You are on page 1of 12

BAB I PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang Sementara tidak penyebab atopik, alergi makanan sering hadir dalam atopik anakanak, dan anak-anak dengan makanan alergi sering hadir dengan kulit dermatitis tidak bisa dibedakan dari atopik. Onset baru atopik pasien di usia atau parah atopik sering menjamin arahan ke allergist untuk pengujian alergi makanan. Banyak dermatologists dan dokter tes untuk alergi makanan di kantor mereka. Tes sering dilakukan sebagai "pin tusukan" atau "tusukan jarum." Drop makanan ekstrak ditempatkan pada kulit, dan tusukan kecil di epidermis dilakukan. "wheal" diproduksi dengan tes positif. Common Makanan Alergi menyebabkan eczematous dermatitis termasuk kacang, kacang-kacangan pohon, kerang, ikan, susu dan telur. Sementara makanan alergi yang disebabkan eczematous dermatitis mungkin hadir independen dari atopik, beberapa anak dengan atopik juga memiliki alergi makanan bersamaan. Meskipun penyakit umum tersebut, relatif sedikit dipahami tentang penyebab eksim atopik. Sementara AE ini berhubungan dengan Alergi asma dan alergi rhinitis, hubungan antara penyakit belum ditetapkan. Genom penelitian penyebab penyakit multigenic adalah masih dalam masa kanakkanak: beberapa gen pernah telah diidentifikasi yang berkontribusi terhadap gangguan manusia multigenic. tetapi sebagian besar belum. Asosiasi dengan ATOD1, ATOD2, ATOD3, ATOD4, ATOD5 dan ATOD6 telah diidentifikasi.
1

Dalam publikasi dalam alam genetika dari April 6, 2009, Lee Young-Ae Max Ludwig Henning Delbrck Center for Molecular Medicine di Berlin dan rekan-rekannya melaporkan hubungan yang kuat antara atopik dan varian genetik yang umum, lokus baru pada kromosom 11, berpotensi terkait dengan gen C11orf30. 1.2. Tujuan 1. Agar mengetahui tentang dermatitis 2. Agar tahu bagaimana cara mencegah penyakit dermatitis

BAB II PEMBAHASAN

2.1.

Konsep dasar medic

A. DEFINISI Eritroderma ( dermatitis eksfoliativa ) adalah kelainan kulit yang ditandai dengan adanya eritema seluruh / hampir seluruh tubuh , biasanya disertai skuama ( Arief Mansjoer , 2000 : 121 ). Eritroderma merupakan inflamasi kulit yang berupa eritema yang terdapat hampir atau di seluruh tubuh ( www. medicastore . com ). Dermatitis eksfoliata generalisata adalah suatu kelainan peradangan yang ditandai dengan eritema dan skuam yang hampir mengenai seluruh tubuh ( Marwali Harahap , 2000 : 28 ) Dermatitis eksfoliata merupakan keadaan serius yang ditandai oleh inflamasi yang progesif dimana eritema dan pembentukan skuam terjadi dengan distribusi yang kurang lebih menyeluruh ( Brunner & Suddarth vol 3 , 2002 : 1878 ). B. ANATOMI Kulit merupakan lapisan jaringan yang terdapat pada bagian luar menutupi dan melindungi bagian tubuh,berhubungan dengan selaput lendir yang melapisi rongga rongga,lubang lubang masuk.Pada kulit bermuara kelenjar keringat dan kelenjar mukosa.masalah pada kulit salah satunya adalah adanya luka,dimana luka terjadi akibat kerusakan jaringan dan ketika terjadi luka tubuh akan mengeluarkan respon lokal yang disebut dengan inflamasi.Kulit mepunyai tiga lapisan utama : Epidermis , Dermis dan Jaringan sub kutis. Epidermis ( lapisan luar ) tersusun dari beberapa lapisan tipis yang mengalami tahap diferensiasi pematangan. Kulit ini melapisi dan melindungi organ di bawahnya terhadap kehilangan air , cedera mekanik atau kimia dan mencegah masuknya mikroorganisme penyebab penyakit.
3

Lapisan paling dalam epidermis membentuk sel sel baru yang bermigrasi kearah permukaan luar kulit. Epidermis terdalam juga menutup luka dan mengembalikan integritas kulit sel sel khusus yang disebut melanosit dapat ditemukan dalam epidermis. Mereka memproduksi melanin , pigmen gelap kulit. Orang berkulit lebih gelap mempunyai lebih banyak melanosit aktif. Epidermis terdiri dari 5 lapisan yaitu : 1. Stratum Korneum Selnya sudah mati , tidak mempunyai intisel , intiselnya sudah mati dan mengandung zat keratin. 2. Stratum lusidum Selnya pipih , bedanya dengan stratum granulosum ialah sel sel sudah banyak yang kehilangan inti dan butir butir sel telah menjadi jernih sekali dan tembus sinar. Lapisan ini hanya terdapat pada telapak tangan dan telapak kaki. 3. Stratum Granulosum Stratum ini terdiri dari sel sel pipih. Dalam sitoplasma terdapat butirbutir yang disebut keratohialin yang merupakan fase dalam pembentukan keratin. 4. Stratum Spinosum / Stratum Akantosum Lapisan yang paling tebal. 5. Stratum Basal / Germinativum Stratum germinativum menggantikan sel sel yang diatasnya dan merupakan sel sel induk. Dermis terdiri dari 2 lapisan : 1. 2. Bagian atas , papilaris ( stratum papilaris ) Bagian bawah , retikularis ( stratum retikularis )

Kedua jaringan tersebut terdiri dari jaringan ikat lonngar yang tersusun dari serabut serabut kolagen , serabut elastis dan serabut retikulus Serabut kolagen untuk memberikan kekuatan pada kulit. Serabut elastis memberikan kelenturan pada kulit.Retikulus terdapat terutama di sekitar kelenjar dan folikel rambut dan memberikan kekuatan pada alat tersebut. Subkutis : Terdiri dari kumpulan kumpulan sel sel lemak dan diantara gerombolan ini berjalan serabut serabut jaringan ikat dermis. Lapisan Subkutis Merupakan lapisan dibawah dermis yang etrsusun dari sel koalgen dan lemak tebal untum menyekat panas sehingga kita dapat beradaptasi dengan perubahan temperatur luar tubuh kita karena perubahan cuaca, selain itu juga lapisan subcutis dapat menyimpan cadangan nutrisi bagi kulit. Fungsi kulit : Proteksi - Pengatur suhu Absorbsi - Pembentukan pigmen Eksresi Keratinisasi Sensasi - Pembentukan vit D

( Syaifuddin , 1997 : 141 142 )

C. ETIOLOGI Berdasarkan penyebabnya , penyakit ini dapat dibagikan dalam 2 kelompok : ( Arief Mansjoer , 2000 : 121 : Rusepno Hasan 2005 : 239 ) Eritrodarma eksfoliativa primer Penyebabnya tidak diketahui. Termasuk dalam golongan ini eritroderma iksioformis konginetalis dan eritroderma eksfoliativa neonatorum (510 % ). Eritroderma eksfoliativa sekunder

Akibat penggunaan obat secara sistemik yaitu penicillin dan derivatnya , sulfonamide , analgetik / antipiretik dan ttetrasiklin. Meluasnya dermatosis ke seluruh tubuh , dapat terjadi pada liken planus , psoriasis , pitiriasis rubra pilaris , pemflagus foliaseus , dermatitis seboroik dan dermatitis atopik. Penyakit sistemik seperti Limfoblastoma.

D. PATOFISIOLOGI Pada dermatitis eksfoliatif terjadi pelepasan stratum korneum ( lapisan kulit yang paling luar ) yang mencolok yang menyebabkan kebocoran kapiler , hipoproteinemia dan keseimbangan nitrogen yang negatif . Karena dilatasi pembuluh darah kulit yang luas , sejumlah besar panas akan hilang jadi dermatitis eksfoliatifa memberikan efek yang nyata pada keseluruh tubuh. Pada eritroderma terjadi eritema dan skuama ( pelepasan lapisan tanduk dari permukaan kult sel sel dalam lapisan basal kulit membagi diri terlalu cepat dan sel sel yang baru terbentuk bergerak lebih cepat ke permukaan kulit sehingga tampak sebagai sisik / plak jaringan epidermis yang profus. Mekanisme terjadinya alergi obat seperti terjadi secara non imunologik dan imunologik ( alergik ) , tetapi sebagian besar merupakan reaksi imunologik. Pada mekanismee imunologik, alergi obat terjadi pada pemberian obat kepada pasien yang sudah tersensitasi dengan obat tersebut. Obat dengan berat molekul yang rendah awalnya berperan sebagai antigen yang tidak lengkap ( hapten ). Obat / metaboliknya yang berupa hapten ini harus berkojugasi dahulu dengan protein misalnya jaringan , serum / protein dari membran sel untuk membentuk antigen obat dengan berat molekul yang tinggi dapat berfungsi langsung sebagai antigen lengkap. ( Brunner & Suddarth vol 3 , 2002 : 1878 )

E. MANIFESTASSI KLINIS Eritroderma akibat alergi obat , biasanya secara sistemik. Biasanya timbul secara akut dalam waktu 10 hari. Lesi awal berupa eritema menyeluruh , sedangkan skuama baru muncul saat penyembuhan. Eritroderma akibat perluasan penyakit kulit yang tersering addalah psoriasis dan dermatitis seboroik pada bayi ( Penyakit Leiner ). Eritroderma karena psoriasis Ditemukan eritema yang tidak merata. Pada tempat predileksi psoriasis dapat ditemukan kelainan yang lebih eritematosa dan agak meninngi daripada sekitarnya dengan skuama yang lebih kebal. Dapat ditemukan pitting nail. Penyakit leiner ( eritroderma deskuamativum ) Usia pasien antara 4 -20 minggu keadaan umum baik biasanya tanpa keluhan. Kelainan kulit berupa eritama seluruh tubuh disertai skuama kasar. Eritroderma akibat penyakit sistemik , termasuk keganasan. Dapat ditemukan adanya penyakit pada alat dalam , infeksi dalam dan infeksi fokal. ( Arif Masjoor , 2000 : 121 ) Menggigil,demam,dan kulit gatal bersisik. Warna kulit berubah dari merah muda menjadi merah gelap Kemungkinan terjadi kerontokan rambut Umumnya terjadi relaps (Brunner dan Suddarth,2002)

F. KOMPLIKASI Komplikasi eritroderma eksfoliativa sekunder : Abses Limfadenopati Furunkulosis Hepatomegali


7

Konjungtivitis Rinitis Stomatitis Kolitis Bronkitis

( Ruseppo Hasan , 2005 : 239 : Marwali Harhap , 2000 , 28 )

2.2.

KONSEP DASAR KEPERAWATAN A. PENGKAJIAN Pengkajian keperawatan yang berkelanjutan dilaksanakan untuk mendeteksi infeksi. Kulit yang mengalami disrupsi , eritamatosus serta basah amat rentan terhadap infeksi dan dapat menjadi tempat kolonisasi mikroorganisme pathogen yang akan memperberat inflamasi antibiotik , yang diresepkan dokter jika terdapat infeksi , dipilih berdasarkan hasil kultur dan sensitivitas. Biodata Jenis Kelamin Biasnya laki laki 2 -3 kali lebih banyak dari perempuan. Riwayat Kesehatan Riwayat penyakit dahulu ( RPM ) Meluasnya dermatosis keseluruh tubuh dapat terjadi pada klien planus , psoriasis , pitiasis rubra pilaris , pemfigus foliaseus , dermatitis. Seboroik dan dermatosiss atopik limfoblastoma. Riwayat Penyakit Sekarang Mengigil panas , lemah , toksisitas berat dan pembentukan skuama kulit. Pola Fungsi Gordon Pola Nutrisi dan metabolisme Terjadinya kebocoran kapiler ,hipoproteinemia dan keseimbangan nitrogen yang negative mempengaruhi keseimbangan cairan tubuh pasien(dehidrasi).
8

Pola persepsi dan konsep diri Konsep diri Adanya eritema ,pengelupasan kulit , sisik halus berupa kepingan / lembaran zat tanduk yang besr besar seperti keras selafon , pembentukan skuama sehingga mengganggu harga diri. Pemeriksaan fisik a. KU : lemah b. TTV : suhu naik atau turun. c. Kepala Bila kulit kepala sudah terkena dapat terjadi alopesia. d. Mulut Dapat juga mengenai membrane mukosa terutama yang disebabkan oleh obat. e. Abdomen Adanya limfadenopati dan hepatomegali. f. Ekstremitas Perubahan kuku dan kuku dapat lepas. g. Kulit Kulit periorbital mengalami inflamasi dan edema sehingga terjadi ekstropion pada keadaan kronis dapat terjadi gangguan pigmentasi. Adanya eritema , pengelupasan kulit , sisik halus dan skuama. ( Marwali Harahap , 2000 : 28 29 : Rusepno Hasan , 2005 : 239 , Brunner & Suddarth , 2002 : 1878 ).

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Gangguan integritas kulit b.d eksfoliasi dan respon peradangan. 2. Gangguan rasa nyaman: Gatal berhubungan dengan adanya lesi pada kulit 3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak bagus. 4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak bagus. C. INTERVENSI KEPERAWATAN DP. 1. Gangguan integritas kulit bd eksfoliasi dan respon peradangan. Kriteria hasil : - menunjukkan peningkatan integritas kulit

menghindari cidera kulit Kulit utuh, eritema dan skuama hilang :

Intervensi

1. Lakukan inspeksi lesi setiap hari dan Pantau adanya tanda-tanda infeksi R/ mengetahui dan mengidentifikasi kerusakan kulit untuk melakukan intervensi yang tepat 2. Ubah posisi pasien tiap 2-4 jam dan anjurkan klienmenggunakan pakaian tipis dan alat tenun yang lembut R/ tekanan dari baju, membiarkan luka terbuka terhadap udara meningkat proses penyembuhan dan menurunkan resiko infeksi 3. Jaga kebersihan alat tenun R/ untuk mencegah infeksi 4. Pergunakan sarung tangan jika merawat lesi R/ Untuk menghindari kontaminasi 5. Libatkan keluarga dalam memberikan bantuan pada pasien R/untuk

mempermudah intervensi dan membantu meningkatkan penerimaan diri dan sosialisasi. 6. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian obat R/: untuk mencegah infeksi lebih lanjut

10

BAB III PENUTUP 3.1. Kesimpulan Kulit merupakan lapisan jaringan yang terdapat pada bagian luar menutupi dan melindungi bagian tubuh,berhubungan dengan selaput lendir yang melapisi rongga rongga,lubang lubang masuk.Pada kulit bermuara kelenjar keringat dan kelenjar mukosa.masalah pada kulit salah satunya adalah adanya luka,dimana luka terjadi akibat kerusakan jaringan dan ketika terjadi luka tubuh akan mengeluarkan respon lokal yang disebut dengan inflamasi.Kulit mepunyai tiga lapisan utama : Epidermis , Dermis dan Jaringan sub kutis. Epidermis ( lapisan luar ) tersusun dari beberapa lapisan tipis yang mengalami tahap diferensiasi pematangan. Kulit ini melapisi dan melindungi organ di bawahnya terhadap kehilangan air , cedera mekanik atau kimia dan mencegah masuknya mikroorganisme penyebab penyakit. Lapisan paling dalam epidermis membentuk sel sel baru yang bermigrasi kearah permukaan luar kulit. Epidermis terdalam juga menutup luka dan mengembalikan integritas kulit sel sel khusus yang disebut melanosit dapat ditemukan dalam epidermis. Mereka memproduksi melanin , pigmen gelap kulit. Orang berkulit lebih gelap mempunyai lebih banyak melanosit aktif.

Pada dermatitis eksfoliatif terjadi pelepasan stratum korneum ( lapisan kulit yang paling luar ) yang mencolok yang menyebabkan kebocoran kapiler , hipoproteinemia dan keseimbangan nitrogen yang negatif . Karena dilatasi pembuluh darah kulit yang luas , sejumlah besar panas akan hilang jadi dermatitis eksfoliatifa memberikan efek yang nyata pada keseluruh tubuh.

3.2.

Saran

Dengan melihat pembahasan dan mengetahui dampak dari pada dermatitis tersebut, maka kita harus dapat menyadari betapa pentingnya kebersihan dalam diri dan lingkunyan. Oleh karena itu, kita berharap dengan adanya kesadaran, semua masyarakat mau bergotong royong untuk membersihkan dan memelihara lingkunyam dengan baik. Mudah-mudahan harapan kita semua untuk hidup bersih dapat diwujudkan bagi kita semua untuk menghindari penyakit.

11

DAFTAR PUSTAKA

1. 2. 3. 4. 5.

Brunner & Suddart. 2002. Keperawatan Medikal Bedah, volume 3. Jakarta : EGC Doenges,marilyn E.1999.Nursing care plans edition 2. Hasan Rusepno. 2005. Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta : FKUI Harahap, Marwali. 2000. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta : Hipokrates Arsip SMK Kesehatan PMH 2011/ 2012

12

You might also like