You are on page 1of 8

EFFECT OF CONCENTRATION OF LIQUID ORGANIC FERTILIZER MADE FROM FERMENTED CITRUS FRUIT WASTE PRODUCTION RED SPINACH (Alternanthera

amoena Voss.) Nyemas Elistianti,1) Rini Susana dan Yeti Rohayeti 2)


2)

Students of the Faculty of Agriculture Untan Lecturer Faculty of Agriculture Untan, Pontianak ABSTRACT

1)

Citrus fruit waste can be used as a liquid organic fertilizer. This study aims to determine the optimal concentration and the effect of liquid organic fertilizer deriveted from fermented citrus fruit waste to growth of red spinach on peat soil. The experiment was conducted at the experimental farm of the Faculty of Agriculture for six weeks. This study used field experiment with completely randomized design (CRD) comprised of six level treatment of liquid organic fertilizer made of fermented citrus fruit waste. Each treatment was repeated four times, and five samples. Treatments consists of k1 = 1 ml / liter of water, k2 = 3 ml / liter of water, k3 = 5 ml / liter of water, k4 = 7 ml / liter of water, k5 = 9 ml / liter of water and k6 = 11 ml / liter of water. Variables measured were the number of leaves, leaf area, fresh weight and dry weight of plants. The results showed that the liquid organic fertilizer derived waste fermented fruit at concentration of 1 ml / liter of water, 3 ml / liter of water, 5 ml / liter of water, 7 ml / liter of water, 9 ml / liter of water and 11 ml / liter of water produce relatively similar growth on all of variables. Using of liquid organic fertilizer of citrus fruit waste content of high C/N ratio (60,18% ) lead to unaivailability of nutrients to growth of red spinach.

Keywords: red spinach, peat, liquid organic fertilizer citrus waste.

PENGARUH KONSENTRASI PUPUK ORGANIK CAIR LIMBAH BUAH JERUK HASIL FERMENTASI TERHADAP HASIL TANAMAN BAYAM MERAH (Alternanthera amoena Voss.) Nyemas ElisTianti,1) Rini Susana dan Yeti Rohayeti 2)
2)

Mahasiswa Fakultas Pertanian Untan Dosen Fakultas Pertanian Untan, Pontianak ABSTRAK

1)

Limbah buah jeruk dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik cair. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian dan konsentrasi optimal pupuk organik cair yang berasal dari limbah buah jeruk hasil fermentasi terhadap hasil tanaman bayam merah pada tanah gambut. Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan Fakultas Pertanian selama enam minggu. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen lapangan dengan rancangan acak lengkap (RAL) terdiri dari enam taraf perlakuan pemberian pupuk organik cair limbah buah jeruk hasil fermentasi. Masing-masing perlakuan diulang sebanyak empat kali dan lima tanaman sampel. Konsentrasi perlakuan (k) terdiri dari k1 = 1 ml /liter air, k2 = 3 ml /liter air, k3 = 5 ml /liter air, k4 = 7 ml /liter air, k5 = 9 ml /liter air dan k6= 11 ml /liter air. Variabel yang diamati meliputi jumlah daun, luas daun, berat basah tanaman dan berat kering tanaman. Hasil penelitian menunjukan bahwa pemberian pupuk organik cair limbah buah jeruk hasil fermentasi pada konsentrasi 1 ml/liter air, 3 ml/liter air, 5 ml/liter air, 7 ml/liter air, 9 ml/liter air dan11 ml/liter air menghasilkan pertumbuhan yang sama pada semua variabel penelitian yaitu jumlah daun, luas daun, berat basah tanaman, berat kering tanaman dan penggunaan pupuk organik cair limbah buah jeruk dengan kandungan C/N rasio yang masih tinggi yaitu 60,18 % menyebabkan unsur hara tidak dapat diserap tanaman bayam merah untuk pertumbuhan tanaman bayam merah.

Kata Kunci : Bayam merah, gambut, pupuk organik cair limbah buah jeruk

PENDAHULUAN Budidaya tanaman bayam merah banyak diusahakan pada tanah gambut. Pemanfaatan tanah gambut sebagai media tumbuh tanaman dihadapkan pada beberapa kendala salah satunya adalah ketersediaan unsur hara yang rendah. Ketersediaan unsur hara yang rendah dapat diatasi dengan melakukan pemupukan. Pemupukan bisa menggunakan pupuk anorganik maupun organik. Penggunaan pupuk organik yang berasal dari hewan atau tumbuhan sudah banyak dilakukan petani, salah satunya memanfaatkan limbah hasil pertanian atau sisa panen. Beberapa daerah yang memiliki komoditi unggulan hortikultura terkadang dihadapkan pada masalah limbah yang dihasilkan. Jeruk merupakan salah satu komoditi unggulan Kabupaten Sambas. Buah jeruk yang tidak laku dijual, biasanya tidak dimanfaatkan oleh petani atau pedagang pengumpul, sehingga sering dibuang begitu saja sebagai limbah. Limbah buah jeruk dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik cair. Bagian buah jeruk yang dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik cair adalah cairan buah jeruk setelah melewati tahap fermentasi. Penggunaan pupuk organik cair merupakan salah satu teknologi alternatif untuk mengurangi pemakaian pupuk anorganik, pada prinsipnya pertanian organik ialah meminimalkan penggunaan sarana produksi kimia dan mengoptimalkan penggunaan sarana produksi yang berasal dari bahan organik atau limbah bahan organik. Salah satu sarana produksi pertanian yang sifatnya ramah lingkungan adalah pemanfaatan limbah buah jeruk sebagai pupuk organik cair. Pupuk organik cair kebanyakan diaplikasikan melalui daun. Pemberian pupuk organik cair pada konsentrasi rendah akan kurang efektif bagi pertumbuhan tanaman, sedangkan pemberian dengan konsentrasi tinggi mengakibatkan daundaun muda terbakar dan mengering karena keracunan sehingga mengganggu proses fotosintesis dan dapat berakibat kematian. Pemberian pupuk organik cair dengan konsentrasi rendah memerlukan frekuensi pemberian yang lebih sering. Dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik melalui daun menghasilkan pertumbuhan dan hasil tanaman yang lebih baik dari pada pemberian melalui tanah. Salah satu pupuk organik cair yang dapat digunakan adalah limbah buah jeruk hasil fermentasi. Berdasarkan hasil analisis limbah buah jeruk yang telah difermentasi (Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah Fakultas Pertanian Untan, 2012) terdapat kandungan N total 0,11%, P 0,0101% dan K 0,0985%. Berdasarkan hasil penelitian Yuliyani (2007), pemberian POC NASA 2 ml/l air memberikan hasil terbaik terhadap berat basah tanaman lobak pada tanah aluvial. Penelitian Ruminda (2010), menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik cair limbah buah jeruk pada tanaman sawi keriting pada tanah aluvial berpengaruh terhadap jumlah daun, luas daun, berat basah bagian atas tanaman, volume akar dan perlakuan 5 ml/ liter air dengan frekuensi pemberian setiap dua hari sekali memberikan pengaruh paling baik terhadap semua variabel pengamatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk organik cair dan mengetahui konsentrasi optimal pemberian pupuk organik cair

yang berasal dari limbah buah jeruk hasil fermentasi terhadap hasil tanaman bayam merah pada tanah gambut. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura Pontianak dari tanggal 8 September 2012 sampai dengan 22 Oktober 2012. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih bayam merah yang diperoleh dari petani, tanah yang digunakan sebagai media tanaman adalah tanah gambut, pupuk organik yang digunakan berasal dari limbah buah jeruk yang telah difermentasi selama dua minggu, pupuk dasar yang digunakan adalah pupuk kandang ayam yang sudah matang dan urea, polybag ukuran 30x30cm (3 kg), kapur dolomit (CaMg(CO3)2). Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah arit, cangkul, ayakan tanah, handsprayer, timbangan, hygrometer, thermometer, gelas ukur, alat tulis menulis. Tanah yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah gambut. Tanah dikering anginkan selama satu minggu dan diayak, setelah itu tanah sebanyak 3 kg, kapur dengan dosis 140,03 gram/polybag, pupuk kandang ayam dengan dosis 40 g/polybag dicampur secara merata kemudian dimasukkan ke dalam polybag dan ditutup dengan karung goni atau plastik selama dua minggu. Selama masa inkubasi dilakukan penyiraman media jika perlu. Setelah itu dibuat lubang tanam, setiap lubang diisi tiga benih per polybag, jika tanaman sudah berumur satu minggu dipilih satu tanaman yang terbaik dan tanaman lainnya dicabut, setelah itu diberi urea dengan dosis 0,2 gram/polybag. Kemudian pupuk organik cair limbah buah jeruk hasil fermentasi disemprotkan ke daun menggunakan sprayer dilakukan pada pagi hari. Frekuensi pemberian pupuk setiap dua hari sekali. Volume penyemprotan tanaman disesuaikan dengan umur tanaman berdasarkan jumlah tarikan picu sprayer yang sama pada setiap tanaman. Pemanenan dilakukan 30 hari setelah tanam dengan cara mencabut seluruh bagian tanaman, kemudian dilakukan pengamatan variabel yaitu jumlah daun, luas daun, berat basah tanaman dan berat kering tanaman. Variabel pendukung meliputi pengamatan suhu udara (oC), kelembaban udara (%), pH tanah dan curah hujan. Rancangan penelitian menggunakan metode eksperimen lapangan dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) terdiri dari enam taraf perlakuan dengan empat ulangan dan lima tanaman sampel sehingga tanaman seluruhnya berjumlah 120 tanaman. Konsentrasi pemberian pupuk organik cair limbah buah jeruk hasil fermentasi (K), terdiri dari k1 (1 ml/l air), k2 (3 ml/l air), k3 (5 ml/l air), k4 (7 ml/l air), k5 (9 ml/l air), k6 (11 ml/l air). Data penelitian dianalisis dengan Analisis Keragaman Pola RAL, dilanjutkan dengan uji regresi dan koefisien determinasi. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa konsentrasi pemberian pupuk organik cair limbah buah jeruk hasil fermentasi terhadap tanaman bayam merah berpengaruh tidak nyata terhadap semua variabel yaitu jumlah daun, luas
4

daun, berat basah tanaman dan berat kering tanaman. Hasil penelitian dari pengaruh konsentrasi pupuk organik cair limbah buah jeruk hasil fermentasi terhadap semua variabel pengamatan dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Tabulasi Hasil Penelitian dari Pengaruh Konsentrasi Pupuk organik Cair Limbah Buah Jeruk Hasil Fermentasi terhadap Tanaman Bayam Merah Rerata Konsentrasi Pupuk Jumlah Daun Luas Daun Berat Basah (g) 54,97 65,18 62,86 62,34 63,57 60,55 tn Berat Kering (g) 6,44 7 7,96 6,66 6,77 5,79 tn

(helai) (cm2) 1 ml/liter air 12,5 226,6 3 ml/liter air 15,2 261,6 5 ml/liter air 13,2 241,6 7 ml/liter air 13,55 243,2 9 ml/liter air 13,8 253,3 11 ml/liter air 13,65 234,85 Anova tn tn Sumber: Hasil analisis data 2012 Keterangan : tn = tidak berpengaruh nyata

Berdasarkan hasil analisis keragaman, pemberian pupuk organik cair limbah buah jeruk hasil fermentasi dengan konsentrasi yang berbeda berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun, luas daun, berat basah tanaman, dan berat kering tanaman. Hal ini berarti pemberian pupuk organik cair pada setiap perlakuan dengan konsentrasi 1,3,5,7,9 dan 11 ml/liter air menghasilkan pertumbuhan tanaman yang relatif sama. Nilai koefisien determinasi menunjukkan bahwa pengaruh dari konsentrasi pupuk organik cair limbah buah jeruk hasil fermentasi yang diberikan terhadap seluruh variabel penelitian hanya berkisar 0,13 % sampai dengan 15,3 % saja, sebagian besar ditentukan oleh faktor diluar perlakuan yang diberikan, hal ini diduga karena C/N rasio pupuk yang masih tinggi. Pupuk organik cair yang digunakan berdasarkan hasil analisis mempunyai C/N rasio 60,18 %. Nilai ini masih cukup tinggi walaupun masa fermentasi sudah dilakukan selama dua minggu, diduga ketersediaan unsurunsur hara seperti N,P,K,Ca,Mg rendah atau unsur hara berada dalam bentuk tidak tersedia. Unsur hara yang berada dalam bentuk tidak tersedia tidak dapat dimanfaatkan langsung oleh tanaman dalam metabolisme, sehingga tinggi rendahnya konsentrasi pupuk yang diberikan pada tanaman tidak akan mempengaruhi pertumbuhan. Penambahan pupuk kandang ayam pada media tanam 40 g/tanaman dan pemberian 0,2 gram urea/tanaman diduga mampu mencukupi kebutuhan tanaman bayam merah, meskipun N yang disumbangkan oleh pupuk organik cair limbah buah jeruk hasil fermentasi relatif kecil (kandungan N pada pupuk hanya 0,11%). Pertumbuhan tanaman bayam merah pada semua perlakuan secara umum menunjukkan pertumbuhan yang normal,

walaupun tidak berbeda antar perlakuan yang dipupuk dengan konsentrasi rendah dan tinggi. Menurut Gardner, Pearce dan Mitchell (1985), ketersediaan nitrogen yang tinggi menyebabkan pertambahan pucuk lebih dominan. Ditambahkan oleh Slamet (1991), bahwa kekurangan nitrogen dan posfor dapat mempengaruhi jumlah daun. Jumlah dan luas daun merupakan salah satu indikator pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pertumbuhan tanaman dimulai dengan terjadinya pembelahan sel hingga bertambah besar protoplasma yang berakibat berkembangnya suatu jaringan, menyebabkan ukuran tanaman bertambah (Hardjadi, 1983). Penambahan jumlah daun berhubungan dengan aktifitas sel-sel meristimatik di titik tumbuh, yang terjadi akibat pembelahan sel meristem apikal pada kuncup terminal dan kuncup lateral yang menghasilkan sel-sel baru dan akan menumbuhkan daun (Kimbal, 1990). Pertumbuhan juga didukung oleh ketersediaan unsur-unsur hara yang cukup antara lain nitrogen, posfor dan kalium (Indranada, 1986). Luas daun merupakan parameter yang berkaitan dengan aktivitas fotosintesis, karena laju fotosintesis persatuan tanaman ditentukan sebagian besar oleh luas daun. Menurut Sitompul dan Guritno (1995), daun berfungsi sebagai organ untuk berlangsungnya proses fotosintesis. Pengurangan jumlah daun menyebabkan pengurangan laju fotosintesis tanaman. Pada proses fotosintesis, unsur hara juga berperan dalam aktivitas metabolisme tanaman. Dijelaskan oleh Gardner dkk (1985), bahwa masukan nutrisi mineral yang cukup memungkinkan daun mampu memenuhi fungsinya sebagai organ fotosintesis. Namun pada kondisi dimana nutrisi terbatas, maka terjadi distribusi nutrisi dari daun tua ke daun muda, sehingga laju fotosintesis pada daun tua makin berkurang. Berat basah tanaman merupakan hasil akumulasi fotosintat dalam bentuk biomasa tanaman dan kandungan air pada daun. Menurut Lahadassy (2007), untuk mencapai berat basah yang optimal, tanaman masih membutuhkan banyak energi maupun unsur hara agar peningkatan jumlah maupun ukuran sel dapat mencapai optimal serta memungkinkan adanya peningkatan kandungan air tanaman yang optimal pula. Dijelaskan oleh Loveless (1987), bahwa sebagian besar berat basah tumbuhan disebabkan oleh kandungan air. Air berperan dalam turgiditas sel, sehingga sel-sel daun akan membesar. Menurut Jumin (2002), besarnya kebutuhan air setiap fase pertumbuhan berhubungan langsung dengan proses fisiologi dan faktor lingkungan. Pertumbuhan tanaman dapat ditunjukan oleh bertambahnya ukuran dan berat kering tanaman yang tidak dapat balik. Bahan tanaman yang telah dikeringkan akan menghasilkan bahan kering terutama zat-zat organik, karena air yang ada pada umumnya berkisar 70% dari tanaman hidup telah menguap. Pertumbuhan ukuran dan berat kering dari suatu organisme mencerminkan bertambahnya protoplasma yang dapat terjadi karena ukuran sel maupun jumlahnya bertambah. Semakin meningkatnya pertumbuhan tanaman, maka berat kering tanaman juga akan meningkat (Hardjadi, 1986). Berat kering mencerminkan akumulasi senyawa organik yang berhasil disintesis tanaman dari senyawa anorganik terutama air dan karbondioksia. Unsur hara yang telah diserap oleh akar baik yang digunakan dalam sintesis senyawa organik maupun yang tetap dalam bentuk ionik dalam jaringan tanaman akan memberikan kontribusi terhadap

pertambahan berat kering tanaman. Berat kering tanaman berhubungan dengan peningkatan penyerapan berbagai unsur hara yang menunjang proses fotosintesis. Hasil fotosintesis tersebut akan digunakan tanaman untuk membentuk struktur tubuh, cadangan makanan, senyawa sel aktif dan sebagai energi metabolisme (Garder, 1991). Faktor lingkungan juga berpengaruh untuk pertumbuhan tanaman bayam merah seperti suhu, kelembaban dan pH. Suhu udara rerata harian berkisar antara 27,33 0C 31,33 0C. Kisaran suhu ini sesuai untuk pertumbuhan tanaman bayam merah. Kelembaban udara harian berkisar dari 65,00 % 74,33 %, kisaran kelembaban ini juga sesuai untuk pertumbuhan tanaman bayam merah yang menghendaki kelembaban di atas 60 %. Sedangkan pH tanah pada awal penelitian adalah 4,80. pH setelah diberi kapur dan dinkubasi selama dua minggu menjadi 6,06 dan setelah panen menjadi 5,83. Bayam merah tumbuh dengan baik di tanah dengan derajat keasaman (pH tanah) sekitar 6-7, berarti pH selama penelitian sesuai dengan pH yang diinginkan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman bayam merah. Curah hujan menunjukkan bahwa pada minggu terakhir bulan September yaitu minggu pertama penanaman tidak ada hujan, sedangkan pada tiga minggu pertama bulan Oktober jumlah curah hujan cukup tinggi yaitu 180,03 mm. Kekurangan air ketika tidak hujan diatasi dengan melakukan penyiraman sehingga tanaman bayam merah selama penelitian tercukupi kebutuhan airnya. PENUTUP
Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Pemberian pupuk organik cair limbah buah jeruk hasil fermentasi pada konsentrasi 1 ml/liter air, 3 ml/liter air, 5 ml/liter air, 7 ml/liter air, 9 ml/liter air dan 11 ml/liter air menghasilkan pertumbuhan yang relatif sama pada semua variabel penelitian yaitu jumlah daun, luas daun, berat basah tanaman dan berat kering bayam merah. 2. Respon bayam merah akibat pemberian pupuk organik cair limbah buah jeruk hasil fermentasi relatif rendah dilihat dari nilai regresinya dikarenakan yang lebih berpengaruh terhadap pertumbuhan bayam merah adalah pemberian pupuk kandang dan urea sebagai pupuk dasar. Saran Disarankan dalam pembuatan pupuk organik cair limbah buah jeruk ditambah mikroba untuk mempercepat proses fermentasi dan waktu fermentasi ditamabah yaitu lebih dari dua minggu.

DAFTAR PUSTAKA

Abuanjeli. 2010. Bayam Merah (Alternanthera amoena Voss ). http://abuanjeli. wordpress.com/2010/10/02/a041/ 27/10/2011 Gardner, Pearce, dan Mitchell. 1985. Fisiologi Tanaman Budidaya. Penerbit UI. Jakarta. Gardner, Pearce, dan Mitchell, 1991, Fisiologi Tanaman Budidaya, Universitas Indonesia Press, Jakarta. Hardjadi.S.S. 1983. Pengantar Agronomi. Gramedia. Jakarta. Indranada, K.H. 1986. Pengelolaan Kesuburan Tanah. Jakarta. Jumin, H.B. 2002. Agroekologi, Suatu Pendekatan Fisiologis. Raja Grafinso Persada. Jakarta. Kinbal, J.W. 1990. Biologi Terjemahan Siti Sutarni T dan Sugimin. Erlangga. Jakarta. Lahadassy.J. 2007. Pengaruh Dosis Pupuk Organik Padat Daun Gamal terhadap Tanaman Sawi. Jurnal Agrisistem. Loveless. A.R. 1987. Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan untuk Daerah Tropik. Gramedia. Jakarta. Rukmana, R. 1994. Bertanam dan Pengolahan Pascapanen. Kanisius. Yogyakarta. Ruminda, Y. 2010. Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Sawi Keriting dengan Perlakuan Pupuk Organik Cair Limbah Buah Jeruk. Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura Pontianak (Tidak Dipublikasikan). Sitompul, S.M dan B. Guritno. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. UGM Press. Yogyakarta. Yuliyani. 2007. Pengaruh Kotoran Sapi dan Bahan Organik terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Lobak pada Tanah Aluvial. Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura Pontianak (Tidak Dipublikasikan).

You might also like