You are on page 1of 14

I.

Pendahuluan

Para pelaku bisnis pada saat ini dituntut untuk menjalankan bisnisnya secara
effisien dan efektif dikarenakan tuntutan persaingan yang semakin ketat.
Kecepatan pengiriman dan ketersediaan barang pada pelanggan menjadi faktor
yang sangat krusial dikarenakan jika kalah cepat dari pesaing mereka dapat
kehilangan pelanggan. Disamping itu mereka juga dituntut untuk mengurangi
biaya operasional sehingga harga yang dipatok dapat kompetitif. Oleh karena itu
dibutuhkan integerasi yang baik dari supplier hingga pendistribusian barang.
Integrasi tersebut dinamakan supply chain management. Dengan tercapainya
kordinasi yang baik antara rantai pasok sebuah perusahaan maka di tiap channel
rantai pasok tidak akan mengalami kekurangan ataupun kelebihan barang.
Sehingga penurunan biaya pun dapat dicapai. Jika sebuah perusahaan memegang
barang terlalu banyak maka biaya yang akan timbul semakin mahal, biaya-biaya
tersebut timbul dari:
1. Harus menempatkan karyawan yang lebih banyak untuk mengurus barang
selama penyimpanan.
2. Akan timbul biaya perawatan yang lebih selama barang tersebut disimpan,
sebagai contoh ice cream maka akan dibutuhkan lemari pendingin yang
lebih banyak sebagai dampaknya biaya listrik pun meningkat
Permintaan pasar terhadap suatu barang sangat fluktuatif sehingga
ketersediaan barang di suatu perusahaan harus dapat flexibel. Jika perusahaan
tidak dapat merespon kebutuhan pasar maka akibatnya kepuasan pelanggan akan
menurun yang dapat berakibat kehilangan pelanggan. Demi menjaga ketersediaan
barang maka pemasok harus dapat merespon secara cepat apa dan berapa banyak
barang yang dibutuhkan oleh perusahaan. Maka adanya kolaborasi yang baik
antara sebuah perusahaan dan pemasok harus bagus demi menjamin ketersediaan
barang mentah yang nantinya akan diproses oleh perusahaan menjadi barang jadi.
Dengan kolaborasi yang baik dapat menghilangkan hal-hal yang dapat
memperlambat proses pengiriman barang ke pelanggan seperti lead time yang
terlalu lama karena pemasok tidak siap akan permintaan yang fluktuatif dapat di
cegah, jalur distribusi barang dari perusahaan ke distributor dapat dipersingkat.
Semua itu akan berdampak kepada kepuasan pelanggan yang meningkat sehingga
kesetiaan pelanggan untuk menggunakan produk tersebut meningkat.
Page 1
Seperti kita ketahui bahwa di marketing ada yang namanya marketing mix
yaitu product, place, price dan promotion. Maka dengan kolaborasi yang baik dari
pemasok hingga distributor maka perusahaan dapat memenangkan product, place
dan price. Dikarenakan kualitas barang yang dihasilkan akan meningkat,
kecepatan dan ketersediaan barang terjamin dan harga yang dijual dapat
kompetitif dikarenakan proses yang efektif dan efisien.

II. Tinjauan Pustaka

Supply Chain Management


Supply chain management adalah suatu aktifitas pengintegrasian dari membeli
bahan mentah dan pelayanan, merubahnya menjadi suatu produk dan
mengirimkan barang melalui sistem distribusi yang tersedia. Tujuan utama dari
supply chain management adalah untuk memenuhi kebutuhan pelanggan melalui
penggunaan sunber daya yang efektif, termasuk kefektifan chanel distribusi,
kapasitas ketersediaan barang dan pengunaan sumber daya manusia. Supply chain
management tidak hanya integrasi dari faktor eksternal tetapi juga dari faktor
internal seperti purchasing, produksi, keuangan dan lain -lain.

Sumber: Wikipedia

Supply chain management akan membahas seluruh aktifitas dari suatu


perusahaan mulai dari level strategis, level tactical dan level operasional.
Kebijakan strategis menyangkut kebijakan jangka panjang perusahaan seperti
dimana mengambil bahan baku, dimana membangun distribution center,
bagaimana moda pendistribusian, dan lain-lain. Kebijakan taktis menetukan

Page 2
parameter-parameter perusahaan seperti menentukan reorder level. Kebijakan
operasional berkaitan dengan kegiatan sehari-hari seperti pembelian material,
penjadwalan pembelian bahan baku, penjadwalan pengiriman dan lain-lain.
Hal yang paling susah dilakukan dalam menjalankan supply chain adalah
kolaborasi antara seluruh komponen di dalam rantai pasok dikarenakan setiap
komponen tersebut mempunyai struktur perusahaan dan budaya yang berbeda.
Karena itu untuk menyatukannya harus dilakukan hal-hal sebagai berikut:
1. Menciptakan komitmen dan penyamaan persepsi dalam kolaborasi untuk
menciptakan hal ini maka perlu disadari bahwa kolaborasi ini bertujuan
agar kinerja untuk menyampaikan nilai ke pelanggan dapat berjalan secara
efektif dan efisien.
2. Menghilangkan rintangan yang ada dalam pengkolaborasian untuk
mencapai hal itu maka diperlukan jaringan informasi yang terbuka bagi
seluruh elemen didalam rantai pasok, rasionalisasi dan simplifikasi,
pengukuran performa supply chain, membangun kepercayaan antara setiap
elemen di dalam rantai pasok.
3. Peningkatan kinerja secara terus menerus di dalam rantai pasok.
Dikarenakan lingkungan bisnis yang selau berubah maka diperlukan
hubungan dalam rantai pasok harus flexibel dan dinamis. Jika tidak maka
kolaborasi tersebut tidak akan dapat merespon tantangan dalam dunia
bisnis.

Ada dua fokus utama dalam suply chain yaitu efesiensi yang tinggi (cost-
efficiancy) dan responsiveness yang tinggi. Dalam melakukan semua aktifitas
supply chain diusahakan dengan biaya yang rendah untuk mencapai hal itu maka
diperlukan untuk menentukan channel yang dipilih harus berbiaya rendah dan
menentukan jumlah gudang yang tidak terlalu banyak tetapi dapat memenuhi
kebutuhan sehingga tidak ada keterlambatan pasokan barang.

E-Procurement
E-procurement adalah penggunaan internet sebagai fasilitas untuk
mendukung pembelian. E- procurement mempercepat pembelian, mengurangi
Page 3
biaya dan mengintegerasikan seluruh elemen di dalam rantai pasok, meningkatkan
daya saing perusahaan. Supply chain yang dilakukan secara tradisional semua
aktifitas pencatatan dilakukan dengan menggunakan kertas sebagai contoh
pemesanan barang, invoice, dokumen-dokumen pendukung, nota pembayaran,
dan lain-lain. Dengan menggunakan E-procurement maka dapat mengurangi
aktifitas yang mengunakan kertas untuk pencatatan.

Electronic Ordering and Fund Transfer


Pemesanan barang yang dilakukan secara elektronik dan pembayaran
pembelian barang adalah suatu metode yang dilakukan untuk mempercepat proses
dan mengurangi paperworks. Transaksi antar perusahaan biasanya menggunakan
electronics data interchange (EDI). Untuk mendukung EDI maka diperlukan
suatu standard format data yang akan di transfer sehingga penganalisaan oleh
komputer kedua perusahaan dapat terjadi. EDI sebagai sarana pertukaran data
secara virtual untuk seluruh komponen bisnis kedua perusahaan. EDI juga dapat
digunakan untuk advanced shipping notice, yang memberitahukan kepada
pembeli bahwa vendor sudah siap untuk mengirimkan barang.

Material Requirments Planning (MRP)


Material Reqirements Planning adalah suatu metode perencanaan berapa
banyak material yang akan digunakan dan dibeli yang menggunakan bill-of
material, inventory, jadwal penerimaan barang dan master production schedule.

Master Production Schedule (MPS)

Page 4
MPS adalah timetable yang berisi tentang informasi apa yang harus
diproduksi dan kapan produksi tersebut dilakukan. Dengan kata lain adalah
perencanaan tentang produksi, persediaan, dan lain-lain. Tujuan perencanaan ini
adalah untuk mengoptimalkan produksi, untuk mengidentifikasi hambatan, dan
mengantisipasi kebutuhan barang mentah. Input untuk perencanaan ini berasal
dari rencana keuangan, permintaan pelanggan, ketersediaan mesin, ketersediaan
tenaga kerja, kinerja pemasok dan pertimbangan-pertimbangan lain. Besaran
kontribusi dari setiap input bervariasi.
Penggunaan MPS adalah untuk:
1. Memberikan top management informasi yang diperlukan untuk
merencanakan dan mengkontrol proses dari produksi
2. Mengikatkan keseluruhan recana bisinis perusahaan dan memberikan
peramalan secara detail untuk keperluan produksi

Bill of Material (BOM)


Bill of Material adalah suat daftar komponen, deskripsi dari setiap
komponen dan jumlah dari masing komponen yang akan digunakan untuk
membuat suatu produk.

Accurate Inventory Record


Management persediaan yang baik sangat penting bagi penerapan MRP
sistem. Bila suatu perusahaan tidak bisa menyediakan informasi persediaan
dengan akurat maka MRP tidak akan dapat berkerja

Purchase Orders Outstanding


Ketika pembelian barang dilaksanakan maka catatan informasi dari
pembelian tersebut dan jadwal kapan barang akan datang harus bisa diakses oleh
divisi perencanaan. Hanya dengan data dari pembelian yang lengkap seseorang
dapat membuat perencanaan proses produksi yang bagus dan penerapan MRP
secara efektif.

Lead Time
Ketika manager menentukan kapan komponen dibutuhkan, mereka juga
menentukan kapan mereka dapat mendapatkan komponen tersebut. Waktu yang
Page 5
dibutuhkan untuk mendapatkan suatu komponen dinamakan lead time. Lead time
untuk komponen-komponen di dalam manufacture termasuk perpindahan, setup
dan perakitan.

III. Studi Kasus

Sebuah perusahaan multinasional yang terletak di German menerapkan


supply chain management dan material requirement planning dalam kegiatan
operasional mereka. Tujuan penerapan SCM dikarenakan selama ini waktu respon
pemasok untuk menyediakan barang sangat lambat yang berakibat kapasitas
produksi menurun. Tujuan penerapan MRP dikarenakan selama ini perusahaan
mengalami masalah dalam pengelolaan persediaan mereka, terkadang terlalu
berlebih dan terkadang kehabisan persediaan. Pelanggan mereka adalah
manufaktur jadi tidak ke pengguna langsung. Perusahaan tersebut adalah termasuk
market leader di industrinya.
Dalam paper ini akan membahas bagaimana pengimplementasian supply
chain management dan material requirement planning di perusahaan tersebut.

IV. Pembahasan Masalah

Dalam meningkatkan kolaborasi antara perusahaan dan pemasok maka


perusahaan mengembangkan electronic data interchange. Dimana yang
memungkinkan perusahaan dan pemasok untuk bertukar data secara elektronik.
Pemasok dapat melihat data di master production schedule perusahaan sehingga
pemasok dapat memperkirakan kapan perusahaan membutuhkan barang.
Perusahaan juga dapat melihat berapa banyak dan tipe apa saja yang tersedia di
gudang pemasok. Hal ini dibutuhkan bagi perusahaan untuk mengetahui berapa
banyak barang yang bisa didapatkan segera. Ketika pemasok siap mengirimkan
barang ke perusahaan maka pemasok akan mengirimkan pemberitahuan ke
perusahaan bahwa barang akan dikirim. Jika persediaan perusahaan sudah

Page 6
mencapai reorder point maka sistem akan memberitahukan kepada pemasok agar
mengirim barang ke perusahaan.
Melalui EDI perusahaan membagi peramalan akan permintaan selama satu
tahun kedepan ke pemasok. Sehingga pemasok dapat mempersiapkan dan
menjadwalkan kapan dan berapa banyak harus memproduksi barang. Diharapkan
dengan melakukan hal tersebut maka persediaan barang mentah di perusahaan
tidak terjadi kekurangan.
Untuk mempermudah proses pembelian antara perusahaan dan pemasok
maka dibuatlah e-procurement. Dengan sistem ini proses pembelian barang seperti
pembuatan PO, lampiran document yang dibutuhkan, dan lain-lain dilakukan
secara elekronik seingga dapat mempercepat proses pembelian barang.
Perusahaan juga mengembangkan tracking system dimana dapat
mengetahui posisi barang selama pengiriman dari pemasok. Dengan sistem ini
perusahaan dapat mengetahui apakah barang mentah akan diterima tepat waktu
atau ada keterlambatan. Hal ini dibutuhkan perusahaan agar dapat mengambil
keputusan yang tepat jika ada keterlambatan. Tracking system ini tidak hanya dari
pemasok ke perusahaan tetapi juga dari perusahaan ke pelanggan.
Untuk mendukung supply chain maka perusahaan menerapkan material
requirement planning. Dengan menerpakan MRP maka perusahaan dapat
mengelola persediaannya dengan baik dan dapat mengestimasi dengan tepat
kebutuhan persediaanya. Jika persediaan dapat dikelola dengan baik maka akan
meningkatkan kolaborasi antara perusahaan dengan pemasok karena pemasok
dapat mengetahui secara pasti kebutuhan perusahaan sehingga dapat membuat
barang sesuai dengan kebutuhan dan mengirimkan barang tepat pada waktunya.
Seperti diketahui komponen-komponen dalam MRP adalah informasi persediaan
yang akurat, purchasing, MPS dan bill of material. Di dalam paper ini akan
membahas implementasi dari setiap komponen pendukung MRP.

Page 7
Gambar 1: Diagram supply chain perusahaan

Seperti kita ketahui informasi yang akurat akan persediaan adalah kunci
yang penting dalam kesuksesan penerapan MRP. Untuk mendapatkan informasi
yang akurat dan cepat tentang level persediaan atau aliran barang maka
perusahaan ini memakai RFID.

Gambar 2: Penerapan RFID untuk kedatangan barang

Dapat kita lihat dari gambar 2 setelah barang diturunkan dari truk maka
barang harus melewati RFID scanner yang gunanya akan mendata berapa banyak
barang yang diterima dan tipe dari barang tersebut. Dari RFID scanner data
dikirim ke database perusahaan. Data ini berguna bagi perusahaan untuk
mengetahui jumlah persediaan yang ada di gudang mereka sehingga membantu
untuk perencanaan proses produksi. Pada proses penyimpanan di gudang, setelah
barang ditaruh di rak, lokasi barang tersebut dikirim. Data tersebut diperlukan
untuk mengetahui lokasi barang sehingga ketika pengambilan barang langsung

Page 8
dapat diketahui dimana barang akan diambil sehingga kinerja karyawan akan
lebih efisien.

Gambar 3: Penerapan RFID untuk barang keluar dari gudang

Persediaan yang dikeluarkan untuk proses produksi harus dapat diketahui


secara real time yang bertujuan agar para manager dapat mengetahui level
persediaan mereka sehingga mereka dapat mengestimasi apakah persediaan
mereka cukup untuk produksi yang akan datang. Jika dilakukan dengan sistem
realtime, reorder point dapat diketahui dengan cepat sehingga keputusan untuk
membeli barang kembali dapat dilakukan dengan cepat sehingga kehabisan
persediaan dapat dihindarkan. Oleh karena itu perusahaan memasang RFID
Scanner di pintu gudang mereka. Begitu forclift melewati pintu gudang, RFID
scanner membaca berapa banyak barang yang dibawa dan type barang tersebut.
Data tersebut dikirim ke database perusahaan, data di database perusahaan di
update sesuai dengan barang dan tipe yang dibawa. Setelah itu dikirm e-mail ke
bagian-bagian bersangkutan untuk memberikan informasi bahwa berapa banyak
barang dan jenis barang sudah dikeluarkan dan menuju ke assembly line. Untuk
ilustrasi proses tersebut dapat dilihat dari gambar 3. Sebelum barang dikeluarkan
dari gudang maka perlu diperlukan verifikasi dari orang yang bertanggung jawab
di gudang.
Ketika proses produksi selesai tidak semua barang mentah yang
dikeluarkan dari gudang dipakai dalam proses produksi. Oleh karena itu harus
dikembalikan ke gudang. Ketika barang dikembalikan ke gudang RFID scanner
membacanya dan setelah itu di verifikasi oleh orang gudang dan database
perusahaan di update agar data jumlah barang mentah yang ada sesuai dengan
jumlah yang digudang.

Page 9
Setelah barang selesai di produksi maka sebelum barang di bawa ke
gudang barang harus di scan dengan RFID scanner. Informasi tentang barang
tersebut seperti untuk siapa, berapa banyak, tipe dan lain-lain di masukan ke
dalam database. Data itu nantinya akan dipakai oleh Master production schedule,
untuk mengetahui berapa banyak barang yang sudah diproduksi sehingga dapat
mengestimasi berapa banyak lagi bahan mentah yang dipakai untuk produksi dan
apakah waktu penyelesaian sesuai dengan jadwal yang sudah direncanakan.
Data itu juga berguna untuk departemen marketing sehingga mereka dapat
memberitahukan kepada pelanggan berapa banyak yang sudah di produksi jika
pelanggan menanyakannya. Terkadang pelanggan menanyakan hal tersebut karena
mereka meminta agar barang yang sudah diproduksi dikirim dahulu, jadi
pengiriman barang secara parsial tidak menunggu semuanya selesai.
Perusahaan membikin peramalan untuk kebutuhan barang mentah selama
satu tahun kedepan. Sumber data untuk peramalan adalah dari bagian marketing.
Marketing membuat peramalan permintaan semua jenis barang selama satu tahun
kedepan. Untuk membuat peramalan marketing menggunakan data history dari
penjualan selama beberapa tahun kebelakang dan juga ditambahkan dengan
peetumbuhan permintaan. Data peramalan tersebut juga menunjukan kapan
permintaan puncak bagi perusahaan. Dari peramalan permintaan tersebut maka
dapat diketahui kebutuhan dari setiap jenis bahan mentah setiap bulannya selama
satu tahun kedepan. Untuk mengetahui bahan mentah apa saja yang diperlukan
dapat kita lihat dari Bill of Material setiap jenis barang. Jumlah setiap barang
mentah yang didapat dari peramalan harus di tambahkan lagi dengan jumlah yang
tertentu. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi adanya kenaikan permintaan
secara mendadak sehingga perusahaan dapat memenuhi permintaan tersebut.
Peramalan tersebut sangat penting bagi perusahaan karena dapat menentukan
kapan dan berapa banyak akan membeli barang mentah. Dengan permalan yang
tepat maka akan dapat meningkatkan kecepatan dalam merespon permintaan dari
pelanggan dan juga dapat mengefesiensikan persediaan.
Untuk mengetahui kapan barang yang dipesan akan diterima maka dapat
melihat data dari bagian purchasing. Biasanya pemasok sudah memberikan
tanggal tertentu barang bisa di terima oleh perusahaan tetapi dari tanggal yang
dijanjikan oleh pemasok perusahaan memberikan jeda waktu lagi selama dua
minggu. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi keterlambatan yang diakibatkan
Page 10
oleh berbagai hal seperti kapal yang mengirim barang tidak dapat beroperasi,
barang tertahan di kepabeanan, waktu penyelesaian barang pesanan terlambat, dan
lain-lain. Jika hal ini tidak diantisipasi maka akan berakibat fatal bagi perusahaan,
keterlambatan kedatangan dapat mengakibatkan persediaan di perusahaan kurang
dan akan menimbulkan pemberhentian produksi karena tidak ada bahan mentah
untuk diproduksi. Jika proses produksi berhenti maka akan menimbulkan
keterlambatan pengiriman kepada pelanggan, yang dapat mengakibatkan
kepuasan pelanggan ke perusahaan berkurang.
Untuk membuat perencanaan persediaan di perusahan ini mendapatkan
informasi dari database perusahaan yang salah satu input berasal dari RFID,
informasi tentang kedatangan barang mentah yang dipesan dari purchasing,
perencanaan produksi yang ada di MPS dan juga dari data peramalan. Pihak
perusahaan memesan sejumlah barang yang sesuai dengan data peramalan dan
jika permintaan meningkat maka pemesanan akan disesuaikan dengan permintaan.
Kedatangan barang mentah disesuaikan dengan kebutuhan produksi yang datanya
didapat dari master production schedule.
Jika kita melihat dari gambar 4 (ilustrasi perencanaan persediaan) maka
perusahaan akan menentukan tanggal kedatangan dari bahan mentah di lihat dari
kebutuhan produksi. Ketika bahan mentah datang pertama kali maka akan
diperiksan oleh bagian quality (incoming inspection) yang bertujuan untuk
memastikan kualitas bahan mentah betul- betul bagus. Jika ada sebagian yang
ditolak oleh bagian quality maka database harus di update berapa banyak barang
yang ditolak dan diterima.
Perusahaan juga menerapakan safety stock yang gunanya untuk berjaga-
jaga apabila terjadi kebutuhan mendadak atau keterlambatan kedatangan barang.
Untuk menentukan safety stok perusahaan menetapkan kebijakan, untuk bahan
mentah yang perputarannya cepat maka perusahaan akan menyimpan dengan
jumlah lebih banyak dibandingkan dengan barang mentah yang perputarannya
tidak cepat.

Page 11
Gambar 4: Ilustrasi perencanaan barang

Master production schedule di perusahaan ini terdapat informasi seperti


nama perusahaan pemesan, tipe barang yang dipesan, bahan yang dipakai, jumlah
pesanan, tanggal dibuat, tanggal selesai, tanggal pengiriman dan informasi-
informasi lain yang dibutuhkan. Input pertama kali MPS untuk perusahaan ini
adalah marketing. Marketing mendapakan pesanan dari pelanggan, pelanggan
meminta tanggal pengiriman tertentu kepada marketing. Bagian marketing
memeriksa MPS apakah pesanan pelanggan dapat dipenuhi. Jika tidak bisa maka
marketing akan menawarkan tanggal pengiriman tertentu kepada pelanggan
biasanya perbedaan antara tanggal yang diminta dan ditawarkan tidak lebih dari
seminggu. Jika pelanggan sudah setuju maka marketing akan meneruskan
kebagian planning. Bagian planning memeriksa apakah persediaan yang ada
mencukupi, jika tidak mencukupi maka bagian planning akan memesan barang
yang diperlukan ke pemasok. Bagian planning lalu menyiapakan Bill of Material.
Bill of Material di gunakan untuk menyiapkan barang-barang yang akan
dibutuhkan. Dalam perencanaan pemakaian barang juga diperhatikan berapa
banyak barang yang jelek selama proses produksi. Jika faktor ini tidak
diperhatikan maka akan timbul kekurangan barang.
Untuk mencegah kerusakan mesin maka diperlukan perawatan berkala.
Ketika mesin sedang dalam perawatan ataupun penambahan fitur baru maka
kegiatan mesin harus dihentikan oleh karena itu diperlukan perencanaan yang baik

Page 12
kapan mesin akan dihentikan. Sehinga tidak akan mempengaruhi tanggal
pengiriman barang yang sudah dijanjikan kepada pelanggan.
Setiap mesin mempunyai karakteristik yang berbeda-beda, hal ini harus
diperhatikan sebelum menentukan mesin mana yang digunakan untuk membuat
pesanan tertentu. Jika tidak diperhatikan maka akan menimbulkan barang yang
diproduksi tidak sesuai dengan standar kualitas perusahaan.

V. Kesimpulan

Perusahaan menerapkan supply chain management dan MRP dengan


tujuan untuk meningkatkan kinerjanya. Untuk mendukung penerapan supply
chain management perusahaan memakai electronic data interchange untuk
menghubungkan antara perusahaan ke pemasok dan perusahaan ke customer.
Dengan penerpan EDI maka dapat meningkatkan respon perusahaan untuk
memenuhi kebutuhan pelanggan. Dengan penerapan MRP maka perusahaan dapat
mengelola persediaanya dengan lebih efektif dan efisien. Kekurangan persediaan
dapat dihindarkan dan kelebihan persediaan yang bisa menjadi tambahan biaya
dapat di cegah.

VI. Rekomendasi

Dikarenakan lingkungan dunia bisnis yang selalu berubah maka MRP dan
SCM yang diterapkan oleh perusahaan harus bisa flexibel untuk menjawab
tantangan tersebut. Kinerja bagus yang sudah didapatkan perusahaan dengan
penerapan SCM dan MRP harus dipertahankan.

Daftar Pustaka

Fawcett, S. E., Magnan, G. M., & McCarter, M. W. (2008). Three Stage


Implementation Model For Supply Chain Collaboration. 29 (1).

Heizer, J., & Barry, R. (2004). Operation Management. Upper Saddle:


Pearson Prentice Hall.

Page 13
Universitas Krtisten Petra. (2003). Retrieved June 6, 2009, from
http://digilib.petra.ac.id/viewer.php?submit.x=18&submit.y=19&submit
=prev&page=2&qual=high&submitval=prev&fname=%2Fjiunkpe%2Fs
1%2Ftmi%2F2003%2Fjiunkpe-ns-s1-2003-25499118-3273-
supply_chain-chapter2.pdf

Page 14

You might also like