You are on page 1of 34

MAKALAHASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.N Dengan FRAKTUR TERTUTUP TIBIA FIBULA SINISRADIRUANGAN SERUNI (B2) RSUD Dr.

M YUNUS BENGKULU

MAKALAH
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.N Dengan FRAKTUR TERTUTUP TIBIA FIBULA SINISRA DIRUANGAN SERUNI (B2) RSUD Dr. M YUNUS BENGKULU

DINAS KESEHATAN PROPINSI BENGKULU AKADEMI KEPERAWATAN PROPINSI BENGKULU


Jl. Indra Giri Padang Harapan Bengkulu Tahun Ajaran 2011
KATA PENGANTAR

Alhamdulilah kita panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena kita telah diberikan suatu nikmat yaitu kesehatan sehingga kita dapat membuat makalah seminar KMB II dan IV, serta tak lupa shalawat beriring salam kita kirimkan kepada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW karena berkat perjuangan beliau kita sama-sama dapat merasakan alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan dan teknologi seperti saat ini. Terima kasih kami ucapkan kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah kami ini. Terutama kepada ibu Ns.Risma Apriani,S.Kep. Serta kepada teman-teman yang telah membantu dalam penyusunan makalah kami ini. Jika dikemudian hari terdapat kesalahan kami mohon maaf yang sebesar-besarnya, serta kami mohon kritik dan saran dari segenap pembaca sekalian. Demikian yang dapat kami uacapkan lebih dan kurang kami ucapkan terima kasih.

Hormat kami

penyusun

Kata pengantar

ii

Daftar isi

iii 1 1

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang 2. Tujuan 2


tujuan umum tujuan khusus

2 2

1. Metode penulisan 3 2. Sistematika penulisan 3 BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Konsep Dasar 2.1.1 Pengertian 2.1.2 Etiologi 5 6 5 4 3

2.1.3 Manifestasi klinis 2.1.4 Patofisiologis 2.1.5 Klasifikasi 8 7

2.1.6 Proses penyembuhan tulang 9 2.1.7 Pemeriksaan penunjang 10 2.1.8 penatalaksanaan 2.1.9 Komplikasi 12 13 11

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan 2.2.1 Pengkajian 2.2.2 Analisa data 13 14

2.2.3 Diagnosa dan Intervensi keperawatan BAB III LAPORAN KASUS 3.1 Pengkajian 18

14

3.1.1 Identitas klien

18 19 19

3.1.2 Keluhan utama

3.1.3Riwayat kesehatan 3.1.4 Data psikologis 3.1.5 Data sosial 20 3.1.6 Data spiritual 20 19

3.1.7 Kebiasaan sehari-hari 3.1.8 Pemeriksaan fisik 3.1.9 Pengobatan 23 21

20

3.2 Analisa data 24 3.2 Diagnosa 25 3.3 Intervensi 25 28

3.4 Implementasi 3.5 Evaluasi 31

BAB IV PENUTUP DAFTAR PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara berkembang yang berada dalam taraf halusinasi menuju industrialisasi tentunya akan mempengaruhi peningkatan mobilisasi masyarakat /mobilitas masyarakat yang meningkat otomatisasi terjadi peningkatan penggunaan alat-alat transportasi /kendaraan bermotor khususnya bagi masyarakat yang tinggal diperkotaan. Sehingga menambah "kesemrawutan" arus lalu lintas. Arus lalu lintas yang tidak teratur dapat meningkatkan kecenderungan terjadinya kecelakaan kendaraan bermotor. Kecelakaan tersebut sering kali menyebabkan cidera tulang atau disebut fraktur.

Menurut Smeltzer (2001 : 2357) fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya. Penanganan segera pada klien yang dicurigai terjadinya fraktur adalah dengan mengimobilisasi bagian fraktur adalah salah satu metode mobilisasi fraktur adalah fiksasi Interna melalui operasi Orif (Smeltzer, 2001 : 2361). Penanganan tersebut dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi. Komplikasi umumnya oleh akibat tiga fraktur utama yaitu penekanan lokal, traksi yang berlebihan dan infeksi (Rasjad, 1998 : 363). Peran perawat pada kasus fraktur meliputi sebagai pemberi asuhan keperawatan langsung kepada klien yang mengalami fraktur, sebagai pendidik memberikan pendidikan kesehatan untuk mencegah komplikasi, serta sebagai peneliti yaitu dimana perawat berupaya meneliti asuhan keperawatan kepada klien fraktur melalui metode ilmiah. Berdasarkan penjelasan diatas, maka penulis tertarik untuk mengetahui lebih lanjut bagaimana asuhan keperawatan fraktur tertutup Tibia Fibula Sinistra 1.2 TUJUAN PENULISAN 1.2.1 Tujuan Umum Untuk mendapatkan pengalaman nyata tentang asuhan keperawatan dengan fraktur tertutup Tibia Fibula Sinistra 1.2.2 Tujuan Khusus Setelah melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan fraktur tertutup Tibia Sinistra, Penulis mampu : a. Mengidentifikasi data yang menunjang masalah keperawatan pada fraktur tertutup Tibia Fibula Sinistra .b. Menentukan diagnosa keperawatan pada klien dengan fraktur tertutup Tibia Fibula Sinistra c. Menyusun rencana keperawatan pada klien dengan fraktur fraktur tertutup Tibia Fibula Sinistra d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan fraktur tertutup Tibia Fibula Sinistra e. Melaksanakan evaluasi keperawatan pada klien dengan fraktur tertutup Tibia Fibula Sinistra

f. Mengidentifikasi faktor pendukung dan faktor penghambat serta penyelesaian masalah (solusi) dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan fraktur tertutup Tibia Fibula Sinistra 1.3 METODE PENULISAN Metode yang digunakan penulis dalam laporan studi kasus ini adalah metode deskriptif melalui pendekatan proses keperawatan dengan cara teknik pengumpulan data seperti wawancara, pemeriksaan fisik, kolaborasi dengan tim kesehatan yang lain serta data dari catatan medik klien. Setelah itu data diolah dan dianalisa untuk selanjutnya dirumuskan masalah sehingga bisa di intervensi dan di evaluasi. 1.4 SISTEMATIKA PENULISAN Untuk memudahkan pengertian dan pemahaman terhadap isi dan maksud dari laporan kasus ini, maka penulisannya dibuat secara sistematis dibagi menjadi 5 bab, yaitu :

BAB I : PENDAHULUAN Meliputi Latar Belakang, Tujuan, Metode Penulisan dan Sistematika Penulisan. BAB II : TINJAUAN TEORITIS Meliputi Konsep Dasar Penyakit dan Konsep Dasar Asuhan Keperawatan. BAB III : TINJAUAN KASUS Meliputi Gambaran Kasus dan Diagnosa, Intervensi, Implementasi dan Evaluasi Keperawatan. BAB IV : PEMBAHASAN Yang membahas tentang kesenjangan antara Kasus, yang ditemukan dengan teori yang didapatkan meliputi Definisi, Rasional terhadap setiap Diagnosa Keperawatan yang ditemukan, Faktor Pendukung, Faktor Penghambat serta Solusi.

BAB V : PENUTUP Yang meliputi Kesimpulan dan Saran DAFTAR PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TEORITIS 1. konsep dasar 2.1.1 PENGERTIAN Fraktur adalah terputusnya hubungan atau kontinuitas tulang karena stress pada tulang yang berlebihan (Luckmann and Sorensens, 1993 : 1915) Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang itu sendiri, dan jaringan lunak disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap. (Price and Wilson, 1995 : 1183) Fraktur menurut Rasjad (1998 : 338) adalah hilangnya konstinuitas tulang, tulang rawan sendi, tulang rawan epifisis, baik yang bersifat total maupun yang parsial. Fraktur Tibia Fibula adalah terputusnya tulang tibia dan fibula. 2.1.2 ETIOLOGI Penyebab fraktur diantaranya : a. Trauma 1) Trauma langsung : Benturan pada tulang mengakibatkan ditempat tersebut. 2) Trauma tidak langsung : Titik tumpu benturan dengan terjadinya fraktur berjauhan. b. Fraktur Patologis Fraktur disebabkan karena proses penyakit seperti osteoporosis, kanker tulang dan lain-lain.

c. Degenerasi Terjadi kemunduran patologis dari jaringan itu sendiri : usia lanjut d. Spontan Terjadi tarikan otot yang sangat kuat seperti olah raga. (Corwin, 2001 : 298) 2.1.3 MANIFESTASI KLINIS a. Nyeri lokal b. Pembengkakan c. Eritema d. Peningkatan suhu e. Pergerakan abnormal Smeltzer and Bare, 2002 : 2343)

2.1.4 PATOFISILOGIS

2.1.5 KLASIFIKASI / JENIS a) Fraktur komplet Fraktur / patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya mengalami pergeseran dari posisi normal. b) Fraktur tidak komplet Fraktur / patah yang hanya terjadi pada sebagian dari garis tengah tulang.

c) Fraktur tertutup Fraktur yang tidak menyebabkan robeknya kulit, jadi fragmen frakturnya tidak menembus jaringan kulit. d) Fraktur terbuka Fraktur yang disertai kerusakan kulit pada tempat fraktur (Fragmen frakturnya menembus kulit), dimana bakteri dari luar bisa menimbulkan infeksi pada tempat fraktur (terkontaminasi oleh benda asing) 1) Grade I :Luka bersih, panjang <>

2) Grade II :Luka lebih besar / luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang ekstensif 3) Grade III : Sangat terkontaminasi dan mengalami kerusakan jaringan lunak yang ekstensif, merupakan yang paling berat. e) Jenis khusus fraktur 1) Greenstick : Fraktur dimana salah satu sisi tulang patah, sedang sisi lainnya membengkok. 2) Tranversal : Fraktur sepanjang garis tengah tulang. 3) Oblik : Fraktur membentuk sudut dengan garis tengah tulang. 4) Spiral : Fraktur memuntir seputar batang tulang 5) Kominutif : Fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa fragmen 6) Depresi : Fraktur dengan fragmen patahan terdorong kedalam (sering terjadi pada tulang tengkorak dan tulang wajah) 7) Kompresi : Fraktur dimana tulang mengalami kompresi (terjadi pada tulang belakang) 8) Patologik : Fraktur yang terjadi pada daerah tulang berpenyakit (kista tulang, penyakit pegel, tumor) 9) Avulsi : Tertariknya fragmen tulang oleh ligament atau tendon pada perlekatannya

10) Epifiseal : Fraktur melalui epifisis 11) Impaksi : Fraktur dimana fragmen tulang terdorong ke fragmen tulang lainnya. (Smeltzer and Bare, 2002 : 2357 2358) 2.1.6 Proses Penyembuhan Tulang a. Stadium Pembentukan Hematoma Hematoma terbentuk dari darah yang mengalir dari pembuluh darah yang rusak, hematoma dibungkus jaringan lunak sekitar (periostcum dan otot) terjadi 1 2 x 24 jam.

b. Stadium Proliferasi Sel-sel berproliferasi dari lapisan dalam periostcum, disekitar lokasi fraktur sel-sel ini menjadi precursor osteoblast dan aktif tumbuh kearah fragmen tulang. Proliferasi juga terjadi dijaringan sumsum tulang, terjadi setelah hari kedua kecelakaan terjadi. c. Stadium Pembentukan Kallus Osteoblast membentuk tulang lunak / kallus memberikan regiditas pada fraktur, massa kalus terlihat pada x-ray yang menunjukkan fraktur telah menyatu. Terjadi setelah 6 10 hari setelah kecelakaan terjadi. d. Stadium Konsolidasi Kallus mengeras dan terjadi proses konsolidasi, fraktur teraba telah menyatu, secara bertahap-tahap menjadi tulang matur. Terjadi pada minggu ke 3 10 setelah kecelakaan. e. Stadium Remodelling Lapisan bulbous mengelilingi tulang khususnya pada kondisi lokasi eks fraktur. Tulang yang berlebihan dibuang oleh osteoklas. Terjadi pada 6 -8 bulan. (Rasjad, 1998 : 399 401)

2.1.7 Pemeriksaan Penunjang a. Pemeriksaan rontgen : menentukan lokasi / luasnya fraktur trauma b. Scan tulang, tomogram, scan CT / MRI : memperlihatkan fraktur, juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak. c. Arteriogram : dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai. d. Hitung daerah lengkap : HT mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau menurun (pendarahan sel darah putih adalah respon stress normal setelah trauma). e. Kreatinin : Trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klien ginjal. (Doenges, 2000 : 762)

2.1.8 Penatalaksanaan Ada empat konsep dasar dalam menangani fraktur, yaitu : a. Rekognisi Rekognisi dilakukan dalam hal diagnosis dan penilaian fraktur. Prinsipnya adalah mengetahui riwayat kecelakaan, derajat keparahannya, jenis kekuatan yang berperan dan deskripsi tentang peristiwa yang terjadi oleh penderita sendiri. b. Reduksi Reduksi adalah usaha / tindakan manipulasi fragmen-fragmen seperti letak asalnya. Tindakan ini dapat dilaksanakan secara efektif di dalam ruang gawat darurat atau ruang bidai gips. Untuk mengurangi nyeri selama tindakan, penderita dapat diberi narkotika IV, sedative atau blok saraf lokal. c. Retensi Setelah fraktur direduksi, fragmen tulang harus dimobilisasi atau dipertahankan dalam posisi dan kesejajaran yang benar sampai terjadi penyatuan. Immobilisasi

dapat dilakukan dengan fiksasi eksterna atau interna. Metode fiksasi eksterna meliputi gips, bidai, traksi dan teknik fiksator eksterna. d. Rehabilitasi Merupakan proses mengembalikan ke fungsi dan struktur semula dengan cara melakukan ROM aktif dan pasif seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuan klien. Latihan isometric dan setting otot. Diusahakan untuk meminimalkan atrofi disuse dan meningkatkan peredaran darah. 2.1.9 Komplikasi Komplikasi fraktur dapat dibagi menjadi : a. Komplikasi Dini 1) Nekrosis kulit 2) Osteomielitis 3) Kompartement sindrom 4) Emboli lemak 5) Tetanus b. Komplikasi Lanjut 1) Kelakuan sendi 2) Penyembuhan fraktur yang abnormal : delayed union, mal union dan non union. 3) Osteomielitis kronis 4) Osteoporosis pasca trauma 5) Ruptur tendon (Sjamsu Hidayat, 1997 : 1155) 1. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan 2.2.1`pengkajian 1. identitas klien

meliputi nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, agama, alamat, penanggung jawab dan hubungan dengan klien. 2. Keluhan utama Tanyakan pada klien keluhan apa yang dirasakan klien pada saat ini 3. Riwayat kesehatan

Riwayat kesehatan sekarang Tanyakan bagaimana terjadi kecelakaan,apa yang menyebabkan kecelakaan, patah tulang

Riwayat kesehatan dahulu Adakah dalam klien pernah mengalami trauma/fraktur sebelumnya

Riwayat kesehatan keluarga Adakah didalam keluarga yang pernah mengalami trauma atau fraktur seperti klien atau penyakit yang berhubungan dengan tulang lainnya.

1. Aktivitas istirahat Adakah kehilangan fungsi pada bagian yang terkena/fraktur keterbatasan imobilitas 2. Sirkulasi Hipertensi ( kadang terlihat sebagai respon nyeri. Ansietas) Hipotensi ( respon terhadap kehilangan darah ) tachikardi, crt, lambat, pucat bagian yang terkena. 3. Neurosensori Adanya kesemutan, deformitas, krepitasi, pemendekkan, kelemahan. 4. Kenyamanan Nyeri tiba-tiba saat cedera, spasma/ kram otot. 5. Keamanan Leserasi kulit, pendarahan, perubahan warna, pembengkakkan lokal

2.2.2 Analisa data 1. Data subjektif


Kesulitan dalam beraktivitas : kelemahan, nyeri Mudah lelah, kesulitan istirahat ( nyeri) Kesulitan dalam memenuhi kebutuhan diri sendiri

1. Data objktif

Gangguan mobilitas Edema pada esktremitas yang fraktur Adanya deformitas Adanya peningkatan suhu pada esktremitas yang fraktur Skala nyeri meningkat jika ekstremitas digerakan

2.2.3 Diagnose keperawatan dan intervensi 1. Nyeri b.d Nyeri akut berhubungan dengan fraktur (Brunner & Suddarth, 2002 ; 2363)

Tujuan : nyeri berkurang setelah dilakukan perawatan

Kriteria Hasil :

Klien mengatakan nyeri berkurang Klien tampak rileks, mampu berpartisifasi dalam aktivitas/tidur/istirahat dengan tepat

Intervensi : 1. Pertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring gips, pembebat, traksi. 2. Ringgikan dan dukung ekstremitas yang terkena 3. Hindari menggunakan sprei / bantal plastik di bawah ekstremitas dalm gips. 4. Evaluasi keluhan nyeri, perhatikan lokasi karakteristik, intensitas (0-10)

5. 6. 7. 8.

Dorong pasien untuk mendiskusikan masalah sampai dengan cedera. Dorong menggunakan teknik managemen stress / nyeri Berikan alternatif tindakan kenyamanan : pijatan, alih baring Kolaborasi - Beri obat sesuai indikasi - Lakukan kompres dingin / es 24 28 jam pertama sesuai keperluan

Rasional 1. Menghilangkan nyeri dan mencegah kesalahan posisi tulang / tegangan jaringan yang cedera 2. Meningkatkan aliran balik vena menurunkan edema, menurunkan nyeri 3. Dapat meningkatkan ketidaknyamanan karena peningkatan produksi panas dalam gips yang kering 4. Meningkatkan keefektifan intevensi, tingkat ansietas dapat mempengaruhi persepsi/ reaksi terhadap nyeri. 5. Membantu menghilangkan astetas 6. Meningkatkan kemampuan keping dalam manajemen nyeri 7. Meningkatkan sirkulasi umum, menurunkan area tekanan lokal dan kelelahan otot 8. Diberikan untuk menurunkan nyeri / spasme otot Menurun edema, pembentukan hematoom dan mengurangi sensi nyeri.

1. Kerusakan mobilitas fisik b.d kelemahan otot Intervensi : 1. Kaji derajat mobilitas yang dihasilkan oleh cedera 2. Instruksikan ps untuk / bantu dalam rentang gerak pasien / aktif pada ekstremitas yang sakit dan yang tidak sakit. 3. Dorong penggunaan latihan isometrik mulai dengan tungkai yang tersakit d. 4. Tempatkan dalam posisi terlentang secara periodic 5. Bantu / dorong perawatan diri / kebersihan (mandi keramas) 6. Dorong peningkatan masukan sampai 2000 3000 mliter / hr termasuk air asam, jus.

Rasional :

1. Pasien mungkin dibatasi oleh pandangan diri / persepsi diri tentang keterbatasan fisik actual 2. Meningkatkan aliran darah ke otot dan tulang untuk meningkatkan tunas otot, mempertahankan gerak sendi, mencegah kontraktur / afroji 3. Kontraksi otot isometrik tanpa menekuk sendi / menggerakkan tungkai dan membantu mempertahankan kekuatan dengan masa otot 4. Menurunkan resiko kontraktur heksi pangul 5. Meningkatkan kekuatan otot dan sirkulasi, perawatan diri langsung 6. Mempertahankan hidrasi tubuh menurunkan resiko infexi urinarius, pembentukan batu dan konstipasi. 1. Kerusakan Integritas Jaringan b.d fraktur terbuka Intervensi : 1. Kaji kulit untuk luka terbuka, benda asing, kemerahan, pendarahan, perubahan warna 2. Massase kulit dan penonjolan tulang pertahankan tempat tidur kering dan bebas kerutan 3. Ubah posisi dengan sering 4. Traksi tulang dan perawatan kulit. Rasional : 5. Memberikan informasi tentang sirkulasi kulit dan mungkin masalah yang mungkin disebabkan oleh alat / pemasangan gips, edema 6. Menurukan tekanan pada area yang peka dan resiko kerusakan kulit 7. Mengurangi tekanan konstan pada area yang sama dan meminimal 8. Mencegah cedera pada bagian tubuh lain.

2. Resiko tinggi terhadap infeksi b.d trauma jaringan Intervensi : 1. Inspeksi kulit untuk adanya iritasi / robekan kontinuitas 2. Kaji sisi pen / kulit perhatikan keluhan peningkatan nyeri 3. Berikan perawatan pen / kawat steril 4. Observasi luka untuk pembentukan buta, krepitasi, bau drainase yang tidak enak 5. Kaji tonus otot, reflek tendon dalam dan kemampuan berbicara 6. Selidiki nyeri tiba-tiba / keterbatasan gerakan dengan edema local 7. Berikan obat sesuai indikasi

3. Rasional

1. Pen / kawat tidak harus dimasukkan melalui kulit yang terinfeksi kemerahan abrasi 2. Dapat mengindentifikasi timbulnya infeksi local 3. Dapat mencegah kontaminasi silang dan kemungkinan infeksi 4. Menghindari infeksi 5. Kekuatan otot, spasme tonik rahang, mengindikasi tetanus 6. Dapat mengindikasikan adanya osteomrelitis. ( Doenges, 2000 ) ) (Doenges. 2000. 761 774).

BAB III
LAPORAN KASUS Tangggal masuk Tanggal pengkajian No reg : 28 Desember 2010 : 29 Desember 2010

: 497541 Ruang : Seruni Diagnoda medik : CLOSE FRAKTUR TIBIA FIBULA SINISTRA

3.1 PENGKAJIAN

3.1.1 Identitas klien Nama Umur Agama :Ny.N :66 Tahun :islam :perempuan

Jenis kelamin Pekerjaan Alamat

:IRT :JL.Danau RT.01 Dusun Besar Bengkulu :

Penanggung Jawab Nama Umur :Ny.S :50 Tahun

Jenis kelamin Hub.dgn klien

:perempuan :keponakan

3.1.2 Keluhan Utama Klien mengeluh nyeri

3.1.3Riwayat kesehatan

Riwayat kesehatan sekarang

Klien dibawa ke IGD pada tanggal 28-des-2010 diantar oleh keluarga dengan keluhan nyeri pada betis sebelah kiri dan tidak bisa digerakkan karena patah setelah ditabrak sepeda motor. Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 29-des-2010 klien tampak lemah,kesadaran composmentis,tampak bengkak pada bagian kaki yang patah,klien mengeluh nyeri pada kaki (betis) sebelah kiri karena patah dengan skala nyeri :4. Dan nyeri bertambah jika kaki tersebut digerakan.keluarga klien selalu membantu dalam memenuhi kebutuhannya.

Riwayat kesehatan dahulu

Klien belum pernah mengalami patah tulang sebelumnya,klien juga tidak mempunyai riwayat penyakit keturunan dan menular lainnya.

Riwayat kesehatan keluarga

Keluarga klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami penyakit keturunan ataupun menular lainnya. 3.1.4 Data psikologis Klien tampak menerima keadaan sakit sekarang dan berharap bisa cepat sembuh. 3.1.5 Data sosial Hubungan klien dengan keluarga baik,terlihat dari anak dan keluarganya yang lain selalu menunggu nya. 3.1.6 Data spiritual Klien beragama islam,klien dan keluarga selalu berdo'a supaya cepat senbuh. 3.1.7 Kebiasaan sehari-hari No. 1. Kebiasaan Nutrisi a.Makanan

dirumah

Dirumah sakit

frekuensi jenis makanan 3x sehari 3x sehari Nasi, lauk-pauk, sayur

b.Minuman

frekuensi

Nasi,lauk pauk,sayur

-jenis minuman 6-7 gelas/hari Air putih

6-7 gelas /hari Eliminasi a.BAB


Air putih

frekuensi konsistensi

warna

2.

b.BAK

frekuensi warna bau jumlah

1x/hari Lembek Kuning

1x/hari Lembek Kuning

Istirahat tidur

lama tidur gangguan tidur

4-5x/hari Jernih kekuningan Khas

Terpasang kateter Jernih kekuningan Khas +1300cc/hari

Personal hygiene

+ 1300 cc/hari

mandi gosok gigi

Aktivitas

6-7 jam/hari Tidak ada

6-7 jam/hari Tidak ada

3.

2x/hari 2x/hari

Dilap 1x/hari 1x/hari

Klien bisa

Klien selalu dibantu oleh keluarga dan

4.

melakukan aktivitas Secara mandiri

perawat dalam melakukan aktivitas

5.

3.1.8 Pemeriksaan fisik


keadaan umum :lemah kesadaran : compos mentis Tanda-tanda vital : TD : 150/90 mmHg P : 18x/Menit N : 81x/Menit S : 36,5'c

1.Kepala

inspeksi :simetris,distribusi rambut merata palpasi :tidak ada nyeri tekan,tidak ada benjolan

2.Mata

inspeksi :simetris,tidak ada katarak,konjungtiva anemis,sclera an ikterik palpasi :tidak ada nyeri tekan

3.Hidung

inspeksi :simetris,tidak ada pengeluaran,tidak ada pernafasan cuping hidung palpasi :tidak ada nyeri tekan,tidak ada benjolan

4.Telinga

inspeksi :simetris,tidak ada pengeluaran Palpasi :tidak ada nyeri tekan,tidak ada benjolan

5.Mulut

inspeksi :simetris,mukosa bibir lembab,tidak ada sianosis Palpasi :tidak ada nyeri tekan

6.Leher

inspeksi :simetris,tidak ada pembesaran vena jugularis Palpasi :tidak ada nyeri tekan,tidak ada pembengkakan

7.Dada

inspeksi :simetris,pergerakan dinding dada baik palpasi :tidak ada nyeri tekan auskultasi :bunyi nafas vesikuler perkusi :bunyi rensonan

8.Abdomen

inspeksi :simetris,tidak ada bekas operasi auskultasi :bunyi bising usus (+) perkusi :bunyi timpani palpasi :tidak ada nyeri tekan

9.Ekstremitas

atas :pada ekstremitas atas,tangan bisa digerakkan dengan baik bawah :pada ekstremeritas bawah,kaki sebelah kiri(tibia-fibula) tidak bisa digerakkan/fraktur, kondisi sekitar fraktur oedema, adanya luka

10.Genetalia

inspeksi :simetris,terpasang kateter palpasi :tidak ada nyeri tekan

3.1.9 THERAPY 1.cairan RL 20 tts/menit 2.citicholine 3x1 (IV) 3.keterolac 3x1 (IV)

4.taxef 2x1 gr (14/st) 5.pronalges supp 6dexamethason 2x1 amp (IV) 7.rannitidin 2x1 amp (IV)

3.2 ANALISA DATA Nama : Ny.N No.Reg : 4793 Umur : 66 Tahun Ruangan :Seruni No DS : 1

Data Senjang

Interprestasi Data Fraktur

Masalah Gangguan rasa nyaman nyeri

Klien mengatakan nyeri pada betis

sebelah kiri kerena patah DO :


KLien tampak lemah Skala nyeri 4 Tampak edema pada bagian fraktur Nyeri bertambah jika pada bagian yang fraktur di gerakkan

Diskontinuitas tulang

Pergeseran fragmen tulang

Nyeri Fraktur

DS :

Diskontinuitas tulang Keluarga klien mengatakan aktivitas klien selalu dibantu oleh keluarga Gangguan mobilitas fisik Klien tampak selalu di bantu oleh keluarga dan perawat dalam melakukan aktivitas Fraktur pada 1/3 tibia fibula sinistra Perubahan jaringan sekitar

DO :

Pergeseran

fragmen tulang

Depormitas

Gangguan fungsi

Gangguan mobilitas fisik

3.2 DIAGNOSA Nama : Ny.N No.Reg : 4793 Umur : 66 Tahun Ruangan :Seruni No 1 2 Diagnoasa Keparawatan Tanggal Dtemukan Paraf Tanggal teratasi Paraf

Gangguan rasa nyaman nyeri b.d terputusnya kontinuitas jaringan pada tulang 29-12-2010 / fraktur Gangguan mobilitas fisik b.d kelemahan 29-12-2010

3.3 INTERVENSI Nama : Ny.N No.Reg : 4793

Umur : 66 Tahun Ruangan :Seruni No Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Keperawatan

Rasional

Paraf

Pertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring, gips / pembidaian

Setelah dilakukan perawatan selama 3x24 jam di harapkan gangguan rasa nyaman nyeri dapat berkurang / atau teratasi dengan criteria hasil :

Tinggikan dan dukung eksremitas yang terkena

Klien tidak mengeluh nyeri Skala nyeri0

Evaluasi keluhan nyeri, perhatikan lokasi, karakteristik dan intensitas nyeri Lakukan kompres dingin 24-48 jam pertama sesuai keperluan

Menghilangkan nyeri dan mencegah kesalahan posisi tulang atau jaringan yang cedera Meningkatkan aliran balik vena, menurunkan edema, dan menuunkan nyeri Mempengaruhi pilihan / pengawasan kefektifan intervensi Menurunkan edema / pembentukan hematum, menurunkan sensasi nyeri Untuk menurunkan nyeri atau spasme otot

Kolaborasi pemberian obat analgetik Kaji derajat

Setelah dilakukan

Pasien mungkin

perawatan selama 3x24 jam diharapkan gangguan mobilitas fisik dapat teratasi dengan kriteria hasil :

imobilitas yang dihasilkan oleh cedera

Klien melakukan aktivitas secara mandiri

dibatasi oleh pandangan diri / persepsi diri tentang keterbatasan fisik aktual, memerlukan informasi Berguna untuk mempertahankan posisi fungsional eksremitas tangan / kaki, mencegah kontraktur Mobilisasi dini menurunkan komplikasi tirah baring, meningkatkan penyembuhan dan normalisasi fungsi organ

Beriakn papan kaki, bebat pergelangan

Hipertensi pertural adalah masalah umum menyertai tirah baring lama dan dapat memerlukan intervensi khusus

Berikan / bantu mobilisasi dengan kursi roda, kruk, tongkat, sesegera mungkin, intruksikan keamanan dalam menggunakan alat mobilisasi Awasi TD dengan melakukan aktivitas

3.4 IMPLEMENTASI Nama : Ny.N No.Reg : 4793 Umur : 66 Tahun Ruangan :Seruni No Tanggal / jam 22-122010

Implementasi -mempertahankan mobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring dan spalk

Respon hasil Nyeri berkurang

Paraf

-meninggikan dan mendukung ekstrimitas yang terkena

-mengevaluasi keluhan nyeri lokasi,karakteristik dan intensitasnya

Nyeri berkurang tapi masih edema

-mengukur TD pasien

Mengkolaborasikan pemberian obat analgetik sesuai indikasi yaitu:keterolac

Neri p[ada eksremitas bawah sebelah kiri (tibia-fibula) Nyeri nyilu skala 4

TD : 150/90 mmHg

membantu mobilisasi dengan kruk dan mengintruksikan keamanan dalam menggunakan alat mobilitas Mempertahankan mobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring dan spalk Meninggikan dan mendukung eksremitas yang terkena Mengevaluasi keluhan nyeri Mengukur TD pasien Berkolaborasi dalam pemberian obat analgetik sesuai indikasi yaitu : ketrolak membantu mobilisasi dengan kruk dan mengintruksikan keamanan dalam menggunakan alat mobilitas Mempertahankan mobilasasi bagian yang sakit dengan tirah baring dan spalk Meninggikan dan medukung eksremitas yang terkena Mengevaluasi keluhan nyeri Mengukur TD pasien Berkolaborasi dalam pemberian obat analgetik sesuai indikasi yaitu : ketrolak membantu mobilisasi dengan kruk dan mengintruksikan keamanan dalam menggunakan alat mobilitas

Ketrolak 2x1 amp IV

Membantu menyembuhkan dan menormalisakan fungsikan organ

Nyeri berkurang

Nyeri berkurang tapi masih edema

Skala nyeri 4

30-122010

TD : 130/90 Ketrolak 2x1 amp IV

Membantu penyembuhan dan normalisai fungsi organ

Nyeri berkurang

Nyeri berkurang tapi

masih edema

Skala nyeri 3

TD : 130/90 Ketrolak 2x1 amp IV

Membantu penyebuhan dan normalisasi fungsi organ

3.5 EVALUASI Nama : Ny.N No.Reg : 4793 Umur : 66 Tahun Ruangan :Seruni Hr/tgl/jam No. Evaluasi Keperawatan S : Klien mengatakan nyerinya sudah berkurang paraf

O : skala nyeri:3 Jum'at, 31,des 2010 1. klien masih tampak lemah

A : Masalah teratasi sebagian

Jum'at 31,des 2010 2.

P : Lanjutkan intervensi S : Keluarga klien mengatakan aktivitas klien masih dibantu oleh keluarga

O : Klien masih tampak dibantu oleh keluarga dalam beraktivitas

A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi

BAB IV PENUTUP 1. kesimpulan Fraktur adalah terputusnya hubungan atau kontinuitas tulang karena stress pada tulang yang berlebihan. Selanjutnya penulis akan menyimpulakn sesuai dengan tahapan-tahapan yang ada didalam proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnose, perencanaan, implementasi, evaluasi. 1. Pengkajian dilakukan dengan cara wawancara dan observasi langsung yang penulis dapatkan dari keluarga pasein dan pasien itu sendiri, selain itu juga penulis mendapatkan informasi dari perawat dan catatan medic pasien. 2. Dua diagnose yang penulis temukan pada pasien setelah dilakukan pengkajian yaitu : 1. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d terputusnya kontinuitas jaringan pada tulang / fraktur 2. Gangguan mobilitas fisik b.d kelemahan 3. Dalam menyusun rencana keprawatan pada pasien penulis mengacu pada konsep dasar askep yang kemudian disesuaikan dengan kemampuan pasien dan ruangan perawatan pasien 4. Dalam melakukan tindakan keperawatan penulis tidak melakukan semua yangada dalam rencana keperawatan karena keterbatasan sarana, kemampuan pasien dan waktu yang ada 5. Evaluasi dilakukan pada ketiga hari perawatan sesuai dengan rencana yang telah ada, tetapi masih banyak diagnose yang belum teratasi. 2. Saran 1. Bagi pasien dan keluarga

Pada penderita fraktur tibia sangat dibutuhkan istirahat total dan minimalkan pengeluaran energy, jadi hal yang paling utama yang dapat dilakukan pasien dan keluarganya jika terjadi komplikasi adalah berupaya untuk beristirahat total.

2. Bagi lahan peraktek Perawatan penderita fraktur tibia memerlukan waktu yang cukup panjang dan sangat beresiko terjadi komplikasi. Dengan demikian perawatan kepada penderita haruslah dilakukan dengan cermat dan tepat, untuk mencapai hal tersebut pihak rumah sakit hendaklah mempunyai perawat yang telah berpengalaman dalam perawatan pasien fraktur tibia.

You might also like