dan penanggulangan penyakit gangguan saluran pernafasan baik berupa TB, ISPA terutama penuemonia merupakan prioritas utama pembangunan kesehatan di wilayah Sulawesi Selatan. Pemerintah dalam hal ini Kementerian Kesehatan juga mendukung pengobatan tradisional yang berkembang di Indonesia, terutama untuk mengantisipasi harga obat yang mahal. Berbeda dengan obat kimiawi yang hasil pengobatannya terlihat cepat namun destruktif, tumbuhan obat yang masih berupa simplisia, hasil pengobatannya tampak lambat namun sifatnya membangun. Oleh karena itu, obat yang berasal dari tumbuhan tidak dianjurkan penggunaannya untuk penyakit infeksi akut. Tumbuhan obat lebih diutamakan untuk memelihara kesehatan dan pengobatan penyakit kronis yang tidak dapat disembuhkan dengan obat kimiawi, atau memerlukan kombinasi pengobatan antara obat kimiawi dengan obat dari tumbuhan berkhasiat (3) . 1. Nurhidayah Ikeu, Fatimah Sari, Rakhmawati Windy. 2008. Upaya Keluarga

dalam Pencegahan dan Perawatan ISPA (Infeksi aluran Pernafasan Akut) di Rumah pada Balita di Kecamatan Ciawi Kabupaten Tasikmalaya . Lembaga Penelitian Universitas Padjajaran. 2. Sudarianto et al. 2010. Profil Kesehatan Sulawesi Selatan 2009. Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan. 3. Dalimartha, Setiawan. 2004. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 1. Trubus Agriwidya. jakarta

You might also like