You are on page 1of 132

1. 2.

abdi-Dalem: Hamba raja atau pegawai istana. abdi-Dalem bedhaya kakung: Hamba pria raja yang tugas utamanya adalah menari bedhaya dan wayang wong. Abimanyu (Angkawijaya): Putera Arjuna dengan Sumbadra, ayah dari Parikesit. Abiyasa (K. Byasa): Kakek Arjuna, semula raja dari Ngastina, yang juga dianggap sebagai guru serta pertapa suci: ia hidup di pertapaan Saptaarga. Abiyasa Jumeneng Nata: Secara harafiah berarti "Abiyasa Menjadi Raja"; sebuah lakon dari pertunjukan wayang wong. ada-ada: Satu dari tiga tipe nyanyian dhalang, yang dinyanyikan dengan diiringi oleh gender barung serta pukulan keprak; pada pertunjukan wayang wong dinyanyikan oleh pesindhen kahung, yaitu koor pria.

3. 4.

5.

6.

7. 8. 9.

Adiparwa (S. dan K.): Bagian pertama dari Mahabharata. adresyasadhana (K.): Kekuatan untuk bisa tak kasat mata. adu macan: Hiburan istana Yogyakarta berupa mengadu harimau melawan kerbau.

10. Agastya: Seorang orang suci dalam Ramayana. 11. Airlanggha (K.): Raja dari Jawa Timur dari abad ke-11. 12. ajimat Adreswasadana: Kata-kata sakral yang memiliki kekuatan bisa menyebabkan seseorang tak kasat mata bila diucapkan. 13. Akademi Seni Tari Indonesia: Sebuah lembaga pendidikan tinggi tari di Indonesia yang didirikan oleh Pemerintah Republik Indonesia di Yogyakarta pada tahun 1963; kemudian juga didirikan di Bali pada tahun 1969, dan di Bandung pada tahun 1970. 14. Allah: Tuhan bagi umat Islam. 15. alun-alun: Lapangan istana.

16. Alun-alun Kidul: Lapangan Istana di Selatan. 17. Alun-alun Lor: Lapangan Istana di Utara. 18. alus: Karakter halus. 19. ambangir: Bentuk hidung wayang yang runcing seperti hidung Yudhisthira, Arjuna, Nakula, Sadewa, Rama, Leksmana, Sumbadra, Sinta, dan lain-lain. 20. Amonggarba: Utusan raja Winatakwaca dalam lakon Mintaraga. 21. amerta (K.): Air suci: 22. Andakawisaya: Nama Leksmana yang sedang menyamar dalam lakon Rama Nitik. 23. Angganasari: Nama seorang dari tujuh bidadari dalam lakon Mintaraga. 24. Angganawati: Nama seorang dari tujuh bidadari dalam lakon Mintaraga. 25. angin: Angin. 26. Angkawijaya: Lihat Abimanyu. 27. anjeber: Bentuk mulut yang besar dan menganga dari wayang seperti mulut

Sugriwa, Hanuman, Hanggada, dan Kerakera lainnya. 28. Antaboga: Ular naga besar, ayah dari Pertalawati, dan ayah mertua dari Bima. 29. Antareja: Putera Bima dengan Dewi Pertalawati. (Werkudara)

30. Antareja Takon Bapa: Secara harafiah berarti "Antareja Menanyakan Siapakah Ayahnya," nama lain dari lakon Sumbadra Ladrang. 31. Antasena: Putera Bima dengan Dewi Urangayu. 32. Antrakawulan: Isteri Prabu Barata. 33. antya basa: Salah sebuah sub-tingkatan dan tingkatan bahasa Jawa ngoko; lihat ngoko. 34. apit ngajeng: Seorang penari dari sembilan penari bedhaya yang sering dikatakan melambangkan lengan kanan. 35. apit wingking: Seorarig penari dari sembilan penari bedhaya yang sering dikatakan melambangkan lengan kiri.

36. apramukaning rana gana: Pimpinan militer tertinggi. 37. apsara (K.): Seorang mahluk kayangan. 38. ardhanariswara (K.): Bentuk Siwa yang setengah laki-laki dan setengah perempuan. 39. Arimbi (K. Hidimbi): Raksasa perempuan isteri Bima dan ibu dari Gathutkaca. 40. Arjuna: Saudara tengah dari lima Pandawa bersaudara, cakap, kesatria yang tangguh, serta putera spiritual dari Dewa Endra; pahlawan ideal dari pertunjukan wayang kulit. 41. Arjunasasrabau: Pahlawan dari wiracarita Arjunasasrabau yang mampu membunuh Rawana dalam kehidupannya sebelum wiracarita Ramayana. 42. Arjunawiwaha: Terjemahan bahasa Indonesia dari kakawin Arjunawiwaha. 43. Arjunawiwaha (K.): Secara harafiah berarti "Perkawinan Arjuna"; wiracarita Jawa Kuna yang ditulis oleh Mpu Kanwa pada abad ke-11. 44. aswameda (K.): Upacara korban kuda.

45. Aswin: Dewa kembar, ayah spiritual dari saudara kembar Nakula dan Sadewa. 46. Ayak-Ayakan: gendhing Jawa. Nama dari bentuk

47. Ayodhya (K.): Kerajaan Rama. 48. babad: Sejarah tradisional. 49. Babad Alas Martani: Secara harafiah berarti "Membersihkan dengan Menebas Hutan Martani," nama sebuah lakon dari pertunjukan wayang. 50. Babad Dipanegaran: Sejarah tradisional tentang Dipanegara, ditulis sendiri oleh Sang Pangeran selama berada di pengasingannya di Menado. 51. Babad Giyanti: Sejarah tradisional Giyanti, menggambarkan pembagian kerajaan Mataram-Surakarta menjadi Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta, 1755. 52. Babad Kraton Ngayogyakarta: Sejarah Tradisional Keraton Yogyakarta. 53. Babad Tanah Jawi: Sejarah tradisional Jawa.

54. Bagong: Anak ketiga (bungsu) dari Semar. 55. bagongan (kedhatonan): Sebuah tingkatan bahasa dalam bahasa Jawa yang khusus dipergunakan di kalangan istana. 56. bagongan dewa: Bahasa bagongan, khusus yang dipergunakan oleh para dewa; lihat bagongan. 57. Bajrapaka: Patih (perdana menteri) dari Jonggirupeksa dalam lakon Mintaraga. 58. Baladewa: Raja dari kerajaan Mandura, kakak dari Kresna. 59. Bali: (1) Lihat Subali; (2) pulau Bali. 60. Bambang: Anak kebangsawanan yang dunia pewayangan. 61. Banapati: Raja Dhendhabaya dalam Pregiwati. muda, terdapat dari lakon gelar dalam

kerajaan Pregiwa-

62. Bandara Raden Mas: Gelar kebangsawanan bagi putera-putera Sultan Yogyakarta pada waktu mereka masih muda.

63. Bangsal Kencana: Secara harafiah berarti "Balai Emas" di istana Yogyakarta yang merupakan pusat dari bangunan istana. 64. Bangsal Kothak: Lihat kothak. 65. Bangsal Prabayeksa: Ruangan dalam yang terdapat di keraton Yogyakarta tempat menyimpan sebagian besar dari pusaka keraton. 66. Bangsal Witana: Balai penghadapan yang terdapat di Sitinggil (Siti Hinggil). 67. bangun tulak: Nama sebuah motif kain dengan warna dasar biru tua dan putih di tengahnya. 68. Banjarwiduri: Taman bunga di Widurisebda dalam lakon Rama Nitik. 69. Banjet: Nama wanda kedua dari tiga wanda untuk tokoh wayang Samba. 70. Bantheng: Nama wanda ketiga dari tiga wanda untuk tokoh wayang Baladewa. 71. bapang: Tipe pola gerak untuk karakter pria yang gagah, kasar, sombong, dan nakal.

72. bapang dhengklik keplok asta: Tipe pola gerak bagi karakter raksasa yang kuat, sombong, dan kasar. 73. bapang dhengklik keplok asta usap rawis: Tipe pola gerak untuk parajin yang kuat, sombong, dan kasar. 74. bapang kentrog: Tipe pola gerak bagi para prajurit Bugis yang kuat, berlagak, serta dinamis. 75. bapang sekar suhun dhengklik: Tipe pola gerak untuk raja serta pangeran raksasa yang kuat dan berlagak. 76. bapang ukel asta: Tipe pola gerak khusus untuk dewa Nurada (Narada) yang gagah dan dinamis. 77. bara: Dua lembar hiasan busana dan kain pendek dan kecil yang dipakai menempel di kain pinggang, khusus hanya dipakai oleh peranan pria. 78. barang: Nada pertama dari sistem tangga nada pelog. 79. Barat: (1) Angin; (2) wanda ketiga dari tiga wanda untuk Hanuman.

80. Barata: Adik laki-laki dari Rama, putera Kaikeyi, dan raja dari Widurisebda dalam lakon Rama Nitik. 81. Bareh: Nama wanda ketiga dari tiga wanda untuk tokoh wayang Sengkuni. 82. Barong Kedhingkling: Nama lain dari wayang wong Bali. 83. barwatang: Secara harafiah berarti "setelah permainan tombak selesai"; pertunjukan wayang kulit yang diselenggarakan setiap Sabtu malam setelah permainan sodor dengan tombak (watangan) selesai. 84. basa antya: Satu dari tiga sub-tingkatan dari tingkatan bahasa Jawa ngoko; lihat ngoko. 85. basa pedhalangan: Bahasa yang khusus dipergunakan dalam pertunjukan wayang, dipergunakan juga untuk pertunjukan wayang wong. 86. baskara: Matahari. 87. Basuki: Nama Suralaya. seorang dewa dari

88. batak: Peranan utama dari sembilan penari bedhaya yang sering dikatakan melambangkan pikiran manusia. 89. Bathara: Dewa. 90. Bathari: Dewi. 91. Bayu (K. Bayu): Dewa Angin, seorang putera Bathara Guru, juga dianggap sebagai ayah spiritual Bima. 92. Bayuatmaja: Secara harafiah berarti "Putera Bayu"; nama lain dari Hanuman. 93. Bebadan Among Beksa: Nama dari sebuah organisasi tari yang didirikan oleh Sultan Hamengku Buwana IX pada tahun 1950. 94. bedhaya (bedhaya sanga): Tari puteri istana yang ditarikan oleh sembilan penari wanita yang hanya terdapat di kasunanan Surakarta dan kasultanan Yogyakarta; istana yang lain bisa memiliki bedhaya, tetapi penarinya tidak berjumlah sembilan, melainkan tujuh. 95. Bedhaya Ketawang: Bedhaya yang sangat keramat dari keraton Surakarta. 96. bedhaya sanga: Secara harafiah berarti

"bedhaya sembilan"; lihat bedhaya. 97. Bedhaya Semang: Bedhaya yang sangat sakral dari keraton Yogyakarta. 98. bedhol songsong: Secara harafiah berarti "mencabut payung"; sebuah pertunjukan wayang kulit yang diselenggarakan pada malam hari seusai perayaan garebeg. 99. bedhug: Gendang besar berkepala dua yang ditabuh dengan sebuah tongkat pemukul. 100. Begal: Wanda ketiga dari tiga wanda dari Salya; juga wanda kedua dari Karna; secara harafiah berarti "perampas". 101. Begasura: Raja dari Bikukung dalam lakon Rama Nitik. 102. begawan: Pendeta. 103. beksa lawung (beksan lawung): Tari putera bersenjatakan tombak dari istana yang ditarikan oleh 16 penari putera. 104. Beksan Lawung Ageng (Beksan Trunajaya): Secara harafiah berarti "Tari Lawung Besar", ditarikan oleh 16

penari putera gagah. 105. Beksan Lawung Alit: Secara harafiah berarti "Tari Lawung Kecil", ditarikan oleh 8 penari putera halus. 106. beksa sekar (Sekal Medwa): Tari toast istana, ditarikan oleh 8 penari putera. 107. beksa tameng: Tari perang dari istana yang para penarinya bersenjatakan tameng. 108. beksa wayang: Tari perang dari istana yang menggambarkan perang dari tokohtokoh wayang kulit. 109. Belis: (1) Wanda ketiga dari tiga wanda bagi Dursasana; (2) bentuk mata dari wayang kulit untuk raksasa. 110. Bengis: Wanda ketiga dari tiga wanda bagi Durna dan Leksmana Dakumara (Mandrakumara). 111. berkah-Dalem: Restu dari Sultan. 112. bersih-desa: Secara harfiah berarti upacara untuk "pembersihan desa"; peristiwa yang diupacarai dengan pertunjukan wayang kulit dengan lakon animistik Sri Temurun.

113. Bharata: Moyang dari para keluarga Pandawa dan Korawa. 114. Bharatayuda: Perang besar di antara darah Bharata; perang besar antara keluarga Pandawa dengan keluarga Korawa. 115. Bharavi (S.): Pengarang Kiratarjuniya. 116. Bhatti-kavya (S.): Versi Sanskrit dari wiracarita tentang Rama yang ditulis oleh Bhatti. 117. Bhomakawya: Puisi Jawa Kuna yang menceritakan tentang Bhoma. 118. Bikukung: Kerajaan dari dalam lakon Rama Nitik. Begasura

119. Bima (Werkudara; K. Bhima atau Wrkodara): Saudara kedua dari lima Pandawa, putera spiritual dari Bayu, kesatria yang keras hati dan kuat; ia memiliki tiga putera yaitu Antareja, Gathutkaca, dan Antasena. 120. binggel: Gelang. 121. Bintrok: Wanda pertama dari tiga wanda bagi Banowati.

122. Bisawa: Dewa yang tak begitu penting di Ngendrabuwana. 123. Bisawama: Raja dari Singgela, putera Wibisana dalam lakon Parta Krama. 124. Bisma (Dewabrata; K. Bhisma): Putera Santanu, dahulu raja dari Ngastina; guru dari para Pandawa dan Korawa, tetapi ia membantu Korawa dalam Perang Besar antara kedua keluarga itu. 125. Bisma Mahawira: Secara harfiah berarti "Bisma, Pemimpin Besar Angkatan Perang"; lakon wayang wong yang menggambarkan gugumya Bisma. 126. bledhegan (gelapan): Hiasan berbentuk seperti petir atau halilintar di bagian belakang penutup kepala. 127. Blungkang: Wanda kedua dari tiga wanda bagi Bagong dan Togog. 128. bokongan bebekan: Satu cara pemakaian kain pada boneka wayang kulit bagi tokoh-tokoh seperti Dasarata dan Yudhisthira. 129. bokongan dewa: Satu cara pemakaian kain pada boneka wayang kulit bagi

tokoh-tokoh Endra, Brama, dan dewadewa yang lain. 130. bokongan putran: Satu cara pemakaian kain pada boneka wayang kulit bagi tokoh-tokoh seperti putera mahkota Samba. 131. bokongan raton: Satu cara pemakaian kain pada boneka wayang kulit seperti Kresna, Karna, dan Duryodana. 132. bokongan satriya: Satu cara pemakaian kain pada boneka wayang kulit bagi tokoh-tokoh seperti Arjuna, Nakula, Sadewa, dan kesatria-kesatria halus lainnya. 133. Bomakendra: Patih (perdana menteri) dari kerajaan Ngimataka dalam lakon Mintaraga. 134. bonang: Instrumen gamelan Jawa berupa gong-mangkuk berukuran sedang yang disusun dua deret horisontal pada sebuah rak dari kayu. 135. boreh: Pewarna kulit berwarna kuning untuk penari. 136. borehan: Mengoleskan boreh.

137. Brahma (K.): Dewa Pencipta; dengan Siwa (Dewa Pelebur) dan Wisnu (Dewa Pemelihara) merupakan Trimurti dalam panteon Hindu. 138. Brama: Dewa Api, putera Bathara Guru. 139. branyak: Secara harfiah berarti "pandangan ke depan"; karakter putera halus atau puteri yang dinamis. 140. Bratasena: Bima yang masih muda. 141. Bratayuda (Prang Brangtayuda Jayabinangun): lihat Bharatayuda. 142. Bugis: Wanda pertama dari tiga wanda bagi Werkudara. 143. Bujang: Wanda kedua dari tiga wanda bagi Dursasana; juga merupakan wanda pertama dari Cakil; juga wanda kedua dari Leksmana Dakumara dan Petruk. 144. bumi: Bumi. 145. bunder. Bentuk hidung dari boneka wayang kulit seperti Gareng; secara harfiah berarti "bundar". 146. bungker: Bentuk hidung untuk boneka wayang kulit seperti Durna.

147. buntal: Imitasi dari bunga-bungaan yang dirangkai dengan tali yang merupakan bagian busana pada tari Jawa, tetapi hanya dipakai oleh karakter putera gagah; untuk busana pengantin, dibuat dari daun-daun yang dirangkai. 148. buntel: Bungkus. 149. buntil: Seorang dari sembilan penari bedhaya yang melambangkan organ seks manusia. 150. Buntit: Periksa Temanten; juga wanda pertama dari Patih Suwanda. 151. bupati: Kepala dari sebuah wilayah di manca negara; juga pangkat yang cukup tinggi pada administrasi pemerintahan di dalam keraton. 152. Burisrawa: Putera raja Salya. 153. byong: Nama instrumen gamelan yang arkhais dari gamelan Kodhok Ngorek yang berbentuk seperti pohon dengan genta-genta kecil. 154. cacah: Keluarga. 155. Cakil: Secara harfiah berarti "Taring"; nama dari satu figur wayang kulit yang

merupakan musuh ritual yang utama dari seorang pahlawan halus dalam perang kembang. 156. Cakra: (1) Senjata pusaka Kresna berbentuk bundar dengan gigi-gigi di pinggirnya; (2) nama senjata pusaka yang sama yang dimiliki oleh Sultan Hamengku Buwana I; pusaka lain yang serupa dengan ini bernama Hardacakra. 157. Cakrapani: Salah satu nama Kresna. 158. Calonarang: Cerita dari Jawa Timur yang menggambarkan seorang janda Girah; nama dari janda itu. 159. cancutan: Periksa cincingan. 160. Candhanameru: Tempat pertapaan dari Jayasemadi. 161. candi: Bangunan keagamaan Hindu dan Buddha; berasal dari Candika" nama Dewi Durga yang sedang berbentuk sebagai Dewi Kematian. 162. Candrageni: Raja dari Tunjungkaroban, saudara dari Prabu Winatakwaca dalam lakon Mintaraga.

163. Candramuka: Raja bawahan dari Prabu Suryawasesa dalam lakon Parta Krama. 164. candrawirama: kalung. Sebuah motif dari

165. cangkring: Nama motif dari kain. 166. Cantrik Danakarti: Seorang dari muridmurid Mintaraga. 167. Cantrik Janaloka: Murid yang sangat dipercaya oleh Begawan Sidikwacana dalam lakon Pregiwa-Pregiwati. 168. carangan (lakon carangan): Cerita cabang dari wiracarita-wiracarita klasik. 169. Caturboja: Nama lain dari Bathara Guru. 170. caturmukha (K.): Secara harfiah berarti "berwajah empat", yaitu Brahma. 171. Cempala: (1) Kerajaan dari Drupada; (2) pemukul dari kayu, juga ada yang dari besi, yang bisa dipegang dengan tangan kiri atau dijepit dengan jari-jari kaki kanan dalam pertunjukan wayang kulit. 172. Cicir: Wanda kedua dari tiga wanda bagi Cakil.

173. cincingan (cancutan): Cara memakai kain pada boneka-boneka wayang kulit untuk tokoh-tokoh seperti Sentyaki, Bima, Gathutkaca, Antareja, Antasena, Baladewa, dan karakter putera gagah lainnya. 174. Cindhe: (1) Wanda pertama dari tiga wanda bagi Hanuman; (2) sejenis motif kain yang banyak menggunakan warna merah. 175. Cindhe jelamprang: Motif kain yang dikenakan sekeliling pinggang. 176. cindhe sekar: Satu motif yang arkhais dari kain. 177. Ciptarasa: Putera Nurada dalam lakon Mintaraga versi dalang Hadisugita. 178. Citragana: Nama seorang dewa, putera Endra. 179. copet: Bentuk mulut dari boneka wayang kulit bagi tokoh-tokoh seperti Baladewa, bima, Gathutkaca, dan kesatria gagah lainnya. 180. Cringus: Wanda kedua dari tiga wanda bagi Sengkuni.

181. Criwis: Wanda kedua dari tiga wanda bagi Durna. 182. cupu: Kotak kecil. 183. cupu manik astagina: Nama dari kotak sakti. 184. daitya (K.): Detya (J.), raksasa. 185. Damarwulan: Karakter utama dari cerita legenda Damarwulan. 186. Dananjaya: (1) Salah satu nama Arjuna, karena ia memiliki kekayaan yang cukup banyak; (2) nama dari salah seorang putera Sultan Hamengku Buwana VIII. 187. Danardana: Salah satu Kresna. 188. Darmakusuma: Yudhisthira. Nama nama dari lain dari

189. Dasalengkara: Raja dari Singgela dalam lakon Pregiwa-Pregiwati. 190. Dasamuka (Rawana): Secara harfiah berarti "yang Berwajah Sepuluh", raja dari Ngalengka, musuh utama dari Rama dalam wiracarita Ramayana; juga nama Rawana pada kehidupan sebelum

Ramayana, musuh Arjunasasrabau.

utama

dari

191. dasa nama: Sepuluh nama. 192. Dasawisesa: Raja dari Widurisebda dalam lakon Jayasemadi. 193. Dastarastra (K. Dhrtarastra): Ayah dari para Korawa. 194. dewa: Dewa. 195. Dewagupita: Raja dari Parangkoicana, raja bawahan dari Raja Sri Suwela. 196. Dewamadhendha: Seorang dewa tak begitu penting dari Ngendrabuwana. 197. Dewangkara: Nama Ngendrabuwana. 198. Dewantaka: Perdana Ngendrabuwana. dewa menteri dari dari

199. Dewapertala: Perdana menteri dari Raja Sri Suwela, yang sebenarnya adalah Antasena yang menyamar. 200. Dewaruci: Nama dewa, penasihat Werkudara. guru dan

201. dewa sraya: Pemujaan kepada dewa untuk minta bantuan.

202. Dewatamtama: Raja dari Paranggiri, bawahan dari Raja Sri Suwela. 203. dewi: (1) Dewi; (2) nama penghormatan bagi seorang puteri dalam dunia pewayangan. 204. dhadha: (1) Seorang dari sembilan penari bedhaya yang melambangkan dada; nada ketiga dari sistem tangga nada slendro dan pelog. 205. dhalang: Pemain utama dalam pertunjukan wayang yang mempunyai tugas yang sangat banyak, yaitu sebagai juru ceritera, penyanyi, mengucapkan dialog, memimpin gamelan, serta memainkan wayang-wayang dengan kedua tangannya. 206. dhamis: Bentuk mulut dari bonekaboneka wayang kulit untuk tokoh-tokoh seperti Yudhisthira, Arjuna, Nakula, Sadewa, Kresna, Rama, Leksmana, Sumbadra, serta tokoh puteri serta putera halus lainnya. 207. dhampar. Singgasana. 208. Dhampar Kencana: Singgasana Emas.

209. Dhananjaya: (K.): Lihat Dananjaya. 210. Dharma: Dewa Kebajikan, spiritual dari Yudhisthira. ayah

211. Dharmawangsa: Raja dari Jawa Timur pada abad ke-11. 212. dhaupipun panganten: Pertemuan resmi antara pengantin puteri dengan pengantin putera dalam adat upacara perkawinan agung di keraton Yogyakarta. 213. dhempok: Bentuk hidung dari bonekaboneka wayang kulit untuk tokoh-tokoh seperti Werkudara, Gathutkaca, Antareja, Duryodana, dan tokoh-tokoh putera gagah lainnya. 214. dhestartepen: Kain kepala tradisional dengan bagian belakang melebar, yang dipergunakan sebagai busana penutup kepala bagi sebagian besar tokoh-tokoh dalam pertunjukan wayang wong sampai permulaan abad ke-20; juga dipakai oleh penari-penari beksan lawung, beksan tameng, beksan etheng, dan beksan Sekar Medura.

215. Dharastra (K.): Lihat Dastarastra. 216. Dhukun: Wanda kedua dari tiga wanda bagi Semar dan Gathutkaca; (2) juru penyembuh tradisional. 217. Dhunuk: Wanda ketiga dari tiga wanda bagi Semar. 218. Dipayana (Abiyasa): Seorang resi bekas raja, kakek Arjuna. 219. Diradasura: Prajurit binatang dari Raja Kagendrasura dalam lakon Mintaraga. 220. Diradasumirat: Nama lakon Jayasemadi. gajah dalam

221. Diwangsana: Nama seorang dewa dari Junggringsalaka. 222. dodot putren: Cara pemakaian kain pada boneka wayang kulit untuk tokoh-tokoh seperti Drupadi, Sumbadra, Srikandhi, Sinta, dan tokoh-tokoh puteri lainnya. 223. Dresanala: Seorang bidadari dari tujuh bidadari dalam lakon Mintaraga. 224. Dresthadyumna (Trusthadyumna atau K. Dhistadyumna): Saudara Srikandhi.

225. drijijanma: Secara harfiah berarti "jarijari manusia"; posisi tangan yang lazim pada boneka-boneka wayang kulit bagi karakter-karakter manusia dan dewa. 226. driji panakawan: Secara harfiah berarti "jari-jari pada abdi"; posisi tangan bagi boneka-boneka abdi. 227. driji raseksa: Secara harfiah berarti "jari-jari raksasa"; posisi tangan bagi boneka-boneka wayang kulit untuk tokoh raksasa. 228. driji tuding: Lihat tuding. 229. driji wanara: Secara harfiah berarti "jari-jari kera"; posisi tangan yang khas bagi boneka-boneka wayang kulit untuk tokoh kera. 230. dringin: Macam dan motif kain yang berwarna kekuningan yang disulam dengan benang emas. 231. Drona: Lihat Durna. 232. Drupada: Raja dari Cempala, ayah mertua dan Yudhisthira. 233. Drupadi (K. Dropadi): Puteri dari Raja Drupada, isteri Yudhisthira; dalam

wiracarita India ia adalah isteri dari lima Pandawa bersaudara. 234. Druwajaya: Pejabat tinggi dari kerajaan Dwarawati. 235. Durga: Dewi yang menakutkan, isteri Rudra. 236. Durjaya: Salah seorang adik Duryodana. 237. Durmuka: Duryodana. Salah seorang adik

238. Durna (K. Drona): Pendeta serta penasihat Raja Duryodana; guru baik bagi para Korawa maupun para Pandawa. 239. Dursasana: Saudara kedua yang juga sangat kasar dari Korawa bersaudara. 240. Duryodana (Suyudana atau K. Duryodhana): Saudara tertua dari 100 Korawa bersaudara, raja dari kerajaan Ngastina. 241. Duskreta (K.): Prajurit raksasa dari Raja Niwatakawaca dalam Arjunawiwaha. 242. Dwarawati: Kerajaan Kresna, yang secara harfiah berarti "Gerbang dari Dunia"; juga nama dari rajanya.

243. edan-edanan: Adegan lelucon yang agak gila dari pasangan pelawak putera dan puteri yang dilaksanakan pada upacara perkawinan agung keraton Yogyakarta. 244. Emban Cethi Suradewi: Utusan dari Raja Kaladurgangsa dalam lakon Pregiwa-Pregiwati. 245. Endhang: Murid wanita dari seorang pertapa. 246. endhel: Seorang penari dari sembilan penari bedhaya yang menggambarkan nafsu-nafsu manusia. 247. endhel wedalan ngajeng: Seorang dari sembilan penari bedhaya yang melambangkan kaki kanan. 248. endhel wedalan wingking: Seorang dari sembilan penari bedhaya yang melambangkan kaki kiri. 249. Endra (K. Indra): Raja dari para dewa di Ngendrabuwana, putera Bathara Guru, ayah spiritual dari Arjuna. 250. gabahan: Periksa liyepan. 251. gadhung: Hijau.

252. gadhung mlathi: Satu macam motif kain berwarna hijau yang ada putihnya di tengah. 253. gagah: Karakter gagah dan berotot yang terdapat pada wayang kulit dan wayang wong. 254. Gagakbongkol: Jodhipati. Patih dari kerajaan

255. Gagarmayang: Seorang dari tujuh bidadari yang terdapat di dalam Serat Mintaraga. 256. gambuh: (1) Drama tari opera dari Bali yang menampilkan cerita Panji; (2) nama sebuah lagu dalam tembang macapat. 257. gamelan: Ansambel musik Indonesia yang sebagian besar terdiri dari instrumen pukul. 258. gamelan Kodhok Ngorek: Gamelan arkhais yang di Yogyakarta diberi nama Kangjeng Kyai Mahesaganggang, sebuah gamelan pusaka keraton. 259. gamelan Lokananta: Gamelan yang konon berada di kahyangan.

260. gamelan Munggang: Sebuah gamelan arkhais yang di Yogyakarta diberi nama Kangjeng Kyai Gunturlaut, sebuah pusaka keraton. 261. gamelan Sekati (Sekaten): Dua perangkat gamelan arkhais dari keraton Yogyakarta yang masing-masing diberi nama Kangjeng Kyai Gunturmadu dan Kangjeng Kyai Nagawilaga, gamelan pusaka keraton. 262. Gandakusuma: Seorang putera Arjuna dalam lakon Gandawardaya. 263. Gandamayu: Tempat Burisrawa bermeditasi dalam lakon Sumbadralarung. 264. Gandawardaya: Seorang putera Arjuna dalam lakon Gandawardaya. 265. Gandawati: Isteri Arjuna termuda dalam lakon Mintaraga. 266. Gandhang-Gandhang: Pegawai istana yang tugasnya menyampaikan perintahperintah raja, terdapat pada lakon-lakon wayang wong.

267. gandarwa (K.): setengah dewa.

Semacam

mahluk

268. Gangsa Senen: Secara harfiah berarti "Gamelan Senen"; gamelan Munggang Jawa yang diberi nama demikian karena dahulu dipergunakan untuk mengiringi watangan (sodoran) yang diselenggarakan pada setiap hari Senin di daerah pasisir dan monconegara. 269. Gangsa Setu: Secara harfiah berarti "Gamelan Setu"; nama yang lazim diberikan bagi gamelan Munggang di Yogyakarta, karena dahulu biasa dipergunakan untuk mengiringi permainan watangan (sodoran) setiap hari Sabtu di alun-alun utara. 270. gara-gara: (1) Secara harfiah berarti "huru-hara alam"; (2) untuk menyebut penggambaran huru-hara di dunia yang disusul dengar adegan lawak dalam adegan pathet sanga dalam lakon-lakon wayang. 271. Garapracandha: Raja dari Malawakrendha dalam lakon Jayapusaka.

272. garebeg: Ritual kenegaraan di Jawa yang diselenggarakan tiga kali setahun dengan berbagai gunungan yang dibuat dari kue-kue dari beras serta bermacammacam makanan. 273. Garebeg Besar: Ritual kenegaraan dengan gunungan yang diselenggarakan pada bulan Besar menurut kalender Islam-Jawa. 274. Garebeg Dal: Ritual kenegaraan yang sangat penting dengan gunungan yang diselenggarakan pada tahun kelima dari siklus delapan tahunan menurut kalender Jawa. 275. Garebeg Mulud: Ritual kenegaraan dengan gunungan yang diselenggarakan pada bulan Mulud menurut kalender Islam-Jawa. 276. Garebeg Pasa: Ritual kenegaraan dengan gunungan yang diselenggarakan setelah bulan Puasa dari kalender IslamJawa berakhir; juga disebut Garebeg Siyam 277. Gareng: Anak tertua dari Semar. 278. garudha: Burung garuda.

279. Garudha Brihawan: Burung garuda dalam lakon Rama Nitis. 280. garudha mungkur: Hiasan berbentuk burung garuda menghadap ke belakang yang dikenakan pada bagian belakang pada penutup, kepala pada bonekaboneka wayang kulit. 281. Garudha Wilmuka: Burung kendaraan Raja Suteja garuda

282. Garudhayeksa: (1) Raja burung, utusan Raja Dasalengkara 283. Gendhing Caluring: Utusan dari Prabu Kaldurgangsa dari Girimuka dalam lakon Pregiwa-Pregiwati. 284. Gendreh (Jagong): Wanda kedua dari tiga wanda bagi Kresna. 285. gendhul: Botol. 286. Gerbong Bale Lumur: Usungan bagi puteri-puteri di kahyangan. 287. Gidrah (Surak): Wanda ketiga dari tiga wanda bagi Kresna. 288. Gilut: Wanda ketiga dari tiga wanda bagi Bagong dan Togog.

289. Girimuka: Nama kerajaan dari Prabu Kaladurgangsa. 290. Girinata: Nama lain dari Bathara Guru. 291. Gitada (K.): Seorang dari tiga orang peranan penting dari drama tari Jawa Kuna raket; ia adalah penyanyi dan juga abdi-pelawak. 292. Gitapratandha: Pegawai istana dari Ngimataka yang tugasnya adalah memukul bendhe, yaitu instrumen pemberi tanda berbentuk gong kecil. 293. gladhi resik: Latihan dengan menggunakan sebagian dari busana tari. 294. Glenes: Wanda kedua dari tiga wanda bagi Narayana. 295. Golek: Wanda kedua dari tiga wanda bagi Banowati dan Srikandhi. 296. Goleng: Wanda ketiga dari tiga wanda bagi Banowati. 297. gong ageng: gong berukuran paling besar yang digantung.

298. gongan: Nama unit lagu dalam gamelan yang ditandai oleh pemukulan gong besar. 299. grama: Api. 300. gugut: Bentuk mulut dari bonekaboneka wayang kulit bagi karakter seperti Sarahita. 301. Gunjingmiring: Utusan dr para Korawa. 302. Gunteng: Wanda ketiga dari tiga wanda bagi Rawana. 303. Guntur: Wanda ketiga dari tiga wanda bagi Gathutkaca; secara harfiah berarti "halilintar". 304. gunungan: (1) Boneka dalam wayang kulit yang menggambarkan pohon dari kehidupan atau gunung; gunungan ini menandai berakhirnya satu adegan, atau juga bisa mewakili hutan, istana, gunung, api, angin, pertapaan, atau tempat-tempat lain; (2) gundukan kuekue dari beras serta makanan yang lain yang dibentuk seperti gunung sebagai pemberian dari Sultan (Sunan) kepada rakyatnya pada upacara garebeg.

305. Guritna: Nama Ngendrabuwana.

seorang

dewa

di

306. Guru: Guru Kahyangan, penguasa dari kerajaan kahyangan Junggringsalaka atau Suralaya. 307. gusen; Nama bentuk mulut bagi bonekaboneka wayang kulit untuk tokoh-tokoh seperti Dursasana, Sengkuni, Burisrawa, Indrajit, dan tokoh-tokoh putera gagah yang kasar lainnya. 308. Guwawijaya: Panah yang paling sakti dari kerajaan Pancawati. 309. Handakasura: Prajurit binatang dari Prabu Kagendrasura. 310. Hanggada Subali. (Jayahanggada): Putera

311. Hangkaramurti: Raja bawahan Prabu Garapracandha dalam lakon Jayapusaka. 312. Hanuman (Senggana): Prajurit utama dari pasukan kera Pancawati; juga dikenal sebagai Begawan Mayangkara sejak ia menempati pertapaan Kendhalisada.

313. Hardacakra: Senjata pusaka yang mirip sekali Cakra, yang dimiliki oleh Sultan Hamengku Buwana I. 314. Hardawasesa: Raja bawahan dari Prabu Winatakwaca dalam lakon Mintaraga. 315. Hardayeksa: Raja dari Jonggirupaksa, paman Winatakwaca dalam lakon Mintaraga. 316. Harimuka: Komajaya yang menyamar sebagai raja raksasa dalam lakon Pregiwa-Pregiwati. 317. Hastrasura: Prajurit binatang dari Prabu Kagendrasura. 318. hatapukan (K.): Pemain tari bertopeng. 319. Hendrapati: Raja bawahan dari Prabu Winatakwaca dalam lakon Mintaraga 320. Hendratanaya: Nama Arjuna yang lain sebagai putera spiritual dari Dewa Endra. 321. Hindhu: Lihat Lindhu. 322. igel (K.): Tari. 323. ijabipun panganten kakung: Perjanjian resmi antara pengantin putera dengan

ayah pengantin puteri atau wakilnya (wali). 324. impur: Tipe pola gerak tari bagi karakter putera halus dan rendah had. 325. impur ukel asta: Tipe pola gerak tari bagi dewa halus dan rendah hati. 326. impur ukel asta encot: Tipe pola gerak tari bagi Bathara Guru yang halus dan rendah hati. 327. Indra (S. dan K.): Periksa Endra. 328. Indrajit (Megananda): Putera mahkota dari Ngalengka, putera Rawana. 329. Indrakila (K.; J. Ngendrakila): Nama gunung tempat Arjuna bertapa. 330. Indrapada (K.): Kerajaan kahyangan dari Dewa Indra. 331. Indraprastha (K.): Nama kerajaan dari para Pandawa. 332. ingkang enem: Yang muda. 333. ingkang sepuh: Yang tua. 334. Irama Citra: Nama sebuah perkumpulan tari di Yogyakarta.

335. Irawan: Putera Arjuna dengan Ulupi. 336. irung janma: Bentuk hidung dari boneka-boneka wayang kulit untuk tokoh-tokoh seperti Yamadipati, 337. Ismaya: Dewa lokal Jawa sebelum zaman Hindu, yang kena kutuk hingga harus turun ke bumi, yang dalam wayang kulit dan wayang wong dalam bentuk Semar; lihatSemar. 338. Isyawa: Nama Ngendrabuwana. dewa dari

339. Jagadnata: Secara harfiah berarti "Raja dari Dunia"; salah sebuah nama dari Bathara Guru 340. Jagong: Periksa Gendreh 341. jajar: Calon pegawai istana Yogyakarta. 342. Jaka: Wanda pertama dari tiga wanda bagi tokoh-tokoh pewayangan seperti Duryodana, Suteja, dan Salya. 343. Jakapitana: Salah sebuah nama dari Duryodana; lihat Duryodana. 344. Jalmayeksa: Seorang pertapa dalam lakon Pragolamurti.

345. jamang januran: Hiasan kepala yang berbentuk seperti daun kelapa untuk penari-penari wayang wong 346. jamang januran prabanjaya: Hiasan kepala berbentuk seperti daun kelapa dengan motif prabanjaya pada kedua ujungnya, yang dikenakan oleh penaripenari wayang wong untuk tokoh-tokoh seperti Yudhisthira, Nakula, dan Sadewa. 347. jamang januran pudhak selegal: Hiasan kepala berbentuk seperti daun kelapa dengan motif bunga pudhak selegal di kedua ujungnya, yang dikenakan oleh tokok-tokoh wayang wong seperti Bima, Antareja, dan Antasena. 348. jamang januran surengpati: Hiasan kepala berbentuk seperti daun kelapa dengan motif surengpati pada kedua ujungnya, untuk tokoh-tokoh wayang wong seperti Irawan. 349. jamang januran kudhup turi: Hiasan kepala berbentuk seperti daun kelapa dengan motif kuncup bunga turi pada kedua ujungnya, yang dikenakan oleh

tokoh-tokoh wayang wong seperti Palasara, Arjuna, dan Abimanyu. 350. jamang lamba: Hiasan kepala yang hanya satu lapis. 351. jamang mangkara: Hiasan kepala dengan motif seperti makara di kedua ujungnya, dikenakan oleh tokoh-tokoh wayang wong seperti Kresna, Gathutkaca, Baladewa, dan sebagian besar dari karakter. 352. jamang soda saler: Hiasan kepala yang berbentuk seperti sebatang lidi pada boneka-boneka wayang kulit. 353. jamang sungsun: Hiasan kepala yang terdiri dari dua atau tiga lapis yang dikenakan oleh sebagian besar boneka pada wayang kulit. 354. jamang sungsun tiga: Hiasan kepala yang terdiri dari tiga lapis yang dikenakan oleh tokoh-tokoh wayang kulit seperti Kresna, Gathutkaca, Baladewa, dan raja-raja lain. 355. Jamblang: Wanda pertama dari tiga wanda bagi Petruk.

356. Janaka: (1) Nama Arjuna yang lain sebagai inkamasi dari Dewa Wisnu; (2) Raja dari Manthili, ayah dari Sinta. 357. jangan menir: Sebuah tahap upacara perkawinan agung di keraton Yogyakarta yang diselenggarakan beberapa hari setelah upacara ijab, yang dalam upacara ini pasangan pengantin pergi ke rumah mereka yang tetap. 358. jangga: (1) Salah seorang dari sembilan penari bedhaya yang melambangkan leher; (2) Nada kedua dari sistem tangga nada slendro dan pelog. 359. jangkang (songkok): Penutup kepala yang dikenakan oleh tokoh-tokoh wayang kulit dan wayang wong untuk tokoh-tokoh seperti Salya dan Niwatakawaca. 360. Jangkrik: Wanda pertama dari tiga wanda bagi Durna dan Gareng; secara harfiah berarti "jengkerik". 361. Jangkung: Wanda kedua dari tiga wanda bagi Duryodana dan Salya; secara harfiah berarti "tinggi dan ramping". 362. Jaramaya: Patih dari kerajaan Durga.

363. Jathagambira: Patih dari Tambakgiri. 364. Jathagumbala: Prajurit raksasa dari Ngimataka. 365. Jathakodraksa: Prajurit raksasa dari Ngimataka. 366. Jathakrura: Ngimataka. 367. Jathamuka: Ngimataka. 368. Jatharodra: Ngimataka. Prajurit Prajurit Prajurit raksasa raksasa raksasa dari dari dari

369. Jathasura: Raja dari Tambakgiri dalam lakon Pragolamurti. 370. Jathawisaya: Ngimataka. Prajurit raksasa dari

371. Jathayeksa: (1) Seorang raksasa yang anak perempuannya yaitu Dewi Kumalawati jatuh cinta kepada Semitra dalam lakon Sri Suwek; (2) raja dari Batamira dalam lakon Sumbadra Larung. Jathayu (K. Jatayu): Burung garuda, penolong Rama dalam wiracarita Ramayana. 372. Jayahanggada: Lihat Hanggada.

373. Jayalelana: Gatutkaca dalam penyamaran dalam lakon Jayasemadi. 374. Jayalengkara: Salah seorang rnurid Jayasemadi dalam lakon Jayasemadi. 375. Jayaprakosa: Paranggupita. Seorang prajurit dari

376. Jayamurcita: Nama dari Angkawijaya dalam penyamaran dalam lakon Jayasemadi. 377. Jayapramana: Paranggupita. Prajurit dari

378. Jayaprawasa: Patih dari Paranggupita dalam lakon Mintaraga. 379. Jayapusaka: Sebuah nama lakon wayang wong yang menggambarkan Werkudara yang menjadi raja besar bernama Jayapusaka. 380. Jayasampurna: Nama Irawan dalam penyamaran, dalam lakon Jayasemadi. 381. Jayasemadi: Nama Arjuna dalam penyamarannya sebagai seoranj pertapa dari pertapaan Candhanameru, dalam lakon Jayasemadi.

382. Jayasemitra: Nama Semitra dalam penyamaran, dalam lakon Jayasemadi 383. Jayasudirga: Prajurit dari Paranggupita dalam lakon Jayasemadi. 384. Jayasura: Prajurit dari Paranggupita. 385. Jayawasesa: Raja bawahan dari Prabu Winatakwaca dalam lakon Mintaraga. 386. jeblosan: Secara harfiah berarti "melangkah melewati", yaitu gerak perang yang terdapat pada wayang kulit dan wayang wong. 387. Jejanggan Anungswara: Murid atau cantrik dari Mintaraga. 388. jejer pandhita: Adegan di pertapaan pada pathet sanga atau pada saat yang lain; juga disebut sebagai perpertopan. 389. jejersepisan: Adegan penghadapan pertama dalam pertunjukan wayang kulit. 390. Jembawati: Isteri pertama Kresna. 391. Jimadir: Tahun kedelapan dari siklus delapan tahun dari kalender Islam-Jawa (windu); satu windu terdiri dari tahun-

tahun Alip, Ehe, Jimawal, Je, Dal, Be, Wawu, dan Jimakir. 392. Jimat: (1) Wanda pertama dari tiga wanda bagi Arjuna dan Irawan; (2) nama dari salah sebuah kereta kebesaran dari keraton Yogyakarta yang lazim disebut sebagai "Kereta Kencana"; secara harfiah berarti azimat. 393. jingga: Merah agak ungu. 394. Jlegong: Wanda ketiga dari tiga wanda bagi Petruk. 395. joged gubahan: 12 tipe karakter gubahan dari 9 tipe pokok (jogged pokok) dalam wayang wong gaya Yogyakarta. 396. joged pokok: Sembilan tipe karakter dasar dalam wayang wong gaya Yogyakarta. 397. Jumadingulakir: Lihat Rabingulakir. 398. jumenengan-Dalem: Sultan. Hari penobatan

399. Junggirupaksa: Raja raksasa dalam lakon Abiyasa Jumeneng Nata.

400. Junggringsalaka: Kerajaan kahyangan dari Bathara Guru. 401. Jungkungmardeya: Raja dari Ngindracana dalam lakon Srikandhi Meguru Manah. 402. juru kunci: Pegawai istana yang bertugas pada tempat-tempat sacral seperti misalnya kuburan. 403. kabupaten: Wilayah yang dikepalai oleh seorang bupati. 404. Kacanegara: Sebuah nama dari namanama Gatutkaca. 405. Kadung: Lihat Yudasmara. 406. Kagendrasura: Raja binatang, bawahan dari Winatakwaca dalam lakon Mintaraga. 407. Kagendrayeksa: Raja burung, bawahan Raja Jungkungmardeya dalam lakon Srikandhi Meguru Manah. 408. kagok impur: Tipe pola gerak bagi karakter putera gagah yang agak rendah hati seperti Duryodana.

409. kagok kinantang: Tipe pola gerak untuk karakter putera halus yang agresif. 410. kagok kinantang usap rawis: Tipe pola gerak untuk dewa halus yang aktif dan dinamis. 411. kagungan-Dalem: Milik Sultan. 412. Kaikeyi: Isteri muda dari Dasarata, ibu Barata. 413. kakawin (K.): Puisi Jawa Kuna dengan metrum Sanskrit. 414. Kala: Dewa yang selalu haus darah dan ganas, putera Guru dari kama (sperma) yang salah arah. 415. Kaladurgangsa: (1) Raja dari Girimuka dalam lakon Pregiwa-Pregiwati; (2) raja bawahan dari Raja Suryawasesa dalam lakon Parta Krama. 416. Kalakadhing: Ngimataka. 417. Kalakathung: Bomatara. Prajurit Utusan raksasa dari dari Prabu

418. kala-makara: Pola hias yang terdapat pada candi-candi di Jawa Tengah yang

berbentuk kombinasi antara kepala Kala dengan makara. 419. Kalamatengga: Raja dari Nungsabarong, paman dari Winatakwaca dalam lakon Mintaraga. 420. kalambi-kambali (K.): Baju jaket dari wol. 421. Kalamercu: Raksasa cebol pembawa senjata sakti Pasupati dalam lakon Mintaraga. 422. Kalangadhang: Wanda pertama dari tiga wanda bagi Sentyaki. 423. kalang kinantang: Tipe pola gerak untuk karakter putera gagah dan agresif. 424. kalang kinantang usap rawis: Tipe pola gerak untuk karakter dewa yang gagah dan dinamis. 425. Kalapendonong: Prajurit raksasa dari Ngimataka dalam lakon Mintaraga. 426. Kalarenggut: Ngimataka. 427. Kalariwut: Ngimataka. Prajurit Prajurit raksasa raksasa dari dari

428. Kalayeksa: Ngimataka.

Prajurit

raksasa

dari

429. kambeng: Tipe pola gerak untuk karakter putera gagah dan rendah hati. 430. kambeng dhengklik: Tipe pola gerak untuk kesatria-kesatria kera yang gagah dan rendah hati (tenang) seperti misalnya Hanuman. 431. kambeng usap rawis: Tipe pola gerak untuk dewa gagah yang tak banyak tingkah (rendah had) seperti Bayu. 432. kampek: Tas kecil. 433. kampuh: Kain batik yg sangat panjang dan lebar sebagai busana bagian bawah. 434. kamus timang: Beat pinggang dengan pengencangnya. 435. Kandhehawa: Raja raksasa dari Himantaka dalam lakon Srikandhi Meguru Manah; ayah dari Winatakwaca. 436. Kanekaputra: Nama lain dari Nurada. 437. Kangjeng Kyai Antakusuma (Kangjeng Kyai Gundhil); Baju pusaka dari keraton Yogyakarta.

438. Kangjeng Kyai Baru: Sebuah pusaka berupa tombak dari keraton Yogyakarta. 439. Kangjeng Kyai Bayukusuma: Boneka wayang kulit Bima, salah sebuah pusaka dari keraton Yogyakarta. 440. Kangjeng Kyai Berkat: Salah sebuah pusaka berupa periuk dari keraton Yogyakarta. 441. Kangjeng Kyai Bethok: Salah satu keris pusaka dari keraton Yogyakarta. 442. Kangjeng Kyai Bicak: Salah satu gong pusaka dari keraton Yogyakarta; 443. Kangjeng Kyai Blawong: Salah satu periuk pusaka dari keraton Yogyakarta. 444. Kangjeng Kyai Gadatapan: Salah satu tombak pusaka dari keraton Yogyakrta. 445. Kangjeng Kyai Gadawedana: Salah sebuah tombak pusaka dari keraton Yogyakarta. 446. Kangjeng Kyai Garudhayeksa: Kereta kencana dari keraton Yogyakarta yang dibuat pada masa pemerintahan Sultan Hamengku Buwana VI (memerintah 1855-1877).

447. Kangjeng Kyai Gunturiaut: Secara harfiah berarti "yang Mulia Tuan Samodra yang Menggelegar"; nama dari gamelan Munggang dari keraton Yogyakarta. 448. Kangjeng Kyai Gunturmadu: Secara harfiah berarti "Yang Mulia Tuan Gelegaknya Madu"; nama dari salah sebuah dari dua perangkat gamelan Sekati dari keraton Yogyakarta. 449. Kangjeng Kyai Jakapiturun: Salah sebuah keris pusaka dari keraton Yogyakarta. 450. Kangjeng Kyai Jayaningrom: Boneka wayang kulit Arjuna, salah sebuah wayang pusaka dari keraton Yogyakarta. 451. Kangjeng Kyai Kendhil Siyem: Salah sebuah periuk pusaka dari keraton Yogyakarta. 452. Kangjeng Kyai Kopek: Salah sebuah keris pusaka dari keraton Yogyakarta. 453. Kangjeng Kyai Lindhu: Secara harfiah berarti "Yang Mulia Tuan Gempa Bumi"; nama salah sebuah tombak pusaka dari keraton Yogyakarta.

454. Kangjeng Kyai Megatruh: Salah sebuah tombak pusaka dari keraton Yogyakarta. 455. Kangjeng Kyai Mahesa Ganggang: Secara harfiah berarti "Yang Mulia Tuan Kerbau Yang Sedang Berkelahi"; nama dari gamelan Kodhok Ngorek dari keraton Yogyakarta. 456. Kangjeng Kyai Meyek: Nama gendhang pusaka dari keraton Yogyakarta. 457. Kangjeng Kyai Nagawilaga: Secara harfiah berarti "Yang Mulia Tuan Naga Yang Sedang Berkelahi"; nama dari satu di antara dua perangkat gamelan Sekati dari keraton Yogyakarta. 458. Kangjeng Kyai Pancaresmi: Nama boneka wayang kulit Arjuna, salah sebuah wayang pusaka dari keraton Yogyakarta. 459. Kangjeng Kyai Pare Anom: Salah sebuah bendera pusaka dari keraton Yogyakarta. 460. Kangjeng Kyai Plered: Salah sebuah tombak pusaka dari keraton Yogyakarta.

461. Kangjeng Kyai Puja: Salah sebuah bendera pusaka dari keraton Yogyakarta. 462. Kangjeng Kyai Fuji: Nama dari salah sebuah bendera pusaka dari keraton Yogyakarta. 463. Kangjeng Kyai Sengkelat: Salah sebuah keris pusaka dari keraton Yogyakarta. 464. Kangjeng Kyai Sima: Salah sebuah gong pusaka dari keraton Yogyakarta. 465. Kangjeng Kyai Tundhung Mungsuh: Salah sebuah gong pusaka dari keraton Yogyakarta. 466. Kangjeng Kyai Tunggul Wulung: Salah sebuah bendera pusaka dari keraton Yogyakarta. 467. Kangjeng Kyai Udan Arum: Salah sebuah gong pusaka dari keraton Yogyakarta. 468. Kangjeng Kyai Wijayakusuma: Nama dari borieka wayang kulit Yudhisthira, salah sebuah wayang pusaka dari keraton Yogyakarta. 469. Kangjeng Pangeran Harya: Gelar tertinggi dari pegawai istana Yogyakarta.

470. Kangjeng Raden Tumenggung: Gelar tertinggi kedua dari pegawai di istana Yogyakarta. 471. Kanwa (K.): Nama empu penyusun kakawin Arjunawiwaha. 472. kapang-kapang: Gerak berjalan dari tari puteri gaya Yogyakarta. 473. Kapi Wara: Nama kera putih dalam lakon Pragolamurti. 474. Kalarawaktra (K.): Prajurit raksasa dari Niwatakawaca. 475. karangan (sempalan): Cabang ceritera dalam pewayangan yang hamper seluruhnya merupakan ciptaan dhalang. 476. Karangkabolotan: Tempat Semar dan keluarganya. tinggal

477. Karna: Kakak Arjuna dari ibu yang sama yaitu Kunthi, tetapi yang bersekutu dengan Korawa; putera spiritual dari dewa Surya. 478. Karna Tanding: Secara harfiah berarti "Karna Pergi ke Medan Perang, atau ceritera tentang Gugurnya Karna di dalam Perang Besar (Baratayuda).

479. karsa-Dalem: Atas kehendak Sultan. 480. Kartamarma: Salah seorang saudara muda Duryodana, saudara ketiga dari Korawa. 481. Kartasura: Istana yang baru dari Mataram, yang didirikan oleh Amangkurat II pada tahun 1680 A.D. 482. Kasatriyan: Secara harfiah berarti "Tempat Tinggal Para Satriya"; bagian di sebelah timur dari keraton Yogyakarta sebagai tempat tinggal para putera Sultan yang telah dewasa tetapi belum menikah. 483. kathok (lancingan): Lihat lancingan panji-panji. 484. Kausalya: Isteri pertama dari Dasarata, ibu dari Rama. 485. kaweng: Selembar kain kecil dan panjang yang dipakai sebagai hiasan leher yang melingkar dan melintang dada; hanya dikenakan oleh karakter putera gagah saja. 486. Kawi (K.): Bahasa Jawa Kuna; bahasa yang dipergunakan untuk menulis kakawin.

487. Kawi miring: Secara harfiah berarti "Kawi yang miring"; bahasa Jawa Kuna yang dipergunakan untuk menulis kembali beberapa versi kakawin Jawa Kuna yang disederhanakan pada abad ke-18. 488. kawula-Dalem: Rakyat dari Sultan. 489. kayon (gunungan): Lihat gunungan dari pertunjukan wayang kulit. 490. kebo danu pancal panggung.: Kerbau sakral dalam lakon Parta Krama. 491. kedhaton: Secara harfiah berarti "tempat tinggal dhatu atau raja"; sama artinya dengan istana. 492. kedhelen: Bentuk mata dari boneka wayang kulit untuk tokoh seperti Salya, Aswatama, dan Sentyaki. 493. kedhondhongan: Bentuk mata dari boneka wayang kulit untuk tokoh-tokoh seperti Baladewa, Citraksa, dan Citraksi. 494. kelatbau: Gelang lengan. 495. keling: Gaya penutup kepala dari boneka wayang kulit dan wayang wong untuk

tokoh seperti Yudhisthira, Drupadi, dan Trijatha; lihat gelung keling. 496. keling balik: Lihat gelung keling balik. 497. kelipan: Bentuk mata dari boneka wayang kulit untuk tokoh seperti Semar. 498. kelir. Layar pada pertunjukan wayang kulit. 499. Kembang Wijayakusuma (Sekar Wijayakusuma): Bunga pusaka milik Kresna. 500. kempul: Gong berukuran sedang yang digantung. 501. kempyang: Sepasang gong kecil berbentuk mangkuk yang disusun horisontal. 502. kenaka: Kuku. 503. Kendhalisada: Hanuman. Nama pertapaan

504. kendhang: Gendang berkepala dua yang dipukul dengan tangan. 505. kenong: Satu perangkat gong berbentuk mangkuk berukuran sedang yang ditata tertelungkup.

506. kenongan: Satu sub-unit dari lagu gamelan yang ditandai dengan pukulan kenong. 507. kenongjapan: Kenong berukuran besar yang agak datar. 508. kenthongan: Kentongan dari kayu atau bambu. 509. Kenyut: Wanda pertama dari tiga wanda bagi Angkawijaya. 510. Kepis: Wanda pertama dari tiga wanda bagi Sarahita. 511. keprak: (1) Tiga atau empat lempengan logam yang dipukul dengan kaki atau cempala dalam pertunjukan wayang kulit; (2) sejenis kentongan dari kayu pada pertunjukan wayang wong dan tari gaya Yogyakarta lainnya. 512. keprakan: Permainan keprak atau polapola permainan keprak. 513. keprakan baku: Pennainan keprak yang dasar. 514. keprakan nitir: Pemukulan dengan tempo cepat. keprak

515. keprakan salahan: Pennainan keprak sebagai pemberi tanda-tanda peralihan. 516. keran: Bentuk mata pada bonekaboneka wayang kulit untuk peranan seperti Gareng. 517. Kerpudewandaru: Bungan kahyangan dalam lakon Parta Krama. 518. Kerticemuris: Anak kedua Kertiraga. 519. Kertiraga: Abdi-penasihat dari Angkawijaya dalam lakon Mintaraga. 520. Kertisendop: Kertiraga. Anak pertama dari

521. Kerul: Wanda kedua dari tiga wanda untuk Gareng dan Sarahita. 522. Keswamuka: Raja dan cucu Rawana dalam lakon Semar Boyong. 523. ketemu: Pertemuan resmi yang pertama antara pengantin putera dengan pengantin puteri. 524. kethu dewa (uncit): Gaya penutup kepala yang dipakai oleh boneka-boneka wayang kulit dan penari-penari wayang wong untuk tokoh-tokoh dewa.

525. kethuk: Gong berbentuk mangkuk tunggal yang diletakkan tertelungkup. 526. kethu pandhita: Gaya penutup kepala yang dikenakan oleh boneka-boneka wayang kulit dan penari-penari wayang wong untuk tokoh pendeta seperti Abiyasa misalnya. 527. kethu udheng (besekan, atau trombosan): Gaya penutup kepala yang dikenakan oleh boneka-boneka wayang kulit dan, penari-penari wayang wong untuk tokoh-tokoh seperti Sengkuni dan Aswatama. 528. ketipung: Lihat penunthung. 529. Ketug (Lintang): Wanda kedua dari tiga wanda bagi Werkudara. 530. khon: Drama tari bertopeng dari Thailand yang menampilkan ceriteraceritera dari wiracarita Ramayana. 531. kidung: Puisi Jawa Tengahan. 532. Kilatarupa: Raja penjelmaan dari Bathara Nurada dalam lakon Mintaraga. 533. Kilatawarna: Raja penjelmaan dari Bathara Guru dalam lakon Mintaraga.

534. kinantang dhengklik: Tipe pola gerak untuk prajurit-prajurit kera yang gagah dan agresif. 535. Kinanthi: (1) Wanda ketiga dari tiga wanda bagi Arjuna; (2) nama dari lagu di dalam macapat. 536. kirab-Dalem: Prosesi kerajaan dari Sultan mengelilingi tembok istana. . 537. Kirata (K.): Suku pemburu dalam kakawin Arjunawiwaha. 538. Kiratarjuniya (S.): Karya sastra Sanskrit yang menceritakan tentang suku Kirata dan Arjuna. 539. Kiriti: Nama dari Arjuna ketika ia dinobatkan sebagai raja sementara di kahyangan Tinjomaya dalam lakonlakon wayang 540. Komajaya (K. Kamajaya): Dewa Cinta. nama Konservatori Tari Indonesia: Sekolah Tari Indonesia yang didirikan oleh pemerintah Indonesia di Yogyakarta pada tahun 1961; sekarang berubah nama menjadi Sekolah Menengah Karawitan Indonesia.

541. konyoh: Bedak cair pelembut kulit badan. 542. Korawa (Kurawa): Secara harfiah berarti "Keturunan Kuru"; 99 saudara laki-laki dan seorang saudara perempuan yang menguasai Ngastina, saudara sepupu dan musuh dari para Pandawa lima. 543. Kothak : (1) Kotak besar untuk menyimpan boneka-boneka wayang kulit; (2) dua bangunan di keraton Yogyakarta tempat para penari wayang wong menunggu, juga disebut Bangsang Kothak. 544. krama: tingkatan halus dalam bahasa Jawa. 545. krama dewa: Krama yang dipergunakan oleh para dewa, lihat krama. 546. krama ndesa: Krama yang dipergunakan oleh orang-orang desa; lihat krama. 547. kramantara: Salah sebuah tingkatan dari sub-tingkatan dari krama. 548. kraton: Secara harfiah berarti "tempat tinggal ratu atau raja"; sama dengan istana; lihat kedhaton.

549. kraton pesanggrahan: Istana sementara. 550. Krendhasara: Hutan tempat prajurit binatang dari Ngimataka menunggu saat pertempuran dalam lakon Mintaraga. 551. Kresna (K. Ka): Raja dari Dwarawati, inkarnasi Wisnu, saudara sepupu serta penasihat para Pandawa. 552. Kreta Kencana: "KeretaKeemasan". 553. Kidha Beksa Wirama: Perkumpulan tari tertua di Yogyakarta yang didirikan oleh Pangeran Suryadiningrat dan Pangeran Tejakusuma pada tahun 1918. 554. kriyipan: Bentuk mata dari bonekaboneka wayang kulit untuk tokoh seperti Durna. 555. kroncong: (1) Gelang-gelang kaki; (2) sebuah genre musik Indonesia. 556. Kayana (K.): Puisi Jawa Kuna yang menggambarkan ceritera tentang Kresna. 557. Krudhaksa (K.): Prajurit raksasa dari Niwatakawaca. 558. Ksatriya (K.): Lihat satriya (J.).

559. Kulambi Antakusuma: Baju sakti yang memiliki kekuatan untuk bias terbang bagi si pemakai. 560. Kumalawati: Puteri dari Jathayeksa dalam lakon Sri Suwela. 561. Kumbacarana: Raja bawahan dari Prabu Suryawasesa dalam lakon Parta Krama. 562. Kumbakarna: Adik Rawana. 563. Kumbayana: Nama lain dari Durna; lihat Durna. 564. Kumbulwali: Nama Arjuna karena ia mampu menyimpan segala rahasia. 565. Kunca: ujung yang berjuntai dari kain kampuh. 566. Kuncung: (1) Ruangan persegi tanpa dinding yang bergandengan dengan Tratag Bangsal Kencana (lantai tari) tempat gamelan ditempatkan bila ada pertunjukan wayang wong; (2) Gaya pangkas rambut dari anak kecil, yang hanya bagian depan dari kepala yang tidak dicukur bersih. 567. Kuntadi: Nama Arjuna karena memiliki panah yang sangat sakti. ia

568. Kunthi (K. Kunti): Isteri Pandhu, ibu dari Yudhisthira, Bima, Arjuna, dan juga Karna. 569. Kurusetra (K. Kuruksetra): Secara harfiah berarti "Padang dari para Kuru", yaitu tempat terjadinya Perang Besar antara keluarga Korawa dengan keluarga Pandhawa. 570. Kuthagara (Kuthanegara): Wilayah lingkaran kedua dari keraton Mataram. 571. Kuwera: Nama seorang dewa dari Ngendrabuwana. 572. Kyai Guntursari: Secara harfiah berarti "Yang Mulia Tuan Halilintar Yang Indah"; nama ansambel gamelan bertangga nada pelog yang biasa dipergunakan untuk mengiringi Beksan Lawung. 573. labuhan: Upacara dalam bentuk melemparkan sesaji ke laut atau ke gunung bagi mahluk halus penunggu atau penguasanya. 574. kyering rana gana: Pimpinan tertinggi pasukan.

575. lakon: Cerita yang dipentaskan, yaitu cerita untuk wayang kulit dan wayang wong. 576. lakon carangan (carangan): Secara harfiah berarti "cabang cerita", yaitu cerita yang digubah oleh dhalang yang menyimpang dari wiracaria klasik atau cerita mitologi. 577. lakon pokok: Secara harfiah berarti "cerita pokok atau batang"; cerita yang menggambarkan peristiwa-peristiwa seperti yang digambarkan di dalam Mahabharata, Ramayana, Arjunasasrabau, serta mitologi Jawa seperti lakon Murwakala dan Sri Temurun. 578. lakon sempalan (sempalan, atau karangan): Secara harfiah berarti "cerita yang dicabut dari pokoknya"; sebuah carangan yang seluruh isi cerita benarbenar gubahan lain. 579. Laksmana (K.): Lihat Leksmana. 580. lancingan panji-panji: Celana yang panjangnya hanya sampai sedikit di bawah lutut.

581. langak: Pandangan muka agak menengadah; boneka wayang kulit dengan pandangan agak menengadah. 582. Larasati: Salah seorang isteri Arjuna. 583. lawung: Tombak, lihat beksan lawung. 584. layon sekar. Bunga yang telah layu. 585. Leksmana (Leksmanawidagda; Laksmana): Adik dari Rama. 586. Leksmanawidagda: Lihat Leksmana. 587. lembehan kentrig: Tipe pola gerak untuk murid seorang pertapa putera gagah. 588. lenggahan ageng: Resepsi besar dari perkawinan agung keraton Yogyakarta. 589. lenggahan. midadareni: Upacara yang diselenggarakan pada malam hari sebelum ritual perkawinan yang pokok diselenggarakan, dengan maksud untuk memohon berkah dari para bidadari. 590. Lesanpura: Nama dari kepangeranan dari Sentyaki. istana K.

591. Lesmana Mandrakumara (Leksmana Dakumara): Putera Duryodana.

592. Lima : Nada lima; nada kelima dari tangga nada pelog, dan juga nada keempat dari sistem tangga nada slendro. 593. Lindhu (Hindhu): Wanda ketiga dari tiga wanda bagi Werkudara. 594. Lintang: Lihat Ketug. 595. lisah wangi: Parium. 596. liyepan (gabahan): Mata yang berbentuk panjang indah dari bonekaboneka wayang kulit; tipe boneka wayang kulit yang paling halus, dengan wajah memandang ke bawah, serta mata memanjang yang redup dan indah. 597. liyepan blarak ngirit: Variasi dari liyepan. 598. Liyepan brebes: Variasi dari liyepan. 599. liyepan jaitan: Variasi dari liyepan. 600. longok: Pandangan yang agak sedikit mengarah ke depan; boneka wayang kulit dengan pandangan longok. 601. lonthong: Kain sabuk pinggang.

602. lorodan agem-Datem: Barang apa saja yang telah pemah dipakai oleh Sultan. 603. luruh: Secara harfiah berarti "memandang ke bawah"; karakter putera dan puteri halus yang rendah hati atau tak banyak ulah. 604. macapat (tembang macapat): Puisi Jawa yang dinyanyikan dengan metrum yang bermacam-macam seperti Pangkur, Dhandhanggula, Maskumambang, Kinanthi, Pocung, Mijil, Durma, Asmaradana, Sinom, Gambuh, dan Megatruh. 605. madya: Tingkatan menengah dalam bahasa Jawa. 606. madya krama: Sebuah dari tiga subtingkatan dalam bahasa madya. 607. madya ngoko: Sebuah dari tiga subtingkatan dari bahasa madya. 608. madyantara: Satu dari tiga sub-tingkatan dari bahasa madya. 609. Madukara: Istana kepangeranan Arjuna. 610. Mahabharata (K. Mahbhrata): Wiracarita yang menceritakan tentang

para Pandhawa dan Korawa yang ditulis serta diceritakan dengan banyak versi di Jawa; aslinya merupakan adaptasi dari wiracarita India yang sama. 611. Mahadewa: Nama Junggringsalaka. 612. Maheswara: Nama Junggringsalaka. dewa dewa dari dari

613. majang dan tarub: Upacara menyiapkan serta menghias tempat-tempat penting untuk upacara perkawinan. 614. makara (K.): (1) Motif berupa binatang mitologi yang dipergunakan sebagai ornamen dari candi-candi; (2) nama strategi militer tradisional dalam pertempuran. 615. Malawakrendha: Garapracandha. Kerajaan dari

616. maleman: Lima hari ganjil yang dianggap sakral dari minggu terakhir dari bulan Puasa yang jatuh pada tanggal 21, 23, 25, 27, dan 29. 617. Mamangdana: Utusan dari Winatakwaca dalam lakon Mintaraga.

618. Mampuni: Seorang bidadari cantik dalam lakon Mintaraga versi dhalang Hadisugita. 619. manapalan (K.): Mempertunjukkan tari bertopeng. 620. mancanegara: "Daerah luar". 621. mancanegara kilen: Daerah luar di sebelah barat. 622. mancanegara wetan: Daerah luar di sebelah timur. 623. Mandaraka: Kerajaan Salya. 624. Mandrahanala: Patih dari raja bawahan Winatakwaca. 625. Mandramenggala: Prajurit dari raja bawahan Winatakwaca. 626. Mandura: Kerajaan Baladewa. 627. mangap: Bentuk mulut untuk bonekaboneka wayang kulit karakter raksasa. 628. manggala: Paragraf pertama dari karyakarya sastra Jawa. 629. manggung: Puteri-puteri dari istana yang bertugas membawa benda-benda upacara.

630. mangigel (K.): Menari. 631. mangkara: Berasal dari bahasa Kawi makara, tetapi kata mangkara khusus untuk memberi nama motif hiasan kepala serta hiasan telinga pada busana wayang wong 632. Mangu (Rondhon): Wanda pertama dari tiga wanda dari Kresna dan Narayana (Kresna waktu masih muda). 633. Manikmaya: Nama lain dari Bathara Guru. 634. Manohara: Lihat Wanuhara. 635. Mardawa Budaya: Nama dari organisasi tari yang didirikan oleh Sasmintamardawa di Yogyakarta. 636. Margana: Nama Arjuna karena ia mampu terbang di angkasa. 637. Marica: Nama raksasa prajurit kepercayaan Rawana dalam Ramayana. 638. Matali (K.): Sais kereta indra dalam Arjunawiwaha. 639. matapukan (K.): Mempertunjukkan tari bertopeng.

640. Mataram: (1) Kerajaan Jawa Lama, abad ke-8 sampai ke-10; (2) kerajaan Jawa pra-modern yang didirikan oleh Panambahan Senapati pada akhir abad ke-16. 641. Matenggasura: Prajurit binatang dari Raja Kagendrasura dalam lakon Mintaraga. 642. Matswapati (K. Matsyapati atau Wirata): Raja dari Wiratha, sekutu para Pandhawa, ayah dari Utari. 643. Mayangkara: Nama Hanuman ketika ia hidup di pertapaan Kendhalisada. 644. Mayangsari: Nama bidari, utusan dewa Endra dalam lakon Mintaraga. 645. medhang: Bentuk hidung seperti pedang bagi boneka wayang kulit untuk tokoh seperti Dursasana. 646. Megananda: Lihat Indrajit. 647. mekak: Busana tari semacam strapless bagi penari puteri. 648. mekutha (tropong): Penutup kepala berbentuk seperti helm bagi raja dalam wayang kulit dan wayang wong.

649. Menaka (K.): Nama bidadari di kerajaan kahyangan Indra dalam Arjunawiwaha. 650. menyan: Kemenyan. 651. merak ngigel: Tipe pola gerak untuk para panakawan. 652. mesem: Bentuk mulut pada bonekaboneka wayang kulit untuk tokoh-tokoh seperti Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong; secara harfiah berarti "tersenyum". 653. Miling: Wanda kedua dari tiga wanda bagi Yudhisthira dan Irawan; juga wanda pertama bagi Semar. 654. Mimis: Wanda ketiga dari tiga wanda bagi Sentyaki. 655. Mintaraga (K. Witaraga): Nama dari Arjuna sebagai seorang pertapa dalam lakon Mintaraga; lihat pula Witaraga. 656. Mintaraga Gancaran: "Mintaraga dalam Prosa", ditulis oleh Prijohoetomo. 657. miwir: Memegang sampur dengan posisi tangan pertama.

658. Momongmurka (Mamangmurka); Si Muka (K.), utusan yang terpercaya dari raja raksasa Niwatakawaca dalam Arjunawiwaha. 659. Mraja: Kependekan dari Maharaja, "Raja Besar". 660. mrenges: Bentuk mulut pada bonekaboneka wayang kulit bagi tokoh seperti Cakil. 661. mringis: Bentuk mulut pada bonekaboneka wayang kulit untuk tokoh-tokoh seperti Rajamala. 662. mudha krama: Satu dari tiga subtingkatan bahasa krama. 663. mungkal gerang: Bentuk hidung pada boneka-boneka wayang kulit untuk tokoh-tokoh seperti Jayadrata. 664. Mungkarkara: Raja bawahan dari Prabu Garapracandha dalam lakon Jayapusaka. 665. Muntap: Wanda ketiga dari tiga wanda bagi Suteja; secara harfiah berarti "marah".

666. Murwakala: "Asal-Usul atau Kelahiran Kala"; nama lakon kuna yang termasuk kategori lakon animistik. 667. Mustakawati: Isteri Prabu Suteja dalam lakon Samba Sebit. 668. Mustikaningbunu: Cincin sakti milik Antareja dalam lakon Sumbadra Larung. 669. Nagasura: Patih Kagendrasura. 670. nagendrasmara: kalung panjang. Nama dari motif Raja dari

671. Nakula: Saudara keempat dari para Pandhawa; dengan kembarnya yang bernama Sadewa adalah putera spiritual dari dewa kembar Aswin. 672. nang yai: Nama wayang kulit dari Thailand. 673. Narayana: Nama Kresna ketika masih muda. 674. Narendraputra: Nama Arjuna sebagai putera dari seorang raja, yaitu Pandhu. 675. natasmara: Nama sebuah motif untuk

gelang. 676. Natyasastra (S.): Kitab ensiklopedi tentang dramaturgi Sanskrit dari India. 677. negaragung (negara agung): Wilayah tengah dari kerajaan pra-modern Mataram. 678. nem: Nada enam; nada keenam dari sistem tangga nada pelog, juga nada kelima dari sistem tangga nada slendro. 679. nemlik: Bentuk hidung pada bonekaboneka wayang kulit untuk tokoh-tokoh seperti Sugriwa, Hanuman, dan sebagian besar karakter kera. 680. Nenes: (1) Wanda pertama dari tiga wanda bagi Srikandhi; (2) nama dari sebuah gendhing gamelan. 681. neng: Bentuk hidung seperti buah terong pada boneka wayang kulit untuk tokoh raksasa Terong yang bloon. 682. ngabekten: Menyampaikan sembah hormat kepada Sultan yang dilakukan oleh para kerabat Sultan serta pejabatpejabat tinggi keraton pada bulan IslamJawa Sawal.

683. ngablak: Bentuk mulut pada bonekaboneka wayang kulit bagi tokoh-tokoh seperti Kumbakama, Prahastha, dan Niwatakawaca. 684. Ngalengka Rawana. (K. Lengka): Kerajaan

685. Ngamarta (Ngamartapura): Kerajaan Yudhisthira; juga dipergunakan untuk menyebut nama raja Yudhisthira pula. 686. Ngandongsekar: Nama pertapaan dari Pragolamurti, 687. Nganggrastina: Kerajaan Hanggada setelah dimusnahkannya semua prajurit kera oleh dewa Brama dalam lakon Rama Nitis. 688. Ngastina (K. Hastina atau Gajahwaya): Kerajaan Duryodana. 689. Ngayogyakarta Adiningrat: Secara harfiah berarti "Ayodya Yang Makmur, Keindahan dari Dunia"; lihat Yogyakarta. 690. ngenceng encot (nggrudha): Tipe pola gerak untuk karakter wanita.

691. Ngendrasonya: Nama sebuah tempat ketika para Pandhawa dan sekutusekutunya bertemu untuk menyiapkan penyerangan ke Ngimataka. 692. ngepel: Posisi tangan keempat. 693. nggrudha: Lihat ngenceng encot. 694. ngithing: Posisi tangan kedua. 695. ngoko: Tingkatan rendah dari bahasa Jawa. 696. ngoko dewa: Ngoko yang dipergunakan oleh para dewa. 697. ngoko kasar. Ngoko yang kasar. 698. ngoko lugu: Ngoko biasa, merupakan satu di antara tiga sub-tingkatan dari ngoko. 699. ngore gembel: Hiasan penutup kepala pada boneka-boneka wayang kulit dan penari-penari wayang wong untuk tokohtokoh seperti Udawa. 700. ngore gimbal: Hiasan penutup kepala pada boneka-boneka wayang kulit dan penari-penari wayang wong untuk tokoh-

tokoh seperti Bratasena dan Burisrawa. 701. ngore polos: Hiasan penutup kepala pada boneka-boneka wayang kulit dan penari-penari wayang wong untuk tokohtokoh seperti Angkawijaya. 702. ngore udhalan: Hiasan penutup kepala pada boneka-boneka wayang kulit dan penari-penari wayang wong untuk tokohtokoh seperti Mintaraga dan Parikesit. 703. ngruji: Posisi tangan pertama. 704. Niepasuta (K.): Nama Arjuna sebagai putera raja Pandu. 705. Niepatanaya (K.): Nama Arjuna sebagai putera raja Pandu. 706. Nurada (Narada): Kakak dari Bathara Guru dalam dunia pewayangan Jawa; dalam kakawin Narada adalah seorang resi (isi). 707. Nusagrembula: Kerajaan dari raja ular naga Wisamuka. 708. nutupi babahan nawa sanga: Secarah harfiah berarti "menutup Sembilan lubang yang terdapat pada badan manusia"; konsentrasi total dalam

bermeditasi. 709. Nyai Jimat: Nama kereta kencana yang dibuat pada zaman pemerintahan Sultan Hamengku Buwana III (memerintah 1812-1814). 710. nyamping: Kain batik panjang dan lebar yang dikenakan sebagai busana bagian bawah. 711. nyamping cindhe sekar: Kain batik panjang dan lebar dengan motif cindhe sekar. 712. nyamping seredan: Gaya mengenaka-n kain yang dikenakan oleh karakterkarakter puteri. 713. nyamping supit urang: Gaya mengenakan kain bagi sebagian besar tokoh dalam wayang wong seperti Kresna, Yudhisthira, Bima, Arjuna, Nakula, Sadewa, Baladewa, Duryodana, dan lain-lainnya. 714. nyamping tuluh watu: Kain batik panjang dan lebar dengan motif tuluh watu. 715. nyamping wiron: (1) Gaya mengenakan

kain lebar yang terdapat pada relief candi Panataran dan beberapa candi di Jawa Timur; (2) gaya mengenakan kain batik yang lazim dikenakan orang Jawa sekarang. 716. nyanthik palwa: Bentuk hidung pada boneka-boneka wayang kulit bagi tokohtokoh seperti Kumbakarna, Pragalba, dan raksasa yang lain. 717. Nyareng: Wanda ketiga dari tiga wanda bagi Cakil. 718. nyanthok: Mengibaskan sampur keatas dengan posisi tangan pertama, sampai seluruh tangan tertutup oleh sampur. 719. nyawet: Bentuk mulut pada bonekaboneka wayang kulit bagi tokoh-tokoh seperti Krepa dan Aswatama. 720. nyempurit: Posisi tangan ketiga. 721. nyenthang: Bentuk hidung pada bonekaboneka wayang kulit untuk tokoh-tokoh seperti Durmagati dan Burisrawa. 722. nyunthi: Bentuk hidung pada bonekaboneka wayang kulit untuk tokoh-tokoh seperti Citraksa, Citraksi, dan Krepa.

723. Nyutra: (1) Nama sebuah resimen pasukan pada zaman Mataram; (2) Nama pasukan pengawal pribadi Sultan Hamengku Buwana. 724. Pacet: Wanda ketiga dari tiga wanda bagi Gareng dan Sarahita. 725. Padawenang (Wenang): Nama dewa yang dianggap tertinggi dan tersakti dalam panteon pewayangan Jawa. 726. Padhasih: Wanda ketiga dari tiga wanda bagi Yudhisthira dan Irawan. 727. Padmanaba: Salah sebuah nama Kresna. 728. Padya: Seorang pendeta penjelmaan Bathara Endra dalam lakon Mintaraga. 729. Paguyuban Kesenian Katolik Ciptabudaya: Nama sebuah organisasi tari Jawa yang didirikan oleh beberapa umat Katolik (sekarang sudah tidak aktif) di Yogyakarta. 730. pakem: Secara harfiah berarti "pedoman dasar"; bentuk tertulis dari lakon. 731. pakem balungan: Secara harfiah berarti "kerangka pedoman dasar"; bentuk tertulis dari lakon yang hanya satu atau

dua halaman saja. 732. pakem gancaran: Secara harfiah berarti "prosa pedoman dasar", yang merupakan bentuk panjang yang berisi skenario dari sebuah lakon. 733. pakem pedhalangan: Secara harfiah berarti "pedoman bagi dhalang", dalam bentuk tertulis yang berisi pula dialog, cerita, dan iringan gamelannya. Palasara: Ayah dari Abiyasa. 734. Palguna: Nama Arjuna karena dilahirkan pada musim Palguna. ia

735. Palguna-Palgunadi: Nama sebuah lakon wayang wong yang menceritakan perang antara Palguna (Arjuna) melawan Palgunadi. 736. Palupi: Nama salah seorang isteri Arjuna. 737. Pamade (Permadi): Nama Arjuna karena ia adalah saudara yang berada di tengah dari para Pandhawa; nama Arjuna pada waktu masih muda. 738. Pamuk: Wanda kedua dari tiga wanda bagi Rawana.

739. Pamulangan Beksa Ngayogyakarta: Nama dari sebuah perkumpulan tari yang didirikan oleh Sasmintamardawa di Yogyakarta di samping perkumpulan Mardawa Budaya yang juga didirikan oleh Sasmintamardawa. 740. panakawan: Abdi-penasihat-pelawak. 741. panantunipun panganten putri: Permintaan resmi pada calon mempelai puteri untuk dinikahkan 742. pancanaka: Posisi tangan bagi boneka Bima pada wayang kulit, yaitu berbentuk kepalan dengan ibu jari berada di tengah, menyelinap di bawah jari telunjuk. 743. Pancawala: Putera Yudhisthira. 744. Pancawati (Pancawatidhendha): Nama kerajaan Rama dalam cerita Ramayana Jawa. 745. Pancawatidhendha: Lihat Pancawati. 746. Pandhawa (K. Pandawa): Secara harfiah berarti "putera-putera Pandhu", yaitu: Yudhisthira, Bima (Werkudara), Arjuna, Nakula, dan Sadewa; juga

sering diartikan lima Pandhawa bersaudara beserta putera-putera mereka dan sekutu-sekutu mereka. 747. pandhita: Guru keramat atau pendeta. 748. Pandhu (K. Pandu): Bekas raja dari Ngastina; ayah dari para Pandhawa, paman dari para Korawa. 749. Pandhuputra (K. Panduputra):. Nama Arjuna sebagai putera dari Pandhu. 750. Pandusuta (K.): Nama Arjuna sebagai putera Pandu. 751. Pandutanaya (K.): sebagai putera Pandu. Nama Arjuna

752. Pangeran: Singkatan dari gelar putera Sultan yang telah dewasa "Bandara Pangeran Harya" atau "Gusti Pangeran Harya"; sejak zaman Sultan Hamengku Buwana IX semua putera Sultan mendapat gelar yang sama yaitu "Gusti Bandara Pangeran Harya". 753. paningset: Kain pengencang pinggang. 754. paningset bangun tulak: Kain pengencang pinggang dengan motif bangun tulak.

755. paningset songer. Kain pengencang pinggang dengan motif songer. 756. Panji: Pahlawan utama dari roman Panji Jawa Timur dari abad ke-13. 757. Panukma: Wanda pertama dari tiga wanda bagi Yudhisthira dan Pamade. 758. Panyarikan: Nama seorang dewa dari Junggringsalaka. 759. papasan mateng: Nama sebuah motif kain dengan warna dasar biru kehitaman dengan merah di tengahnya. 760. paramartha-pandita (K.): Pendeta yang tulus. 761. Paranggiri: Kerajaan dari Dewatamtama dalam lakon Sri Suwela. 762. Parangkencana: Kerajaan dari Dewagupita dalam lakon Sri Suwela. 763. parang rusak gendreh: Motif batik dengan pola dasar garis miring. 764. Parijatha: Tanaman kahyangan dalam lakon Parta Krama.

765. Parikesit: Putera Angkawijaya; raja terakhir dan keluarga Pandhawa yang memerintah Ngastina. 766. Parta (K. Prtha): Nama Arjuna dalam lakon Parta Krama, yaitu lakon "Perkawinan Arjuna", karena ia memiliki kemauan yang kuat. 767. Partha (K.): Lihat Parta. 768. Parthayajna (K.): Puisi Jawa Kuna (kakawin) yang menggambarkan cerita tentang Arjuna. 769. parwa (S. parva): (1) Bahasa Sanskrit yang berarti "jilid" atau "kitab" dari wiracarita Mahabharata; di Bali juga berarti drama tari tanpa topeng yang membawakan ceritera-ceritera dari Mahabharata. 770. paseban njawi: Secara harfiah berarti "balai penghadapan di luar keraton"; adegan yang terjadi di balai penghadapan di luar keraton. 771. pasisir (pasisiran): Wilayah pantai. 772. pasisiran: Lihat pasisir.

773. pasisiran kilen: Wilayah pasisiran barat. 774. pasisiran wetan: Wilayah pasisiran timur. 775. Pasupati (K. Pasupati): Senjata sakti milik Arjuna yang diterima sebagai hadiah dari Bathara Guru dalam lakon Mintaraga. 776. pathet: Secara harfiah berarti "rasa" dari musik gamelan; juga berarti bagian dari lakon yang diiringi oleh pathet tertentu. 777. pathet barang: "Rasa" ketiga dari musik gamelan dengan sistem tangga nada pelog yang lazim untuk mengiringi bagian ketiga dari lakon wayang kulit yang diiringi dengan gamelan pelog. 778. pathet lima: "Rasa" pertama dari musik gamelan dengan sistem tangga nada pelog yang lazim untuk mengiringi bagian pertama dari pertunjukan wayang kulit yang diiringi dengan gamelan pelog. 779. pathet manyura: Bagian ketiga dari pertunjukan wayang kulit yang diiringi

dengan gamelan slendro; juga nama "rasa" dari music gamelan yang mengiringi bagian ketiga dari pertunjukan wayang kulit ini. 780. pathet nem: Bagian pertama dari pertunjukan wayang kulit yang diiringi dengan gamelan slendro; juga nama "rasa" dari musik gamelan yang mengiringi bagian pertama dari pertunjukan; bila pertunjukan itu diiringi oleh gamelan berlaras pelog, pathet nem merupakan bagian kedua dari pertunjukan. 781. pathet sanga: Bagian kedua dari pertunjukan wayang kulit yang diiringi dengan gamelan bersistem tangga nada slendro; juga nama "rasa" dari musik gamelan yang mengiringi bagian kedua dari pertunjukan ini. 782. patih: Perdana menteri atau patih. 783. patih lebet: Secara harafiah berarti "patih bagian dalam"; kepala dari empat wedana pada administrasi pemerintahan kerajaan Mataram. 784. patih njawi: Secara harfiah berarti "patih bagian luar"; kepala dari para bupati

yang menguasai wilayah mancanegara di kerajaan Mataram. 785. Patrem: Wanda ketiga dari tiga wanda bagi Srikandhi. 786. pelog: Sistem tangga nada gamelan Jawa yang memiliki tujuh nada setiap oktavnya. 787. pemaos kandha: Pembaca Serat Kandha, yaitu "Buku Cerita" dalam pertunjukan wayang wong gaya Yogyakarta. 788. pemaos pocapan: Petugas yang membantu pemaos kandha untuk mengecek Serat Pocapan, yaitu "Buku Dialog". 789. pendherek: Secara harafiah berarti "pengikut"; sesaji bagi Nyai Rara Kidul, perdana menteri (patih) dari Kangjeng Ratu Kidul. 790. pengajeng: Secara harfiah berarti "yang ada di depan atau pemimpin'; sesaji bagi Kangjeng Ratu Kidul, Penguasa Laut Selatan (Samodra Indonesia). 791. Pengawe: Wanda ketiga dari tiga wanda

bagi Pamade. 792. pengeprak: Pemain keprak. 793. Penglawung: Wanda pertama dari tiga wanda bagi Gathutkaca. 794. pengulu: Pejabat agama. 795. penontong (bendhe): Gong berukuran kecil yang digantung yang terdapat pada gamelan Munggang dari keraton Yogyakarta. 796. penunggul: Nada 1; nada pertama pada sistem tangga nada slendro dan pelog. 797. penunthung (ketipung): Kendang kecil berkepala dua yang dipukul dengan jarijari tangan. 798. peprintahan lebet: Administrasi kenegaraan dalam atau keraton. 799. peprintahan njawi: Administrasi kenegaraan di luar keraton. 800. Prabu: Raja. 801. Pradanggapati: Nama lain dari Bathara Wisnu. 802. Pragalbha (K.): Prajurit raksasa dari

Niwatakawaca Arjunawiwaha.

dalam

kakawin

803. Pragolamurti (Bragolamurti): Sebuah lakon wayang wong yang menggambarkan cerita tentang pertapa Pragolamurti dari Ngandongsekar, yang jatuh cinta kepada Siti Sendari; juga nama dari pertapa itu sendiri. 804. Prabasini: Salah seorang isteri Winatakwaca dalam lakon Mintaraga. 805. prajuritan: Gaya mengenakan kain seperti yang terdapat pada relief Ramayana di candi Panataran. 806. Pralemba: Utusan dari Raja Bomatara. 807. Prang Brangtayuda Jayabinangun: "Perang Besar diantara Keluarga Barata", yaitu antara Pandawa melawan Korawa. 808. Pratalawati: Salah seorang isteri Kresna, ibu dari Suteja. 809. Pregiwa: Saudara tua dari kembarnya Pregiwati, keduanya adalah puteri Arjuna dengan Endhang Sumarsih.

810. Pringgadani: Istana kepangeranan dari Gathutkaca. 811. Pritaputra: Nama Arjuna sebagai putera dari Prita atau Kunthi. 812. Pritha (K.): Nama lain dari Kunthi; lihat Kunthi. 813. priyayi: Keluarga bangsawan. 814. pujangga: Sarjana tradisional. 815. Pujangkara: Raja bawahan dari Prabu Niwatakawaca dalam lakon Mintaraga versi dhalang Hadisugita. 816. Punggung: Wanda ketiga dari tiga wanda bagi Duryodana; juga wanda pertama dari Leksmana Dakumara. 817. Puntadewa: Salah sebuah nama dari Yudhisthira. 818. pusaka: Benda-benda warisan yang dikeramatkan. 819. pusaka ageng: Plisaka yang dianggap besar dan sangat keramat. 820. Puspitasari: Jalmayeksa. Puteri dari Begawan

821. Puthut Guritna: Murid dari Begawan Pragolamurti. 822. Rabingulakir (Jumadilakir): Bulan keenam dari kalender Islam-Jawa. 823. Raden: (1) Gelar seorang pangeran dalam wayang kulit dan wayang wong; (2) sekarang gelar dari bangsawan dari generasi kelima dari Sultan. 824. Raden Bekel: Gelar pada tingkatan keenam dari pegawai istana. 825. Raden Lurah: Gelar pada tingkatan kelima dari pegawai istana. 826. Raden Mas: Gelar kebangsawanan, yaitu cucu, cicit, dan patera dari cicit Sultan. 827. Raden Riya: Gelar tingkatan ketiga pada kepegawaian istana Yogyakarta. 828. Raden Wedana: Gelar tingkatan keempat pada kepegawaian istana Yogyakarta. 829. raket: (K.): Drama tan opera Jawa Kuna yang mempertunjukkan cerita Panji. 830. Rama (Ramawijaya): Pangeran dan

pahlawan dari wiracarita Ramayana, serta raja dari Pancawati. 831. Rama (K.): Lihat Rama. 832. Ramadayapati; Hanuman. Nama lain dari

833. Rama Nitik: "Rama Mencari Orang tempat Berinkarnasi", sebuah lakon wayang wong. 834. Ramawijaya: Lihat Rama. 835. Ramayana (K. Ramayana): Wiracarita yang menggambarkan Pangeran Rama. 836. Rambut Julung: Roh raksasa sakti yang masuk ke badan Winatakwaca dan menyebabkannya menjadi tak terkalahkan; roh ini masuk ke tubuh Suteja dalam lakon Samba Sebit. 837. rampek: Lihat rapek. 838. rampogan macan: Ramai-ramai membunuh harimau yang tak terkalahkan yang dahulu diselenggarakan di kasultanan Yogyakarta bila harimau itu menang ketika melawan kerbau dalam pertandingan adu macan.

839. rancakan: Rak sebagai penyangga bilahan gamelan atau lainnya. 840. Rancut: Wanda kedua dari tiga wanda bagi Hanuman. 841. Ranggawarsita: Nama seorang pujangga keraton Surakarta dari abad ke-19, cucu dari pujangga Yasadipura II. 842. Rangkung: Wanda pertama dari tiga wanda bagi Sumbadra. 843. Ranjapan: Sebuah lakon wayang wong yang menggambarkan gugurnya Abimanyu dalam Perang Besar Baratayuda. 844. rapek (rampek, atau rapekan, atau rampekan): Salah satu cara mengenakan kain bagi penari-penari putera dalam wayang wong. 845. rapekan panakawan: Cara mengenakan kain pada boneka-boneka wayang kulit dan penari-penari wayang wong untuk tokoh-tokoh panakawan seperti Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong. 846. rapekan pandhita: Cara mengenakan kain pada boneka-boneka wayang kulit

dan penari-penari wayang wong untuk para pendeta seperti Abiyasa dan Durna. 847. rasukan: Baju bagi penari-penari puteri dan putera. 848. Raswarodra: Nama seorang dewa dari Junggringsalaka. 849. Ratih: Isteri Bathara Komajaya, simbol kecantikan. 850. ratus: Kemenyan penyedap rambut. 851. Rawana (Dasamuka): Raja dari kerajaan Ngalengka, musuh dari Pangeran Rama dalam wiracarita Ramayana. 852. Rawe: Wanda ketiga dari tiga wanda bagi Karna dan Patih Suwanda. 853. Reca: Wanda pertama dari tiga wanda bagi Kama. 854. rema: Rambut. 855. rembesan: Bentuk mata pada bonekaboneka wayang kulit bagi tokoh-tokoh pendeta tua. 856. Resi (K. i): Pendeta. 857. ringgit : "Wayang" dalam tingkatan

bahasa krama. 858. ringgit cina: Secara harfiah berarti "Wayang wong Cina"; pertunjukan wayang wong mungkin khusus bagi penonton berkebangsaan Cina dll. 859. ringgit encik : Secara harfiah berarti "Wayang wong encik"; pertunjukan wayang wong mungkin khusus bagi para penonton Arab dan India, dan lain-lain. 860. ringgit gedhog: Lihat wayang gedhog. 861. ringgit gupermen: Secara harfiah berarti "Wayang wong negara"; pertunjukan wayang wong bagi upacara-upacara kenegaraan. 862. ringgit jalma: "Wayang wong" dalam tingkatan bahasa krama, lihat wayang wong. 863. rojeh: Simbal tanpa pencon. 864. Rondhon: Lihat Mangu. 865. ron kastuba: Pohon suci milik Prabu Ramawijaya dalam lakon Semar Boyong. 866. run sumping: Hiasan berbentuk daun

untuk sumping. 867. rsi (K.): Lihat resi. 868. Rudra (K.): Bentuk Siwa sebagai Dewa Pelebur. 869. Rukmini: Isteri kedua dari Kresna. 870. Rungsit: Wanda ketiga dari tiga wanda bagi Samba dan Narayana; juga wanda kedua bagi Patih Suwanda. 871. rupiah: Mata uang Indonesia, atau gulden pada zaman kolonial Belanda. 872. rupiah abrit: Mata uang gulden merah, sama dengan 83'/3 sen pada 873. masa kolonial Belanda. 874. ruwatan: Upacara pembebasan manusia yang animistik; untuk upacara ini dipertunjukkan lakon-lakon Murwakala dan Dhalang Karungrungan. 875. sabrangan: Secara harfiah berarti "daerah seberang atau asing", yang dalam dunia pewayangan dimaksudkan sebagai kerajaan seberang. 876. Sadewa: Saudara kelima dari Pandhawa lima bersaudara; dengan saudara

kembarnya Nakula adalah putera spiritual dari dewa kembar Aswin. 877. Sadik: Seorang suci, ayah angkat Niwatakawaca dalam lakon Mintaraga versi dhalang Hadisugita. 878. Saka Dhomas Bale Kencana: Singgasana Istana dari Prabu Ramapada masadahulu. 879. Sakuni (K.): Lihat Sengkuni. 880. Sala: Lihat Surakarta. 881. Salya (K. Salya): Raja dari Mandarakaserta ayah mertua Karna, Baladewa, dan Duryodana. 882. Samba: Putera mahkota dari kerajaan Dwarawati; putera Kresna. 883. Samba Sebit: Secara harfiah berarti "Pencincangan Samba", sebuah lakon wayang wong yang mengawali lakon Mintaraga. 884. Sambu: Dewa, putera Guru. 885. Sampur: Lihat sondher. 886. Sampumawati: Penyamaran Srikandhi

dalam lakon Jayasemadi. 887. sangsangan: "Kalung" dalam bahasa tingkatan krama. 888. Sangywang: Gelar kehormatan bagi para dewa. 889. Sarahita (Bilung): Seorang dari dua panakawan (dengan Togog) yang mengabdi kepada raja sabrangan. 890. saron: Instrumen bilahan yang tebal. gamelan dengan

891. saron barung: Saron berukuran sedang. 892. saron demung: Saron berukuran besar 893. saron penerus: Saron berukuran kecil, juga disebut saron peking. 894. Sarpakenaka (K. Surpanaka): Raksasi, adik perempuan Rawana. 895. sarparaja: Nama motif gelang lengan. 896. sasmita: Tanda. 897. satriya (K. ksatriya): Secara harfiah berarti "prajurit". 898. sawo mateng: Cokelat tua.

899. sayembara (K. swayambara): Pertandingan, biasanya, untuk mendapatkan seorang puteri. 900. Sedhet: Wanda ketiga dari tiga wanda bagi Angkawijaya dan Sumbadra. 901. sekar dewandaru: Pohon suci yang dimiliki oleh Prabu Ramawijaya dalam lakon Semar Boyong. 902. Sekar Wijayakusuma: Lihat Kembang Wijayakusuma; sekar adalah bentuk krama dari bentuk ngoko bagi kembang. 903. selapanan: Upacara yang diselenggarakan 35 hari setelah tahap upacara terpenting dari perkawinan istana yaitu ijab. 904. Semar: Penasihat-abdi-pelawak yang sebenarnya adalah dewa, yang mengabdi kepada para Pandhawa; sebenarnya ia adalah dewa Ismaya, kakak dari Bathara Guru. 905. Semar Boyong: "Penculikan Semar", yaitu nama lakon wayang wong. 906. Sembada: (1) Wanda pertama dari tiga

wanda bagi Baladewa, Rawana, dan Dursasana; (2) bentuk hidung pada boneka-boneka wayang kulit bagi Sentyaki, Baladewa dan lain-lain. 907. sembah: Menyampaikan hormat dari seorang bawahan kepada yang lebih atas; kedua telapak tangan ditangkupkan, kemudian digerakkan ke depan wajah, dua ibu jari hampir menyentuh hidung. 908. Semitra (Sumitra): Salah seorang putera Arjuna. 909. Sempati: Nama burung garuda yang menolong Hanuman di dalam wiracarita Ramayana. 910. Senapati: (1) Raja pertama dari kerajaan Mataram (memerintah sekitar 15841601); gelar lengkapnya adalah Panembahan Senapati Ingalaga; (2) secara harfiah berarti "pimpinan besar angkatan perang". 911. Sencaka: Putera Kresna. 912. Sencaki (Sentyaki; K. Satyaki): Saudara Satyaboma, ipar Kresna, dan sekutu Dwarawati yang setia.

913. Senggana: Lihat Hanuman. 914. Sengkuni (K. Sakuni): Paman dari Duryodana yang juga patih dari kerajaan Ngastina. 915. Senjata Nanggala: Senjata sakti milik Baladewa yang merupakan pusakanya. 916. sentana-Dalem: Kerabat Sultan. 917. Sentyaki: Lihat Sencaki. 918. Serat Kandha: "Buku Ceritera" dalam pertunjukan wayang wong. 919. Serat Mintaraga: Karya sastra berdasarkan pada kakawin Arjunawiwaha, yang ditulis dalam bentuk tembang macapat oleh Susuhunan Paku Buwana III. 920. Serat Pocapan: "Buku Dialog" dalam pertunjukan wayang wong. 921. Serat Wiwaha Jarwa: Karya sastra yang berdasarkan kepada kakawin Arjunawiwaha, disusun dengan tembang macapat oleh pujangga Yasadipura I. 922. Setiwijaya: Adik Niwatakawaca dalam lakon Mintaraga versi dhalang

Hadisugita. 923. Setyaboma: Salah seorang isteri Kresna. 924. Shori (K.): Pangeran, peranan putera utama dalam pertunjukan raket. 925. Sidik Wacana: Seorang pertapa dalam lakon Jayasemadi. 926. sila miring: Duduk dengan posisi badan menghadap penonton, sedangkan wajah serta lengan dengan posisi ke samping. 927. Singarodra: Patih Nungsabarong dari kerajaan

928. Singela: Kerajaan Dasalengkara 929. Sinta (K. Sita): Isteri Rama dalam Ramayana 930. siraman: Mandi seremonial bagi calon mempelai puteri dan calon mempelari putera. 931. Siswa Among Beksa: Nama sebuah organisasi tari yang didirikan oleh Pangeran Yudanegara pada tahun 1952 932. Sitinggil: Dua balai penghadapan yang besar di keraton Yogyakarta, yaitu

Sitinggil Lor dan Sitinggil Kidul; dalam pewayangan dipergunakan untuk menyebut balai penghadapan yang pokok. 933. Siti Sendari: Angkawijaya. Puteri Kresna, isteri

934. Situbanda: Nama kota di Jawa Timur, berasal dan nama Setubandha, pematang penyeberangan menuju ke Langka yang dibuat oleh kera-kera bala-tentara Rama. 935. Siwa (K.): Dewa Pelebur dalam panteon Hindu, yang juga merupakan Dewa Pelebur; dalam panteon pewayangan menjadi Yang Dipertuan dari semua dewa, juga dianggap sebagai Guru Besar. 936. slendro: Sistem tangga nada dengan lima nada pada musik gamelan. 937. slepe: Sabuk dengan pengencangnya bagi penari-penari puteri. 938. Soman: Salah sebuah nama Wisnu. 939. sondher (sampur): Selendang panjang yang merupakan bagian busana yang sangat penting pada tari Jawa, yang kadang-kadang juga bisa dipergunakan

sebagai prop tari. 940. songer: Macam motif kain berwarna merah, dengan disulam benang emas. 941. songkok: (1) Hiasan penutup kepala bagi pimpinan tentara dari keraton Yogyakarta yang kemudian juga dipakai oleh Sultan Hamengku Buwana V sebagai hiasan penutup kepala bagi raja gagah dalam pertunjukan wayang wong', (2) satu tipe dari sekian banyak hiasan penutup kepala bagi penari-penari wayang wong yang mengacu pada hiasan penutup kepala pada boneka-boneka wayang kulit. 942. songsong: Payung. 943. songsong gilap: Payung keemasan. 944. Sotyaretna: Salah seorang isteri Bathara Endra. 945. Srengganidewa: Putera Bathara Guru. 946. Srikandhi (K. Sikhandi): Reinkarnasi dari Dewi Amba serta isteri kedua dari Arjuna; ia adalah puteri Raja Drupada, pahlawan puteri yang tangguh, serta adik Drupadi.

947. Srikandhi Meguru Manah (Srikandhi Jemparingan); Secara harafiah berarti "Srikandhi Belajar Memanah"; sebuah lakon dari wayang wong. 948. srimpi: Tari puteri istana yang ditarikan oleh empat orang penari dengan berbusana sama serta menggunakan teknik tari puteri yang sama. 949. Srimpi Renggawati: Tari srimpi yang menceritakan tentang puteri Renggawati, ditarikan oleh lima orang penari puteri. 950. Sri Pamangsah: Salah sebuah nama dari Kresna. 951. Sri Suwela: Raja dari Parangretna, penyamaran dari Dewi Pertalawati isteri Werkudara dalam lakon Sri Suwela. 952. Sri Temurun: Nama lakon dari wayang kulit dan wayang wong yang menceritakan turunnya Dewi Sri ke bumi. 953. Subadra (Sumbadra, atau Sembadra): Lihat Sumbadra. 954. Subali (K. Walin atau Bali): Nama seorang Pangeran Kera, kakak kembar

dari Sugriwa. 955. Subrangta: Nama Ngendrabuwana. dewa dari

956. Suciptahening Mintaraga: Nama dari Arjuna dalam lakon Mintaraga. 957. Sugriwa: Nama seorang Pangeran Kera, adik dari kembarnya Subali.

958. Sukata: Nama seorang Ngendrabuwana.

dewa

dari

959. Sulastri: Salah seorang isteri Arjuna. 960. Sultan: Gelar Islam dari para raja di Jawa, yang kemudian dipergunakan oleh raja-raja di kasultanan Yogyakarta. 961. Sumantri Gugur: Secara harafiah berarti "Gugurnya Sumantri"; sebuah lakon wayang wong yang mengambil dari siklus Arjunasasrabau. 962. Sumarma: Nama seorang dewa dari Ngendrabuwana. 963. Sumarsanawati: Seorang utusan Bathara Endra. bidadari,

964. Sumarsih: Puteri dari Begawan Sidikwacana, isteri Arjuna, ibu dari Pregiwa dan Pregiwati. 965. Sumbadra (Sembadra; K. Subhadra): Isteri pertama Arjuna, adik Kresna dan Baladewa yang sangat pendiam serta rendah hati. 966. Sumbadra Larung (Sumbadra Pralaya): Sebuah lakon wayang wong yang menggambarkan ceritera hilangnya Sumbadra. 967. Sumbawa: Nama seorang dewa dari Junggringsalaka. 968. sumekan: Kain penutup dada. 969. sumekan bangun tulak: Kain penutup dada dengan motif bangun tulak. 970. sumekan dringin: Kain penutup dada dengan motif dringin. 971. sumekan gadhung: Kain penutup dada dengan motif gadhung. 972. sumekan gadhung mlathi: Kain penutup dada dengan motif gadhung mlathi. 973. sumekan jingga: Kain penutup dada

dengan motif jingga. 974. sumekan papasan mateng: Kain penutup dada dengan motif papas an mateng. 975. sumekan sawo mateng: Kain penutup dada dengan motif sawo mateng. 976. Sumitra: (1) Semitra; (2) Isteri kedua dari raja Dasarata, ibu Barata, juga ibu Leksmana. 977. Sumitraatmaja: Nama lain Leksmana; ia disebut demikian karena ia adalah putera Sumitra, isteri kedua dari Dasarata. 978. sumping: Hiasan telinga. 979. sumping gajah ngoling: Hiasan telinga dengan bentuk seperti seolah-olah gajah yang sedang bergelimpangan. 980. sumping kudhup turi: Hiasan telinga dengan bentuk seperti kuncup bunga turi, dikenakan oleh karakter-karakter wayang wong seperti Palasara, Arjuna, dan Angkawijaya. 981. sumping mangkara: Hiasan telinga dengan motif makara, yang dikenakan oleh sebagian besar penari dalam

wayang wong. 982. sumping prabanjana: Hiasan telinga dengan motif prabanjana, dikenakan oleh tokoh-tokoh wayang wong seperti Yudhisthira, Nakula, dan Sadewa. 983. sumping pudhak selegal: Hiasan telinga dengan motif bunga pudhak selegal yang dikenakan oleh tokoh-tokoh dalam wayang wong seperti Werkudara, Antareja, dan Antasena. 984. sumping ron: Hiasan telinga dengan omamen berbentuk seperti daun. 985. sumping sekar kluwih: Hiasan telinga dengan motif bunga kluwih pada bonekaboneka wayang kulit. 986. sumping surengpati: Hiasan telinga dengan motif surengpati, yang dikenakan oleh kesatria dalam wayang wong seperti Irawan. 987. sumping waderan: Hiasan telinga dengan bentuk seperti ikan yang terdapat pada boneka-boneka wayang kulit. 988. Sunan: Gelar bagi Guru Suci dalam agama Islam, yaitu bagi para Wali; juga

gelar bagi raja-raja Mataram, yang kemudian diwaris oleh keraton Surakarta sampai sekarang; merupakan singkatan dari Susuhunan. 989. supit urang: Secara harafiah berarti "supit dari udang"; lihat nyamping supit urang. 990. Suprabha (K.): Bidadari utama dari tujuh bidadari di kerajaan kahyangan Indra. 991. Suprabawati: Raja puteri dari Simbarmanyura, adik dari Prabu Dasalengkara dalam lakon PregiwaPregiwati. 992. Suprabawati Tandhing: Sebuah lakon wayang wong, yang merupakan fragmen dari lakon Pregiwa-Pregiwati yang mengutamakan pada perang antara Raja Puteri Suprabawati melawan para Pandhawa. 993. Suradewati: Patih dari Simbarmanyura dalam lakon Pregiwa-Pregiwati. 994. Surak: Lihat Gidrah. 995. Suralaya: Lihat Junggringsalaka.

996. Surakarta: Dahulu merupakan nama resmi dari keraton Mataram yang didirikan oleh Sunan Paku Buwana II pada tahun 1746; sejak Perjanjian Giyanti pada tahun 1755 menjadi separo kerajaan Mataram yang berada di sebelah timur; juga disebut Sala; nama lengkapnya adalah Kasunanan Surakarta Adiningrat. 997. Surakarta Adiningrat: Lihat Surakarta. 998. Surapati: Salah sebuah nama dari Bathara Guru. 999. Surendra: Seorang dari tujuh bidadari dalam Serat Mintaraga. 1000. Surpanakha (K.): Lihat Sarpakenaka. 1001. Surya (K. Surya): Dewa Matahari, ayah spiritual dari Karna. 1002. Suryabaskara: Raja bawahan Prabu Suryawasesa dalam lakon Parta Krama. 1003. Suryaketu: Patih dari Sonyapringga. 1004. Suryawasesa: Raja dari Ngindracana dalam lakon Parta Krama. 1005. Susuhunan: Lihat Sunan.

1006. Suyudana: Lihat Duryodana. 1007. talu: Bagian musik pengantar dari sebuah pertunjukan di Jawa, yang dimainkan pada pergelaran wayang kulit dan wayang wong. 1008. Tambaksari: Jathasura. Kerajaan dari Prabu

1009. tancepan: (1) Teknik menancapkan boneka wayang kulit pada batang pisang; (2) posisi berdiri dari penari wayang wong. 1010. tancep miring: Posisi berdiri dengan badan menghadap penonton, tetapi wajah dan lengan dalam posisi ke samping. 1011. Tandhatengara: Nama dewa yang tugasnya menabuh bendhe yang memberi tanda-tanda tertentu dari satu tindakan formal di istana dalam dunia pewayangan. 1012. Tanggap: Wanda pertama dari tiga wanda dari Sengkuni. 1013. Tantra: Nama seorang dewa dari Ngendrabuwana.

1014. tapal (K. tapel): Topeng. 1015. tapuk (K.): Topeng. 1016. Tejalelana: Raja dari Giriguthaka, adik dari Prabu Winatakwaca dalam lakon Mintaraga. 1017. Tejamaya: Kerajaan di kahyangan tempat Arjuna menikmati hasil jerih lelah setelah menang perang dalam lakon Mintaraga. 1018. Tekes (K.): (1) Salah seorang tokoh utama dalam poertunjukan raket, yang juga nama dari semua (delapan) Tekes; (2) nama dari hiasan penutup kepala yang dikenakan oleh penari-penari pada drama tari topeng Jawa yang menampilkan cerita Panji. 1019. Temanten (Buntit): Wanda pertama dari tiga wanda bagi Samba. 1020. Thathit: Wanda kedua dari tiga wanda bagi Gathutkaca. 1021. thelengan: Bentuk mata pada bonekaboneka wayang kulit untuk tokoh-tokoh seperti Werkudara, Gathutkaca, Antareja, dan Antasena.

1022. Tibrasara: Sebuah hutan tempat Arjuna melakukan meditasi lebih dalam yang diceritakan oleh lakon Mintaraga versi dhalang Hadisugita. 1023. Tilottama (K.): Seorang dari tujuh bidadari di kahyangan Bathara Indra yang bertugas mencoba keteguhan Arjuna dalam bertapa; nama ini menjadi Wilutama dalam lakon Mintaraga. 1024. Tingalan-Dalem: Hari lahir Sultan. 1025. Tinjomaya: Lihat Tejamaya. 1026. Titisari: Nama salah seorang puteri Kresna, isteri Irawan. 1027. Togog: Seorang dari dua orang abdipenasihat (dengan Sarahita) bagi tokohtokoh sabrangan. 1028. topong: Gaya penutup kepala yang digunakan pada boneka-boneka wayang kulit seperti tokoh Dursasana. 1029. toya: Air. 1030. Trajutrisna: Kerajaan Suteja.

1031. Tratag Bangsal Kencana: Bagian depan dari Bangsal Kencana yang beriungsi antara lain sebagai lantai tari. 1032. Tratag Prabayeksa: Semacam galere depan dari Bangsal Prabayeksa. 1033. Trijatha: Puteri dari Wibisana. 1034. Trimurti: (1) Salah satu nama Kresna; (2) Tiga dewa dalam satu kesatuan, yaitu Brahma, Wisnu, dan Siwa. 1035. Trisula: Senjata yang sangat sakti milik Bathara Guru. 1036. triwikrama: Secara harfiah berarti "mengelilingi dunia dengan tiga langkah"; Kresna dalam wujud raksasa besar. 1037. tropong: Lihat makutha. 1038. Trugena: Salah seorang adik Rama. 1039. tuding: (1) Posisi tangan dari para panakawan; (2) tangkai pegangan untuk menggerak-gerakkan lengan boneka wayang kulit. 1040. tuding panakawan: Posisi tangan dengan jari telunjuk menunjuk ke

depan bagi koneksi-koneksi panakawan; lihat tuding. 1041. tuluh watu: Nama motif dari kain. 1042. tumbuk-Dalem: Hari ulang tahun yang sangat penting dari Sultan, yaitu bila hari tertentu dari satu minggu, bulan tertentu, serta tahun tertentu dari siklus delapan tahun (windu) bertemu setiap delapan tahun. 1043. Tumenggung: Pejabat tinggi istana. 1044. tawanggana:Pemimpin serta penasihat. 1045. ubet-ubet: Kain batik panjang yang dipakai melingkari torso wanita. 1046. Udawa: Patih serta saudara tiri Kresna. 1047. udhalan gimbal: Gaya hiasan penutup kepala yang dikenakan boneka-boneka wayang kulit dan penari-penari wayang wong untuk tokoh-tokoh seperti beberapa raksasa. 1048. udheng gilig: Penutup kepala dari prajurit Nyutra di keraton Yogyakarta, yang pada zaman Sultan Hamengku Buwana V dikenakan bagi karakter raksasa dalam wayang wong.

1049. uleng: Bagian paling tengah dari penyangga atap dari Bangsal Kencana. 1050. Ulupi (Palupi): Salah seorang isteri Arjuna dan ibu dari Irawan. 1051. uncal kencana: Bagian dari busana bawah wayang kulit. 1052. uncit: Lihat kethu dewa. 1053. undha-usuk: bahasa Jawa. Tingkat-tingkat pada

1054. unggah-ungguh: Kebiasaan dan etiket Jawa yang juga terdapat pada penggunaan tingkat-tingkat bahasa; tingkat-tingkat bahasa itu sendiri disebut undha-usuk. 1055. upacara: Regalia; di keraton Yogyakarta terdiri dari Banyak, Dhalang, Sawung, galing, Hardawalika, Kacumas, Kutuk, dan Kandhil. 1056. Upacara-Dalem: Secara harafiah berarti "Regalia Istana", lihat upacara. 1057. Urangayu: Isteri Werkudara dan ibu Antasena.

1058. Utari: Puteri dari Prabu Matswapati, isteri Angkawijaya, dan ibu Parikesit. 1059. Utipati: Nama lain dari Bathara Guru. 1060. wahyu: Karunia Tuhan. 1061. Wali: (1) Guru Agung dalam Islam; (2) "suci" dalam bahasa Bali. 1062. Walin (K.): Lihat Subali. 1063. Walmiki: Pengarang Ramayana India. wiracarita

1064. wanda: Keadaan emosi serta sikap dari boneka-boneka wayang kulit yang dituangkan dalam bentuk yang khas. 1065. Wandhansekar: Puteri dari Mayangkara (Hanuman) dalam lakon Jayasemadi. 1066. Wanengbaya: Raja bawahan serta utusan dari Prabu Dasawisesa dari Widurisebda dalam lakon Jayasemadi. 1067. wangkingan: Keris. 1068. wangsalan: Tanda berupa kata atau frase bagi para musisi gamelan yang mengisaratkan tentang gendhing yang diutarakan oleh dhalang atau pemaos kandha untuk dimainkan segera.

1069. Wanuhara: Arjuna.

Salah

seorang

isteri

1070. waringin: Pohon beringin. 1071. Warsiki: Salah seorang dari tujuh bidadari penggoda Arjuna dalam lakon Mintaraga. 1072. Wasi Lebuguntung: Mintaraga. 1073. Wasi sonyasubrastha: Mintaraga. Murid Murid dari dari

1074. Wastrawisa: Prajurit binatang dari Ngimataka. 1075. watangan: Permainan sodoran dengan naik kuda (di Eropa pada Zaman Abad Tengah disebut tournament). 1076. Wawu: Tahun ketujuh dari siklus delapan tahun kalender Islam-Jawa. 1077. wayang: Secara harfiah berarti "pertunjukan bayangan", tetapi kemudian hanya diperuntukkan khusus bagi bentuk-bentuk wayang yang menceritakan cerita-cerita kuna (purwa) saja (Mahabharata, Ramayana, Arjunasasrabau, dan cerita-cerita

mitologi Jawa); lebih sering disebut lengkap wayang kulit atau wayang kulitpurwa. 1078. wayang gedhog: Pertunjukan wayang kulit yang menceritakan cerita-cerita Panji; di Jawa Timur juga sering menampilkan cerita Damarwulan. 1079. wayang kulit: Lihat wayang. 1080. wayang kulit purwa (Wayang purwa): Lihat wayang. 1081. wayang parwa: Pertunjukan wayang kulit Bali yang mempergelarkan ' cerita-cerita dan Mahabharata. 1082. wayang purwa: Lihat wayang. 1083. wayang ramayana: Pertunjukan wayang kulit Bali yang menceritakan cerita-cerita dari Ramayana. 1084. wayang topeng: Drama tari bertopeng Jawa yang membawakan cerita Panji. 1085. wayang wong: (1) Drama tari Jawa berdialog prosa juga disebut ringgit jalma atau ringgit tiyang yang dicipta kembali oleh Sultan Hamengku

Buwana I pada akhir tahun 1750-an yang kebanyakan membawakan ceritacerita dari Mahabharata dan Ramayana; (2) drama tari topeng berdialog bahasa Kawi dari Bali yang membawakan cerita Ramayana. 1086. wayang wong parwa: Drama tari tanpa topeng dari Bali yang membawakan cerita-cerita dari Mahabharata; biasanya disebut dengan singkat parwa; lihat parwa. 1087. wayang wong ramayana: Drama tari bertopeng dari Bali yang mempergelarkan cerita-cerita dari Ramayana; biasanya disebut dengan singkat wayang wong; lihat wayang wong. 1088. wayang wwang (K.): Drama tari Jawa Kuna yang membawakan cerita-cerita dari Mahabharata dan Ramayana. 1089. wedana: Kepala sebuah wilayah di negaragung. 1090. wedana bupati: Kepala dari beberapa bupati. 1091. wedana gedhong tengen: Secara harafiah berarti "wedana dari ruangan

sebelah kanan"; salah seorang dari empat Kepala administrasi keraton dari kerajaan Mataram. 1092. wedana keparak kiwa: Secara harafiah berarti "wedana dari keparak bagian kiri"; salah seorang dari empat kepala administrasi keraton dari kerajaan Mataram. 1093. wedana keparak tengen: Secara harafiah berarti wedana dari keparak bagian kanan; salah seorang dari empat kepala administrasi keraton dari kerajaan Mataram. 1094. Wenang: Lihat Padawenang. 1095. Werkudara: Salah seorang nama dari Bima. 1096. Widaksana: Seorang pendeta, yang sebenarnya adalah Bathara Endra yang menyamar dalam lakon Mintaraga versi dhalang Hadisugita. 1097. Widasmara: Seorang dari tujuh bidadari dalam lakon Mintaraga. 1098. Widurisebda: Kerajaan dari Barata dalam lakon Rama Nitik.

1099. Wilmradarpa: Prajurit raksasa, kerabat Winatakwaca. 1100. Wilutama: Lihat Tilottama (K.). 1101. Winatakwaca (K. Niwatakawaca): Raja dari Ngimataka. 1102. Wirabajra: Prajurit raksasa, kerabat Winatakwaca. 1103. Wiradha: Prajurit raksasa, kerabat Winatakwaca. 1104. Wiraksa: Prajurit Ngimataka. raksasa dari

1105. Wirakta (K.): Prajurit raksasa dari Imataka. 1106. Wirakti: Salah seorang isteri Bathara Endra. 1107. Wiranci: Salah seorang isteri Bathara Endra. 1108. Wirapati: Prajurit raksasa, kerabat Winatakwaca. 1109. Wiratha: Kerajaan dari Matswapati. 1110. Wisagunjara: Prajurit raksasa dari Winatakwaca.

1111. Wisamatengga: Prajurit binatang dari Ngimataka. 1112. Wisamuka: Raja ular serta bawahan dari Prabu Winatakwaca dalam lakon Mintaraga. 1113. Wisapragalba: Prajurit raksasa dari Winatakwaca. 1114. Wisapragangsa: Prajurit raksasa dari Ngimataka. 1115. Wisasardhula: Prajurit binatang dari Ngimataka. 1116. Wisawagra: Ngimataka. Prajurit binatang dari

1117. Wisawiyung: Prajurit binatang dari Ngimataka. 1118. Wisnu (K. Wisnu): Dalam dunia pewayangan ia adalah putera Bathara Guru, nenek moyang dari para Pandhawa, serta juga dianggap sebagai sumber kebijakan yang menjelma ke diri Rama serta Krisna; ia juga adalah raja legendaris pertama dari pulau Jawa. 1119. Wisnumurti: Salah satu nama Wisnu.

1120. Wisuna: Wanda kedua dari tiga wanda bagi Sentyaki dan Suteja. 1121. Wiswamitra: Seorang pendeta di dalam Ramayana. 1122. Witaraga (K.): Mintaraga (J.), adalah nama dari Arjuna sebagai seorang pertapa dalam kakawin Arjunawiwaha. 1123. wiyaga (niyaga): Musisi gamelan. 1124. wong cilik: Secara harafiah berarti "orang kecil", atau orang kebanyakan. 1125. wong sukerta: Secara harafiah berarti "orang yang tak bersih"; manusia yang tak beruntung, yang menurut kepercayaan orang Jawa harus diruwat dengan menyelenggarakan pertunjukan wayang kulit dengan lakon Murwakala atau Dhalangkarungrungan agar tak dimakan oleh Bathara Kala. 1126. wredha krama: Satu dari tiga subtingkatan dari bahasa Jawa karma; lihat krama. 1127. Wukir Martawu: Pertapaan, tempat pendeta Abiyasa hidup. 1128. Yamadipati: Dewa Kematian, putera Bathara Guru.

1129. Yasadipura I: Seorang punjangga istana Surakarta dari abad ke-18. 1130. Yasadipura II: Putera Yasadipura I. 1131. yasan-Dalem: Secara harfiah berarti "ciptaan Sultan". 1132. yatra: Uang. 1133. yoga (K.): Penyiksaan diri. 1134. Yogyakarta: Dahulu adalah bagian barat dari kerajaan Mataram, yang didirikan oleh Sultan Hamengku Buwana I pada tahun 1755; nama lengkapnya Ngayogyakarta Adiningrat; lihat: Ngayogyakarta Adiningrat. 1135. Yudasmara (Kadung): Wanda kedua dari tiga wanda bagi Arjuna.
1136.

Yudhisthira (K. Yudhisthira): Saudara tertua dari lima Pandhawa bersaudara, raja dari Ngamarta; putera spiritual dari dewa Darma; ia juga bernama Darmakusuma.

You might also like