You are on page 1of 11

KERANGKA TEORITIS DAN HIPOTESIS

A. KAJIAN TEORITIS ATAU EMPIRIS YG SESUAI DGN IDENTIFIKASI MASALAH Landasan Teoritis Suatu model yang menerangkan bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor-faktor penting yang telah diketahui dalam suatu masalah tertentu. Teori ini secara logis juga mencakup dokumen dari riset-riset sebelumnya dalam suatu masalah yang secara umum sama. Teori selalu berdasarkan fakta dan didukung oleh dalil dan proposisi. Prinsip yang salah kalau mengatakan Ah itu teori, faktanya lain karena suatu teori harus didukung oleh fakta empiris atau suatu teori lahir karena fakta! Ada 3 (tiga) hal pokok yang diungkap dalam definisi teori : 1. 2. 3. Elemen teori terdiri atas : construct, konsep, definisi dan proposisi Elemen-elemen teori memberikan gambaran sistematis mengenai fenomena melalui penentuan Tujuan teori adalah untuk menjelaskan dan memprediksi fenomena alam.

hubungan antar variabel

Konsep, Konstruk, Proposisi dan Teori Konsep Sejumlah pengertian yang dikaitkan dengan peristiwa, objek, kondisi, situasi atau perilaku tertentu, dengan kata lain konsep adalah pendapat abstrak yang digeneralisasi dari fakta tertentu. Konstruk Jenis konsep tertentu yang berada dalam tingkatan abstraksi yang lebih tinggi daripada konsep dan diciptakan untuk tujuan teoritis tertentu. Proposisi Pernyataan yang berkaitan dengan hubungan antara konsep-konsep yang ada. Dalam memahami perilaku konsumen, para ahli pemasaran mengajukan proposisi bahwa kepuasan pelanggan merupakan fungsi dari kinerja produk yang dirasakan oleh pelanggan. Teori Suatu teori dibentuk karena adanya proses peningkatan abstraksi dari konsep (konstruk) proposisi teori.

Deskripsi teori paling tidak berisi penjelasan tentang variable-variabel yang akan diteliti melalui pendefinisian dan uraian yang lengkap dan mendalam dari berbagai referensi sehingga ruang lingkup, kedudukan, hubungan antar variabel yang akan diteliti menjadi lebih jelas dan terarah. Apabila dalam suatu penelitian terdapat tiga variabel independen dan satu variabel dependen, maka kelompok teori yang akan dideskripsikan ada empat yaitu kelompok teori yang berkenaan dengan tiga variabel independen dan satu variabel dependen. Menurut Suryabrata (1990), setelah masalah penelitian dirumuskan maka langkah selanjutnya adalah mencari teori-teori, konsep-konsep dan generalisasi-generalisasi hasil penelitian yang dapat dijadikan sebagai landasan teoritis untuk pelaksanaan penelitian. Teori adalah alur logika atau penalaran yang merupakan seperangkat konsep, definisi, dan proposisi yang disusun secara sistematis.

Sepanjang teori dapat digunakan untuk menjelaskan dan memprediksi fenomena, maka teori tersebut dianggap berlaku atau valid. Namun jika sebaliknya, maka teori dianggap usang ( tidak berlaku) dan perlu dicari teori baru yang dapat menjawab atau menjelaskan fenomena yang dikaji. Dalam penelitian, teori sangat penting kedudukannya. Suatu masalah dapat dikaitkan dengan berbagai teori. Oleh karena itu, seorang peneliti harus menentukan teori apa yang akan digunakan untuk menjawab masalah. Secara garis besar kegunaan teori dalam penelitian adalah: 1. Teori membatasi jumlah fakta yang perlu dipelajari. Setiap masalah dapat dikaji dengan

berbagai cara yang berbeda, dan teori mempedomani cara-cara mana yang dapat memberikan hasil yang terbaik. 2. Teori memberikan pedoman mengenai hubungan antar variabel yang terkait dengan masalah

penelitian. 3. Teori memberikan pedoman tentang cara mana yang harus dipakai peneliti untuk mengartikan

data agar dapat dikelompokkan dengan cara yang paling berarti. 4. Teori dapat digunakan untuk pedoman dalam mengikhtisarkan apa yang diketahui mengenai

obyek yang dikaji, dan menyatakan hal-hal yang tidak dapat diamati dalam penelitian tersebut

5.

Teori juga dapat dipakai untuk memprediksi fakta-fakta yang harus dicari lebih lanjut, yang

dapat digunakan untuk penyempurnaan penelitian berikutnya.

Secara umum, teori mempunyai tiga (3) fungsi yaitu : - untuk menjelaskan (explanation), - untuk meramalkan (prediction), dan - untuk pengendalian (control) Dalam kaitannya dengan kegiatan penelitian, fungsi teori yang pertama (explanation) digunakan untuk memperjelas dan mempertajam ruang lingkup variable yang akan diteliti. Fungsi teori yang kedua (prediksi dan pemandu untuk menemukan fakta) adalah untuk merumuskan hipotesis dan menyusun instrument penelitian, karena pada dasarnya hipotesis itu merupakan pernyataan yang bersifat prediktif. Selanjutnya fungsi teori yang ketiga (control) digunakan membahas hasil penelitian, dan selanjutnya digunakan untuk memberikan saran dalam upaya pemecahan masalah. Menurut Emory_Cooper (1999), teori merupakan suatu kumpulan konsep (concept), definisi, proposisi, dan variable yang berkaitan satu sama lain secara sistematis dan telah digeneralisasikan, sehingga dapat menjelaskan dan memprediksi suatu fenomena (fakta-fakta) tertentu. Untuk dapat mengajukan hipotesis penelitian, maka peneliti harus membaca buku-buku dan hasil-hasil penelitian yang relevan, lengkap dan mutakhir. Dalam landasan teori perlu dikemukakan deskripsi teori dan kerangka berfikir sehingga selanjutnya dapat dirumuskan hipotesis dan instrument penelitian. Sumber bacaan yang baik harus memenuhi tiga kriteria, yaitu : relevansi, berkenaan dengan kecocokan antara variabel yang diteliti dengan teori yang kelengkapan, berkanaan dengan banyaknya sumber yang dibaca. Kemutakhiran, berkenaan dengan dimensi waktu, makin baru sumber yang digunakan, maka dikemukakan.

akan semakin mutakhir teori. B. KERANGKA BERFIKIR Menurut Uma Sekaran (1992), kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Pendapat lain menjelaskan, kerangka pemikiran merupakan penjelasan sementara terhadap gejala-gejala yang menjadi objek permasalahan.

Kerangka berpikir yang baik akan menjelaskan hubungan antar variabel yang akan diteliti, yaitu bagaimana hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen dan berikutnya dirumuskan dalam paradigma penelitian. Penelitian yang berkenaan dengan dua variabel atau lebih, biasanya dirumuskan hipotesis yang berbentuk komparatif atau asosiatif. Seorang peneliti harus menguasai teori-teori ilmiah sebagai dasar argumentasi dalam menyusun kerangka pemikiran. Kerangka berpikir tersebut berikut dianalisis secara kritis dan sistematis sehingga menghasilkan sintesa (kesimpulan sementara yang menerangkan hubungan antar variabel yang diteliti) yang selanjutnya digunakan untuk merumuskan hipotesis. Kerangka berfikir yang baik setidaknya memuat hal-hal sebagai berikut : 1) 2) 3) 4) variabel-variabel yang akan diteliti harus dijelaskan. Diskusi kerangka berfikir harus dapat menunjukkan dan menjelaskan pertautan atau hubungan Diskusi juga harus dapat menunjukkan dan menjelaskan apakah hubungan antar variabel itu Kerangka berfikir selanjutnya perlu dinyatakan dalam diagram (paradigma penelitian), sehingga

antar variabel yang diteliti, dan ada teori yang mendasari. positif atau negatif, berbentuk simetris, kausal atau interaktif (timbal balik) pihak lain dapat memahami kerangka berfikir yang dikemukakan dalam penelitian. A. PENGEMBANGAN DAN PERUMUSAN HIPOTESIS Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum berdasarkan fakta empiris yang diperoleh melalui pengolahan data. Dengan kata lain hipotesis merupakan jawaban teoritis terhadap rumusan masalah, belum jawaban empiris. Hipotesis merupakan pernyataan sementara yang perlu dibuktikan kebenarannya. Jawaban atas masalah dapat dibedakan dalam 2 bentuk, sesuai dengan taraf pencapaiannya, yaitu: a. Jawaban atas masalah yang masih berupa kebenaran pada taraf teoritis. Kebenaran teoritis

diperoleh dari studi literatur. b. Jawaban atas masalah yang berupa kebenaran pada taraf empiris (berdasar pada fakta).

Kebenaran empiris dicapai setelah peneliti selesai melakukan pengolahan data dan analisis terhadap data

olahan.

Setelah hipotesis dirumuskan maka peneliti akan bekerja berdasarkan hipotesis tersebut. Peneliti mengumpulkan data-data yang paling relevan untuk membuktikan hipotesis. Berdarkan data yang dikumpulkan maka akan diuji apakah hipotesis yang dirumuskan dapat diterima atau ditolak

Penelitian yang merumuskan hipotesis adalah penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif, sedangkan pada penelitian kualitatif tidak merumuskan hipotesis, tetapi justru menemukan hipotesis. Selanjutnya penelitia akan menguji hipotesis dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Hipotesis penelitian VS Hipotesis statistik Perbedaannya adalah dari penggunaan sampel, apabila penelitian tidak menggunakan sampel (seluruh populasi yang diuji), maka hipotesis yang digunakan adalah hipotesis penelitian dan sebaliknya apabila ada pengambilan sampel dalam suatu penelitian maka kedua hipotesis tersebut digunakan. Dalam hipotesis penelitian yang tidak menggunakan sampel, kita tidak mengenal istilah signifikansi (taraf kesalahan atau taraf kepercayaan). Fungsi Hipotesis Paling tidak satu dari beberapa fungsi berikut ini hendaknya dimiliki hipotesis : - sebagai jawaban sementara yang masih perlu diuji kebenarannya. - Petunjuk ke arah penelitian lebih lanjut - Sebagai suau hipotesis kerja. - Suatu ramalan atau dugaan tentang sesuatu yang bakal datang atau bakal ditemukan. - Sebagai suatu konsep yang berkembang. - Sebagai bahan dari bangunan suatu teori. - Hipotesis menjelaskan masalah penelitian dan pemecahannya secara rasional. - Hipotesis menyatakan variabel-variabel penelitian yang perlu diuji secara empiris. - Hipotesis digunakan sebagai pedoman untuk memilih metode-metode pengujian data. - Hipotesis menjadi dasar untuk membuat kesimpulan penelitian. Persyaratan untuk sebuah hipotesis yang baik adalah sebagai berikut : Rumusan hipotesis yang baik setidaknya mempertimbangkan kriteria-kriteria sebagai berikut : - Berupa pernyataan yang mengarah pada tujuan penelitian dan dirumuskan dengan jelas. - Berupa pernyataan yang dirumuskan dengan maksud untuk dapat diuji secara empiris. Menunjukkan dengan

nyata adanya hubungan antara dua variabel atau lebih. - Berupa pernyataan yang dikembangkan berdasarkan teori-teori yang lebih kuat relevan. Bentuk-bentuk Hipotesis Bentuk hipotesis sangat berkaitan dengan rumusan masalah penelitian, yaitu : Hipotesis deskriptif dibandingkan dengan

hipotesis rivalnya dan didukung oleh teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli atau hasil penelitian yang

Merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah deskriptif. Hipotesis komparatif

Merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah komparatif. Pada rumusan ini, variabelnya sama, tetapi berbeda pada populasi atau sampel, atau keadaan itu terjadi pada waktu yang berbeda. Hipotesis asosiatif/hubungan

Rumusan masalahnya menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih. Karakteristik Hipotesis yang Baik : a. merupakan dugaan terhadap variabel mandiri, perbandingan keadaan variabel pada berbagai sampel, dan merupakan dugaan tentang hubungan antara dua variabel atau lebih. Umumnya tidak ada perumusan hipotesis pada penelitian deskriptif. b. c. Dinyatakan dalam kalimat yang jelas, sehingga tidak menimbulkan berbagai penafsiran. Dapat diuji dengan data yang dikumpulkan dengan metode-metode ilmiah.

Kekeliruan yang Terjadi dalam Pengujian Hipotesis Rumusan hipotesis tidak selamanya benar, meskipun perumusannya telah dilakukan dengan hati-hati. Benar dan tidaknya hipotesis tidak ada hubungannya denga terbukti dan tidaknya hipotesis tersebut. Berikut matriks macam kekeliruan ketika membuat kesimpulan tentang hipotesis secara umum : Kesimpulan dan Keputusan Terima hipotesis Tolak Hipotesis Keadaan sebenarnya Hipotesis benar Hipotesis salah Tidak membuat Kekeliruan kekeliruan Macam II (kekeliruan ) Kekeliruan Tidak membuat Macam I (kekeliruan ) kekeliruan

Ada dua kekeliruan yang dapat kita buat sehubungan dengan perumusan hipotesis adalah :

1) 2)

menolak hipotesis yang seharusnya diterima, disebut kekeliruan alpha () menerima hipotesis yang seharusnya ditolak, disebut kekeliruan beta ()

Format Hipotesis Rumusan hipotesis dapat dinyatakan dalam berbagai bentuk rumusan, diantaranya : 1) Pernyataan jika maka atau proposisi 2) Hipotesis nol (Null Hypotheses (H0), 3) Hipotesis alternatif (HA) Null Hypotheses (H0) Rumusan Hipotesis nol adalah sebagai berikut: a. Tidak ada pengaruh variabel X terhadap variabel Y atau

variabel X tidak berpengaruh terhadap variavel Y b. Tidak ada hubungan variabel X dengan variabel Y atau Variabel X tidak mempunyai hubungan dengan variabel Y c. Tidak ada perbedaan antara kelompok A dengan kelompok B dalam ......

Alternative Hypotheses (HA) Hipotesis alternatif, atau disingkat Ha adalah hipotesis yang menyatakan adanya hubungan antara dua variabel atau lebih, atau adanya perbedaan antara dua kelompok atau lebih. Rumusan Hipotesis alternatif adalah sebagai berikut: a. Ada pengaruh variabel X terhadap variabel Y atau variabel X berpengaruh terhadap variavel Y b. Ada hubungan variabel X dengan variabel Y atau Variabel X mempunyai hubungan dengan variabel Y c. Ada perbedaan antara kelompok A dengan kelompok B dalam ....

D. PENJELASAN BAB II SKRIPSI Bab II dalam penulisan skripsi biasanya diberi judul bab Landasan Teori, Tinjauan Pustaka, Kerangka Teori, atau Kajian Teori. Pada bagian ini biasanya berisi sub-sub bab sebagai berikut :

a. Landasan Teori Berisikan latar teori-teori yang mendukung/relevan dengan penelitian yang dilakukan. Deskripsi teori paling tidak berisi penjelasan tentang variable-variabel yang akan diteliti melalui pendefinisian dan uraian yang lengkap dan mendalam dari berbagai referensi sehingga ruang lingkup, kedudukan, hubungan antar variabel yang akan diteliti menjadi lebih jelas dan terarah. Teori adalah merupakan himpunan konsep, definisi, dan proposisi yang secara sistematis saling terkait, yang bertujuan untuk menjelaskan dan memprediksi fenomena (fakta). Dalam pengertian ini, kita dapat mengetahui bahwa banyak terdapat teori dalam suatu bidang ilmu. Masing-masing teori menjelaskan suatu fenomena tertentu, dan berdasarkan hubungan faktor-faktor yang terkait dengan fenomena yang di amati maka teori tersebut dapat digunakan untuk memprediksi.

b. Kerangka berfikir Menjelaskan hubungan antar variabel yang akan diteliti, yaitu bagaimana hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen dan berikutnya dirumuskan dalam paradigma penelitian. Seorang peneliti harus menguasai teori-teori ilmiah sebagai dasar argumentasi dalam menyusun kerangka pemikiran. Kerangka berpikir tersebut berikut dianalisis secara kritis dan sistematis sehingga menghasilkan sintesa (kesimpulan sementara yang menerangkan hubungan antar variabel yang diteliti) yang selanjutnya digunakan untuk merumuskan hipotesis. c. Perumusan/pengajuan hipotesis Hal yang sangat perlu diperhatikan adalah bahwa peneliti tidak boleh dengan sengaja bersikap tidak obyektif, misal agar hipotesisnya diterima maka ia hanya mengumpulkan data yang dapat mendukung hipotesisnya, atau memanipulasi data sedemikian rupa sehingga mengarah pada diterimanya hipotesis. Terhadap hipotesis yang sudah dirumuskan, peneliti dapat bersikap sebagai berikut: a. Menerima kenyataan bahwa hipotesis yang dirumuskan tidak terbukti (pada akhir penelitian). b. Mengganti hipotesis seandainya melihat tanda-tanda bahwa data yang terkumpul tidak mendukung terbuktinya hipotesis (pada saat penelitian berlangsung). Apabila cara ini ditempuh, maka di dalam laporan penelitian harus dituliskan proses penggantian ini. Dengan sikap ini, maka peneliti telah bertindak jujur

Setelah masalah berhasil dirumuskan dengan baik maka langkah kedua dalam metode ilmiah adalah mengajukan hipotesis. Hipotesis merupakan dugaan atau jawaban sementara terhadap permasalahan yang diajukan. Seperti diketahui

Penyusunan Kerangka Teoritis

dalam memecahkan berbagai persoalan terdapat bermacam cara yang dapat ditempuh yaitu cara ilmiah dan nono ilmiah. Tentu saja dalam kegiatan penelitian ilmiah maka cara yang dipakai dalam memecahkan masalah adalah cara ilmiah. Seperti diketahui pada hakikatnya metode ilmiah yang dapat disimpulkan dalam dua langkah utama, yaitu pengajuan hipotesis yang merupakan kerangka teoritis yang secara deduktif dijalin dari pengetahuan yang dapat diandalkan, dan kedua, pengumpulan data secara empiris untuk menguji apakah kenyataan yang sebenarnya mendukung atau menolak hipotesis tersebut. Agar sebuah kerangka teoritis dapat meyakinkan maka argumentasi yang dapat dibangun harus dapat memenuhi beberapa syarat. Pertama, teori-teori yang dipergunakan dalam membangun kerangka berpikir harus merupakan pilihan dari sejumlah teori yang dikuasai secara lengkap dengan mencakup perkembangan-perkembangan terbaru. Dalam sebuah disiplin keilmuan kadang-kadang terdapat lebih dari satu pendekatan yang tercermin dalam berbagai teori dalam mendekati persoalan yang sama. Lingkup yang menyeluruh dalam mencakup perkembangan terbaru dalam suatu disiplin keilmuan biasanya disebut dengan the state of the art dari disiplin tersebut. Untuk bisa menyusun kerangka teoritis yang meyakinkan maka pertama-tama seorang ilmuwan diminta untuk mendemonstrasikan pengetahuannya mengenai the state of the art dari disiplin keilmuan yang akan dipergunakan sebagai basis analisis dalam pengajuan hipotesisnya. Seperti yang disebutkan terdahulu maka berdasarkan pengetahuan tentang the state of the art tersebut kita harus memilih teori-teori mana saja yang akan dipergunakan dalam analisis kita. Pemilihan itu harus didasarkan pada argumentasi yang meyakinkan tentang mengapa kita melakukan pemilihan tersebut. Seorang peneliti harus menguasai teori-teori ilmiah sebagai dasar dari bagi argumentasi kita dalam menyusun kerangka pemikiran yang membuahkan hipotesis. Kerangka pemikiran ini merupakan penjelasan sementara terhadap gejala yang menjadi objek permasalahan kita. Kerangka pemikiran yang berupa penjelasan sementara ini merupakan argumentasi kita dalam merumuskan hipotesis yang merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan yang diajukan. Kriteria utama agar suatu kerangka pemikiran bisa meyakinkan sesema ilmuwan adalah alur-alur pikiran yang logis dalam membangun suatu kerangka berpikir yang membuahkan kesimpulan yang berupa hipotesis. Sering kita melihat dalam tesis atau disertasi bahwa banyak sekali kajian pustaka yang berbentuk teori namun sayangnya teori-teori ini hanya bersifat pajangan belaka. Teori-teori ini sama sekali tidak dipergunakan sebagai premis dalam kerangka berpikir secara logis melainkan diletakkan begitu secara sporadis. Ilmu mensyaratkan bahwa pengetahuan ilmiah yang harus bersifat konsisten dengan pengetahuan ilmiah sebelumnya. Sekiranya hipotesis yang kita ajukan ternyata keudian didukung fakta maka hipotesis yang merupakan jawaban sementara lalu secara sah dterima sebagai pengetahuan ilmiah. Agar pengetahuan ilmiah ini bersifat konsisten dengan pengetahuan-pengetahuan ilmiah sebelumnya maka hal ini harus tercermin strurktur logika berpikir dalam menarik kesimpulan. Untuk itu harus dipenuhi dua persyaratan, yakni pertama, mempergunakan premis-premis yang bernar dan kedua, mempergunakan cara penarikan kesimpulan yang sah. Pada hakikatnya kerangka berpikir dalam pengajuan hipotesis didasarkan kepada argumentasi berpikir deduktif dengan

mempergunakan pengetahuan ilmiah, sebagai premis-premis dasarnya. Mempergunakan pengetahuan ilmiah sebagai premis dasar dalam kerangka argumentasi akan menjamin dua hal. Pertama, karena kebenaran pernyataan ilmiah telah teruji lewat proses keilmuan maka kita akan merasa yakin bahwa kesimpulan yang ditari merupakan jawaban yang terandalkan. Kedua, dengan mempergunakan pernyataan yang secara sah diakui sebagai pengetahuan ilmiah maka pengetahuan baru yang akan ditarik secara deduktif akan bersifat konsisten dengan tubuh pengetahuan yang telah disusun. Dalam menyusun kerangka pemikiran yang menghasilkan hipotesis, kita harus mengembangkan argumentasi untuk member penjelasan sementara tentang masalah yang dihadapi. Berpikir artinya kita menyusun kerangka berpikir kita sendiri secara sistemik dan analitik dengan mempergunakan khasanah teori Ilmiah secara selektif berdasarkan premis-premis ilmiah yang dipilih secara selektif untuk membanguk kerangka berpikir maka mulailah kita menyusun argementasi secara sistematik dan analitik. Tugas ilmuwan yang pertama adalah meyakinkan secara deduktif dalam argumentasi yang dibangun diatas premis-premis ilmiah. Berargumentasi artinya secara aktif menjelaskan mengapa sesuatu itu mempunyai karakteristik tertentu. Untuk membangun suatu kerangka pemikiran yang bersifat sistematik dan analitik maka sering kita dituntut adanya perumusan-perumusan pemikiran dasar yang berupa postulat, asumsi atau prinsip. Disamping premis-premis sebagaimana kita telah sebutkan di atas maka dalam kerangka teoritis kita juga akan melakukan pengkajian terhadap penelitian-penelitian yang relevan yang telah dilakukan oleh para peneliti lainnya. Hal ini dilakukan pertama-tama disebabkan oleh sifat ilmu yang pengembangannya secara kumulatif. Demikian juga penelitian mutakhir, mungkin merupakan pengetahuan teoritis baru atau revisi terhadap teori lama, yang dapat kita pergunakan sebagai premis dalam penyusunan kerangka pemikiran maupun dalam kegiatan analisis yang lain, umpamanya saja dalam dalam pembahasan mengenai kesimpulan analisis data. Disamping itu mungkin juga salah satu dari kesimpulan penelitian yang telah dilakukan, atau sintesis dari beberapa penelitian kita dalam mencoba melakukan pengulangan, revisi, modifikasi, dan sebagainya. Pada hakikatnya the state of the art dari sebuah cabang keilmuan mencakup baik perkembangan teori maupun penelitian yang telah dilakukan. Kerangka teoritis suatu penelitian dimulai dengan mengidentifikasi dan mengkaji berbagai teori yang relevan serta diakhiri dengan pengajuan hipotesis. Akhir dari sebuah pengkajian kerangka teoritis ini adalah perumusan hipotesis harus merupakan pangkal dan tujuan dari seluruh analisis. Hal ini harus tercermin tidak hanya dalam sruktur logika berpikir melainkan juga dalam struktur penulisan. Dimulai dengan penyataan pembukaan mengenai tujuan analisis yang kemudian melebar dengan melakukan berbagai inventarisasi dari berbagai teori yang relevan. Setelah itu mempergunakan premis-premis yang terdapat dalam kumpulan teori tersebut dalam penarikan kesimpulan di mana proses kembali mengecil secara konvergen sekitar perumasan hipotesis yang diatandai dengan kata diduga yang merupakan klimaks dari seluruh upaya kita dalam membangun kerangka teoritis yang mendukung hipotesis. Secara ringkas kerangka teoritis dan pengajuan hipotesis dapat disusun sebagai berikut : 1. Pengkajian mengenai teori-teori ilmiah yang akan dipergunakan dalam analisis

2. 3.

Pembahasan mengenai penelitian-penelitian lain yang relevan Penyusunan kerangka berpikir dalam pengajuan hipotesis dengan mempergunakan premis-premis sebagai tercantum pada nomor 1 dan 2 dengan menyatakan secara tersurat postulat, asumsi dan prinsip yang dipergunakan ( sekiranya diperlukan ) 4. Perumusan hipotesis

You might also like