You are on page 1of 75

Skenario 3 : penasun Bimo Kusumo

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia 1061050174

Tujuan pembelajaran
Jenis dan tipe narkoba serta dampaknya Faktor penyebab pemakaian NAPZA Pandangan hukum, etika dan medis dari pemakaian NAPZA Penanggulangan dan rehabilitasi dari pemakaian NAPZA

JENIS DAN TIPE NARKOBA SERTA DAMPAKNYA

OPIOID

STIMULAN

NARKOBA DEPRESSAN

HALUSINOGEN

OPIOID/CANDU
Adalah zat yang dihasilkan dari tanaman berbunga Papaver somniferum L yang berisi berbagai macam zat kimia aktif. Beberapa diantaranya mempunyai khasiat untuk pengobatan, tetapi sebagian lagi mengandung zat yang mempunyai daya kecanduan sangat besar, sehingga merugikan kesehatan.

stimulan
Sesuai namanya, apabila zat ini digunakan akan memberikan stimulasi atau rangsangan yang bersifat bersemangat, gembira, berkhayal tinggi, percaya diri besar dan mempunyai energi tak terbatas. Contoh narkoba yang termasuk dalam jenis ini adalah Shabu-shabu, ekstasi/ ineks, dll.

Efek ekstasi

depressan
Adalah zat yang menekan susunan syaraf pusat dengan akibat rasa tenang dan mengantuk. Jadi Fungsi depresan berlawanan dengan fungsi stimulan. Di dalam depresan ini termasuk kelompok obat penenang dan minuman beralkohol.

halusinogen
Halusinogenik adalah sekumpulan zat yang bila digunakan dapat menyebabkan halusinasi yaitu rangsangan pada panca indera yang sebenarnya tidak ada. Yang termasuk dalam kelompok ini antara lain ganja, kecubung, jamur tahi sapi, dll.

Faktor penyebab pemakaian NAPZA

FAKTOR DIRI SENDIRI

FAKTOR PENYEBAB PEMAKAIAN NAPZA

FAKTOR LINGKUNGAN

FAKTOR KETERSEDIAAN NAPZA

Faktor individual
Tiap individu memiliki tingkat risiko yg berbeda untuk menyalahgunakan NAPZA. Faktor yang mempengruhi individu terdiri dari faktor kepribadian dan faktor konstitusi.

Faktor lingkungan
Faktor lingkungan meliputi: Lingkungan Keluarga. Lingkungan Sekolah Lingkungan Teman Sebaya

Culture shock

pendahuluan
Culture shock sangat berkaitan dengan keadaan dimana ada kekhawatiran dan galau berlebih yang dialami orang-orang yang menempati wilayah baru dan asing.

Tahapan timbulnya culture shock


Honeymoon phase Crisis phase The adjusment phase Bi-cultural phase

Honeymoon phase
Tahapan pertama yaitu the honeymoon phase, suatu tahapan di mana kamu akan merasa bahagia setibanya di lingkungan baru, apalagi yang belum pernah kamu kunjungi sebelumnya

The crisis phase


Tahap kedua, the crisis phase, yaitu perbedaan di lingkungan baru tidak pas dan tidak sesuai yg diharapkan. Hal tersebut hanya membuat kamu merasa terasing dari lingkungan. Namun kamu akan segera melaluinya jika mampu menyesuaikan diri dengan baik.

The adjusment phase


Tahap ketiga, the adjustment phase. Dalam fase ini, kamu sudah mulai bisa berinteraksi dengan lingkungan baru.

Bicultural phase
Tahap keempat, bi-cultural phase, kamu merasa nyaman hidup dengan dua kebudayaan sekaligus (lingkungan sebelumnya dan lingkungan sekarang)

Penyebab culture shock

Penyebab culture shock


Fenomena mengapa culture shock dapat terjadi bisa dipandang dari beberapa pendekatan. Chapdelaine (2004) mencatat paling tidak terdapat empat pendekatan dalam menjelaskan fenomena culture shock

Penyebab culture shock


Pendekatan kognitif Pendekatan perilaku Pendekatan fenomenologis Pendekatan psikososiologis

Pendekatan kognitif
Pendekatan ini mempostulasikan bahwa kemampuan untuk penyesuaian lintas budaya individu akan tergantung dari kemampuan individu tersebut untuk membuat atribusi yang tepat mengenail nilai-nilai kultur, kepercayaan, perilaku dan norma di lingkungan yang baru.

Pendekatan perilaku
Menurut pendekatan ini, ketidakmampuan adaptasi terjadi karena individu tidak memahami sistim hadiah dan hukuman yang berlaku di kultur yang baru, dimana sistim hadiah dan hukuman ini bisa saja tergambar dalam perilaku verbal maupun nonverbal dalam kultur tersebut (Anderson dalam Chapdelaine, 2004).

Pendekatan fenomenologis
Menurut pendekatan ini, culture shock merupakan pengalaman transisional dari kondisi kesadaran yang rendah akan diri dan kultur, ke kesadaran yang tinggi akan diri dan kultur (Adler, 1975; Bennett, dalam Chaldelaine, 2004).

Pendekatan sosiopsikologis
Pada pendekatan ini, meliputi: 1. Penyesuaian psikologis 2. Penyesuaian sosial

Pandangan hukum thdp NAPZA

UU No 35 Thn 2009 ttg Narkotika


UU ini merupakan revisi dari UU narkotika sebelumnya yaitu UU No. 22 Tahun 1997, dimana dalam UU Narkotika yang baru ini disebutkan bahwa tujuan dari UU ini adalah : menjamin ketersediaan narkotika untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan/atau pengembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi; mencegah, melindungi, dan menyelamatkan bangsa Indonesia dari penyalahgunaan narkotika; memberantas peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika; serta menjamin pengaturan upaya rehabilitasi medis dan sosial bagi penyalahguna dan pecandu narkotika.

Menyangkut narkotikanya sendiri yakni dengan dimasukkannya dua golongan psikotropika, yaitu Psikotropika Golongan I dan Psikotopika Golongan II menjadi Narkotika Golongan I dan Prekursor Narkotika, yaitu merupakan zat atau bahan pemula atau bahan kimia yang dapat digunakan dalam pembuatan narkotika, dimana dalam UU yang lama belum diatur

BNN
lembaga yang mempunyai wewenang diantaranya untuk melakukan pencegahan penyalahgunaan Narkotika dalam UU ini telah dipermanenkannya Badan Narkotika Nasional (BNN) sebagai badan yang bersifat legal formal dan merupakan satu-satunya lembaga yang diberikan kewenangan yang cukup luas oleh UU untuk mencegah dan memberantas penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika

Dasar Hukum

Apa yang dimaksud obat terlarang (illegal)


Dilarang secara hukum mis:heroin, ekstasi Dilarang dalam lingkungan tertentu: alkohol hanya untuk orang dewasa Secara umum dilarang tetapi Tidak dilarang dalam lingkungan tertentu (valium harus dengan resep dokter)

Pengelompokan narkoba menurut Undang-undang RI no 22 thn 1997 tentang narkotika

Gol Opioda seperti opium : Morphin, heroin, putaw dll. Gol Koka seperti daun koka : kokain Gol Kanabis: daun ganja , Hashish
(Semua yang diatas dimasukan Narkotika yang ILEGAL)

Pengelompokan narkoba menurut Undang-undang RI no 5 thn 1997 tentang psikotropika

LSD, MDMA, ecstasy Amphetamin Barbiturat : luminal Benzodiazepin : diazepam

(Semua yang diatas dimasukan Psikotropika yang ILEGAL)

Penanggulangan dan rehabilitasi pada kasus narkoba

pendahuluan
Sejarah penanggulangan bahaya Narkotika dan kelembagaannya di Indonesia dimulai tahun 1971 pada saat dikeluarkannya Instruksi Presiden Republik Indonesia (Inpres) Nomor 6 Tahun 1971 kepada Kepala Badan Koordinasi Intelijen Nasional (BAKIN)

BNN
Badan Narkotika Nasional (disingkat BNN) adalah sebuah Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) Indonesia yang mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pencegahan, pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap psikotropika, prekursor, dan bahan adiktif lainnya kecuali bahan adiktif untuk tembakau dan alkohol.

Penanggulangan pecandu narkoba

Terapi secara holistik pada pecandu narkoba


diberlakukan metode BPSS (bio-psiko-sosialspiritual, WHO 1984) yang merupakan sebuah sistem terpadu terapi medis, psikologis, sosial dan agama. Terapi yang diberikan ini bersifat holistik

Terapi secara BPSS

Terapi medik
Terapi psikiatrik Terapi sosial Terapi agama

Terapi medik
Diberikan jenis obat antipsikotik yang ditujukan terhadap gangguan sistem neuro-transmitter susunan saraf pusat (otak).

Terapi medik (2)


Diberikan pula analgetika non opiat (obat anti nyeri yang tidak mengandung opiat atau turunannya atau golongan NSAID), tidak diberikan obat-obatan yang bersifat adiktif.

Terapi medik (3)


Diberikan obat antidepresi.

Terapi medik (4)


Bila ditemukan komplikasi pada organ paru, lever dan lainnya, diberikan obat sesuai dengan kelainan dari organ tersebut (terapi somatik)

Terapi secara BPSS


Terapi medik

Terapi psikiatrik
Terapi sosial Terapi agama

Terapi psikiatrik
Selain diberikan obat di bidang psikiatri yaitu golongan anti psikotik dan anti depresi tersebut, juga diberikan konsultasi psikiatrik atau psikologik kepada yang bersangkutan dan keluarganya

Terapi secara BPSS


Terapi medik Terapi psikiatrik

Terapi sosial
Terapi agama

Terapi sosial
Menjaga lingkungan dan pergaulan sosial

Terapi secara BPSS


Terapi medik Terapi psikiatrik Terapi sosial

Terapi agama

Terapi agama
Diberikan sesuai dengan keimanan masing-masing untuk menyadarkan bahwa naza haram hukumnya dari segi agama maupun UU. Prinsipnya adalah berobat dan bertobat sebelum ditangkap, berobat dan bertobat sebelum maut menjemput.

Metode detoksifikasi
Metode detoksifikasi ini dapat dilakukan di rumah maupun di rumah sakit umum.

Abstinentia totalis
Metode ini memakai sistem blok total (abstinentia totalis), artinya pasien tidak boleh lagi menggunakan napza atau turunannya atau sintesanya. Untuk menghilangkan gejala putus zat (withdrawal symptoms atau sakaw) digunakan obat-obat penawar, bukan substitusi (pengganti).

pencegahan

PRIMER

PENCEGAHAN

SEKUNDER

TERSIER

Pencegahan primer
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam upaya pencegahan ini antara lain: 1. Penyuluhan tentang bahaya narkotika 2. Penerangan melalui berbagai media mengenai bahaya narkotika 3. Pendidikan tentang pengetahuan NAPZA dan bahayanya

Pencegahan sekunder
Kegiatan yang dilakukan pada pencegahan ini antara lain: 1. Deteksi dini anak yang menyalahgunakan narkotika 2. Konseling 3. Bimbingan sosial melalui kunjungan rumah 4. Penerangan dan pendidikan pengembangan individu

Pencegahan tersier
Kegiatan yang dilakukan antara lain: 1. Konseling dan bimbingan sosial kepada pengguna dan keluarga serta kelompok lingkungannya. 2. Menciptakan lingkungan yang kondusif bagi bekas pengguna.

Rehabilitasi

pendahuluan
Rehabilitasi narkoba adalah prosedur yang mana seorang pecandu obat diberikan perawatan medis atau psikologis untuk menjauhkan mereka dari narkoba.

rehabilitasi
Semua pusat rehabilitasi menawarkan perawatan psikologis. Dalam perawatan ini, pecandu obat dijauhkan dari narkoba dan secara psikologis diminta untuk menjaga diri mereka sendiri untuk terlibat dalam kegiatan menarik dan menjaga mereka bebas dari rasa tegang.

Motivasi rohani
Program rehabilitasi berbeda-beda tergantung pada kasus-kasus tertentu. Memotivasi seorang pecandu secara rohani telah terbukti berguna dalam banyak kasus.

Daftar pustaka
Julien, Robert M. A Primer of Drug Action. 11th edition. Claire D. Advokat, Joseph E. Comaty, eds. New York: Worth Publishers: 2008. page 537. Mangione MP, Matoka M: Improving Pain Management Communication. How Patients Understand the terms "Opioid" and "Narcotic." Journal of General Internal Medicine 2008; vol 23:9 1336-1338. Julien, Robert M. A Primer of Drug Action Edward Hitchcock, American Temperance Society (1830). An essay on alcoholic & narcotic substances, as articles of common use ... J. S. & C. Adams and Co. Carl B. Schultz (1983). NOTE AND COMMENT: Statutory Classification of Cocaine as a Narcotic: An Illogical Anachronism. 9 Am. J. L. and Med. 225.

You might also like