You are on page 1of 11

Empyema Thoraks Defenisi Adanya akumulasi pus/nanah pada rongga pleura.

Berasal dari kata yunani empyein, yang artinya : produksi pus (suppurasi). Etiologi 1. Penyakit paru Pneumonia (penyebab terbanyak) Abses paru 2. Abses subphrenik 3. Post traumatic 4. Iatrogenic 5. Post operatif 6. Penyebaran melalui darah (hematogen) Organisme Tersering : Staphylokkokus aureus( 90% penyebab pada bayi dan anak-anak) Streptokkokus pneumonie H. influenza Stadium Patologis 2 1. Stadium akut (exudative) Pleura terisi dengan cairan yang tipis dimana tergambar satu atau lebih kriteria : A. PH < 7,4 B. Glukosa < 40 mg/dl C. LDH > 1000 iu/dl D. Protein >2,5mg/dl
1

E. Sp.gravity > 1,018 2. Stadium fibrinopurulent : tebal, cairan opak dengan culture positif (pus) dan adanya deposisi lapisan fibrin tipis di pleura. Pembentukan rongga/septa-septa yang progresif pada pleura. Berlangsung dalam beberapa minggu 3. Stadium pemadatan : tebal, pembentukan yang tidak elastic diantara pleura parietalis dan vieralis sehigga terbentuknya pus yang bersepta-septa yang mencegah ekspansi paru-paru (fibrothorax), dengan adanya perkembangan fibroblast pada permukaan pleura. Stadium akut : dalam 2 minggu pertama kejadian Stadium kronis : setelah 2 minggu atau adanya pembentukaan formasi yang tebal dan berseptasepta Penyebab kronisitas : a. Drainase CTT yang tidak adekuat b. Adanya penyakit paru kronis (TB atau jamur) c. Pasien dengan immunosupresi d. Adanya benda asing dalam rongga pleura

Gejala dan Tanda Klinis o Demam o Batuk dan ekspektorasi o Nyeri dada pleuretik o Lemah o Penurunan BB o Keringat malam Komplikasi Pecah ke dalam paru : fistula pleurabronkial Menyebar ke jaringan subkutaneus Septikimia dan syok septic Diagnosis dengan : A. Chest x-ray B. CT Scan C. Ultrasonograhy D. Thorakosintesis

Tujuan Pengobatan : Memberikan terapi awal dengan antibiotika yang sesuai Evakuasi lengkap seawall mungkin dari cairan pleura suppuratif dan Preservasi atau restorasi dari ekspansi paru

Penanganan : 1. Kontrol dari proses infeksi dengan pemberian antibiotika, Pneumonia (Amoxicillin, 3GC or 3GC +/- Metronidazole ; Amox-clavulanic acid), Nosocomial (Tazobactam or Imipenem +/- Aminoglycoside or Quinolone 2. Drainase pus dalam pleura 3. Obliterasi dari ruang pleura dan reekspansi yang lengkap dari paru 4. Drainase empyema : dengan jarum caliber besar, sebagai terapeutik jika cairannya tidak kental, secara teori dapat dilakukan lavase pleura.

Pleural lavase Isotonic saline +/- Noxyflex (noxytioline) Modalits 3 way stopcock Directly through the CT: 250 to 500 ml Hati-hati jika dicurigai adanya fistula broncho-pleural Timing: segera setelah insersi CT Sehari sekali sampai cairan bening
5

NOXYFLEX (noxytioline) : Disinfectant lokal (formaldhyde) 2,5 g dilusi didalam cairan 100ml isotonic saline Maximum: 5g/hari Bertentangan dengan iodine polyvidone,chlorhexidin, chlorine solution, lactic acid

Fibrinolytics : Urokinase: dosis 100 000 atau 300 000 IU Streptokinase: dosis 250000 IU 250.000 IU dalam 10-20 ml isotonic saline Jangan dibuang sebelum 24 sampai 48 jam Tetap diberikan walaupun ada demam (38-39C) Lalu dibuang Lavase Pleural Jepit selama 4jam( Chest 1996) 5. Chest tube Thorakostomy : segera bila cairan tebal, lokasi free: axillary, loculated: Chest imaging using ultrasonography and/or computed tomography ; menggunakan ukran 20 sampai 24 6. Instilasi streptokinase intrapleural Indikasi : stadium akut atau purulent dengan fibrin, adanya rongga-rongga(lokulated), drainase tidak lengkap setelah insersi CTT Kontraindikasi : stadium kronik, empyema postoperative, empyema dengan BPF Teknik : Streptokinase 25000 iu dalam 50cc Nacl fisiologis Jepit selang selama 6 jam Buka selang dan hubungkan dengan suction

7. VATS a. Collection<10 cm: tidak biasa, terlihat dengan CT scan, menggunakan alat 5 mm introducer, 4 mm optical b. Collection>10 cm : menggunakan 10 mm introducer, dengan port 2 atau 3yang diletakkan didada, port keatu untuk kamera dan yang lainnya untuk instrument grasping, cairan bebas dievakuai dan yang bersepta-septa didrainae melalui thorakoskopi, perlengketan fibrin dipisahkan dan debris dalam pleura dibuang dari pleura dengan menggunakan forceps grasping endoskopi atau irrigasi dan suction yang sering, etelahnya dibuang 1 atau 2 drain dada ditempat bekas port. 8. Drainase reseksi iga 9. Flap eloesser

Data bakteriologi Hasil pleurosintesis : eksudat, analisis langsung, pewarnaan gram, kultur aerob dan anaerob
7

Hasil : mono atau polimikrobial(4-30%) Streptococcus pneumoniae: 15-20% Increased resistance Staphylococcus:15-30% Streptococcus spp Gram Negative: 20-50% (Klebsiella, Enterobacter, Pseudomonas, Hemophilus, E.Coli) Anaerobes: Fusobacterium, Bacteroides fragilis

Empiema Anak1 Empiema terjadi sampai 10% pasien anak-anak dengan sebab pneumonia bakterialis. Karena angka kejadiannya kecil, empiema pada anak sulit didiagnosis dan ditangani. Klinisi harus sadar dengan keberadaan dari gejala dan tandanya dan pesentai tipikal adalah sering. Thorakosintesis emergensi dapat dilakukan jika pada pasien dengan distress pernafasan berat. Penggunaan VATS (video assisted Thoracoscopy Surgery) memberikan perawtan yang lebih singkat, morbiditas dan mortalitas yang rendah dan intervensi ulang yang rendah. Penatalaksanan pada anak dengan empiema terbaik dilakukan dengan tim dari berbagai disiplin ilmu seperti : radiologist, bedah anak, klinisi penyakit infeksi anak, intensivist anak dan ahli paru anak

10

Daftar Pustaka

1. Clinical Practice Guideline, Terri et all, baystate childrens hospital, 2005 2. Pleural Empyema Management, Benoit Guery Maladies Infectieuses Philippe Ramon Service dendoscopie Respiratoire CHRU Lille, 2007

11

You might also like