You are on page 1of 34

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam Peraturan Pemerintah Indonesia No. 19 Tahun 2005 pasal 26 ayat

2 menyatakan bahwa Standar Kompetensi lulusan pada suatu pendidikan

menengah umum bertujuan unttuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan,

kepribadian, ahlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti

pendidikan lebih lanjut. Standar Kompetensi Kelompok Mata Pelajaran

(SKKMP) dikembangkan berdasarkan tujuan, cakupan muatan dan kegiatan

setiap kelompok mata pelajaran. kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan

tekhnologi bertujuan untuk mengembangkan logika, kemampuan berfikir dan

analisis perserta didik (Mulyasa, 2006).

Bidang sains pada masa sekarang ini mendapat perhatian yang khusus

karena merupakan salah satu tolak ukur kejuan suatu bangsa. Semakin tinggi

sains yang dikuasai oleh suatu bangsa menunjukan semakin tingginya tingkat

kemajuan bangsa tersebut. Karena kimia adalah dagian dari pada sains, maka

salah satu upaya untuk mencapai sains tinggi adalah dengan meningkatkan

kualitas pembelajaran kimia.

Sejauh ini, mata pelajaran kimia merupakan salah satu mata pelajaran

yang kurang diminati. Hal ini dapat dipahami karena dalam mata pelajaran kimia
2

diajarkan materi yang tidak mudah dilihat, diraba (abstrak), tetapi harus dinalar.

Hal ini memungkinkan untuk terjadinya kesalahan penafsiran terhadap konsep

yang harus dipahami.

Untuk menjawab tantangan tersebut, guru senantiasa berusaha mencari

metode yang baik untuk menyalurkan pengetahuan dan pengalaman yang

dimilikinya dengan harapan dapat diserap oleh peserta didik. Salah satu upaya

yang dapat membantu mewujudkan hal tersebut adalah penyajian materi dengan

bantuan media computer.

Penggunaan media computer memiliki hamper semua kelebihan yang

dimmiliki oleh media lain. Selain mampu menampilkan teks bergerak, dan

gambar, computer juga dapat digunakan secara interakttif bukan hanya searah

(Rahadi, 2004). Sebagian tujuan pendidikan ditentukan oleh kegiatan

pembelajaran yang terjadi pada setiap pertemuan antara guru dan siswa.

Disamping itu terjadi pula komunikasi dan perserta didik sebagai komunikan.

Oleh karena itu penggunaan media pembelajaran tidak hanya terbatas

pada bidang ilmu tertentu, tetapi dapat diterapkan pada semua bidang ilmu pada

berbagai bidang pendidikan. Dalam hal ini pada proses pembelajaran kimai juga

dapat melibatkan media pembelajaran sssebagai alternative dalam penyajian

materi pembelajaran. Mata pelajaran kimia merupakan disiplin ilmu yang selalu

menuntut penyajian materi secara teoritis maupun eksperimen.


3

Kedua cara penyajian diatas dituntut untuk selalu berbarengan dalam

kegaiatan proses belajar mengajar di berbagai jenjang pendidikan. Namun

kenyataan dilapangan sampai sekarang penyajian materi secara teoritis lebih

dominan dibandingkan dengan eksperimen. Meskipun idealnya materi tersebut

seharusnya disajikan secara eksperimen berdasarkan tuntutan kurikulum, namun

guru kimia selalu menyajikan materi secara teoritis didepan kelas. Bila hal ini

dibiarkan terus berjalan, maka akibatnya siswa cenderung memahami konsep

yang bersifat abstrak. Hal ini mengakibatkan banyaknya siswa yang belum

mencapai standar ketuntasan belajar minimal (SKBM), data yang diperoleh

menunjukkan sebanyak 47,25 % siswa dinyatakan tidak mencapai SKBM (Guru

Bidang Studi Kimia SMA Negeri 1 Lainea).

Hal diatas sesuai dengan pernyataan Sudirman 1992, bahwa metode

ceramah adalah suatu bentuk pengajaran, dimana guru mengalihkan informasi

kepada kelompok besar siswa dengan cara yang terutama bersifat verbal (lisan).

Adapan kesulitan yang dimiliki dengan menggunakan metode caramah yaitu

menurunnya perhatian siswa akibat kejenuhan karena penjangnya ceramah,

kecendrungan terjadinya proses satu arah yang mengakibatkan siswa tidak dapat

berperan aktif selama penerapannya. Sejalan dengan program peningkatan mutu

pendidikan, tidak berlebih bila penyajian materi Kimia diformat menggunakan

program Macromedia Flash merupakan suatu alternative yang harus ditempuh

untuk dapat meningkatkan minat belajar siswa dan daya serap yang tinggi sesuai
4

dengan materi pelajaran yang disajikan secacra serius. Karena hasil observasi

menunjukkan kondisi pembelajaran di SMAN 1 Lainea masih banyak guru Kimia

yang menggunakan metode ceramah sehingga biasanya siswa merasa jenuh dalam

mengikuti proses pembelajaran. Oleh karena itu untuk mengatasi adanya kesulitan

dalam metode ceramah, maka satu alternative yang dapat digunakan adalah

dengan menerapkan pembelajaran yang berbasis ICT yang menyajikan materi-

materi kimia dengan menggunakan program macromedia flash. Belajar adalah

suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang

hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara siswa dengan

lingkungannya. Salah satu pertanda bahwa siswa itu telah belajar adanya

perubahan tingkah laku pada diri siswa yang mengkin disebabkan oleh terjadinya

perubahan pada tingkat pengetahuan, keterampilan atau sikap. Oleh karena itu

guru dituntut untuk berusaha menerapkan strategi pembelajaran yang dapat

merangsang motivasi siswa dengan menggunakan media pembelajaran yang

sesuai.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong

upaya-upaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam proses

belajar. Beberapa manfaat yang diperoleh dalam pembelajaran dengan

menggunakan media komputer, yaitu; untuk mempermudah pencapaian tujuan

pembelajaran yang lebih efekktif, membangkitkan motivasi peserta didik dan


5

menumbuhkan rasa keingintahuan yang lebih banyak pada diri siswa serta upaya

pemenfaatan hasil teknologi dalam proses pembelajaran.

Sehubungan dengan hal tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa

komputer sebagai media pebelajaran merupakan alat perantara mengajar untuk

memperlancar proses interaksi dan memusatkan perhatian siswa, sehingga siswa

dapat memahami dan menguasai materi yang diajarkan. Khususnya dalam

mempelajari kimia pada pokok bahasan stoikiometri.

Pesatnya perkembangan di bidang Teknologi dan Informasi (TI) dan

komputasi telah menempatkan computer pada posisi penting dalam kehidupan

manusia. Sebagai salah satu produk dari kemajuan teknologi penggunaan

computer hari ini telah merambah pada seluruh aspek kehidupan manusia untuk

mendukung dan mempermudah melakukan suatu pekerjaan termasuk dalam

bidang pendidikan. Komputer dapat digunakan sebagai alat bantu pembelajaran

yang dapat menyajjikan materi ajar dan memvisualiasasikan komsep abstrak

secara interaktif dengan memberikan umpan balik secara langsung terhadap

siswa. Realita yang ada hari ini, komputer di sekolah-sekolah belum dimafaatkan

secara optimal sebagai alat bantu pembelajaran.

Didasari oleh kenyataan bahwa komputer dapat dimanfaatkan sebagai alat

bantu pembelajaran yang dapat menyajikan materi pembelajaran saerta

memvisualisasikan konsep abstrak secara interaktif, maka peneliti tertarik untuk


6

melakukan Penelitian Tindakan Kelas dengan judul “Meningkatkan Hasil Belajar

Kimia Siswa Kelas X2 SMAN 1 Lainea pada Pokok Bahasan Stoikiometri

melalui Penggunaan Aplikasi Makromedia Flash”.

B. Rumusan Masalah

berdasarkan dari uraian latar belakang diatas, maka permasalahan yang

diangkat dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Apakah hasil

belajar Kimia siswa SMAN 1 Lainea Kelas X2 pada pokok bahasan Stoikiometri

dapat ditingkatkan dengan penyajian materi menggunakan aplikasi program

Macromedia Flash?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya,

maka penelitian ini bertujuan: meningkatkan hasil belajar Kimia siswa kelas X2

SMAN 1 Lainea pada pokok bahasan Stoikiometri melalui penggunaan aplikasi

Macromedia Flash sebagai media pembelajaran.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi guru : dapat memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran Kimia

di kelas, sehingga materi Kimia yang dianggap sulit bagi siswa dapat

dipahami dengan baik.


7

2. Bagi siswa: dapat meningkatkan hasil belajar Kimianya, khususnya pada

pokok bahasan Stoikiometri

3. Bagi sekolah: sebagai masukan dalam rangka perbaikan kualitas pembelajaran

Kimia pada khususnya


8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Hakekat Belajar

Belajar pada hakekatnya merupakan aktivitas yang utama dalam

serangkaian proses pendidikan di sekolah. hal ini dapat dipahami karena berhasil

atau tidaknya tujuan pendidikan adalah dominan bergantung pada bagaimana

proses belajar mengajar itu berlangsung. Oleh karena itu proses belajar selalu

menjadi sorotan utama khususnya bagi para ahli pendidikan. Para ahli psikologi

senantiasa berusaha menentukan berbagai fakta atau unsur-unsur pokok dari

proses belajar, menganai hubungannya dengan dasar-dasar psikologi serta kondisi

untuk mempertinggi efisiensi belajar. Dalam kaitan ini belajar ditujukan kepada

pengumpulan pengatahuan, pemahaman konsep, kecekatan, pembentukan sikap

dan perbuatan. Menurut Surahmat (1982) bahwa ada segolongan orang

berpendapat bahwa belajar merupakan proses pertumbuhan yang dihasilkan oleh

hubungan yang terjadi antara stimulus dan respon.

Dari konsep diatas, menunjukkan bahwa belajar sebagai hasil interaksi

antara individu dan lingkungannya. Hasil pada interaksi ini mengarah pada

perubahan dan pembentukan sikap, pengetahuan serta keterampilan siswa sesuai

dengan aturan-aturan yang berlaku dimana lingkungan belajar itu berlangsung.


9

Di bawah ini beberapa pengertian belajar menurut beberapa ahli

pendidikan sebagai berikut:

1. Menurut Suprayekti (2004), bahwa belajar secara umum dapat diartikan

sebagai proses perubahan perilaku akibat interaksi individu dengan

lingkungan.

2. Menurut Hudoyono (1990), bahwa belajar adalah suatu proses untuk

mendapatkan pengetahuan/keterampilan sehingga mampu mengubah tingkah

laku itu menjadi tetap tidak berubah lagi dengan modifikasi yang sama.

3. Menurut Hamalik (1983), mengatakan bahwa belajar adalah usaha yang

memperoleh sejumlah ilmu pengetahuan.

4. Menurut Winkel (1978), mengatakan bahwa belajar adalah suatu aktivitas

mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktivitas mental dengan

lingkungan yang menghasilkan proses perubahan dalam pengetahuan,

keterampilan dan nilai-nilai sikap.

5. Menurut Slameto (2001), memberikan suatu pengertian bahwa belajar adalah

sebagai suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh

suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil

pengalamannya itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimulkan bahwa:


10

1. Belajar akan membawa perubahan tingkah laku.

2. Dengan belajar seseorang akan mendapatkan pengetahuan baru.

3. Perubahan tingkah laku dan pengetahuan itu diperoleh melalui suatu usaha

atau pengalaman.

B. Definisi dan Ciri-ciri Penelitian Tindakan

1. Definisi

Ada beberapa pakar yang berusaha merumuskan penelitian tindakan

dalam satu kalimat utuh, tapi ada juga yang dalam dua attau tiga kalimat. ini

semua menyiratkan bahwa tidak mudah memberikan definisi lengkap, meyeluruh,

menyeluruh tentang penelitian tindakan. Dibawah ini pengertian penelitian

tindakan menurut beberapa ahli pendidikan sebagai berikut:

Penelitian tindakan adalah suatu bentuk penelitian refleksif dan kolektif

yang dilakukan oleh peserta-pesertanya dalam situasi sosial untuk meningkatkan

penalaran dan keadilan praktek pendidikan, praktik social mereka, serta

pamahaman mereka terhadap situasi tempat praktik-praktik tersebut dilakukan.

Penelitian tindakan adalah penerapan penemuan fakta pada pemecahan

masalah dalam situasi sosial dengan pendangan untuk meningkatkan kualitas

tindakan yang dilakukan di dalamnya, yang melibatkan kolaborasi dan kerja sama

para peneliti, praktisi dan orang awam.


11

Penelitian tindakan adalah proses partisipatori, demokratis yang

berkenaan dengan pengembangan pengatahuan praktis untuk mencapai tujuan-

tujuan mulia manusia, berlandaskan pandangan dunia partisipatori yang muncul

pada momentum histori sekarang ini. Ia berusaha memadukan tindakan dengan

refleksi, teori dengan praktek, dengan menyertakan pihak-pihak lain, untuk

menemukan solusi praktis terhadap persoalan-persoalan yang menyesatkan, dan

lebih umum lagi demi pengembangan individu-individu komunitasnya (madya,

2007).

2. Ciri-ciri Penelitian Tindakan

Secara umum penelitian tindakan memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Situasional, kontekstual, berskala kecil, praktis, terlokalisasi dan secara

langsung relevan dengan situasi nyata dalam dunia kerja. Ia berkenaan

dengan diagnosis suatu masalah tersebut dalam konteks tersebut.

Subjeknya biasa siswa dikelas, petatar di kelas penataran, anggota staf,

dan yang lain, yang penelitinya terlibat dengan mereka.

2. Memberikan kerangka kerja yang teratur kepada pemecahan masalah

praktis. Penelitian tindakan juga bersifat empiris dalam hal bahwa ia

mengandalkan observasi nyata dan data perilaku, dan tidak lagi yang

subjektif atau pendapat orang berdasarkan pengalaman masa lalunya.


12

3. Fleksibel dan adaptif, dan oleh karenanya memungkannya adanya

perubahan selama masa percobaan dan pengabaian pengontrolan karena

lebih menekankan sikap tannggap, pengujicobaan dan pembaharuan di

tempat kejadian pelaksanaan.

4. Perubahan dalam praktik didasari pengumpulan informasi atau data yang

memberikan dorongan untuk terjadinya perubahan (Madya, 2007).

C. Implementasi Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian tindakan kelas (PTK) memiliki potensi yang sangat besar untuk

meningkatkan pembelajaran apabila diimplementasikan dengan baik dan benar.

Diimplementasikan dengan baik di sini berarti pihak yang terlibat (guru dan

peneliti) mencoba dengan sadar mengembangkan kemampuan dalam mendeteksi

dan memecahkan masalah-masalah pendidikan dan pembelajaran melalui

tindakan bermakna yang diperhitungkan dapat memecahkan masalah atau

memperbaiki situasi dan kemudian secara cermat mengamati pelaksanaannya

untuk mengukur tingkat keberhasilannya. Diimplementasikan dengan benar

berarti sesuai dengan kaidah-kaidah penelitian tindakan.

Masalah PTK yang merupakan penelitian kolaborasi antara guru dan

peneliti di sekolah hendaknya berasal dari persoalan-persoalan praktis yang di

hadapi guru di kelas. Oleh karena itu, diagnosis masalah hendaknya tidak
13

dilakukan oleh guru lalu “ditawarkan” kepda peneliti untuk dipecahkan tetapi

sebaiknya dilakukan bersama-sama oleh guru dan peneliti. Pada kenyataannya

guru dapat mengajak peneliti untuk berkolaborasi melakukan PTK dan

menanyakan masalah-masalah apa yang dihadapi peneliti yang mungkin dapat

diteliti melalui PTK. Peneliti yang telah berpengalaman melakukan penelitian

tindakan kelas mungkin dapat langsung mengatakan permasalahan yang

dihadapinya yang mungkin dapat diteliti bersama dan kemudian membahas

masalah tersebut dengan guru. http://www.ekofeum.or.id/artikel.php?cid=26 .

tanggal akses 28 april 2009

D. Metode Mengajar

Dalam interaksi belajar mengajar, guru memegang kendali utama untuk

keberhasilan tercapainya tujuan. Oleh sebab itu guru harus memiliki keterampilan

mengajar, mengelola tahapan pembelajaran, memanfaatkan metode,

menggunakan media dan mengalokasikan waktu. Kelima hal ini merupakan

pendekatan guru untuk mengkomunikasikan tindakan mengajarnya, demi

tercapainya tujuan pembelajaran.

Kita menyadari bahwa unsur penting dalam mengajar adalah merangsang

serta mengarahkan siswa belajar. Belajar tersebut dapat dirangsang dan dibimbing

dengan berbagai cara yang mengarahkan kepada tujuan-tujuan tertentu.


14

Sehubungan dengan hal di atas maka seorang guru sebagai tenaga pengajar harus

menguasai metode mengajar.

Tentang metode mengajar ini Suprayekti (2004), mengemukakan bahwa

metode mengajar adalah cara guru menyampaikan materi pelajaran kepada siswa

untuk mencapai tujuan tertentu.

Dalam memilih metode mengajar seorang guru atau tenaga pendidik

harus memperhatikan factor-faktor berikut:

1. Metode mengajar hendaknya sesuai dengan tujuan.

2. Metode mengajar hendaknya disesuaikan dengan kemampuan siswa.

3. Metode mengajar harus sesuai dengan psikologis belajar.

4. Metode mengajar hendaknya sesuai dengan bahan pelajaran.

E. Media Pembelajaran

Istilah media berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamak dari

“medium” yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Makna umumnya

adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan informasi dari sumber informasi

kepada penerima informasi. Istilah media ini sangat populel dalam bidang

komunikasi. Proses belajar mengajar pada dasarnya juga merupakan proses


15

komunikasi, sehingga media yang digunakan dalam pembelajaran disebut

pembelajaran.

Berbagai media yang digunakan untuk pengajaran dapat diklassifikasikan

seperti berikut ini:

a. Media Visual (media gambar), yang terdiri dari:

1. Media visual yang tak di proyeksikan, misalkan foto, diagram, peragaan

dan model

2. Media visual yang diproyeksikan, misalkan slide, filmstrip, overhead,

transparan dan proyeksi komputer.

b. Media audio, misalkan kaset atau compact disk (CD)

c. Media audio-visual, seperti video, VCD dan DVD

d. Pengajaran bermedia computer, misalnya CAI (Computer Assisted Intruction).

e. Multimedia berbasis computer.

f. Jaringan komputeer, seperti internet.

g. Media seperti radio dan televise untuk belajar jarak jauh. Depdiknas (2002).

F. Computer sebagai media pembelajaaran


16

Aplikasi teknologi computer dalam pembelajaran umumnya dikenal

dengan istilah “computer Asisted Intruction (CAI)”, atau dalam istilah yang

sudah diterjemahkan disebut sebagai “Pembelajaran Berbantuan Komputer

(PBK)”. Istilah CAI umumnya merujuk kepada semua software pendidikan yang

diakses melalui computer dimana pengguna dapat berintegrasi dengannya. System

computer dapat menyajikan serangkaian program pembelajaran kepada peserta

didik, baik berupa informasi konsep maupun latihan soal-soal untuk mencapai

tujuan tertentu, dan pengguna melakukan aktivitas belajar dengan cara

berintegrasi dengan system computer. Sementara dalam kedudukannya dapat

dikatakan bahwa CAI adalah penggunaan computer sebagai bagian integral dari

system intruksional, dimana biasanya pengguna terikat pada interaksi dua arah

dengan computer. CAI adalah penggunaan computer sebagai alat bantu dalam

dunia pendidikan dan pengajaran. CAI membantu siswa memahami suatu materi

dan dapat mengulang materi tersebut berulang kali sampai ia menguasai materi

itu. Sedangkan menurut Arsyad (2002) CAI adalah peran computer sebagai

pembantu tambahan dalam belajar, pemanfaatannya meliputi penyajian informasi

isi materi pelajaran, latihan atau kedua-duanya.

Splittgerber dan Stirzaker dalam Jaladri (2007) mendefinisikan bahwa

CAI sebagai proses mengajar yang dilakukan secara langsung yang melibatkan

computer untuk mempresentasekan bahan ajar dalam suatu model pembelajaran

yang interaktif untuk memberikan dan mengendalikan lingkungan belajar secara


17

individual pada masing-masing siswa. Definisi ini selaras dengan Stinberg dalam

Jaladri (2007) yang menyatakan bahwa CAI merupakan semua penerapan

computer untuk pembelajaran yang memiliki aspek individual, interaktif dan

arahan (bimbingan). Maka CAI sebagai pembelajaran individual, karena

computer memberikan layanan sebagai seorang tutor bagi seorang siswa dari pada

sebagai seorang instruktur untuk suatu kelompok siswa.

Penggunaan CAI sebagai sarana atau media belajar, lebih diarahkan

sebagai media pembelajaran mandiri, sehingga dalam pemanfaatannya peran guru

sangan minimal. Dalam hal ini peserta didik dituntut untuk lebih aktif dalam

mendalami materi-materi pembelajaran yang mungkin tidak bias didapatkan

hanya dari pembelajaran konvensional (klasikal), sehingga dalam pembelajaran

yang memanfaatkan multimedia pembelajaran guru lebih berperan sebagai

fasilitator. Dalam kelebihannya tersebut maka program pembelajaran berbasis

computer mempunyai kelebihan untuk mengisi kekurangan guru. Namun tentu

saja tidak ada satupun media yang dapat menggantikan seluruh peran guru, karena

masih banyak hal-hal yang bersifat paedagogis dan humanis yang tidak dapat

tergantikan oleh computer.

Program CAI mempunyai dua karakteristik yaitu: pertama, CAI

merupakan Intergrate multimedia yang dapat menyajikan suatu paket bahan ajar

yang berisi komponen visual dan suara secara bersamaan. Kedua, CAI

mempunyai komponen intelligence, yang membuat CAI bersifat interaktif dan


18

mempu memproses data atau jawaban dari pengguna (user). Kedua karakteristik

inilah yang membedakan antara program pembelajaran yang disajikan lewat CAI

dengan program pembelajaran yang disajikan lewat media lainnya karena mampu

menyajikan suatu model pembelajaran yang bersifat interaktif.

Untuk merancang program CAI, diawal tahap rancangan pembelajaran

guru harus menerapkan model program CAI yang akan digunakan, apakah

tutorial, drill and practice, games dan simulation, atau modeling.

1. Tutorial

Program ini merupakan program yang dalam penyampaian materinya

dilakukan secara tutorial, sebagaimana tutorial yang dilakukan oleh guru atau

instruktur. Informasi yang berisi suatu konsep disampaikan dengan teks, gambar

diam maupunn bergerak, dan grafik. Pada saat yang tepat yaitu ketika dianggap

bahwa pengguna (user) telah membaca, menginterpretasi dan menyerap konsep

itu, diajukan serangkaian pertanyaan atau tugas. Jika jawaban atau respon

pengguna benar, kemudian dilanjutkan dengan materi berikutnya. Jika jawaban

atau respon pengguna salah, maka pengguna harus mengulang memahami konsep

tersebut secara keseluruhan atau pada bagian-bagian tertentu saja. Kemudian pada

bagian akhir biasanya akan diberikan serangkaian pertanyaan yang merupakan tes

untuk mengukur tingkat pemahaman pengguna atas konsep atau materi yang

disampaikan.
19

2. Drill and Practice

Format ini dimaksudkan untuk melatih pengguna sehingga memiliki

kemahiran dalam suatu ketrampilan atau memperkuat penguasaan suatu konsep.

Program menyiapkan serangkaian soal atau pertanyaan yang biasanya

ditampilkan secara acak, sehingga ketika setiap kali digunakan selalu

menampilkan soal atau pertanyaan yang berbeda, atau paling tidak dalam

kombinasi yang berbeda. Program ini dilengkapi dengan jawaban yang benar

lengkap dengan penjelasannya sehingga diharapkan pengguna akan bisa pula

memahami suatu konsep tertentu. Pada bagian akhir pengguna akan bias melihat

skor akhir yang dia capai, sehingga indicator untuk mengukur tingkat

keberhasilan dalam memecahkan soal-soal yang diajukan.

3. Games and Simulation

Pembelajaran dengan game hamper mirip dengan Drill and Practise,

hanya saja lebih ditekankan pada permainan. Permainan yang disajikan disini

tentunya tetap mengacu pada proses pembelajaran. Dengan format ini diharapkan

terjadi aktivitas belajar sambil bermain. Dengan demikian pengguna tidak merasa

bahwa mereka sesungguhnya sedang mempelajari suatu konsep. Sedangkan

program multimedia dengan format simulasi mencoba menyamai proses dinamis

yang terjadi di dunia nyata. Format ini biasanya digunakan pada situasi dimana
20

kondisi nyata terlalu berbahaya, terlalu mahal atau selalu menghabiskan waktu

untuk dipelajari secara kontekstual.

4. Percobaan atau eksperimen

Format ini mirip dengan format simulasi, namun lebih ditujukan pada

kegiatan yang bersifat eksperimen, seperti kegiatan praktikumdi laboratorium.

Program menyediakan serangkaian peralatan dan abahan, kemudian pengguna

bisa melakukan percobaan atau eksperimen sesuai dengan petunjuk dan kemudian

mengembangkan eksperimen-eksperimen lain berdasarkan petunjuk-petunjuk

tersebut. Diharapkan pada akhirnya pengguna dapat menjelaskan suatu konsep

atau fenomena tertentu berdasarkan eksperimen yang mereka lakukan secara

maya tersebut.

Dari beberapa format pembelajaran berbantuan computer, terlihat bahwa

siswa memiliki banyak kesempatan berpartisipasi aktif, berinteraksi dengan

materi ajar dan mengerjakan latihan soal. Bahan ajar yang disajikan dalam

program CAI memilliki karakteristik standar: (1) materi disajikan dalam unit

satuan terkecil, (2) runtut, logis dan bercabang, (3) factual dan kongkrit, dan (4)

member umpan balik secara langsung. Orto dalam Sudarman (2001).

Pembelajaran berbantuan computer (PBK) memiliki kelebihan dan

kelemahan. Kelebihan PBK antara lain dapat meningkatkan perhatian dan

konsentrasi siswa, serrta dapat meningkatkan motivasi siswa. Menurut Orto


21

(Sudarman, 2001) sebagai pembelajaran terprogram, PBK memiliki kelebihan-

kelebihan, misalnya (1) anak-anak bertanggung jawab terhadap belajarnya sendiri

(2) interaksi antara anak dan materi bersifat konstan, (3) anak hanya menghadapi

satu rangsangan pada waktu tertentu, (4) materi pembelajaran sudah diurutkan

dengan benar, (5) kecepatan pembalajaran dapat diatur, (6) anak menerima umpan

balik segera, dan (7) hamper tidak ada persoalan kecemasan anak.

Sebagai pembelajaran terprogram, PBK mempunyai kelemahan, misalnya

(1) motivasi yang dihasilkan dengan jalan bekerja sama dengan anak lain menjadi

hilang, (2)inspirasi yang dihasilkan ole hide anak akan hilang, (3) materi mungkin

terlalu menantang, (4) materi mungkin membawa kemunduran bagi beberapa

anak, dan (5) program pembelajaran memerlukan waktu yang lama untuk

mempersiapkannya. Orto dalam Sudarman (2001).

G. Peranan computer dalam pendidikan

Computer dikembangkan pada tahun 1950-an sebagai kreasi besar tahun

itu dengan tabung-tabung vakum dan bermil-mil kabelnya memenuhi beberapa

ruangan besar. Harganya sangat tinggi dirancang untuk tujuan perhitungan-

perhitungan manipulasi matematis yang rumit. Ternyata computer itu bekerja

sangat efisien untuk segala jenis matematika tingkat tinggi. Pada waktu itu masih

belum jelas bagaimana pemakaian computer dalam bidang pendidikan. Sekalipun

demikian, percobaan-percobaan pengajaran berkomputer sudah mulai drastic pada


22

tahun-tahun 1950-an dan 1960-an. Percobaan-percobaan ke arah itu didorong oleh

adanya perkembangan FORTRAN, tumbuhnya bahasa computer yang lebih

mudah dipelajari dan hasil penelitian pengajaran berprogram.

Tampaknya format bertahap dari pengajaran berprogram linear cocok

dengan karakteristik computer. Sekalipun demikian, factor harga, keandalan

perangkat kerasnya, dan kegunaan materialnya yang memadai masih tetap

merupakan rintangan besar dalam pendayagunaannya yang luas dalam pengajaran

baru, setelah munculnya mikrokomputer pada tahun 1975, hal ini secara dramastis

berubah sama sekali. Adanya mikrokomputer dimungkinkan dengan

ditemukannya mikroprosesor, yaitu sebuah chip silicon tipis yang didalamnya

berisi seluruh kemampuan pemprosesan informasi dari ruang sirkuit computer

orisinil. Pengembangan chip silicon itulah yang menekan harga computer menjadi

lebih murah. Untuk jenis-jenis tugas tertentu, pendayagunaan computer jelas

lebih ekonomis ketimbang penggunaan tenaga manusia. Penerimaan

makrokomputer di sekolah-sekolah di Amerika boleh dikatakan lebih cepat

dibandingkan dengan inovasi pendidikan lainnya. Sudjana dan Ahmad (1997)

1. Keuntungan Komputer

Pada umumnya computer dapat dipandang sebagai alat untuk

mempertinggi berbagai teknologi. Pengajaran dengan CAI (computer assisted

instruction) dan pengolahan pengajaran CMI (computer management instruction).


23

Dalam hubungan ini ada beberapa keuntungan khusus dalam mendayagunakan

computer dalam pengajaran, misalnya:

a. Cara kerja baru computer akan membangkitkan motivasi kepada siswa dalam

belajar.

b. Warna, music dan grafis animasi dapat menambahkan kesan realism dan

menuntut latihan, kegiatan laboratorium, simulasi dan sebagainya.

c. Respon pribadi yang cepat dalam kegiatan-kegiatan belajar siswa akan

menghasilkan pennguatan yang tinggi.

d. Kemampuan memori memungkinkan penampilan siswa yang telah lampau

direkam dan dipakai dalam merencanakan langkah-langkah selanjutnya

dikemudian hari.

e. Kesabaran, kebiasaan pribadi yang dapat deprogram melengkapi suasana

sikap yang lebih positif, terutama berguna sekali untuk siswa yang lamban.

f. Kemampuan daya rekamnya memungkinkan pengajaran individual bias

dilaksanakan, pemberian perintah secara individual dapat dipersiapkan bagi

semua siswa.

g. Rentang pengawasan guru diperlebar sejalan dengan banyaknya informasi

yang disajikan dengan mudah yang diatur oleh guru, dan membantu
24

pengawasan lebih dekat kepada kontak langsung dengan para siswa. Sudjana

dan Ahmad (1997)

2. Keterbatasan Komputer

Seperti halnya media dan inovasi-inovasi teknologi lainnya, computer

pun mempunyai beberapa keterbatasan utama yang dipergunakan di dalam

pendidikan, misalnya:

a. Walaupun harga dan pemakaian computer sudah diturunkan secara drastic,

pengajaran dengan computer relative tetap masih mahal. Oleh karena itu,

ongkos dan manfaat pemakaian computer dalam pengajaran perlu

diperhitungkan secara hati-hati. Demikian pula masalah pemeliharaannya,

terutama bila perlengkapannya rusak karena pemakaian yang berat.

b. Rancangan dan produksi computer, terutama untuk tujuan pengajaran, masih

terbelakang jika dibandingkan dengan rancangan dan produksi computer

untuk maksud-maksud lain, misalkan untuk analisis data.

c. Materi-materi pengajaran langsung yang bermutu tinggi yang

mempergunakan computer kurang sekali, terutama yang mempergunakan

mikrokomputer. Disamping itu terdapat masalah dalam menggabungkan,

misalnya sering kali terjadi perangkat lunak yang dikembangkan untuk system

yang satu tidak dapat dipergunakan pada system computer lain.


25

d. Guru merancang materi pengajaran dengan menggunakan computer bias

bertambah beban pekerjaannya termasuk memahami keterbatasan computer.

e. Kreaktivitas mungkin bias terpaku pada pengajaran yang dikomputerkan saja.

Computer adalah abdi untuk memahami perintah program-programnya, dan

renspons siswa yang hakiki atau kreastif akan terabaikan. Sudjana dan Ahmad

(1997).

H. Pemakaian Computer dalam Proses Belajar

1. Untuk Tujuan Kognitif

Computer yang menggunakan bermacam-macam tipe terminal dapat

mengontrol interaksi pengajaran mandiri untuk mengajarkan konsep, aturan,

prinsip, langkah dalam proses, dan kalkulasi yang kompleks. Digabungkan

dengan media lain, koomputer dapat digunakan untuk mengajarkan pengenalan

atau diskriminasi dan stimulus visual dan stimulus audio yang relevan.

Kemampuan computer untuk kegiatan pengajaran individual terutama didasarkan

pada kemampuan pengembangan dan keterbatasan media yang digunakan.

2. Untuk Tujuan Psikomotor


26

Terminal computer merupakan alat tentang “dunia nyata” yang sangat

bagus untuk mengajarkan programming dan kecakapan yang serupa bila siswa

mau bekerja dengan terminal-terminal kerja. Bila digunakan dengan peralatan

yang disimulasikan, merupakan alat yang sangat bagus untuk mencipktakan

kondisi dunia yang sebenarnya. Beberapa contoh yang khas; similasi pendaratan

pesawat terbang, melabuhnya kapal laun, atau berbagai latihan darurat. Dalam

beberapa hal, seperangkat model, atau barang tiruan dapat digunakan agar siswa

dapat melihat hasilnya.

3. Untuk Tujuan Apektif

Sangat berguba dila digunakan seperti yang diungkapkan dalam tujuan

psikomotor atau digunakan untuk mengontrol bahan-bahan film dan video.

Andercon (1993)

I. Kerangka pemikiran

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong

upaya-upaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam proses

belajar. Beberapa manfaatyang diperoleh dalam pembelajaran dengan

menggunakan media computer, yaitu: untuk mempermudah pencapaian tujuan

pembelajaran yang efektif, membangkitkan motivasi peserta didik dan


27

menumbuhkan rasa keingintahuan yang lebih banyak pada diri siswa serta upaya

pemanfaatan hasil teknologi dalam proses pembelajaran.

Sehubungan dengan hal tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa

computer sebagai media pembelajaran merupakan alat perantara mengajar untuk

memperlancar proses interaksi dan memusatkan perhatian siswa, sehingga siswa

dapat memahami dan menguasai materi yang diajarkan. Khususnya dalam

mempelajari kimia pada pokok bahasan Stikiometri.

Salah satu pokok bahasan dalam materi kimia adalah Stoikiometri yang

aplikasinya sering ditemukan dalam menentukan konsentrasi pada bahan-bahan

kimia di laboratorium, dimana perhitungan yang mendominasi sehingga siswa

bosan dalam mengikuti materi ini. Materi ini akan lebih menarik jika disajikan

menggunakan media computer (macromedia flash).

J. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian pustaka, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini

adalah “Dengan Menggunakan Aplikasi Program Macromedia Flash Sebagai

Media Pembelajaran, Hasil Belajar Kimia Kelas X2 SMA Negeri I Lainea Pada

Pokok Bahasan Stoikiometri Dapat Ditingkatkan”.


28

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan November sampai dengan

Desember 2009, semester ganjil tahun ajaran 2009/2010 di kelas X2 SMA Negeri

1 Lainea.

B. Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas X2 SMA Negeri 1 Lainea

semester 1 (satu

C. Jenis Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian (action research) yang

dilakuukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran dikelasnya.

Kerana PTK berfokus pada kelas atau pada proses belajar mengajar yang terjadi

di kelas, dan bukan pada input kelas (silabus, maeri, dll) ataupun output (hasil

belajar). PTK harus tertuju atau mengenai hal-hal yang terjadi di dalam kelas.

Suharsimi (2002) menjelaskan PTK melalui paparan gabungan definisi

dari ketiga kata “penelitian + tindakan + kelas” sebagi berikut:


29

1. Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu obyek, menggunakan aturan

metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat

mutu suatu hal yang menarik minat penting bagi peneliti.

2. Tindakan adalah sesuatu kerak kegiatan yang sangaja dilakukan dengan tujuan

tertentu, yang dalam penelitian terbentuk rangkaian siklus kegiatan.

3. Kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima

pelajaran yang sama dari seorang guru.

Tujuan utama PTK adalah untuk memecahkan permasalahan nyata yang

terjadi di dalam kelas.

D. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian tindakan kelas ini direncanakan terdiri dari tiga siklus,

dengan tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai pada

factor-faktor yang diselidiki.

Dari hasil wawancara awal dengan guru bidang studi kimia, ditetapkan

bahwatindakan yang akan dipergunakan untuk meningkatkan prestasi belajar

kimia khususnya pada pokok bahasan Stoikiometri adalah penggunaan aplikasi

macromedia flash sebagai media pembelajaran.

Adapun pelaksanaan tindakan tersebut mengikuti prosedur penelitian

tindakan kelas, sebagai berikut:


30

Perencanaan (Planning)

a. Tindakan Siklus I

Setelah diterapkan untuk menetapkan model pembelajaran dengan

menggunakan paket pembelajaran computer dalam mengajarkan pokok bahasan

Stoiokiometri, maka kegiatan selanjutnya adalah menyiapkan beberapa hal yang

diperlukan pada saat melakukan tindakan. Setelah berkomunikasi dengan

kolaborator, peneliti melakukan hal-hal sebagai berikut:

1. Membuat rancana pelaksanaan pembelajaran (RPP).

2. Membuat lembar observasi terhadap siswa maupun guru untuk memantau

keadaan mereka selama proses belajar mengajar berlangsung.

3. Menyiapkan perangkat pembelajaran yang diperlukan seperti LKS untuk

membantu siswa lebih cepat memahami materi pelajaran.

4. Menyiapkan jurnal dan lembar pengematan diskusi/kegiatan kelompok.

5. Merancang alat evaluasi untuk tes tindakan siklus I

b. Tindakan siklus II

Bertitik tolak dari hasil observasi, evaluasi dan refleksi pada tindakan

siklus I, maka peneliti bersama guru merencanakan tindakan siklus II.

Kelemahan-kelamahan dan kekurangan-kekurangan yang ada pada siklus I akan


31

diperbaiki dan dilaksanakan pada siklus II, sehingga diharapkan penerapan model

pembelajaran dengan menggunakan paket pembelajaran kimia berbasis computer

dapat lebih baik dari sebelumnya.


32

Secara khusus dapat digambarkan sebagai berikut:

Siklus I
permasalah Alternative Pelaksanaa
an pemecahan n
(rencana tindakan

terselesai Refleksi I Analisis data I Observasi


kan (monitoring
)

Siklus I permasalah Alternative Pelaksanaa


an pemecahan n
(rencana tindakan

terselesai Refleksi II Analisis data Observasi


kan II (monitoring
)

Belum Siklus
terselesaika selanjutnya
n
33

E. Indikator Kinerja

Sebagai indicator keberhasilan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah

jika 80% siswa telah memperoleh nilai minimal 62 dan ketuntasan belajar secara

individual apabila siswa tersebut telah mendapat nilai ≥ 62 (ketentuan dari

sekolah).

F. Data dan Teknik Pengambilan data

1. Sumber data: yaitu guru dan siswa.

2. Jenis data: jenis data yang akan diperoleh adalah data kuantitatif dan data

kualitatif. Data tersebut diperoleh dari tes hasil belajar, lembar observasi dan

jurnal.

3. Teknik pengambilan data:

a. Data mengenai kondisi pembelajaran dengan bantuan aplikasi program

macromedia flash dan efisiensi media yang digunakan diambil dengan

menggunakan lembar observasi.

b. Data mengenai refleksi diri diambil dengan menggunakan jurnal.

c. Data mengenai hasil belajar Kimia diambil dengan menggunakan tes.

G. Teknik Analisis Data

1. Menentukan persentase aktivitas siswa dalam kelompok.


34

Keterangan : = rata-rata banyaknya siswa yang melakukan kegiatan.


X = banyaknya siswa dalam kelompok

2. Menenetukan nilai rata-rata ( )

Keterangan :

= jumlah nilai siswa

N = banyaknya siswa

3. Menentukan persentase hasil belajar siswa

Keterangan : ∑x = banyaknya siswa yang tuntas

N = banyaknya siswa

You might also like