You are on page 1of 90

MANAJEMEN PANEN DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) PANTAI BUNATI ESTATE, PT.

SAJANG HEULANG, MINAMAS PLANTATION, TANAH BUMBU, KALIMANTAN SELATAN.

Oleh ARDILLES AKBAR A34104058

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

RINGKASAN

ARDILLES AKBAR. Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Pantai Bunati , PT. Sajang Heulang, Minamas Plantation, Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan. (Di Bawah Bimbingan Prof. Dr. Ir. SUDIRMAN YAHYA, MSc.) Kegiatan magang dilaksanakan sejak tanggal 10 Februari hingga 7 juni 2008 di perkebunan kelapa sawit Pantai Bunati Estate, PT. Sajang Heulang, Minamas Plantation, Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan. Tujuan umum kegiatan magang adalah untuk memperdalam pengetahuan yang telah diterima dalam perkuliahan dengan penerapan langsung di lapangan, mempelajari dan menganalisis fungsi manajemen dan teknis perencanaan dalam pengelolaan perkebunan kelapa sawit, dan menghasilkan tenaga profesional yang terampil serta memahami permasalahan nyata di lingkungan perkebunan. Selama melakukan kegiatan magang penulis melaksanakan seluruh jenis pekerjaan di lapangan dan di kantor pada seluruh level manajerial yang diizinkan manajemen kebun mulai dari pekerja harian lepas (PHL), pendamping mandor, dan pendamping asisten.. Kegiatan panen di Pantai Bunati Estate menerapkan sistem Block Harvesting System (BHS) yaitu sistem panen yang kegiatan panennya setiap hari kerja terkonsentrasi pada satu seksi panen tetap berdasarkan interval yang telah ditentukan dengan menggunakan sistem hanca giring tetap. Permasalahan yang terjadi pada manajemen panen di Kebun Pantai Bunati adalah kurangnya jumlah tenaga kerja yang dimiliki sehingga mengakibatkan tingginya rotasi panen akibat seksi panen yang harusnya diselesaikan pada hari itu tidak dapat diselesaikan sehingga harus dikerjakan kembali pada keesokan harinya. Oleh karena itu, penulis menyarankan agar dilakukan penambahan tenaga kerja potong buah pada Divisi I Kebun Pantai Bunati sebanyak 15 orang agar seksi yang ada pada hari itu dapat diselesaikan, sehingga dapat menyebabkan rotasi panen kembali ke keadaan normal yaitu 6/7. .

MANAJEMEN PANEN DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) PANTAI BUNATI ESTATE, PT. SAJANG HEULANG, MINAMAS PLANTATION, TANAH BUMBU, KALIMANTAN SELATAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Oleh : ARDILLES AKBAR A 34104058

PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Judul

: MANAJEMEN PANEN DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) PANTAI BUNATI ESTATE, PT. SAJANG HEULANG, MINAMAS PLANTATION, TANAH BUMBU, KALIMANTAN SELATAN

Nama Mahasiswa Nomor Pokok Program Studi

: ARDILLES AKBAR : A34104058 : AGRONOMI

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Sudirman Yahya, MSc NIP : 130 516 293

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr. NIP : 131 124 019

Tanggal Disetujui :

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Depok, Bogor, Jawa Barat pada tanggal 29 Mei 1987. Penulis merupakan anak kedua dari lima bersaudara, dari Bapak Firdaus Jufri dan Ibu Santi Marliana. Tahun 1997 penulis menyelesaikan pendidikan SD selama lima tahun pertama di SDN Anyelir I Depok, Jawa Barat dan satu tahun selanjutnya di SDN 122 Palembang. Pada tahun 2001 penulis lulus dari SLTP Negeri 12 Palembang, Sumatera Selatan. Penulis lulus dari SMU Negeri 17 Plus Palembang, Sumatera Selatan pada tahun 2004. Tahun 2004 penulis diterima menjadi mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada Program Studi Agronomi, Jurusan Budidaya Pertanian, Faklultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa penulis pernah bergabung dengan Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Karya Ilmiah yang dihasilkan penulis untuk meraih gelar Sarjana Pertanian diperoleh melalui pengalaman magang selama empat bulan di Kalimantan Selatan yang berjudul Manajemen Panen di Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Pantai Bunati Estate, PT Sajang Heulang, Minamas Plantation, Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan di bawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Sudirman Yahya, MSc.

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena dengan kekuatan dan kasih-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Manajemen Panen di Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Pantai Bunati Estate, PT. Sajang Heulang, Minamas Plantation, Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan . Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut membantu sehingga laporan tugas akhir ini dapat penulis selesaikan, dan secara khusus penulis sampaikan kepada Ayahanda Firdaus Jufri (Alm.) dan Ibunda Santi Marliana tercinta, yang selalu ada untuk menguatkan dan memberikan motivasi, serta kasih sayang yang tak terbatas kepada penulis. Kakak dan adik-adikku tercinta Larasati, Ladia, Devi, dan Dedek Putri beserta seluruh keluarga besar yang selalu mendukung dan memberikan kebersamaan. Seluruh keluarga besar penulis di Cileungsi dan di Palembang atas seluruh bimbingan, saran, pelajaran, dan kebersamaan yang telah diberikan selama ini kepada penulis. Prof. Dr. Ir. Sudirman Yahya, MSc. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan saran, bimbingan, serta pengarahan selama penulisan skripsi. Ir. Purwono, MS. selaku dosen pembimbing akademik selama penulis menjalani masa perkuliahan. Bapak Endang Syarifuddin selaku Estate Manager Pantai Bunati serta keluarga, yang telah memberikan dukungan moral, nasihat, ilmu, serta fasilitas yang sangat mencukupi selama penulis melakukan magang. Bapak Budi Utomo, Andi Muhtar, dan Purmono (asisten Divisi) dan Bapak Abduh (asisten Kantor) selaku Pembimbing Lapangan penulis yang telah memberikan arahan dan masukan selama pelaksanaan magang.

Teman-teman magang : Agus, Ardi, Cindy, Camellia, Desri, Rio, dan Sari terima kasih untuk suka dan duka selama magang. Serta seluruh mahasiswa yang mengikuti magang. Percayalah kita hebat karena berani mengambil tantangan ini.

Teman-teman seperjuangan, Agronomers angkatan 41 yang akan selalu terikat dengan kebersamaan selamanya, khususnya untuk teman-teman yang telah menemani penulis selama empat tahun kuliah di IPB (kamar 04 TPB, kostan arjuna, dan kostan galih). Kepada semua pihak yang tak dapat penulis sampaikan satu persatu, yang telah membantu penulis selama perkuliahan dan magang, semoga skripsi ini dapat memberikan informasi dan manfaat yang berharga bagi para pembaca dan semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu memberikan rahmat dan hidayatnya bagi kita semua.

Bogor, 2008

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR TABEL ............................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. ix PENDAHULUAN Latar Belakang ............... Tujuan .. METODE MAGANG Waktu dan Tempat ...... Metode Pelaksanaan ............................................................................ KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG Lokasi Kebun ................................................... Keadaan Tanah dan Iklim ............................ Areal Konsensi dan Tata Guna Lahan .... Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan ...... Asal Bibit dan Populasi Varietas .................................................... PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis ..................................... Pemupukan ........................ Pengendalian Gulma ..................... Pengendalian Hama dan Penyakit ........ Penunasan ......................... Perawatan Jalan dan Titi Panen ............................ Sensus Produksi ............................... Panen ................................ Aspek Manajerial ......................................... Pendampingan Mandor ........................ Pendampingan Asisten ........................... 10 10 19 22 23 24 25 27 33 33 36 6 6 7 7 9 4 4 1 3

PEMBAHASAN Persiapan Panen ........................................................................................ Seksi Panen dan Rotasi Panen .................................................... Penetapan Luas Hanca Pemanen.................................................. Penetapan Luas Hanca Mandoran............................................... Persiapan Teknis Lapangan ........................................................ Peralatan Panen ........................................................................... Angka Kerapatan Panen ............................................................... Sistem Hanca Panen ..................................................................... Pelaksanaan Panen .................................................................................. Basis dan Premi Potong Buah ................................................................. Mutu Buah ............................................................................................... Mutu Hanca .............................................................................................. Brondolan Tinggal ........................................................................ Buah Matang Tinggal .................................................................... Kondisi Pokok ............................................................................ Denda Panen ........................................................................................... Struktur Organisasi Panen ...................................................................... Pengangkutan Tandan Buah Segar ......................................................... KESIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 37 37 40 41 42 43 44 46 47 50 51 55 55 56 57 58 58 59

DAFTAR TABEL

Nomor Teks 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.

Halaman

Perkembangan produktivitas TBS Kebun Pantai Bunati 2002-2008....... 27 Peralatan panen Kebun Pantai Bunati ...................................................... 30 Perbandingan luas areal perhitungan dengan luas areal aktual ................. 38 Penetapan tenaga kerja panen Divisi I ...................................................... 40 Luas hanca tetap mandor per seksi ........................................................... 42 Pengamatan angka kerapatan panen ......................................................... 44 Rekapitulasi pengamatan angka kerapatan panen .................................... 45 Perbandingan angka kerapatan panen pengamatan dengan aktual ........... 45 Perbandingan kriteria kematangan fraksi dengan kriteria kebun ............. 52 Rendemen minyak dan kadar asam lemak bebas berdasarkan fraksi ........53 Pengamatan kematangan buah .................................................................. 53 Pengamatan brondolan tertinggal ............................................................ 55 Persentase pengamatan brondolan tertinggal .......................................... 56 Pengamatan buah tinggal ........................................................................ 57 Pengamatan kondisi pokok ..................................................................... 57

Nomor lampiran

Halaman

1. Jurnal harian kegiatan magang sebagai pekerja harian lepas (PHL) .......... 65 2. Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping mandor .................... 66 3. Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping asisten ..................... 67 4. Penggolongan seri tanah dari ordo tanah oxisol dan entisol Kebun Pantai Bunati ................................................................................. 69 5. Evaluasi lahan terhadap sifat fisik dan kimia tanah Kebun Pantai Bunati ..69 6. Data curah hujan tahun 1998-2008 ..............................................................70 7. Upah rata-rata per hari SKU bulanan .......................................................... 72 8. Klasifikasi basis borong dan premi lebih borong ........................................74 9. Premi mandor pada sistem organisasi panen Kebun Pantai Bunati..............75 10. Denda tenaga kerja panen dan mandor ........................................................76

DAFTAR GAMBAR

Nomor Teks

Halaman

1. Kegiatan penguntilan dan pelangsiran pupuk anorganik ......................... 13 2. Pelaksanaan kegiatan pemupukan dan pengeceran pupuk anorganik ...... 14 3. Kegiatan semprot piringan dan semprot gawangan kimiawi ................... 20 4. Pelaksanaan panen Kebun Pantai Bunati .................................................. 49

Nomor lampiran

Halaman

1. Peta Kebun Pantai Bunati ................................................ ....................... 68 2. Struktur organisasi Kebun Pantai Bunati ................................................ 71 3. Peta seksi panen Kebun Pantai Bunati .................................................... 73

PENDAHULUAN

Latar Belakang Minyak kelapa sawit (MKS) merupakan komoditas yang mempunyai nilai strategis karena merupakan bahan baku utama pembuatan minyak makan. Sementara, minyak makan merupakan salah satu dari sembilan kebutuhan pokok bangsa Indonesia. Permintaan akan minyak makan di dalam dan di luar negeri yang kuat merupakan indikasi pentingnya peranan komoditas kelapa sawit dalam perekonomian bangsa Indonesia. Pada saat ini kebutuhan minyak nabati dan lemak dunia terus meningkat sebagai akibat pertumbuhan penduduk dan peningkatan pendapatan domestik bruto. Jumlah penduduk di negara-negara kawasan Timur-Jauh sekitar 3.2 milyar atau 50% dari penduduk dunia. Di daerah inilah, tingkat pertumbuhan ekonomi pada saat ini hingga tahun 2010 merupakan yang paling tinggi. Selain itu, konsumsi minyak per kapita penduduk di kawasan Asia Timur dan Asia Tenggara juga masih jauh di bawah rata-rata penggunaan minyak nabati dan lemak per kapita per tahun penduduk dunia (Pahan, 2006). Pada tahun 2007 nilai ekspor kelapa sawit Indonesia sudah mencapai 1 550 000 Dollar AS dari sebelumnya sebesar 1 086 000 Dollar AS (Siagian, 2007). Berdasarkan data tersebut nilai ekspor kelapa sawit Indonesia mengalami peningkatan sebesar 42.73 %. Oleh karena itu, minyak kelapa sawit mentah yang dihasilkan dari kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan salah satu komoditas yang diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu sumber penghasil devisa andalan Indonesia. Langkah ke arah tersebut telah dimulai sejak pembangunan jangka panjang tahap I (PJPT I) hingga saat ini pemerintah telah mengeluarkan kebijakan untuk mendukung pengembangan kelapa sawit sampai tahun 2010 yaitu (1) peningkatan produktivitas dan mutu, (2) pengembangan indrusti inti dan peningkatan nilai tambah, (3) pengembangan indrusti minyak goring/makan terpadu dan (4) fasilitasi dukungan dana. Perluasan dan pembukaan lahan untuk areal kelapa sawit telah banyak dilakukan di beberapa daerah Indonesia. Menurut Direktorat Jenderal Perkebunan (2007) Indonesia telah memiliki luas areal kelapa sawit mencapai 6 074 926 pada

tahun 2006. Dari jumlah tersebut sejumlah 4 582 733 ha atau 75.4 % berada di pulau Sumatera dengan lahan terluas di Provinsi Riau yaitu 1 409 715 ha, dengan total produksi minyak sawit sebesar 16 000 211 ton dan sekitar 12 101 000 ton untuk ekspor. Dari data di atas dapat dilihat potensi wilayah timur Indonesia yang belum dimanfaatkan dengan maksimal padahal memiliki lahan yang cukup luas. Menurut Bangun (2008) ketua GAPKI (Gabungan Perusahaan Kelapa Sawit Indonesia), Indonesia pada tahun 2007 merupakan produsen kelapa sawit terbesar di dunia dengan produksi sebesar 17.00 juta ton dan tahun 2008 diperkirakan Indonesia akan tetap menjadi produsen kelapa sawit terbesar di dunia dengan estimasi produksi sebesar 18.60 juta ton. Saat ini sebanyak 85% lebih pasar dunia kelapa sawit dikuasai oleh Indonesia dan Malaysia. (Pahan, 2006). Panen merupakan salah satu kegiatan yang paling penting pada pengelolaan tanaman kelapa sawit menghasilkan selain transport. Selain bahan tanam yang baik dan pemeliharaan tanaman, panen juga salah satu faktor yang paling penting dalam menentukan produksi, keberhasilan panen akan menunjang pencapaian produktivitas tanaman kelapa sawit. Sebab potensi produksi yang tinggi juga tidak ada artinya jika eksploitasi hasil tidak dilakukan secara optimal. Sumber-sumber kerugian produksi di lapangan ialah potong buah mentah, buah masak tinggal di pokok (tidak dipanen), brondolan tidak dikutip, serta buah di tempat pengumpulan hasil (TPH) tidak terangkut ke pabrik kelapa sawit (PKS). Mengutip hasil potong buah, transport dan pengolahan merupakan suatu rangkaian mata rantai yang harus dilaksanakan secara terpadu karena kepentingannya yang saling mempengaruhi Dalam industri perkebunan kelapa sawit manajemen panen merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi kualitas (ekstraksi) dan kuantitas (asam lemak bebas atau ALB) hasil produktivitas kebun. Sistem panen bertujuan untuk memperoleh sejumlah minyak (rendemen) yang tinggi serta mutu minyak yang baik. Produksi yang maksimal hanya dapat dicapai jika kerugian produksi minimal. Tujuan tersebut dapat tercapai apabila ketentuan panen yang telah ditetapkan oleh perusahaan dapat dijalankan dengan baik oleh seluruh anggota kebun dan untuk mengawasi jalannya ketentuan tersebut maka diperlukan suatu manajemen panen yang baik.

Manajemen panen yang baik adalah manajemen yang dapat menciptakan keharmonisan di antara kegiatan panen, pengangkutan tandan buah segar (TBS) dan brondolan, dan pengolahan hasil kelapa sawit. Apabila di antara ketiga kegiatan tersebut telah tercipta suatu hubungan kerja yang erat maka akan menciptakan suatu hasil kualitas dan kuantitas yang baik dari hasil kebun perusahaan tersebut.

Tujuan Kegiatan magang secara umum bertujuan memperdalam pengetahuan yang telah diterima dalam perkuliahan dengan penerapan langsung di lapangan, mempelajari dan menganalisis fungsi manajemen dan teknis perencanaan dalam pengelolaan perkebunan kelapa sawit sehingga dapat menghasilkan tenaga professional yang terampil serta memahami permasalahan nyata di lingkungan perkebunan. Kegiatan magang secara khusus bertujuan meningkatkan pemahaman dan keterampilan manajemen dalam aspek potong buah tanaman kelapa sawit serta melakukan analisis aspek pemanenan.

METODOLOGI

Waktu dan Tempat Kegiatan magang ini dilaksanakan pada tanggal 11 Februari 2008 sampai dengan 7 Juni 2008, di perkebunan kelapa sawit Pantai Bunati Estate, PT. Sajang Heulang, Minamas Plantation, Desa Bunati, Kecamatan Angsana, Kabupaten Tanah Bumbu, Provinsi Kalimantan Selatan.

Metode Pelaksanaan Pada saat melakukan magang metode yang dilakukan adalah metode kerja praktek langsung di kebun. Kegiatan tersebut melakukan seluruh jenis pekerjaan di lapangan dan di kantor pada seluruh level manajerial yang diizinkan mulai dari pekerja harian lepas (PHL), pendamping mandor, dan pendamping asisten. Pengumpulan data dan informasi dengan mengumpulkan data primer dan data sekunder. Data sekunder yang diperoleh dari kebun meliputi lokasi dan letak geografis kebun, keadaan iklim, luas areal dan tata guna lahan, kondisi pertanaman, norma kerja di lapangan, asal bibit dan populasi varietas, dan struktur organisasi dan manajemen. Pengumpulan data primer dilakukan melalui pengamatan lapangan terhadap semua kegiatan yang berlangsung di perkebunan. Data pengamatan lapangan dipusatkan pada kegiatan panen yaitu kriteria panen, sistem dan rotasi panen, hanca panen, sensus produksi, angka kerapatan panen, pelaksanaan panen, tenaga kerja panen, basis dan premi panen, mutu buah, buah matang tertinggal, brondolan tertinggal tidak dikutip, kondisi pokok, dan transportasi panen. Metode yang digunakan pada kegiatan magang adalah metode langsung dan tidak langsung. Metode langsung yang dilakukan adalah praktek kerja langsung di lapangan dengan turut aktif dalam pelaksanaan kegiatan kebun, wawancara, dan diskusi dengan mandor maupun dengan para staf. Kegiatan di lapangan meliputi pencatatan prestasi kerja, alat dan bahan yang terkait dalam kegiatan yang dilakukan setiap hari. Kegiatan yang dilakukan dilampirkan pada jurnal harian terlampir dalam Tabel Lampiran 1 sampai 3. Pendekatan tidak langsung dilakukan melalui studi dokumentasi kebun (arsip kebun, laporan bulanan, dan laporan tahunan).

5 Pengamatan angka kerapatan panen dilakukan pada empat blok yaitu blok N 20, N 21, Q 24, dan Q 25. Sistem pengamatan dilakukan dengan mengamati seluruh pokok yang berada pada baris yang diamati dengan jarak antar baris yang diamati adalah 10 baris. Hal ini bertujuan agar didapatkan persentase pengamatan sebesar 15 %. Pengamatan ini dilakukan dengan menghitung jumlah buah dan jumlah pokok siap dipanen dari tiap baris yang diamati. Pengamatan tingkat kematangan buah dilakukan pada dua pemanen dari masingmasing kemandoran di divisi I kebun Pantai Bunati yaitu dengan mengamati buah yang ada pada 2 TPH pemanen selama bekerja pada satu hari tersebut. Pengamatan tangkai panjang, buah matang tertinggal di pohon dan brondolan tidak terkutip dilakukan terhadap dua pemanen dari tiap mandor panen. Pengamatan dilakukan pada hanca panen yang dikerjakan pada hari itu.

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG

Lokasi Kebun Secara administratif kebun Pantai Bunati PT. Sajang Heulang, Minamas Plantation terletak di Desa Bunati, Kecamatan Angsana, Kabupaten Tanah Bumbu, Provinsi Kalimantan Selatan. Lokasi perkebunan PT. Sajang Heulang secara geografis terletak pada koordinat 1150650 BT 1150775 BT dan 30467 LS 30561 LS dengan ketinggian 25 - 30 meter di atas permukaan laut (dpl). Lokasi Kebun Pantai Bunati sebelah Utara berbatasan dengan Desa Angsana, Desa Karang Indah, Desa Sebamban Lama, dan Desa Sebamban Baru, sebelah Barat berbatasan dengan Desa Sumber Baru, di sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Setarap dan Laut Jawa, dan di sebelah Timur berbatasan dengan Desa Penyiputan. Peta lokasi Kebun Pantai Bunati terlampir pada Gambar Lampiran 1.

Keadaan Tanah dan Iklim Kondisi lahan Kebun Pantai Bunati mempunyai topografi datar hingga bergelombang dengan tingkat lereng < 10% dan panjang lereng mencapai 150 m dan mempunyai lapisan Petroferric. Berdasarkan hasil survey tinjau di Kebun Pantai Bunati terdapat 2 jenis tanah, yakni ordo Oxisol dan Entisol dengan 4 seri tanah. Adapun hasil evaluasi kelas kesesuaian lahan terhadap sifat fisik dan kimia tanahnya, maka Kebun Pantai Bunati tergolong dalam kelas S3 (kurang sesuai/moderately suitable),namun secara teknis semua lahan tersebut masih dapat ditingkatkan menjadi kelas S2 (potensial) dengan memperbaiki faktor-faktor pembatas utamanya (kesuburan dan adanya lapisan Petroferric yang dangkal). Data hasil penggolongan seri tanah dan hasil evaluasi kesesuaian lahan terlampir pada Tabel Lampiran 4 dan 5. Iklim di lokasi Kebun Pantai Bunati adalah iklim basah. Menurut sistem klasifikasi Schmidt Ferguson, areal Kebun Pantai Bunati termasuk dalam kelas B. Rata-rata curah hujan tahunan adalah 1 942 mm dengan rata-rata hari hujan 139 mm. Data curah hujan tahun 1998 sampai dengan tahun 2008 dapat dilihat pada Tabel Lampiran 6.

Suhu udara di suatu tempat antara lain ditentukan oleh tinggi rendahnya tempat tersebut terhadap permukaan laut dan jaraknya dari pantai. Selama tahun 2004 suhu rata-rata berkisar antara 23.30C sampai 32.70C. Kelembaban udara ratarata berkisar antara 47% - 98% tiap bulan. Pada tahun 2006 distribusi hujan bulanan terendah (< 60 mm/bulan) terjadi pada bulan Juli - Oktober. Pada saat distribusi hujan rendah, umumnya dibarengi dengan terjadinya kekurangan air. Pada tahun 2006 telah terjadi kekurangan air hingga mencapai 333 mm/tahun. Curah hujan tertinggi tahun 2007 di daerah ini terjadi pada bulan Juni yaitu 687 mm sedangkan curah hujan terendah terjadi pada bulan Desember yaitu 66 mm. Jumlah hari hujan selama tahun 2007 adalah 155 hari dengan hari terbanyak hujan terjadi pada bulan Februari yaitu 22 hari.

Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan Perkebunan kelapa sawit kebun Pantai Bunati dibangun di areal konsesi seluas 2 715 ha, areal konsesi terbagi menjadi areal tanaman menghasilkan (TM) seluas 2 505 ha, areal pembukaan baru yang belum dikerjakan seluas 40 ha, areal prasarana (emplasement, jalan, jembatan, dan parit) seluas 170 ha. Kebun Pantai Bunati terbagi menjadi 3 divisi, yaitu Divisi I seluas 1 086 ha, Divisi II seluas 867 ha, dan Divisi III seluas 762 ha.

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan Perkebunan kelapa sawit Panati Bunati, PT. Sajang Heulang merupakan salah satu unit usaha dari Minamas Plantation. Struktur organisasinya berdasarkan susunan garis dan staf dengan kekuasaan tertinggi diduduki oleh Dewan direksi dan General Manager (GM) yang membawahi beberapa Manajer kebun. Manajer kebun di bantu oleh 1 orang asisten kepala, 2 orang asisten divisi dan seorang asisten cantor atau kepala administrasi (Kasie). Struktur organisasi Kebun Pantai Bunati dapat dilihat dalam Gambar Lampiran 2. Manajer kebun bertugas mengelola, mengorganisir, dan mengendalikan kebun dalam rangka membangun dan merawat tanaman kelapa sawit untuk mencapai target produksi tandan buah segar yang merupakan kebutuhan bahan

mentah Crude Plam Oil (CPO) yang telah ditetapkan dengan rencana dan standar teknis kerja yang berlaku. Manajer kebun bertanggung jawab atas seluruh kegiatan operasional dan administrasi kebun. Asisten kebun bertugas dan bertanggung jawab kepada manajer kebun untuk mengelola kegiatan divisi dan transportasi unit (Traksi) dengan tujuan mencapai target produksi seluruh divisi dan mengelola kelancaran pengangkutan seluruh kebun. Pada Kebun Pantai Bunati asisten kepala merangkap sebagai asisten divisi I Kebun Pantai Bunati Asisten divisi bertugas dan bertanggung jawab terhadap kebun dengan melaksanakan administrasi divisi dengan tertib, pembinaan sumberdaya manusia di divisi yang dia pimpin, pengendalian biaya yang telah disetujui dan menjadi tanggung jawab divisi. Asisten kebun dan

asisten divisi bertanggung jawab atas pengelolaan teknis yang meliputi pengarahan dan instruksi kerja mulai dari mandor satu sampai ke karyawan lapangan., menyelesaikan masalah yang terjadi di divisi yang dia bawahi, dan melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan pekerjaan serta mengevaluasi hasil kerja lapangan. Pengelolaan administrasi yang dilakukan oleh asisten divisi meliputi pembuatan rencana kerja harian, bulanan dan tahunan, memeriksa dan mengevaluasi laporan kerja mandor, laporan manajemen dan laporan lainnya serta membuat bon permintaan dan pengeluaran barang (BPPB). Dalam melaksankan tugasnya asisten divisi dibantu oleh mandor I untuk mengkoordinasikan seluruh kegiatan yang ada di lapangan. Asisten kantor atau kepala adminstrasi bertugas menangani seluruh kegiatan administrasi dan keuangan di tingkat kebun. Asisten kantor membawahi krani produksi yang mencatat seluruh produksi TBS kebun, krani administrasi yang bertugas dan bertanggung jawab dalam hal administrasi keluar masuknya bahan dan material dari gudang kebun dan operator komputer yang bertugas membantu asisten kantor. Tenaga kerja di Kebun Pantai Bunati terdiri karyawan staf dan non staf. Tenaga kerja staf terdiri dari manager kebun, asisten kepala, asisiten divisi, dan asisten kantor. Sedangkan karyawan non-staf terdiri dari satuan karyawan utama (SKU) bulanan dan harian serta karyawan harian lepas (KHL). Sistem pengupahan staf dan karyawan didasarkan pada ketentuan kebun, sedangkan

karyawan harian lepas (KHL) berdasarkan upah minimum regional yang berlaku di daerah tersebut yaitu Rp 29.800,-. Upah yang diberikan berdasarkan jumlah jam kerja yang ditetapkan yaitu 7 jam untuk hari normal (senin-kamis dan sabtu) dan 5 jam untuk hari jumat. Mulai pukul 06.30-14.00 WITA dengan jeda istirahat selama 30 menit antara pukul 12.00-12.30 WITA upah diberikan dua kali dalam sebulan yaitu gajian kecil pada pertengahan bulan dan gajian besar pada awal bulan. Upah rata-rata per hari SKU bulanan terlampir pada Tabel Lampiran 7. Fasilitas yang tersedia bagi karyawan antara lain mess dan perumahan, serta barak yang terdapat di setiap divisi, gedung olahraga, poliklinik, kantor divisi, masjid yang terdapat di setiap divisi, penitipan bayi dan anak, dan koperasi. Selain itu juga disediakan bus sebagai sarana transportasi antar jemput untuk untuk anak-anak karyawan yang bersekolah.

Asal Bibit dan Populasi Varietas Bahan tanaman kelapa sawit yang umum ditanam di perkebunan komersial yaitu persilangan Dura x Pisifera (D x P) yang disebut Tenera. Tanaman kelapa sawit yang diusahakan di kebun Pantai Bunati adalah varietas Tenera Marihat dan Tenera Socfindo. Populasi rata-rata dari total areal yang ditanam adalah 133 pokok/ha, jarak dalam baris adalah 9.2 m, sedangkan jarak antar baris adalah 8 m.

10

PELAKSANAAN MAGANG

Aspek Teknis Pemeliharaan dan pemotongan buah matang di panen merupakan salah satu hal penting yang harus diperhatikan demi tercapainya produktivitas yang tinggi. Kegiatan pemeliharaan bertujuan untuk mengkoordinasikan areal pertanaman kelapa sawit secara optimal agar didapat pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang terbaik. Kegiatan pemeliharaan yang baik juga memudahkan kegiatan pemanenan. Kegiatan panen tanaman kelapa sawit bertujuan untuk menjaga kelestarian pertanaman dengan memungut hasil berupa tandan buah segar (TBS) dan brondolan yang bernilai ekonomis tinggi. Pengelolaan perkebunan kelapa sawit meliputi pengelolaan kegiatan teknis di lapangan dan kegiatan administrasi. Pelaksanaan teknis yang dilakukan selama penulis melakukan magang antara lain pengendalian gulma manual dan kimiawi yakni dongkel anak kayu, tebas, semprot piringan, semprot gawangan. Kegiatan pemeliharaan yang lain yaitu tunasan progresif, pemupukan, pemberian mulsa janjang kosong (pupuk organik), perawatan jalan dan jembatan. Untuk pekerjaan yang berkaitan dengan produksi kegiatan teknis yang dilakukan adalah pemotongan buah (panen), transportasi panen, taksasi (menghitung kerapatan panen), dan sensus buah

Pemupukan Pemupukan merupakan hal penting bagi perkebunan kelapa sawit hal ini disebabkan antara lain karena (1) Tanaman kelapa sawit memiliki kebutuhan akan unsur hara makro dan unsur hara mikro yang jumlah ketersediaannya yang terkandung dalam tanah bersifat terbatas, (2) Pada saat tanaman memasuki fase menghasilkan pada saat itulah tanaman memiliki kebutuhan tertinggi dan apabila pengaplikasian yang dilakukan sudah tepat (waktu, cara, bahan, dosis, dan jenis) maka hal tersebut akan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman, (3) Pupuk juga menggantikan unsur hara yang hilang karena pencucian dan terangkut melalui produk yang dihasilkan serta memperbaiki kondisi yang tidak

11

menguntungkan atau mempertahankan kondisi tanah yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman kelapa sawit, dan (4) Kegiatan pemupukan merupakan kegiatan yang biaya anggarannya mencapai 60 % dari total biaya anggaran. Pertumbuhan dan pekembangan tanaman kelapa sawit sangat dipengaruhi oleh pemberian dan ketersediaan unsur hara dalam tanah, oleh karena itu serapan unsur hara dibatasi secara nyata oleh unsur hara yang berada dalam keadaan minimum. Untuk mencapai pertumbuhan tanaman yang optimal, seluruh unsur hara harus berada dalam kondisi yang setimbang. Artinya, tidak boleh ada satupun unsur hara yang menjadi faktor pembatas. Oleh sebab itulah pemupukan mutlak menjadi suatu hal yang penting dalam suatu kegiatan perkebunan

Pemupukan anorganik. Pada Kebun Pantai Bunati kegiatan pemupukan memiliki sistem yang dinamakan Block Manuring System (BMS). BMS merupakan sistem pemupukan terkonsentrasi yang dikerjakan blok per blok dengan sasaran mutu pemupukan yang lebih baik, supervisi lebih fokus, dan produktivitas yang lebih tinggi. Kegiatan BMS terdiri dari organisasi-organisasi yang saling mendukung untuk tercapainya tujuan dari BMS tersebut, adapun organisasi tersebut adalah : 1. Organisasi kerja penguntilan 2. Organisasi kerja pelangsiran 3. Organisasi kerja pengeceran 4. Organisasi kerja penaburan

Penguntilan. Kegiatan pemupukan dengan sistem BMS diawali dengan kegiatan penguntilan adapun kegiatannya adalah pertama-tama penguntil

mempersiapkan alas pupuk, karung until dan takaran untilan (berat tiap untilan berkisar 12.5 kg), penguntil membuka karung dengan cara menarik benang jahitan (namun pada kenyataannya penguntil membuka karung dengan merobeknya dengan parang). Lalu kegiatan selanjutnya adalah penguntil menghancurkan/menghaluskan pupuk yang telah menggumpal dan membatu (pupuk yang biasanya menggumpal adalah pupuk RP dan Urea hal ini disebabkan pupuk RP dan Urea apabila terkena

12

hujan maka pupuk tersebut akan menggumpal), kegiatan penghancuran pupuk yang menggumpal dimaksudkan agar mencegah terjadinya penguapan yang tinggi dan proses penyerapan ke dalam tanah yang lambat akibat pupuk yang menggumpal, setelah pupuk yang menggumpal telah dihancurkan maka penguntil akan melakukan kegiatan penguntilan pupuk sesuai dengan takaran yang telah disediakan. Apabila pupuk telah selesai diuntil maka karung untilan di susun dengan rapi dan teratur (5-10 susun) agar mudah dihitung dan dipisahkan dalam perblok aplikasi. Mandor until bertugas membuat catatan pada papan administrasi (divisi, blok, jumlah untilan, jenis pupuk, nomor dan tanggal penguntilan). Setelah seluruh kegiatan penguntilan selesai gudang pupuk harus dibersihkan dan dirapihkan. Adapun masalah yang biasanya menjadi kendala dari kegiatan penguntilan adalah karung until yang kadang robek sehingga ada beberapa pupuk yang tercecer di lantai gudang pupuk dan tenaga kerja penguntil yang kurang sehingga menyebabkan kegiatan penguntilan dan pemupukan terhambat karena tenaga kerja pupuk dialokasikan ke kegiatan penguntilan. Basis tugas yang ditetapkan perusahaan untuk kegiatan penguntilan adalah sebesar 1.5 ton dengan premi sebesar Rp 8000/ton. Penulis melakukan kegiatan penguntilan pupuk RP dengan prestasi 350 kg.

Pelangsiran. Kegiatan pelangsiran harus diawasi oleh mandor langsir sebagai pemberi petunjuk berapa jumlah untilan yang harus ditempatkan pada setiap tempat peletakan pupuk (TPP). TPP terletak pada setiap kaki-lima pada tiap-tiap gawang yang ada pasar rintisnya, hal ini disebabkan metode dari BMS itu sendiri yang mengharuskan setiap pemupuk memasuki gawang secara berbarengan. Tumpukan untilan yang dilangsir harus diletakkan di kaki-lima (tidak boleh diletakkan di jalan) hal ini berkaitan dengan kemudahan pemupuk untuk mengambil karung untilan dan untuk meminimalisir terjadinya kemungkinan losses disebakan pupuk tercecer di jalan dan karung until rusak akibat tergilas kendaran bermotor yang melintasi jalan. Dengan jumlah pokok perbaris 36 dan dosis perpokok 1.25 kg/pokok maka dibutuhkan untilan perpokok delapan untilan dengan rincian enam until di awal blok aplikasi dan dua until di akhir blok. Hal ini bertujuan untuk memudahkan kegiatan

13

pelangsiran. Pengupahan untuk kegiatan pelangsiran adalah sebesar Rp 5 500/tonnya. Penulis melakukan kegiatan pelangsiran pupuk RP dengan prestasi 600 kg. Kegiatan penguntilan dan pelangsiran pupuk anorganik dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar1. Kegiatan penguntilan dan pelangsiran pupuk anorganik

Pengeceran. Kegiatan pengeceran pupuk dalam barisan tanaman dilakukan dengan menggunakan angkong dengan perbandingan satu pelangsir dan dua penabur, berdasarkan sistem BMS karung untilan diletakkan oleh pengecer pada pokok no. 1, 8, 17 dan 25 (disesuaian dengan dosis dan kebutuhannya). Karung bekas untilan dibawa dan ditaruh dengan rapi di pinggir kaki-lima hancaknya. Kendala pada kegiatan pengeceran adalah ketika lahan yang ditemui pada blok yang akan dipupuk termasuk lahan yang berombak dan kurang tersediannya titi panen yang dibutuhkan untuk melewati parit sehingga hal tersebut akan menyulitkan pengecer untuk membawa angkong yang berisi karung until tersebut.

Penaburan. Kegiatan penaburan disesuaikan dengan jenis pupuk yang akan disebar (tergantung kecepatan pupuk untuk menguap). Bila pupuk urea yang bersifat cepat menguap yang akan ditebar maka penaburan dilakukan dengan menabur pupuk secara merata di permukaan piringan hal ini dimaksudkan agar pupuk secara cepat dapat meresap ke dalam tanah dan segera dapat direspon oleh tanaman untuk meminimalisasikan losses yang akan terjadi akibat penguapan. Sedangkan, apabila pupuk yang akan ditebar bersifat lambat menguap seperti pupuk RP, MOP & Kieserite maka pupuk akan ditabur di luar lingkaran piringan atau di pinggir pelepah/ janjang kosong dengan membentuk huruf U (dimaksudkan untuk menghindari

14

terjadinya aplikasi pupuk pada pasar rintis), pemupukan dengan bentuk U dapat dilakukan karena akar sudah menyebar di luar piringan. Hal ini dimaksudkan agar losses yang terjadi akibat pupuk terhanyut air dan tertiup angin dapat diminimalisasikan. Kendala dari kegiatan penaburan adalah lahan yang akan dipupuk termasuk bergelombang sehingga akan menyebabkan kesulitan bagi penabur. Pelaksanaan kegiatan penaburan dan pengeceran pupuk anorganik dapat dilihat pada Gambar 2.

6 6 6 6 2 2 2 2 2 6 6 6 6 6

2 2 2 2 6 6 6 6 6 2 2 2 2 2

6 6 6 6 2 2 2 2 2 6 6 6 6 6

2 2 2 2 6 6 6 6 6 2 2 2 2 2

6 6 6 6 2 2 2 2 2 6 6 6 6 6

Gambar 2. Pelaksanaan kegiatan penaburan dan pengeceran pupuk anorganik

Dosis pupuk yang diberikan pada tanaman diperhitungkan dengan kebutuhan hara tanaman dan kemampuan lingkungan untuk menyediakan hara. Berdasarkan konsep ini, pupuk hanya diberikan sebagai penambah unsur hara yang kurang atau tidak dapat disediakan oleh lingkungan. Penerapan konsep ini bertujuan untuk menetapkan dosis pupuk dalam rangka penerapan teknologi bermasukan rendah pada perkebunan kelapa sawit. Kebutuhan hara tanaman kelapa sawit pada Kebun Pantai Bunati dapat diketahui melalui kegiatan Leaf Sampling Unit (LSU). Basis yang ditetapkan oleh perusahaan untuk tenaga kerja pupuk (pengecer dan penabur) adalah

15

450 kg/HK dengan upah minimum regional adalah Rp 29 800/hari dengan premi tetap sebesar Rp 1 750/hari. Penulis melakukan kegiatan dengan prestasi 250 kg/HK Untuk kegiatan pemupukan anorganik diperlukan waktu dan tempat pengaplikasian yang tepat, karena biaya yang dikeluarkan kebun untuk anggaran pembelanjaan pupuk anorganik mencapai 60 % dari total anggaran belanja kebun. Waktu pemupukan pada tanaman menghasilkan (TM) ditentukan oleh curah hujan (yang mencukupi), pemupukan yang optimum dilakukan pada bulan-bulan dengan curah hujan 100-200 mm/bulan, sedangkan curah hujan minimum 60 mm/bulan dan maksimum 300 mm/bulan. Bila curah hujan per bulan < 60 mm/bulan, pemupukan sebaiknya ditunda. Begitu pula bila curah hujan mencapai > 300 mm/bulan maka pemupukan juga akan ditunda terlebih dahulu. Pada TM frekuensi aplikasi adalah 1-2 kali aplikasi/tahun, Pemupukan N dan K agar selalu diusahakan untuk memupuk menjelang akhir dan awal musim hujan, hal ini disebabkan sifat pupuk urea dan kieserite yang mudah menguap dan larut.

Pemupukan organik. Bahan organik dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki struktur tanah dan memberikan hara bagi tanaman. Umumnya bahan organik ini merupakan produk limbah sehingga tersedia secara murah, terutama bila diaplikasikan dekat dengan tempat pembuangannya. Daur ulang sampah dari proses pengolahan di pabrik akan sangat bermanfaat bagi tanaman karena secara komparatif memberikan unsur hara yang murah tanpa adanya resiko keracunan bagi tanaman. Pada Kebun Pantai Bunati pemupukan organik dilakukan dengan mengunakan mulsa janjang kosong (JJK) yang merupakan limbah padat dari proses pengolahan kelapa sawit. Janjang kosong yang diaplikasikan adalah janjang kosong segar yang

diangkut langsung dari pabrik kelapa sawit (PKS) dan segera di ecer dilapangan. Pengangkutan dan aplikasi janjang kosong di Kebun Pantai Bunati dilakukan oleh kendaraan yang mengangkut TBS sekembalinya dari PKS. Bobot janjang rata-rata yang diangkut adalah 5-6 ton. Pemberian janjang kosong dilakukan dengan dosis 200 kg/pokok dimana janjang kosong ditempatkan pada gawangan mati. Janjang kosong yang diberikan sebaiknya yang segar yang diangkut langsung dari PKS dan segera

16

diaplikasikan ke lapangan, dan diratakan satu lapis hal ini dimaksudkan agar tidak terlalu panas bagi akar dan diharapkan dengan terbentuk satu lapisan maka penyebaran hara lebih merata. Pengupahan untuk kegiatan mulsa janjang kosong adalah sebesar Rp 1 000 / titik mulai dari pokok 1-10 sedangkan mulai dari pokok >10 upah yang diberikan adalah sebesar Rp 1 250. Penulis melakukan kegiatan aplikasi janjang kosong dengan dua metode yang pertama dengan menggunakan traktor landini dengan tanpa mendapat prestasi nyata dan metode yang kedua adalah aplikasi janjang kosong secara manual untuk aplikasi janjang kosong secara manual penulis mendapat prestasi sebesar 1 ton/HK.

Leaf sampling unit (LSU). Kegiatan pengambilan sampel daun ini dilakukan setiap tahunnya dengan membagi kebun menjadi dua kelompok yaitu kelompok yang disampling awal tahun (Februari-Maret) dan kelompok yang disampel pertengahan tahun (Juni-Agustus). Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi kemacetan yang terjadi pada saat analisa daun di laboratorium yang mencapai puncak kesibukan di bulan September-Desember. Pengambilan sampel dilakukan di blok LSU, dimana pemupukan terakhir (Urea, RP, MOP, dan Kieserite) selesai dilakukan minimal 2-3 bulan sebelumnya. Pengambilan sampel daun tidak boleh dilakukan secara sembarangan karena akan mempengaruhi hasil analisis yang akan dilakukan. Oleh karena itu kegiatan pengambilan sampel dilakukan pada saat tertentu yaitu pada saat interval antara pemupukan (Urea, RP, MOP, dan Kieserite) dengan pengambilan sampel daun sekurang-kurangnya 2-3 bulan. Adapun keadaan yang tidak boleh dilakukan pengambilan sampel adalah pada waktu hujan sehingga harus ditunggu sampai satu jam setelah hujan sampai titik hujan tidak kelihatan lagi di permukaan daun dan curah hujan mencapai 20 mm sehingga menyebabkan pengambilan sampel harus ditunda sampai 36 jam sesudahnya. Pengambilan sampel daun dilaksanakan pada pukul 07.00-12.00 sehingga dengan alasan apapun pengambilan sampel tidak boleh dilakukan pada sore hari. Hal tersebut disebabkan, morfologi daun itu sendiri yang

17

mengalami keadaan yang paling segar pada pagi-siang hari sehingga sampel yang kita ambil benar-benar mewakili keadaan sebenarnya dari tanaman tersebut. Pohon contoh pertama dalam LSU adalah pohon yang terletak pada baris ketiga dan pohon ketiga dalam barisan tersebut dari batas blok. Pada salah satu sisi batas blok pohon diberi tanda berupa no LSU. Di barisan ketiga dari pohon tersebut, pada pohon ditepi jalan diberi tandan anak panah ke atas yang berarti dari pohon tanda masuk dalam barisan. Pada pohon terakhir dari barisan ketiga tersebut diberi tanda anak panah ke samping kiri yang berarti pindah baris yang sesuai dengan sistem pengambilan sampel daun yang ditentukan. Daun contoh diambil dari pelepah nomor 17, pelepah nomor 17 ditentukan dengan cara : Pelepah no. 17 adalah yang terletak di bawah pelepah no. 9 Pelepah no. 9 adalah pelepah yang terletak di bawah pelepah no. 1 Pelepah no. 1 adalah pelepah pertama setelah pucuk, yang sudah membuka penuh. Contoh daun dalam LSU harus dari pelepah no.17 sehingga apabila pelepah no. 17 dari pohon contoh rusak maka daun contoh harus diambil dari pelepah no.17 dari pohon yang ada di depan atau di belakangnya.

Pengambilan contoh daun memiliki prosedur tertentu, yaitu: a. Jika mungkin sampel daun diambil langsung dari pelepah no.17 tanpa memotong pelepah tersebut. Jika pohon sudah tinggi maka pelepah no.17 dipotong di bawah pangkal lidi. b. Dari pelepah no.17 diambil empat helai daun, dua helai di kiri dan dua helai di kanan tepat pada titik pertemuan ke dua sisi pelepah daun. Dari kedua helai masing-masing sisi dipilih satu helai yang tumbuh ke atas dan satu helai yang tumbuh ke bawah c. Setelah helai anak daun dipotong dari pelepah, kemudian dipotong ujungnya lalu dimasukkan ke dalam kantong plastik yang berbeda sesuai dengan diambil dari sebelah manakah helai anak daun tersebut (kantong plastik putih

18

untuk helai daun sebelah kanan dan kantong plastik hitam untuk helai daun sebelah kiri d. Setelah sampel LSU terkumpul seluruhnya maka helai daun contoh dipotong di bagian tengah 25cm dengan menggunakan parang e. Kantong plastik diikat dan dikirim ke kantor divisi f. Selama di lapangan harus dihindari tercampurnya helai daun dari satu LSU dengan yang lain. Selama itu sampel daun harus dicegah dari terkena sinar matahari langsung g. Diusahakan agar kantor divisi mengirimkan sampel LSU tersebut ke kantor riset. Jika ini tidak mungkin maka sampel harus dijemput oleh kendaraan riset

Kegiatan LSU tidak hanya melakukan pengambilan contoh daun melainkan juga sambil melakukan pangamatan visual dengan bantuan foto gejala defisiensi yang biasa menyerang tanaman kelapa sawit. Oleh karena sifat pekerjaan ini yang membutuhkan ketelitian dan pemahaman maka tenaga kerja sensus daun sebaiknya jangan berganti-ganti. Analisis secara visual dilakukan dengan pengamatan langsung dengan memperhatikan kriteria sebagai berikut : (1) Perbandingan warna hijau daun dengan warna hijau yang baku (hijau-gelap); (2) Adanya tanda dan gejala defisiensi hara; (3) Membandingkan pertumbuhan tanaman dengan tanaman yang tidak mendapat pemupukan Tenaga kerja sensus daun juga wajib menulis catatan di formulir yang telah disediakan mengenai gejala-gejala defisiensi hara yang khas yang nampak secara dominan di blok LSU yang diamatinya. Penulis melakukan kegiatan dengan prestasi 15 ha/HK dan 10 ha/HK.

19

Pengendalian Gulma Pengendalian gulma pada prinsipnya merupakan usaha untuk meningkatkan daya saing tanaman pokok dan melemahkan daya saing gulma sehingga dapat menekan bahkan menghilangkan pertumbuhan gulma. Kegiatan pengendalian gulma pada Kebun Pantai Bunati dibagi menjadi dua metode yaitu pengendalian gulma secara kimiawi dan pengendalian gulma secara manual. Kegiatan pengendalian gulma secara kimiawi pada Kebun Pantai Bunati dinamakan Block Spraying System (BSS). BSS terdiri dari kegiatan semprot piringan kimiawi dan semprot gawangan kimiawi dimana masing-masing kegiatan memiliki cara, alat, bahan, dan target penyemprotan yang berbeda. Kegiatan BSS ini membagi tim kerja semprot menjadi dua tim yaitu tim BSS 1 yang mengerjakan semprot piringan kimiawi (Divisi I, II, dan III) dan semprot gawangan kimiawi (Divisi III). Tim BSS 2 mengerjakan semprot gawangan untuk Divisi I dan II.

Semprot piringan. Kegiatan semprot piringan dimulai dengan mandor mengancakan karyawan pada hancanya masing-masing dimana setiap pekerja memiliki hanca dua pasar rintis (untuk isi tanki alat semprot 6 liter), bergerak dari sisi jalan koleksi dan tembus ke sisi jalan koleksi yang sebelahnya kemudian pindah ke pasar rintis sebelahnya yang kosong atau tidak ada benderanya (bendera hanca berfungsi sebagai tanda bahwa hanca tersebut adalah hanca dia sehingga tidak dimasuki oleh yang lain, dan juga sebagai batas penyemprotan terakhir dimana larutan herbisida yang dibawanya habis). Kegiatan semprot piringan menggunakan alat Micron Herbiside Sprayer (MHS) yang berdasarkan hasil pengamatan penulis dapat mengeluarkan larutan sebanyak 0.11 liter/menit. Sasaran kerja dari semprot piringan adalah semua piringan, pasar rintis, pasar tengah, pasar delapan, kaki lima parit, kaki lima blok, dan TPH. Sehingga, hasil yang diharapkan dari kegiatan semprot piringan ini adalah tingkat kematian gulma sasaran di atas 90% dan hasil semprotan merata sesuai sasaran. Bahan yang digunakan untuk kegiatan semprot piringan tersebut adalah starane (0,06 liter/ha/rotasi) dan Round up (0,25 liter/ha/rotasi) sedangkan untuk prestasi kerja karyawan semprot piringan ditentukan

20

sebesar 6.3 ha/HK/rotasi. Upah minimum regional yang diberikan untuk kegiatan semprot gawangan adalah Rp 24 800/hari dengan premi tetap sebesar Rp 1 750/hari. Penulis melakukan kegiatan dengan prestasi kerja sama dengan karyawan yaitu sebesar 5 ha. Kendala yang terjadi selama kegiatan semprot piringan adalah tertundanya kegiatan akibat turunnya hujan, rusaknya alat semprot, dan rusaknya unit angkut tanki semprot. Apabila terjadi kendala tersebut maka mandor semprot akan mengganti kegiatan semprot piringan kimiawi menjadi kegiatan pengendalian gulma manual. Kegiatan semprot piringan dan gawangan kimiawi dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Kegiatan semprot piringan dan gawangan kimiawi

Semprot gawangan. Kegiatan semprot gawangan dimulai dengan mandor mengancakan karyawan pada hancanya masing-masing dimana setiap pekerja bergerak dari setiap pasar rintis yang bergerak dari sisi jalan koleksi sampai dengan pasar tengah blok yang bersangkutan dan kemudian pindah ke pasar rintis sebelahnya yang kosong atau tidak ada benderanya (bendera hanca berfungsi sebagai tanda bahwa hanca tersebut adalah hanca dia sehingga tidak dimasuki oleh yang lain, dan juga sebagai batas penyemprotan terakhir dimana larutan herbisida yang dibawanya habis). Kegiatan semprot gawangan menggunakan alat RB-15 yang besarnya pengeluaran berdasarkan ukuran nozzlenya. Sasaran kerja dari semprot gawangan adalah semua tumbuhan (gulma) di gawangan yang berpotensi menjadi kompetitor dalam penyerapan hara dan menganggu aktivitas pekerja (panen, pemupukan dan aktivitas lainnya) kecuali Nephroliophis, Turnera dan Casia. Hasil yang diharapkan

21

dari kegiatan semprot piringan ini adalah tingkat kematian gulma sasaran di atas 90% dan hasil semprotan merata sesuai sasaran. Bahan yang digunakan untuk kegiatan semprot piringan tersebut adalah Round up (0,25 liter/ha/rotasi), Garlon (0,35 liter/ha/rotasi), Gramoxone (0,30 liter/ha/rotasi), dan Ally 20 WDG (0,02 liter/ha/rotasi) sedangkan untuk prestasi kerja karyawan semprot gawangan

ditentukan sebesar 1.2 ha/HK/rotasi. Upah minimum regional yang diberikan untuk kegiatan semprot gawangan adalah Rp 29 800/hari dengan premi tetap sebesar Rp 1 750/hari. Penulis melakukan kegiatan dengan prestasi sebesar 1.2 ha/HK. Kendala yang terjadi selama kegiatan semprot gawangan adalah tertundanya kegiatan akibat turunnya hujan, rusaknya alat semprot dan rusaknya unit angkut tanki semprot ditambah berkurangnya anggota tim semprot gawangan akibat dialihkan untuk kegiatan lain seperti sensus daun dan sensus produksi. Apabila terdapat kendala maka mandor semprot gawangan akan mengganti kegiatan semprot gawangan kimiawi menjadi kegiatan pengendalian gulma manual. Pengendalian gulma secara manual pada Kebun Pantai Bunati terdiri dari rawat piringan manual, gawangan manual, dan dongkel anak kayu. Mekanisme pekerjaan ini adalah membersihkan gulma pengganggu yang tumbuh di sekitar pokok tanaman, piringan, dan gawangan. Kegiatan pengendalian gulma manual dimulai dari pencabutan gulma di sekitar pokok yaitu gulma epifit dan kentosan yang tumbuh di batang kemudian dilanjutkan dengan mencabut gulma di sekitar piringan, hal ini bertujuan untuk memudahkan kegiatan pemupukan, pemanenan, dan menghindari adanya gulma yang berpotensi sebagai tanaman inang hama dan penyakit. Setelah selesai di piringan dilanjutkan dengan membersihkan pasar rintis dan gawangan mati dengan cara memotong dan mendongkel jika ditemukan anak kayu dan kentosan dengan menggunakan alat cados untuk mengangkat anak kayu dan kentosan sampai ke akarnya. Jika telah mencapai jalan koleksi berikutnya, pekerja memulai dari mulut pasar rintis berikutnya. Gulma yang tumbuh dominan adalah Clidemia hirta, kentosan (anak sawit), Melastoma malabatrichum, Ipomea sp., dan Chromolaena odorata. Norma kerja untuk jenis pekerjaan ini adalah 1 ha/HK. Prestasi penulis adalah 0.5 ha/HK.

22

Pengendalian Hama dan Penyakit Pengendalian hama pada hakikatnya merupakan upaya dari perusahaan untuk menghindari turunnya produktivitas akibat serangan hama yang menyerang perkebunan kelapa sawit. Pemilihan jenis, metode (biologi, mekanik, kimia, dan terpadu), serta waktu pengendalian yang dianggap paling cocok akan dilatarbelakangi oleh pemahaman atas siklus hidup hama tersebut. Pengetahuan terhadap bagian paling lemah dari siklus hama tersebut merupakan titik kritis karena akan menjadi dasar acuan untuk pengambilan keputusan pengendaliannya. Pada kebun Pantai Bunati dimana areal pertanamannya sudah memasuki fase tanaman menghasilkan (TM) semua maka hama yang menyerang sudah tidak terlalu banyak dan beragam. Berdasarkan pengamatan dan pengalaman penulis selama melakukan kegiatan magang di Kebun Pantai Bunati, hama yang ditemui adalah hama ulat api dan tikus. untuk pengendalian hama ulat api dan tikus perusahaan menggunakan metode biologi (hayati) dan kimia. Untuk pengendalian hama ulat api pengendalian dilakukan dengan menanam tanaman Tunera subulata dan Antigonon leptotus sebagai inang dari musuh alami ulat api seperti serangga Sycanus sp. Sedangkan untuk hama tikus pengendalian yang dilakukan adalah pengendalian terpadu dimana pengendalian dilakukan dengan menggunakan metode biologi dan kimiawi. Tindakan pengendalian hama tikus akan berhasil dengan baik, apabila populasinya dapat ditekan dengan semaksimal mungkin sampai ke sumbernya. Pengendalian secara kimia dilakukan sebanyak dua kali setahun tanpa memperhatikan ada atau tidaknya serangan. Pengendalian hama dilakukan dengan cara pemberian umpan racun yaitu Klerat RM-B. Untuk pengendalian secara biologi, kebun Pantai Bunati melakukan pengembangbiakan burung hantu Tylo alba dengan memasang rumah burung yang disebut Nest Box. Lokasi penempatan kandang ini harus strategis (berdekatan dengan pohon besar atau pada areal di sekitar pemukiman) dan diusahakan agar jauh atau membelakangi lampu penerangan serta aman dari manusia. Hal ini dimaksudkan agar burung hantu tidak mudah mengalam stress. Tingkat predasi burung hantu terhadap R. tiomaticus di perkebunan kelapa sawit mencapai

23

88% sedangkan sisanya 6 % adalah R. argentiventer dan 6 % R. ratus radii (PT. Sajang Heulang, 2006).

Penunasan Tujuan penunasan adalah untuk mempermudah pekerjaan potong buah (melihat dan memotong buah masak), menghindari tersangkutnya brondolan pada ketiak pelepah, dan memperlancar proses penyerbuakan alami. Selain itu, penunasan dilakukan untuk sanitasi (kebersihan) tanaman sehingga menciptakan lingkungan yang tidak sesuai bagi perkembangan penyakit. Untuk mencapai tujuan penunasan dan tetap mempertahankan produksi maksimum maka harus dihindari terjadinya lebih tunasan. Lebih tunasan adalah terbuangnya sejumlah pelepah produktif secara berlebihan yang akan mengakibatkan penurunan produksi. Penurunan produksi ini terjadi karena berkurangnya areal fotosintesis dan mengakibatkan pokok mengalami stress yang terlihat melalui peningkatan gugurnya bunga betina, penurunan seks rasio (peningkatan bunga jantan), dan penurunan bobot janjang rata-rata (BJR). Untuk menghindari terjadinya lebih tunasan, perlu dilakukan pelatihan, pengawasan yang ketat, dan penggunaan alat yang tepat. Kegiatan penunasan pada Kebun Pantai Bunati dinamakan tunasan progressif. Tunasan progressif adalah kegiatan penunasan dimana penunasan dilakukan oleh pemanen sendiri pada saat pemanen melakukan kegiatan pemanenan. Tunas progressif memiliki kelebihan dan kekurangan, adapun kelebihan tunas progressif dibandingkan tunas periodik adalah tunasan menjadi lebih terkontrol dan tidak gondrong serta apabila melakukan tunas periodik maka apabila pada saat melakukan kegiatan penunasan adalah pada saat panen puncak maka penunasan akan ditunda terlebih dahulu, hal itu akan menyebabkan tunasan tidak berjalan dengan baik. Pada Kebun Pantai Bunati agar tidak terjadi lebih tunasan maka ditetapkan standar jumlah pelepah yang tetap dipertahankan, yaitu dipertahankan 48-56 pelepah (songgoh 3) atau minimal 40-48 pelepah (songgoh 2), hal ini masih memungkinkan karena umur tanaman kelapa sawit pada Kebun Pantai Bunati berdasarkan tahun tanamnya masih berkisar 10-12 tahun. Prestasi kerja karyawan untuk kegiatan penunasan adalah 6

24

ha/HK/rotasi dimana rotasi untuk kegiatan penunasan adalah 3 rotasi/tahun. Tugas pengawasan dilakukan oleh mandor panen dengan melakukan kegiatan pengecekan mutu hanca tiap harinya. Pembayaran dilakukan setiap bulannya dengan upah sebesar Rp 500/pokok, pembayaran tidak dilakukan apabila basis standar areal yang ditunas belum selesai dikerjakan. Penulis tidak secara khusus melakukan kegiatan ini karena sifat pekerjaan ini yang berkelanjutan namun penulis melakukan kegiatan penunasan bersamaan dengan kegiatan panen tanpa mendapat prestasi penunasan. Perawatan Jalan dan Titi Panen Pada saat kegiatan magang, penulis mengikuti pekerjaan perawatan /pemeliharaan ringan jalan dan pengerasan jalan pada tempat-tempat tertentu dengan cara manual sedangkan untuk kegiatan pemeliharaan dengan mekanis penulis belum berkesempatan melakukannya karena tidak adanya kegiatan tersebut pada saat penulis melakukan magang di Kebun Pantai Bunati. Adapun urutan kerja pemeliharaan jalan secara manual adalah mengalirkan terlebih dahulu air yang menggenang pada jalan ke arah parit dengan menggunakan cangkul lalu apabila air sudah mengering maka pada lubang jalan diletakkan batu-batu besar sebagai pondasi awal yang kemudian akan ditimbun oleh batu-batu yang berukuran lebih kecil. Penulis tidak memiliki prestasi kerja yang nyata karena pada saat kegiatan perawatan penulis bertugas sebagai pendamping mandor perawatan. Pemeliharaan titi panen juga menjadi hal yang sangat penting dalam kegiatan pemeliharaan kebun. Hal ini disebabkan fungsi titi panen itu sendiri yang langsung bersentuhan dengan pekerja karena sifatnya yang berada di dalam blok kebun. Pada kebun Pantai Bunati dilihat dari jenis bahan material penyusunnya konstruksi titi panen dapat dibedakan menjadi titi panen kayu ulin dan titi panen beton bertulang Untuk titi panen kebijakan yang dikeluarkan oleh perusahaan mengenai ketersediaannya adalah 3 : 1 dimana pengertiannya adalah satu titi panen untuk tiga pasar rintis. Untuk kemudahan melewatinya berdasarkan pengamatan penulis titi panen beton lebih mudah untuk dilewati karena tidak licin dan memiliki permukaan yang lebih lebar dibandingkan titi panen ulin. Untuk titi panen kayu ulin apabila

25

orang yang belum terbiasa melewatinya maka akan sedikit mengalami kesulitan bila sedang membawa angkong. Untuk kegiatan pemeliharaan titi panen, kegiatan yang dilakukan adalah penambahan titi panen dan penggantian titi panen yang mengalami kerusakan. Tidak ada prestasi yang jelas untuk kegiatan pemeliharaan titi panen tetapi hanya berdasarkan jam kerja.

Sensus Produksi Sensus produksi merupakan kegiatan pendataan pada tanaman kelapa sawit dengan cara menghitung mulai dari bunga cengkih sampai buah yang akan matang dalam jangka waktu 1-5 bulan ke depan sebagai dasar untuk perhitungan produksi satu semester ke depan. Penyususunan target produksi TBS didasarkan pada sensus buah yang dilakukan setiap semester. Penulis melakukan kegiatan sensus produksi tidak bersamaan dengan kegiatan sensus produksi kebun. Hal ini disebabkan waktu pelaksanaan sensus semester I pada kebun Pantai Bunati adalah pada bulan Desember hingga Januari dan semester II dilaksanakan Juni hingga Juli. Penulis tidak berkesempatan melakukan kegiatan sensus produksi secara keseluruhan disebabkan penulis mengakhiri kegiatan magangnya pada tanggal 7 Juni 2008 sedangkan kegiatan sensus produksi pada Kebun Pantai Bunati dilaksanakan pada tanggal 16 Juni 2008. Oleh karena itu, penulis hanya melakukan kegiatan percobaan tanpa mendapatkan prestasi nyata. Tenaga kerja yang digunakan oleh Kebun Pantai Bunati untuk kegiatan sensus produksi adalah mantri hama penyakit dibantu mantri sensus/tanaman dan tiga orang petugas sensus disetiap divisi (minimal dua tim/divisi), adapun tenaga kerja yang diambil adalah dari tim semprot gawangan. Prestasi kerja sensus produksi adalah 1015 ha/HK. Tenaga kerja harus terlatih dan tidak diganti-ganti sehingga terbentuk tim ahli dan profesional. Cara pelaksanaan sensus adalah : Baris pertama yang dimasuki adalah baris nomor 3 dari arah barat selatan Menentukan jumlah pohonnya antar barisan jaraknya 5 baris, dan dalam barisan berselang 5 pohon. Sensus dilakukan pada blok N 23 dimulai dari titik sensus (TS) no. 1.

26

Penghitungan janjang dilakukan terhadap TS dan PS no. 1 6, sehingga ada 7 pokok yang disensus. Kayu kait disangkutkan pada salah satu janjang (sebagai tanda awal penghitungan) dan selanjutnya penulis menghitung semua janjang yang ada pada pokok tersebut.

Janjang yang dihitung adalah mulai dari bunga betina yang sudah dibuahi/anthesis (bunga cengkih) yang diperkirakan siap dipanen 5-6 bulan berikutnya.

Janjang yang diperkirakan akan dipanen pada bulan desember (untuk sensus produksi semester I) dan atau bulan Juni (untuk sensus produksi semester II) tidak dihitung.

Setiap selesai menghitung janjang tiap-tiap pokok sensus, maka penulis menuliskannya pada batang pokok sawit Penulisan dengan menggunakan paku atau cat minyak (warna putih) dengan arah menghadap pasar rintis. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan sewaktu-waktu dilakukan cross check oleh Asisten/Manager.

Pada saat kegiatan magang penulis melakukan perbandingan antara produktivitas kebun pantai bunati dengan standar Pusat Penelitian Kelapa Sawit untuk varietas Marihat dimana didapatkan hasil perbandingan yaitu produktivitas dari kebun Pantai Bunati belum mencapai standar Pusat Penelitian Kelapa sawit, hal ini dapat disebabkan lahan dari Kebun Pantai Bunati itu sendiri yang merupakan areal berpasir sehingga menyebabkan terjadinya defisiensi hara yang menyebabkan berkurangnya potensi produksi kebun. Selain itu belum tercapainya standar marihat itu dapat juga disebabkan kesalahan dari pekerja yang ditugaskan untuk melakukan pengamatan yaitu kurangnya ketelitian pekerja pada saat mengamati buah matang. Adapun produktivitas dari Kebun Pantai Bunati selama 7 tahun terakhir disajikan pada Tabel 1.

27

Tabel 1. Perkembangan Produktivitas TBS periode 2002 2008 Tahun Tanam 1996 1997 1998 Total Luas (ha) 254 572 1 693 2 675 Produktivitas TBS (ton/ha/tahun) 2003 2004 2005 2006 2007 12.2 7.7 5.1 6.4 19.1 16.1 11.2 13.1 24.5 18.8 15.7 17.3 25.5 23.0 20.0 21.2 24.72 22.52 20.66 21.5

2002 14.5 9.9 4.0 6.4

2008* 20.7 22.0 19.5 20.2

Sumber : Data Kantor Besar Kebun Pantai Bunati

Note*: Produksi sampai dengan bulan April

Dari data pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa telah terjadi kenaikan pada produktivitas Kebun Pantai Bunati. Pertambahan umur dan pemberian pupuk organik janjang kosong secara berkelanjutan membuat produktivitas TBS pada Kebun Pantai Bunati meningkat. Pemberian mulsa janjang kosong pada tahun 2003 menghasilkan produktivitas yang tinggi pada Kebun Pantai Bunati di tahun 2004.

Panen Panen merupakan salah satu kegiatan yang penting pada pengelolaan tanaman kelapa sawit menghasilkan. Selain bahan tanaman dan pemeliharaan tanaman, panen juga salah satu faktor penting dalam menentukan produksi. Keberhasilan panen akan menunjang pencapaian produktivitas tanaman. Sebaliknya kegagalan panen akan menghambat pencapaian produktivitas tanaman kelapa sawit. Pengelolaan tanaman yang baik dan potensi produksi yang tinggi tidak akan ada artinya jika panen tidak dilaksanakan secara optimal. Panen adalah pemotongan tandan dari pohon hingga pengangkutan ke pabrik. Urutan kegiatan panen adalah pemotongan tandan buah matang panen, pengutipan brondolan, pemotongan pelepah, pengangkutan hasil ke TPH, dan pengangkutan hasil ke pabrik. Keberhasilan panen dan produksi sangat bergantung pada bahan tanam yang digunakan, tenaga pemanen, ketrampilan pemanen, sistem panen yang digunakan, peralatan panen yang digunakan, kelancaraan sarana transportasi serta

28

faktor pendukung lainnya seperti organisasi panen yang baik, keadaan areal dan insentif yang diberikan. Persiapan panen. Persiapan panen merupakan penyiapan areal yang akan dipanen. Persiapan panen yang baik akan memperlancar pelaksanaan panen, kegiatan persiapan panen yang dilakukan pada Kebun Pantai Bunati (seluruh tanaman kelapa sawit pada Kebun Pantai Bunati merupakan tanaman menghasilkan) meliputi: penentuan kebutuhan tenaga kerja, penetapan seksi potong buah, penetapan luas hanca kerja pemanen, penetapan luas hanca permandoran, peralatan panen (dodos, angkong, gancu, egrek, gantolan brondolan, dan kampak), transportasi untuk pengangkutan TBS dari TPH ke pabrik, kemudian sarana panen (pasar rintis, piringan, dan gawangan tanaman, pemasangan titi panen, pemeliharaan jalan, pemeliharaan TPH, dan pembuatan markah blok). Kriteria matang panen. Kriteria matang panen adalah parameter yang digunakan oleh perusahaan dalam menentukan buah sudah layak panen atau belum. Parameter yang digunakan oleh Kebun Pantai Bunati untuk menentukan apakah buah sudah layak panen atau belum adalah lima brondolan lepas jatuh di piringan. Brondolan lepas tersebut adalah brondolan yang lepas secara normal, bukan brondolan yang lepas karena serangan tikus atau brondolan yang lepas karena serangan penyakit. Kriteria matang panen berhubungan dengan kadar kandungan minyak dan kandungan asam lemak bebas (ALB) dalam daging buah. Sistem hanca panen. Luas areal yang akan dipanen dalam satu hari disebut dengan hanca panen. Sistem hanca panen terdiri dari tiga jenis yaitu : Sistem hanca giring murni, yaitu sistem yang menempatkan pemanen di semua kemandoran dengan cara digiring dari satu hanca ke hanca selanjutnya. Oleh karena itu, dibutuhkan supervisi yang aktif dalam penghancaan dan pengawasan kerja karyawan, karena sistem ini memungkinkan seorang pemanen tidak punya rasa tanggung jawab terhadap hancanya dan butuh waktu yang lebih lama untuk pindah hanca. Sistem ini biasanya dipakai pada areal-areal yang baru melakukan panen.

29

Sistem hanca giring tetap, yaitu menempatkan pemanen dengan cara digiring dari satu hanca ke hanca selanjutnya dalam seksi panen yang telah ditetapkan pada hari itu. Bedanya dengan sistem hanca giring murni adalah bahwa sistem ini memiliki hanca tetap pada mandornya.

Sistem hanca tetap, yaitu sistem yang menempatkan pemanen pada suatu daerah yang sudah ditentukan (hanca tetap), tidak boleh pemanen lain memasukinya kecuali sepengetahuan mandor. Dengan sistem ini rasa tanggung jawab pemanen akan lebih tinggi dan mandor akan lebih mudah melakukan pengawasan terhadap hasil kerja anak buahnya. Walaupun mungkin kurang adil, karena bisa saja seorang pemanen akan selalu memperoleh hanca yang bagus terus atau jelek terus. Biasanya sistem ini akan memungkinkan mandor malas/kurang aktif. Alat dan perlengkapan panen. Alat yang digunakan dalam kegiatan panen di

Kebun Pantai Bunati adalah alat panen yang digunakan untuk tanaman kelapa sawit yang sudah berumur > 7 tahun, yaitu dodos besar, egrek, galah panen, kapak, ganco, karung dan angkong. Dodos besar dan egrek digunakan karena tanaman kelapa sawit pada kebun Pantai Bunati telah berumur 10-12 tahun, sehingga apabila digunakan dodos kecil akan menyulitkan pemanen untuk memanen karena tidak sampainya dodos untuk memotong pelepah. galah panen adalah gagang pisau egrek yang dibuat dari alumunium sedangkan ganco digunakan untuk meletakkan buah yang telah dipanen ke dalam angkong yang selanjutnya akan dibawa ke TPH menggungakan angkong tersebut. Karung digunakan oleh pengutip brondolan untuk menampung brondolan yang telah dikutip sebelum ditumpahkan ke dalam angkong. Penggunaan karung sebagai penampung brondolan memudahkan pengutip brondolan agar tidak perlu bolak-balik menaruh brondolan. Daftar alat yang digunakan oleh Kebun Pantai Bunati untuk melakukan kegiatan panen dapat dilihat pada Tabel 2

30

Tabel 2. Peralatan panen Kebun Pantai Bunati


No Nama Alat Spesifikasi Lebar mata 14 cm, lebar tengah 12 cm, tebal tengah 0.5 cm, tebal pangkal 0.7 cm, diameter gagang 4.5 cm, panjang total 18 cm Berat 0.5 kg, panjang pangkal 20 cm, panjang pisau 45 cm, sudut lengkung dihitung pada sumbu 135 Penggunaan/pemakaian Potong buah tanaman umur 5-8 tahun

Dodos besar

Potong buah tanaman umur > 9 tahun

Pisau egrek

3 4 5 6 7 8

Goni Angkong Tali nilon Batu asah galah panen Ganco Aluminium ukuran 6 m dan 12 m Besi beton 3/8, panjang sesuai kebiasaan setempat 5 cm, pilin 3, 1 kg=43 m=5 egrek

Wadah transport TBS ke TPH, memuat brondolan ke alat transport Wadah transport TBS ke TPH Pengikat pisau egrek Pengasah dodos dan egrek Galah pisau egrek Memuat/membongkar TBS ke/dari alat transport

Sumber : PT. Sajang Heulang, 2006

Rotasi panen. Rotasi panen adalah selang waktu antara panen yang satu dengan panen berikutnya pada satu hanca panen. Rotasi panen erat hubungannya dengan kerapatan panen, kapasitas pemanen,dan keadaan pabrik. Oleh karena itu, rotasi panen dalam realitanya dapat berubah-ubah tergantung kondisi di lapangan. Rotasi panen merupakan faktor pembatas bagi kebun Pantai Bunati dalam menentukan produksi TBS, kualitas/mutu buah, mutu transport, pengolahan TBS di PKS, dan biaya eksploitasi. Pada kebun Pantai Bunati panen rendah akan menyebabkan rotasi berubah menjadi 7-9 hari dan pada panen puncak bisa mencapai 9-12 hari. Angka kerapatan panen. Kerapatan panen adalah jumlah pokok yang akan dipanen dalam satu blok tertentu dalam satu hari. Tujuan kegiatan ini adalah untuk mengetahui jumlah tenaga pemanen yang dibutuhkan untuk menyelesaikan panen

31

pada luasan tertentu. Sistem perhitungan kerapatan panen yang digunakan adalah Sistem perhitungan kerapatan panen yang digunakan yaitu dengan mengamati seluruh pokok yang berada pada baris yang diamati dengan jarak antar baris yang diamati adalah 10 baris. Hal ini bertujuan agar didapatkan persentase pengamatan masingmasing blok pengamatan sebesar 15 %. Kebutuhan tenaga kerja pemanen per divisi. Pada kebun Pantai Bunati yang menggunakan sistem panen Block Harvesting System (BHS) dimana pada sistem ini tenaga kerja yang digunakan bersifat tetap. Oleh karena itu, kebutuhan tenaga kerja pada Kebun Pantai Bunati tidak membutuhkan angka kerapatan panen sebagai dasar penentuan kebutuhan tenaga kerja dan ditetapkan pada masa peralihan TBM ke TM sebagai salah satu syarat penentuan luas hanca pemanen. Untuk menghitung kebutuhan tenaga kerja digunakan rumus : TKP = Luas rata-rata panen per seksi x Ton/Ha/Rotasi x 1000 Output panen yang diinginkan (Kg/HK) Kebun Pantai Bunati menggunakan sistem BHS Division of labour (Dol) 2 yang berarti memisahkan tugas antara pemanen dengan pengutip brondolan maka total tenaga kerja pemanen yang dibutuhkan dibagi dua karena perbandingan antara tenaga kerja panen dan pengutip brondolan adalah 1 : 1. Basis dan premi panen. Pada Kebun Pantai Bunati terdapat tiga jenis basis yang harus dipenuhi oleh tenaga kerja panen, yaitu basis luas, basis waktu, dan basis borong. Basis borong adalah jumlah tandan yang harus dipanen sebagai dasar untuk menghitung kelebihan tandan sebagai premi. Jumlah basis borong ditetapkan dengan pertimbangan rata-rata kemampuan/output (janjang/HK) selama jam dinas (7 jam/hari kerja biasa dan 5 jam/hari untuk hari jumat), umur tanaman, bobot janjang rata-rata (BJR), homogenitas tanaman, persentasi populasi pokok produktif dan distribusinya di lapangan. Total output (kg/HK) dan biaya panen (Rp/kg) upah dan premi panen dalam anggaran/budget pada tahun berjalan. Basis luas adalah hanca panen yang harus diselesaikan oleh pemanen dalam satu hari kerja walaupun basis borong telah didapatkan, hal ini dilakukan agar hanca panen tidak terpotong-potong sehingga

32

tujuan dari sistem BHS dapat tercapai. Basis waktu adalah jumlah jam yang harus ditepati pemanen dalam melakukan pekerjaannya, yaitu 7 jam pada hari normal dan 5 jam pada hari jumat. Untuk basis luas karyawan tidak dikenakan sanksi apabila basis hanca yang ditetapkan tidak dapat dipenuhi pada saat panen puncak karena hal ini berhubungan dengan kemampuan karyawan dalam hal ini tenaga yang dibutuhkan apabila buah sedang banyak dan basis waktu yang ditetapkan telah dipenuhi. Selain basis borong, pada pekerjaan panen terdapat pula premi panen, tujuan pemberian premi panen adalah memberikan penghargaan kepada pekerja apabila hasil kerjanya di atas standar yang ditentukan (basis borong), selain itu merangsang pekerja untuk berupaya mencapai output yang telah ditetapkan, tetapi tidak dengan biaya yang lebih tinggi dari biaya standar jam dinas, serta memupuk rasa tanggung jawab pekerja terhadap tugasnya.

33

Aspek Manajerial

Pendampingan Mandor Karyawan pada Kebun Pantai Bunati terbagi menjadi dua, yaitu karyawan staf dan karyawan non-staf. Karyawan tingkat non staf terdiri dari supervisi, krani kebun yang dibantu oleh krani divisi dan krani buah sedangkan karyawan tingkat staf adalah asisten kebun (asisten kepala), asisten divisi, dan asisten kantor (kepala administrasi). Tugas dan tanggungjawab staf dan mandor dimulai dari lingkaran pagi pukul 05.30 yang dilakukan setiap hari kerja dimana asisten memberikan pengarahan kepada seluruh mandor di divisinya mengenai pekerjaan yang akan dilakukan, setelah lingkaran pagi masing-masing mandor memberikan pengarahan mengenai pekerjaan dan penetapan hanca yang akan dikerjakan pada hari itu ke masing-masing karyawan bawahannya. Lingkaran pagi dilakukan oleh asisten divisi, mandor, krani transport, dan krani panen. Pekerjaan di mulai pukul 06.3014.00 WITA dengan istirahat selama 30 menit antara pukul 12.00-12.30 Pekerjaan yang telah dilakukan penulis selama satu bulan menjadi pendamping mandor di kebun Pantai Bunati adalah mengawasi kualitas buah (krani panen), panen, perawatan jalan, krani divisi, pengendalian gulma (semprot piringan kimiawi, semprot gawangan kimiawi, dan pengendalian gulma manual), serta mengawasi pengaplikasian pupuk organik dan an-organik (janjang kosong). Target umum yang dibebankan kepada setiap mandor oleh perusahaan adalah absensi karyawan > 76 %, jam kerja efektif karyawan 7 jam, dan memberi laporan pertanggung jawaban yang lengkap kepada mandor I dan asisten divisi. Pengawasan kualitas buah (krani panen). Pengawasan kualitas buah dilakukan pada minggu pertama selama kegiatan menjadi pendamping mandor. Tugas dan tanggung jawab krani buah adalah mengikuti lingkaran pagi dengan Asisten dan mandor-I, memeriksa mutu buah & brondolan, menghitung jumlah janjang dan brondolan yang telah di antrikan di TPH dan mencatatnya sebelum diangkut oleh angkutan buah. Membuat/mengisi notes potong buah, laporan kutip brondolan & laporan penerimaan buah yang diserahkan kepada kantor divisi dan

34

kantor besar kebun. Penulis menjadi krani buah di divisi I, kemandoran I, dengan jumlah tenaga panen adalah 14 orang. Pengendalian gulma. Kegiatan pengendalian gulma yang diawasi penulis terdiri dari pengendalian gulma gawangan, pengendalian gulma piringan, TPH, dan pasar rintis. Kegiatan ini dilakukan pada minggu keempat selama penulis menjadi pendamping mandor. Mandor semprot memberikan pengarahan kepada tenaga kerja mengenai pelaksanaan teknis penyemprotan, blok mana yang harus disemprot, dan kekurangan-kekurangan yang terjadi pada hari sebelumnya. Mandor semprot mempunyai tanggung jawab untuk mencapai target yang telah di berikan kepadanya, yaitu pemeliharaan alat, pusingan tepat jadwal, gulma sasaran mati >80 %, dan selektivitas penyemprotan terjaga. Jumlah karyawan yang diawasi penulis pada saat menjadi pengawas pengendalian gulma di gawangan adalah 12 orang, dengan prestasi kerja yang harus didapat 1.5 HK/ha/rotasi. Perawatan jalan. Kegiatan perawatan jalan yang diawasi penulis dilakukan pada minggu keempat selama penulis menjadi pendamping mandor. Mandor perawatan memberikan pengarahan kepada tenaga kerja mengenai jalan mana yang harus diperbaiki dan kekurangan-kekurangan yang terjadi pada hari sebelumnya. Mandor perawatan jalan dan jembatan memiliki tugas utama yaitu memelihara jalan dan jembatan agar dapat dilalui. Jumlah karyawan yang diawasi penulis pada saat menjadi pengawas perawatan jalan adalah enam orang. Tenaga kerja yang digunakan pada kegiatan rawat jalan adalah pekerja laki-laki yang sudah tidak bisa melakukan kegiatan berat seperti panen, baik disebabkan oleh umur maupun kesehatan. Pemupukan. Mandor pupuk memberikan pengarahan kepada tenaga kerja mengenai pelaksanaan teknis pemupukan, blok mana yang harus pupuk, dan kekurangan-kekurangan yang terjadi pada hari sebelumnya. Mandor pupuk mempunyai tanggung jawab untuk mencapai target yang telah di berikan kepadanya, yaitu pupuk teraplikasi semua sesuai rekomendasi pemupukan yang telah diberikan, pupuk menggumpal tidak ada, susunan until mudah dihitung, dan

35

karung pupuk tersusun rapih. Jumlah karyawan yang diawasi penulis pada saat menjadi pengawas pemupukan adalah 21 orang. Aplikasi janjang kosong. Kegiatan pengawasan kegiatan pemupukan janjang kosong dilakukan penulis pada minggu keempat selama penulis menjadi pendamping mandor. Mandor aplikasi janjang kosong memberikan pengarahan kepada tenaga kerja mengenai pelaksanaan teknis pengaplikasian, blok mana yang akan diaplikasikan, dan kekurangan-kekurangan yang terjadi pada hari sebelumnya. Mandor janjang kosong mempunyai tanggung jawab untuk mencapai target yang telah di berikan kepadanya, program aplikasi janjang kosong yang direncanakan selesai akhir tahun, output aplikasi janjang kosong > 3 500 kg/HK. Pada saat kegiatan pengawasan jumlah karyawan yang diawasi penulis adalah 8 orang. Panen. Panen merupan bagian yang langsung berkaitan dengan produksi. Oleh karena itu, kegiatan pengawasan panen merupakan bagian yang sangat penting untuk dilakukan karena panen merupakan sumber pemasukan uang untuk membiayai seluruh kegiatan operasional kebun. Pengawasan panen dilakukan dari tingkat mandor sampai manajer yang bersifat kontrol, baik kualitas pekerjaan panen maupun kualitas hasil panen. Adapun target yang diberikan perusahaan kepada mandor panen adalah agar persentase pusingan < 9 hari mencapai 100 %, satu seksi selesai 100 %, brondolan tinggal < 2 brondolan/janjang, buah agak matang < 10 %, kematangan > 90 %, lebih tunasan 0 %, songgoh tunasan > 3 didendakan, dan susunan pelepah disusun di gawangan mati dan berbentuk huruf U. Pengawasan dilakukan pada minggu pertama dan kedua selama kegiatan menjadi pendamping mandor. Tugas dan tanggung jawab utama dari mandor panen adalah menjaga pusingan panen tetap normal, memastikan hanca panen selesai, menjaga kualitas mutu hanca, buah, dan tunasan dan memonitor absensi karyawan. Penulis menjadi pengawas panen (mandor panen) di divisi I,

kemandoran I, dengan jumlah tenaga panen adalah 14 orang.

36

Krani divisi. Tugas dan tanggung jawab krani divisi adalah membuat laporan harian, mingguan dan bulanan dalam divisinya, membuat permintaan bahan/material yang dibutuhkan di lapangan setiap hari dalam divisinya, membuat daftar hadir karyawan, mencatat seluruh kegiatan harian perawatan dan produksi, membuat dan merekap data produksi harian serta bertanggung jawab kepada krani estate, mandor I dan asisten

Pendampingan Asisten Manajemen tingkat staf terdiri dari manajer kebun dan asisiten yang dibantu oleh unsur pendukung lainnya. Tugas dan tanggung jawab asisten divisi adalah mengelola kegiatan divisi untuk mencapai target produksi divisi dan mengelola seluruh kegiatan divisi. Asisten divisi juga bertugas melaksanakan adminsitrasi divisi dengan tertib, pembinaan sumber daya manusia yang ada di divisi, pengendalian biaya yang telah disetujui manajer, dan berwenang untuk memberi persetujuan atas buku mandor serta bertanggung jawab terhadap manajer kebun secara langsung. Asisten Kebun juga bertanggung jawab secara penuh terhadap kondisi kebun selama 24 jam, yang meliputi semua pekerjaan yang ada di divisi maupun dalam lingkungan kemasyarakatan. Selama menjadi pendamping asisten, penulis melakukan pengawasan terhadap semua pekerjaan yang ada di Divisi I, secara keseluruhan baik terhadap pekerja maupun mandor. Penulis ikut mengontrol semua pekerjaan bersamaan dengan Asisten Divisi ke setiap blok yang ada pekerjaan. Dalam hal ini asisten melihat kualitas pekerjaan tersebut agar sesuai dengan pedoman kerja. Untuk kegiatan panen, asisten akan menyediakan waktu yang lama dalam pengontrolan agar pekerjaan tersebut dilakukan dengan baik dan benar.

37

PEMBAHASAN Persiapan Panen Persiapan panen merupakan penyiapan areal yang akan dipanen. Persiapan panen yang baik akan memperlancar pelaksanaan panen, Kegiatan persiapan panen yang dilakukan pada Kebun Pantai Bunati (seluruh tanaman kelapa sawit pada Kebun Pantai Bunati sudah menghasilkan) meliputi: kebutuhan tenaga kerja, penetapan seksi potong buah, penetapan luas hanca kerja pemanen, penetapan luas hanca permandoran, peralatan panen (dodos, angkong, gancu, egrek, gantolan brondolan, dan kampak), transportasi untuk pengangkutan tandan buah segar (TBS) dari tempat pengumpulan hasil (TPH) ke pabrik kelapa sawit (PKS), kemudian sarana panen (pasar rintis, piringan, dan gawangan tanaman, pemasangan titi panen, pemeliharaan jalan, pemeliharaan TPH, dan pembuatan markah blok).

Seksi Panen dan Rotasi Panen Seksi panen. Areal panen yang harus diselesaikan dalam satu hari panen disebut seksi panen. Dalam penetapannya, seksi panen harus dilihat sebagai suatu bentuk pengelompokan blok-blok area TM dengan fungsi utama sebagai kerangka area kerja yang harus bisa diselesaikan dalam satu hari panen, sehingga aspek kemampuan penyelesaian menjadi hal terpenting dalam penetapan seksi panen. Seksi panen harus dapat mempermudah pindah hanca pemanen dari satu blok ke satu blok yang lain, mempermudah kontrol asisten, mandor I dan mandor panen, transport buah lebih efisien dan output pemanen lebih tinggi.

Contoh perhitungan : Divisi I Kebun Pantai Bunati dengan luas area TM 987 ha, dengan estimasi produksi 25.0 ton/ha/tahun, maka untuk pembagian areal tersebut dalam enam seksi dapat dihitung sebagai berikut :

Penetapan luas area produksi per seksi per rotasi panen (ha/seksi/rotasi) Luas rata-rata per seksi : 987 ha / 6 seksi panen Luas rata-rata per 5 jam kerja: 5/7 x 164.5 ha = 164.5 ha = 117.5 ha

38

Koefisien penambah luas area : (164.5 ha - 117.5 ha) / 6 seksi = 7.83 ha Luas rata-rata seksi panen hari biasa (7 jam kerja) : 164.5 ha + 7.83 ha = 172.33 ha Luas rata-rata seksi panen hari jumat (5 jam kerja) : 117.5 ha + 7.83 ha = 125.33 ha

Penetapan rencana produksi per seksi per rotasi panen (ton/ha/seksi/rotasi) Produksi rata-rata per rotasi panen : 25.0 ton / ha = 0.48 ton TBS/ha/rotasi 52 rotasi / tahun Estimasi produksi rata-rata per seksi panen : Hari biasa (7 jam kerja) = 82.72 ton Hari biasa (5 jam kerja) = 0.48 ton TBS/ha x 125.33 ha = 0.48 ton TBS/ha x 172.33 ha

= 60.16 ton (atau 72 % dari hari biasa). Berdasarkan hasil perhitungan luas areal panen dilakukan perbandingan dengan luas areal aktual dengan tujuan untuk mengetahui perbedaan antara luas areal yang ditetapkan tanpa mempertimbangkan faktor lain dengan luas areal aktual yang mempertimbangkan faktor lain. Perbandingan antara luas areal perhitungan dengan luas areal aktual dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Perbandingan luas areal perhitungan dengan luas areal aktual


Seksi X Y A 172.33 ha 184 ha B 172.33 ha 162 ha C 172.33 ha 180 ha D 172.33 ha 179 ha E 125.33 ha 140 ha F 172.33 ha 142 ha Total 987 ha 987 ha

Sumber : Kantor besar Kebun Pantai Bunati X = Luas area yang ditetapkan tanpa mempertimbangkan faktor lain (ha) Y = Luas area aktual (dengan mempertimbangkan faktor lain) (ha)

Perbedaan luas area pada masing-masing seksi pada keadaan aktual dibandingkan dengan luas seksi berdasarkan perhitungan disebabkan oleh adanya faktor-faktor lain yang harus dipertimbangkan Kebun Pantai Bunati untuk penetapan luas hancanya. Faktor-faktor tersebut antara lain kondisi topografi dan posisi blok terhadap blok yang lain. Oleh karena itu, keselarasan antara luas area

39

dan estimasi produksi dalam setiap seksi harus direncanakan sebaik mungkin, mengingat dalam pelaksanaan Block Harvesting System (BHS) menggunakan metode hanca giring tetap sehingga jumlah tenaga kerja relatif tetap. Peta seksi panen pada Kebun Pantai Bunati dapat dilihat pada Gambar Lampiran 3. Rotasi panen. Lama waktu antara panen berikutnya dalam satu seksi panen yang sama disebut dengan rotasi panen. Rotasi panen yang digunakan di Kebun Pantai Bunati Divisi I yaitu 6/7 yang berarti ada 6 seksi panen dan dipanen lagi pada kapel yang sama setelah 7 hari. Pada saat kondisi buah rendah rotasi panen dapat mencapai < 9 hari sedangkan pada saat kondisi buah tinggi rotasi panen dapat mencapai > 12 hari. Hal ini dapat mengakibatkan penurunan kualitas dan kuantitas buah. Menurut Pahan (2006) aspek atau faktor paling menentukan dalam pekerjaan potong buah untuk mendapatkan hasil (MKS + IKS) yang berkualitas dan berkuantitas tinggi adalah pusingan potong buah. Pusingan potong buah sangat erat hubungannya dengan kualitas buah atau lebih tepatnya saling mempengaruhi dengan mekanisme kerja sebagai berikut : Meningkatnya buah mentah yang dipotong akan cenderung mempercepat pemanen mencapai keadaan basis borong dan mempercepat pusingan potong buah. Buah masak yang seharusnya dipanen pada hari itu menjadi tertinggal di pokok. Buah masak yang tertinggal di pokok akan terus membrondol. Pada pusingan berikutnya, buah tersebut akan lewat masak, bahkan sebagian telah membusuk sehingga menjadi buah busuk. Persentase brondolan yang meningkat mengakibatkan penurunan output potong buah karena pemanen akan menghabiskan banyak waktunya untuk mengutip brondolan sehingga menyebabkan pemanen tidak mencapai basis borongnya sehingga pusingan akan terus terlambat. Sebaliknya, pusingan potong buah yang terlambat juga dapat merangsang tukang potong untuk memotong buah untuk mencapai basis borongnya hal ini dapat menyebabkan penurunan ekstraksi minyak dan mengurangi produktivitas dari kebun karena buah yang seharusnya matang telah dipanen terlebih dahulu.

40

Keadaan dimana pemanen waktunya banyak tersisih untuk mengutip brondolan tidak terjadi di Kebun Pantai Bunati karena Kebun Pantai Bunati menggunakan sistem BHS Dol 2 dimana tenaga pemanen dibagi dua yaitu pemanen dan pengutip brondolan. Pusingan yang tinggi tidak diperkenankan terjadi di Kebun Pantai Bunati karena akan membuat tingginya persentase buah tinggal, brondolan tidak dikutip, dan berbagai macam losses lainnya disebabkan kekurangtelitian pemanen dan pengutip brondolan dalam mengerjakan tugasnya. Kekurangtelitian tersebut disebabkan pemanen akan terburu-buru dalam menyelesaikan hancanya agar dapat mengejar pusingan yang tertinggal.

Penetapan Luas Hanca Pemanen Sebelum menentukan luas hanca pemanen terlebih dahulu ditentukan jumlah tenaga kerja pemanen dengan pertimbangan utama : Estimasi produksi (ton/ha) per seksi panen, per rotasi. Out-put panen (kg/HK) yang diinginkan. Hanca (ha/HK) optimum yang dapat diselesaikan oleh pemanen. Homogenitas tanaman. Kondisi topografi.

Perhitungan tenaga kerja pemanen per divisi dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Penetapan tenaga kerja panen Divisi I
Div. Tahun Tanam [1] 1996 I 1997 1998 Total Divisi I Luas (Ha) [2] 254 511 222 987 2.54 1 262.3 Produktivitas (ton/ha/rotasi) [3] Kapasitas pemanen (kg/HK) [4] Jumlah TK panen [5] 33 Hanca [6] 2.49

Sumber : Kantor besar Kebun Pantai Bunati

Perhitungan penetapan tenaga kerja panen menggunakan rumus : TK Panen = Luas rata-rata per seksi x Produktivitas (ton/ha/rotasi) x 1000 Kapasitas pemanen (kg/HK)

41

Kebun Pantai Bunati menggunakan sistem BHS Dol 2 dimana rasio tenaga kerja antara pemanen dan pengutip brondolan adalah 1 : 1. sebagai akibat dari alokasi tenaga kerja pengutip brondolan, maka output final panen adalah output pemanen dibagi dua (pemanen dan pengutip brondolan). Berdasarkan contoh perhitungan di Tabel 4, maka output final pemanen adalah : 1 262.3 = 631.15 kg/HK 2 Penetapan Luas Hanca Mandoran Penetapan luas hanca mandoran berfungsi sebagai kerangka kerja tetap untuk memfokuskan proses supervisi sehingga diharapkan : Timbulnya rasa tanggung jawab atas pemeliharaan mutu hanca dan siklus buah dalam jangka panjang Membangun budaya kompetisi yang sehat antar mandor panen secara sportif dan konstruktif Rasio tenaga mandor dan pekerja lebih efisien, sehingga supervisi dapat lebih merata Perhitungan kebutuhan mandor panen dapat dilakukan dengan membagi totoal tenaga kerja panen (pemanen dan pengutip brondolan) dengan ratio ideal pekerja dan mandor (1 : 20 TK). Berdasarkan contoh perhitungan di Tabel 4, maka kebutuhan mandor panen adalah : Tenaga Kerja (TK) pemanen Tenaga Kerja (TK) pembrondol Total Jumlah mandor yang diperlukan adalah : 66 TK = 3 Mandor 20 TK per mandor Pada Kebun Pantai Bunati TK panen yang digunakan adalah 41 orang sehingga terdapat ratio antara mandor dengan pekerja yaitu 1:14. Ratio ideal antara mandor dengan TK panen yang ditetapkan oleh perusahaan adalah 1:20, maka ratio TK di Kebun Pantai Bunati masih jauh dari ideal. Ratio yang tidak ideal dapat menyebabkan tingginya rotasi panen sehingga dapat menimbulkan kerugian produksi. Kurangnya tenaga panen pada Kebun Pantai Bunati disebabkan karena tidak adanya lagi tenaga kerja yang dapat dipekerjakan akibat = 33 = 33 = 66

42

kurangnya tenaga di daerah Pantai Bunati. Data luas hanca tetap mandor per seksi panen pada divisi I Kebun Pantai Bunati dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Luas hanca tetap mandor per seksi


Seksi A B C D E F Luas (ha) 184 162 180 179 140 142 987 Ha Jumlah mandor 3 3 3 3 3 3 3 Hanca tetap mandor (ha/HK Mandor) 61.3 54 60 59.67 46.67 47.3 54.83

Sumber : Kantor besar Kebun Pantai Bunati

Persiapan Teknis Lapangan Pemeliharaan TPH dilakukan Kebun Pantai Bunati dengan mengeluarkan kebijakan agar ratio TPH yang tersedia adalah 2 : 1 dimana pengertiannya adalah untuk setiap dua pasar rintis harus terdapat satu TPH. Tujuan dari pemeliharaan TPH adalah agar mempermudah pengumpulan buah dan muat buah ke alat transport dan mengurangi kontaminasi kotoran pada saat pengangkutan buah. Kegiatan pemeliharaan TPH yang dilakukan adalah melakukan

penimbunan areal TPH yang berpasir dengan menggunakan tanah merah, hal ini dimaksudkan untuk mengurangi kontaminasi pasir pada brondolan dan TBS. Adapun kegiatan pemeliharaan TPH lainnya dilakukan bersamaan dengan kegiatan semprot piringan. Pemeliharaan titi panen sangat penting dilakukan karena menjadi akses utama para karyawan yang bekerja langsung di lapangan, baik itu pekerja panen, pupuk, maupun semprot. Hal itu disebabkan titi panen merupakan faktor utama di Kebun Pantai Bunati mengingat di dalam blok kebun banyak terdapat sungaisungai kecil yang menghambat pekerja. Berdasarkan pengamatan penulis, titi panen beton lebih disukai oleh pekerja karena mempunyai ukuran yang lebih lebar bila dibandingkan dengan kayu ulin dan tidak licin apabila hujan sehingga dapat meminimalkan resiko terjadinya losses akibat angkong jatuh ke sungai. Bagi perusahaan titi panen beton juga lebih disukai karena sifatnya yang lebih tahan

43

lama dan dapat meminimalkan resiko akibat terjadinya pencurian yang biasanya terjadi pada titi panen ulin. Umur titi panen beton dapat mencapai 5-10 tahun. Ratio ketersediaan titi panen pada kebun Pantai Bunati sudah mencapai ratio 3 : 1 dan sedang mengarah ke ratio 2:1 yang berarti untuk setiap tiga pasar rintis terdapat satu titi panen dan sedang mnuju ke arah perbanyakan titi panen beton. Penggantian titi panen pada areal TM dilakukan jika titi panen telah rusak, sehingga tidak perlu dilakukan sensus seperti di areal TBM, adapun cara pengecekan adalah dengan menggunakan laporan mandor panen yang tugasnya mengawasi kerja dan berhubungan langsung dengan pemanen sehingga mandor paham betul akan kondisi blok yang diawasinya. Pemasangan titi panen dari kayu dilakukan dengan mengecer titi panen ke semua pasar rintis yang terdapat anak parit dengan menggunakan traktor. Pemasangan titi panen dilakukan secara manual menggunakan tenaga manusia dan alat sederhana berupa cangkul. Sedangkan pemasangan titi panen beton menggunakan traktor landini

Peralatan Panen Untuk memotong tandan buah dan mengangkutnya ke TPH diperlukan sarana pendukung yaitu peralatan panen. Seluruh alat panen memiliki peran penting dalam terjadinya suatu kegiatan panen yang baik. Menurut Pahan (2006), penggolongan alat kerja dibagi menjadi tiga bagian, yaitu alat memotong tandan buah segar (TBS), alat untuk bongkar muat TBS, dan alat untuk mengangkut TBS ke TPH. Pada Kebun Pantai Bunati alat-alat yang digunakan adalah alat memotong TBS (dodos besar, pisau egrek, bambu egrek, dan kampak), alat untuk bongkar muat TBS (gancu dan tojok), dan alat mengangkut TBS ke TPH (angkong dan goni eks-pupuk). Pada Kebun Pantai Bunati yang menggunakan sistem BHS maka pemanen dan pengutip brondolan memiliki tanggung jawab masing-masing untuk membawa alat panennya. Adapun permasalahan yang sering terjadi adalah karung bekas yang menjadi salah satu alat bagi pengutip brondolan untuk alas brondolan di TPH, tidak dimiliki oleh seluruh pembrondol sehingga kontaminasi yang terjadi akibat ketiadaan alas brondolan menjadi tinggi apalagi dengan kondisi areal di Kebun Pantai Bunati yang relatif berpasir.

44

Angka Kerapatan Panen (AKP) Menurut Fauzi, et al (2005) angka kerapatan panen adalah sejumlah angka yang menunjukkan tingkat kerapatan pohon matang panen di dalam suatu areal, baik itu pada sistem blok maupun sistem grup. Tujuan kegiatan ini adalah untuk mengetahui jumlah tenaga pemanen yang dibutuhkan untuk menyelesaikan panen pada luasan tertentu dan untuk memperkirakan berapa unit angkutan yang dibutuhkan untuk mengangkut hasil panen. Hasil taksasi ini juga digunakan oleh kebun sebagai laporan kepada pabrik pengolah kelapa sawit (PKS) sebagai acuan mandor grading di PKS untuk menentukan berapa unit angkutan yang harus digrading oleh PKS. Sistem perhitungan kerapatan panen yang digunakan yaitu dengan mengamati seluruh pokok yang berada pada baris yang diamati dengan jarak antar baris yang diamati adalah 10 baris. Hal ini bertujuan agar didapatkan persentase pengamatan masing-masing blok pengamatan sebesar 15 %. Ketika magang penulis melakukan kegiatan pengamatan kerapatan panen. Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah buah dan jumlah pokok tiap baris yang diamati. Hasil pengamatan kerapatan panen disajikan dalam Tabel 6 dan hasil rekapitulasi pengamatan angka kerapatan panen dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 6. Pengamatan angka kerapatan panen


Baris sampel 4-5 16-17 28-29 40-41 52-53 64-65 76-77 88-89 100-101 Total Blok N 20 A 24 15 14 6 14 11 15 13 9 121 B 66 68 67 61 62 61 65 64 68 582 A 16 13 21 16 18 12 23 14 13 146 Blok N 21 B 72 68 67 66 67 65 63 68 67 603 A 16 17 16 24 21 20 14 18 21 167 Blok Q 24 B 64 70 67 69 66 69 71 71 71 618 A 16 16 22 28 17 17 22 20 18 176 Blok Q 25 B 69 66 64 66 67 71 69 66 71 609

Sumber : Pengamatan data lapang 2008

A = Tandan matang di pokok sampel B = Pokok sampel

45

Tabel 7. Rekapitulasi pengamatan angka kerapatan panen


Blok N 20 N 21 Q 24 Q 25 Total pokok 4 034 4 197 4 067 3 934 Pokok sampel 582 603 618 609 Tandan matang di pokok sampel 121 146 167 176 Kerapatan panen (%) 20.79 24.21 27.02 28.89

Sumber : Pengamatan data lapang 2008

Hasil perbandingan antara angka kerapatan panen dengan hasil aktual yang dipanen pada blok pengamatan dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Perbandingan angka kerapatan panen pengamatan dengan aktual


Blok N 20 N 21 Q 24 Q 25 Angka kerapatan buah Pengamatan (%) 20.79 24.21 27.02 28.89 Aktual (%) 24.98 19.46 27.11 28.57

Sumber : Pengamatan data lapang 2008

Pada Tabel 8 terlihat bahwa angka kerapatan panen (AKP) dari masingmasing blok berbeda. Nilai AKP yang diperoleh berkisar antara 20 % - 30 %. Menurut Tobing (1992) perbedaan AKP suatu areal tanaman dipengaruhi oleh iklim, umur tanaman, dan lokasi. Perbedaan AKP dari blok-blok yang diamati pada Kebun Pantai Bunati diduga berasal dari perbedaan lokasi. Tobing (1992) menyatakan bahwa kisaran nilai AKP 25% - 100% menunjukkan produksi tinggi, sedangkan nilai AKP 15% - 20 % menunjukkan produksi sedang. Berdasarkan pernyataan tersebut maka produksi Kebun Pantai Bunati pada blok N 20 dan 21 serta Q 24 dan 25 dapat dinyatakan berproduksi tinggi. Hasil perkiraan produksi melalui perhitungan angka kerapatan panen dapat berbeda dengan produksi aktual di lapangan. Hal ini disebabkan oleh tingkat ketelitian saat pengamatan masih rendah atau adanya kesalahan dari pemanen itu sendiri baik adanya pemanenan tandan yang belum memenuhi kriteria matang panen atau adanya buah matang tertinggal di pokok.

46

Dari perbandingan pada Tabel 8 didapatkan selisih antara pengamatan dan aktual sebesar 0% - 4.75%. Perbedaan selisih sebesar 4.75% masih bisa diterima karena masih di bawah standar maksimum selisih yang tidak diperbolehkan yaitu sebesar 5%. Selisih tersebut dapat disebabkan tingkat ketelitian saat pengamatan masih rendah atau adanya kesalahan dari pemanen itu sendiri baik adanya pemanenan tandan yang belum memenuhi kriteria matang panen atau adanya buah matang tertinggal di pokok. Apabila kesalahan berasal dari ketidaktelitian pemanen maka dibutuhkan pengawasan yang lebih ketat terhadap kinerja karyawan. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya kerugian yang lebih besar di masa yang akan datang akibat kelalaian pekerja. Angka kerapatan panen digunakan untuk menghitung estimasi produksi pada blok yang diamati, sehingga dapat diketahui berapa jumlah unit truk pengangkut yang dibutuhkan untuk mengangkut hasil panen keesokan hari. Berikut adalah contoh perhitungan estimasi produksi : Estimasi = AKP x Jumlah pokok dalam blok x Bobot janjang rata-rata N 20 N 21 Q 24 Q 25 = 20.79 % x 4034 pokok x 14 kg = 11 741.36 kg = 24.21 % x 4197 pokok x 16 kg = 16 257.49 kg = 27.02 % x 4067 pokok x 14 kg = 15 384.65 kg = 28.89 % x 3934 pokok x 14 kg = 15 911.46 kg

Sistem Hanca Panen Luas areal yang akan dipanen dalam satu hari disebut dengan hanca panen. Pada Kebun Pantai Bunati sistem hanca panen yang digunakan adalah sistem hanca giring tetap. Kelebihan dari hanca giring tetap adalah distribusi buah masih mengumpul disebabkan panen dimulai dari jalan koleksi yang sama, tanggung jawab karyawan terhadap hanca tinggi, kesalahan yang dilakukan dapat dideteksi dengan mudah, dan penguasaan karyawan terhadap areal tinggi sehingga lebih mudah mencari solusi sendiri jika menemukan kesulitan kerja. Adapun kelemahannya adalah apabila terdapat pemanen yang sakit maka hanca yang dimilikinya menjadi terbengkalai karena masing-masing pemanen telah memiliki hancanya masing-masing,. Namun, kelemahan ini telah diantisipasi oleh Kebun Pantai Bunati dengan membentuk sistem BHS yang mengharuskan pemanen

47

memasuki lahan secara berbarengan sehingga keluar buah yang tidak seragam dapat diminimalisir serta membentuk kelompok kecil pemanen (KKP) yang didalamnya terdapat 3-5 orang pemanen yang hancanya berdekatan hal ini dimaksudkan agar apabila pemanen harus menyisir hanca milik temannya yang tidak masuk maka ia tidak perlu terlalu jauh berjalan. Pembentukan KKP ini dimaksudkan agar pemanen memiliki tanggung jawab bukan hanya terhadap hancanya namun juga terhadap hanca kelompoknya. Sistem ini memiliki kendala dimana dibutuhkan waktu lebih lama untuk menimbulkan rasa tanggung jawab pemanen terhadap hanca kelompoknya.

Pelaksanaan Panen Prinsip dasar dari kegiatan panen adalah memotong tandan matang, mengumpulkan TBS, dan mengangkut ke pabrik untuk seterusnya diolah menjadi minyak sawit berkualitas baik yaitu mendapatkan rendemen minyak yang tinggi dan asam lemak bebas (ALB) yang rendah serta memelihara kondisi tanaman tetap baik. Untuk mencapai sasaran kegiatan tersebut dan mengantisipasi kendala yang sering terjadi maka Kebun Pantai Bunati menggunakan sistem organisasi panen yang disebut Block Harvesting Sistem (BHS). Dalam pelaksanaan panen, Kebun Pantai Bunati menggunakan BHS Dol 2. adapun langkah-langkah kegiatan potong buah dengan sistem BHS meliputi: Tenaga panen setelah mengikuti kegiatan lingkaran pagi dengan mandor panen, maka segera memasuki hanca tetap masing-masing sesuai dengan batas hanca yang telah ditentukan. Tempat awal dan arah panen dari setiap tenaga pemanen pada masingmasing mandoran harus searah. Pelepah yang menjadi penyangga buah masak (tidak boleh sengkleh) dipotong kemudian susun pada gawangan mati, standar songgoh buah dijaga agar tidak over prunning atau sebaliknya. Kegiatan potong buah yang masih menggunakan dodos diusahakan agar semaksimal mungkin tidak memotong pelepah penyangga tandan buah yang akan dipotong atau harus dilakukan dengan cara mencuri buah.

48

Memotong buah yang telah masak, kemudian gagang panjang dipotong minimal 3 cm dari permukaan buah, lalu potongan gagang buah tersebut dibuang pada gawangan mati.

Selanjutnya pindah ke pokok berikutnya hingga pokok di pasar tengah, dan seterusnya pindah ke rintis berikutnya sampai rintis terakhir dalam hanca selesai.

Selesai pemotongan buah di pokok, maka semua tandan buah yang telah dipotong diangkut dan disusun di TPH secara teratur (kelipatan lima untuk setiap barisnya), kemudian dituliskan nomor pemanen dan jumlah tandan buah pada permukaan potongan salah satu tandan buah.

Bila hanca dalam blok pertama selesai, selanjutnya pindah pada blok berikutnya sampai hanca pada hari itu selesai semua. Kegiatan pengutipan brondolan hampir sama dengan urut-urutan kegiatan

potong buah, yaitu meliputi : Selesai mengikuti kegiatan lingkaran pagi bersama mandor panen, maka tenaga pembrondol memasuki hanca tetap masing-masing, setelah pemanen berada pada posisi 1/2 dari pasar tengah ( pokok ke 7 / 8). Selanjutnya pembrondol baru boleh melakukan pengutipan brondolan, waktu tunggu sebelumnya dapat dipergunakan oleh pekerja untuk mempersiapkan alas brondolan pada masing-masing TPH yang nantinya akan dipergunakan sebagai alas tumpukan brondolan. Pengutipan brondolan dilakukan dengan cara dikutip satu per satu dengan tangan dan dikumpulkan pada ember penampung sementara. Kegiatan ini tidak boleh digunakan alat garuk karena akan menimbulkan losses kotoran. Selanjutnya pindah ke pokok berikutnya dan seterusnya. Bila ember penampung sementara telah penuh, maka pindahkan brondolan tersebut pada angkong/karung goni yang telah disediakan sampai penuh lalu diletakkan di masing-masing TPH bersamaan dengan buah yang dupanen pada hari itu.

49

Sesampai di TPH brondolan ditakar dengan takaran yang telah ditentukan (biasanya takaran berkisar 7-8 kg/takaran) kemudian tuang di samping TPH yang telah diberi alas sebelumnya.

Bila hanca dalam blok pertama selesai, selanjutnya pindah pada blok berikutnya sampai hanca pada hari itu selesai. Pelaksanaan panen pada Kebun Pantai Bunati dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Pelaksanaan panen kebun Pantai Bunati

Adapun beberapa hal penting yang harus diperhatikan pada saat panen adalah : Pemanen harus teratur memeriksa secara teliti setiap pokok untuk melihat buah matang yang siap dipanen. Tidak ada buah mentah yang dipanen. Tidak ada buah matang yang tertinggal di pokok. Tidak ada buah matang yang tertinggal di piringan pokok/gawangan /pasar rintis. Tandan dan buah harus bersih. Tangkai buah harus pendek (minimal <5 cm dari pangkal buah). Tidak ada sisa potongan buah (buah matahari) yang tertinggal di pokok. Tidak ada pelepah sengkleh. Dalam pelaksanaan magang beberapa hal penting yang masih ditemui oleh penulis adalah masih adanya kesalahan pada pemanen diantaranya adalah pemanen kurang teliti dalam memotong buah sehingga masih ada sisa potongan buah (buah matahari) yang tertinggal di pokok dan kurang cermatnya pemanen dalam melihat buah masak sehingga masih didapatkan buah masak tinggal di pokok. Adapun kesalahan yang masih dapat ditemui pada pengutip brondolan adalah masih adanya brondolan tertinggal di piringan, pokok dan gawangan. Hal

50

ini dalam pelaksanaanya masih dapat dikontrol oleh mandor sehingga kesalahan yang dilakukan masih dapat diminimalisir. Pemanen yang bekerja lambat akan mengalami ketertinggalan dalam pemotongan buah pada hanca yang dikerjakannya. Untuk mengatasi keadaan ini mandor panen akan menyuruh pemanen yang tergabung dalam KKP yang sama dengan pemanen yang tertinggal untuk membantu untuk menyelesaikan hanca tersebut. Buah yang diperoleh dari hanca pemanen yang dibantunya menjadi hak miliki pemanen yang membantu. Dalam hal ini mandor panen harus mencatat dengan baik buah yang diperoleh pemanen yang dibantu dengan pemanen yang membantu agar tidak terjadi kecemburuan sosial akibat kesalahan pemberian premi.

Basis dan Premi Potong Buah Basis borong adalah jumlah janjang yang harus dicapai oleh pemanen dalam satu hari panen. Basis standar ini ditentukan berdasarkan bobot janjang rata-rata (BJR) yang penimbangannya dilakukan per semester bersamaan dengan sensus produksi. Premi panen adalah penghargaan yang diberikan kepada pemanen karena jumlah TBS / janjang yang diperoleh mencapai basis yang telah ditentukan dengan mutu buah yang sesuai dengan ketetuan panen. Pemberian panen bertujuan memotivasi pemanen untuk memperoleh hasil yang tinggi sesuai dengan tata tertib panen. Kegiatan panen di Kebun Pantai Bunati Divisi I menerapkan dua jenis premi yaitu premi siap borong / basis borong dan premi lebih borong. Premi siap borong adalah premi yang diberikan kepada pemanen pada saat jumlah janjang panen sama dengan atau lebih dari jumlah janjang basis borong yang telah ditentukan dan besarnya premi basis borong (dinyatakan dalam Rp/HK), nilainya adalah sama untuk setiap tahun tanam. Premi lebih borong adalah premi yang diberikan kepada pemanen pada saat pemanen memperoleh jumlah janjang panen lebih dari jumlah janjang basis borong yang telah ditentukan. Besarnya nilai premi lebih borong (dinyatakan dalam Rp/janjang), nilainya berbeda untuk setiap tahun tanamnya tergantung bobot janjang rata-rata.

51

Tenaga kerja yang digunakan pada kegiatan panen adalah serikat karyawan utama (SKU) sedangkan untuk tenaga pengutip brondolan tenaga kerja yang digunakan adalah pekerja harian lepas (PHL). Untuk pemanen premi basis borongnya bila mencapai P 0 adalah sebesar Rp 2 000, mencapai P 1 sebesar Rp 4 000, dan mencapai P 2 sebesar RP 7 500 sehingga total bila ia mencapai basis P 2 adalah sebesar Rp 13 500. Pada sistem BHS Dol 2 tenaga pembrondol tidak diberikan premi basis borong melainkan hanya premi lebih borong. Pemberian premi kepada karyawan dan mandor pada sistem organisasi BHS Dol 2 disajikan pada Tabel Lampiran 8 dan 9.

Mutu Buah Kriteria panen adalah pedoman yang digunakan untuk menentukan apakah buah itu dinyatakan matang, mentah, atau busuk. Hal ini amat penting karena sangat mempengaruhi kualitas rendemen minyak dan asam lemak bebas. Menurut Lubis (1992), kematangan yang optimum dengan rendemen yang tinggi dan kehilangan bobot yang relatif rendah (brondolan ketinggalan) yaitu kriteria 2 brondolan/kg TBS atau sekitar 3-7 brondolan untuk tandan dengan bobot rata-rata 8-15 kg. Pedoman yang digunakan Kebun Pantai Bunati untuk menentukan kematangan suatu buah adalah minimal terdapat lima buah brondolan alami jatuh di piringan. Brondolan yang jatuh di piringan adalah brondolan yang lepas secara normal, bukan brondolan yang lepas karena serangan tikus atau brondolan yang lepas karena serangan penyakit. Secara visual tingkat kematangan TBS menurut pedoman kerja Kebun Pantai Bunati dapat dibedakan sebagai berikut : Mentah : buah berwarna hitam pekat, belum ada membrondol Kurang matang : 12.5 % - 25 % buah luar membrondol, berwarna kemerahan Matang : 26 % - 50 % buah luar membrondol dan minimal sudah membrondol 5 brondolan / tandan, berwarna merah mengkilat Kelewat matang : 51 % - 100 % buah luar membrondol atau sebagian buah bagian dalam sudah membrondol

52

Busuk : warna buah menghitam kusam dan berbau serta buah bagian dalam ikut membrondol hampir semua Menurut Mangoensoekarjo (2000) panen buah mentah akan merugikan

perusahaan karena produktivitas minyak kelapa sawit menurun. Selain itu pengolahan inti kelapa sawit menjadi sulit karena tempurung buah yang belum matang cukup keras. Kandungan minyak sawit meningkat dari tahap mentah ke matang kemudian menurun pada tahap lewat matang, sedangkan kandungan ALB meningkat dari buah matang sampai lewat matang. Dari kriteria kematangan buah yang digunakan oleh Kebun Pantai Bunati maka dapat dibuat perbandingannya dengan kriteria kematangan buah yang menggunakan fraksi. Perbandingan dari kedua kriteria tersebut dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Perbandingan kriteria kematangan fraksi dengan kriteria kebun


Fraksi 00 0 1 2 3 4 5 Kematangan Mentah Agak matang Matang Lewat matang Busuk Jumlah buah lepas (% dari buah lepas) Tidak ada buah masih hitam 1 buah s/d 12.5 % 12.5 % - 25 % 25 % - 50 % 50 % - 75 % 75 % - 100 % Buah dalam ikut membrondol kesimpulan Fraksi 00 = Mentah Fraksi 0 & 1 = Agak matang Fraksi 2 = Matang Fraksi 3 & 4 = Lewat matang Fraksi 5 = Busuk

Sumber : Pusat Penelitian Kelapa Sawit (2006)

Adapun maksud dari penulis untuk melakukan perbandingan adalah untuk menentukan nilai rendemen minyak (OER) dan kadar asam lemak bebas (FFA) pada kriteria kematangan kematangan dengan cara menyimpulkan persamaan kriteria kematangan dengan kriteria fraksi berdasarkan jumlah buah lepas (% dari buah lepas). Nilai rendemen minyak dan kadar asam lemak bebas berdasarkan fraksi dapat dilihat pada Tabel 10.

53

Tabel 10. Rendemen minyak dan kadar asam lemak bebas berdasarkan fraksi
Fraksi 0 1 2 3 4 5 Rendemen minyak 16.0 21.4 22.1 22.2 22.2 21.9 Kadar asam lemak bebas 3.8 2.6 2.1 1.8 1.7 3.8

Sumber : Lubis (1992) Pada kegiatan di lapangan kriteria panen lima brondolan jatuh di piringan sangat dijadikan pedoman oleh pemanen untuk menentukan kematangan buah, pengamatan visual baru dilakukan apabila pemanen melihat ada brondolan yang tersangkut atau ada kemungkinan buah tersebut merupakan buah abnormal. Kebiasaan pemanen yang menganggap kriteria panen lima brondolan di piringan sebagai pedoman utama jauh lebih baik daripada pemanen menganggap pengamatan visual lebih utama, karena hal ini dapat mengakibatkan tingkat kesalahan panen yang tinggi karena perubahan warna kulit dapat dipengaruhi oleh intensitas cahaya matahari dan musim. Ketika magang penulis melakukan kegiatan pengamatan terhadap kualitas mutu buah dengan unsur yang diamati adalah tingkat kematangan buah. Pengamatan dilakukan dengan mengambil sampel dua orang pemanen pada masing-masing kemandoran. Hasil pengamatan kematangan buah Divisi I Kebun Pantai Bunati dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Pengamatan kematangan buah
Kemandoran I II III Rata-Rata Standar No Pemanen 1 2 11 12 21 22 % Mentah 0 0 0 0 0 0 0 0 % Agak mentah 3.125 0 1.49 1.78 0 1.67 1.34 <10 % Matang 89 94.2 94.02 94.6 95.8 91.67 93.215 >90 % Lewat matang 4.68 3.88 2.9 3.62 3.57 5 3.94 % Busuk 3.125 1.92 1.4 0 0 1.67 1.35 % Gagang Panjang 7.81 1.67 0 1.79 0 1.92 1.88 -

Sumber : Pengamatan data lapang (2008)

54

Rotasi panen yang tinggi pada Kebun Pantai Bunati disebabkan oleh : (1) Cuaca, yaitu hujan deras sehingga menyebabkan pemanen tidak dapat melakukan pekerjaan dengan tuntas, (2) Tenaga panen yang kurang memenuhi standar kebutuhan tenaga panen akibat tidak masuknya pemanen dan rasio TK yang tidak ideal sehingga menyebabkan hanca yang ditugaskan tidak selesai, (3) Tidak adanya unit truk maupun hino yang memuat buah akibat rusaknya unit angkut maupun akses jalan ke luar kebun, dan (4) Kapasitas produksi yang melimpah akibat kejadian tidak terduga pada pabrik kelapa sawit (PKS) seperti kerusakan PKS mini (mini mill). Dari hasil pengamatan pada Tabel 11 dapat dilihat bahwa secara garis besar tenaga panen pada Divisi I Kebun Pantai Bunati sudah memiliki pemahaman yang cukup baik atas kriteria matang buah. Hal ini dapat dilihat dari persentase data tandan mentah yang mencapai 0 % dan persentase data tandan matang yang sudah mencapai 93.22 %. Hal ini masih harus ditingkatkan sekaligus dipertahankan dengan cara melakukan supervisi yang lebih sering ke dalam blok. Adapun yang masih menjadi masalah adalah masih tingginya persentase tandan lewat matang yang mencapai 3.94 %, hal ini menunjukkan rotasi panen yang tinggi sehingga banyak menyebabkan buah lewat matang bahkan hingga mencapai busuk. Dari hasil perhitungan kebutuhan tenaga panen, menunjukkan bahwa Kebun Pantai Bunati Divisi I memerlukan penambahan tenaga panen untuk membuat rotasi panen kembali normal yaitu 6/7. Penanggulangan yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan penambahan tenaga kerja pada Divisi I Kebun Pantai Bunati sebanyak 15 orang untuk mencapai jumlah ideal yang dibutuhkan oleh kebun berdasarkan hasil perhitungan yaitu 66 orang dan juga melakukan supervisi yang lebih intensif dan juga pemberian motivasi dan sanksi kepada karyawan dengan tujuan agar karyawan lebih sering masuk kerja dan mengingatkan karyawan traksi agar tidak lupa melakukan pengecekan kondisi unit angkut agar tidak terjadi kerusakan yang mendadak tanpa bisa diantisipasi. Untuk masalah kapasitas produksi yang melimpah maka kebun harus mengeluarkan kebijakan agar pemanenan pada seksi hari itu tidak dilakukan dengan selesai dengan tujuan mengurangi losses akibat naiknya asam lemak bebas.

55

Mutu Hanca Pemeriksaan mutu hanca dilakukan oleh manajer, asisten, mandor I, mandor panen, mantri buah, dan departemen quality assurance (QA). Pemeriksaan meliputi brondolan tinggal (piringan, pokok, pasar rintis, dan gawang mati), buah matang tinggal di pokok dan kondisi pokok (pelepah sengkleh, lebih tunas, dan pelepah gondrong). Ketika magang penulis melakukan kegiatan pengamatan kualitas mutu hanca dengan mengamati brondolan tertinggal, buah matang tertinggal, dan kondisi pokok. Kegiatan pengamatan dilakukan dengan mengambil sampel dua orang pemanen dari masing-masing kemandoran.

Brondolan Tertinggal. Kehilangan produksi dapat terjadi akibat brondolan tidak dikutip. Menurut Rankine dan Fairhurst (1998), pengutipan brondolan sangat penting karena brondolan mengandung minyak sekitar 48 % sedangkan TBS hanya mengandung sekitar 22 % minyak, dalam satu tandan terdapat 1 000 3 000 brondolan, dengan berat berkisar 1020 gram. Sehingga dapat disimpulkan bahwa brondolan menyumbangkan keuntungan yang sangat besar, dan jika tidak dilakukan pengutipan brondolan maka perusahaan akan kehilangan sejumlah keuntungan. Hasil pengamatan brondolan tinggal disajikan pada Tabel 12 dan 13.

Tabel 12. Pengamatan brondolan tinggal


Brondolan (buah) Mandor I II III Pemanen 1 2 1 2 1 2 Piringan 21 27 13 30 26 18 Pokok 13 25 17 14 10 10 Pasar rintis 6 0 8 0 0 0 Gawangan mati 0 0 0 0 0 0 Total 40 52 38 44 36 28

Sumber : Pengamatan data lapang 2008

56

Tabel 13. Persentase pengamatan brondolan tinggal


Mandor I II III Pemanen 1 2 1 2 1 2 Piringan 52.50 51.92 34.21 68.18 72.22 64.29 Pokok 32.50 48.07 44.74 31.82 27.78 35.71 Presentase brondolan Pasar rintis Gawangan mati 15 0 0 0 21.05 0 0 0 0 0 0 0

Sumber : Pengamatan data lapang 2008

Dari data pada Tabel 13 dapat disimpulkan bahwa brondolan tertinggal lebih banyak di daerah piringan, faktor utama yang menyebabkan brondolan tertinggal adalah kelalaian dari pengutip brondolan, kelalaian tersebut dapat disebabkan masih kurang berpengalamannya pengutip brondolan karena tenaga yang dipekerjakan untuk kutip brondolan adalah tenaga pekerja harian lepas (PHL) yang kurang berpengalaman. Dari data tersebut juga dapat dilihat persentase brondolan tinggal di gawangan mati yang mencapai 0 %, hal ini dapat diartikan bahwa pengutip brondolan tidak membuang brondolan ke gawangan mati yang berarti kejujuran pengutip brondolan masih tinggi. Brondolan yang tidak dikutip selain menyebabkan penurunan produksi juga mengakibatkan munculnya kentosan (anakan sawit) yang pemeliharaan yang membesar. dapat mengakibatkan biaya

Buah Matang Tinggal Buah matang tinggal dibedakan menjadi dua jenis, yaitu buah matang tinggal di pokok dan buah matang sudah dipanen tinggal di piringan. Buah dapat dikatakan tinggal di pokok apabila buah tersebut sudah memenuhi kriteria matang panen namun ditinggal oleh pemanen akibat kecerobohan dari pemanen. Janjang yang tinggal akan menyebabkan masalah yang cukup besar pada akhirnya karena akan menyebabkan buah akan mengalami kemungkinan busuk yang berpengaruh langsung terhadap rendemen minyak dan kadar asam lemak bebas dari buah itu sendiri.

57

Janjang sudah dipanen tinggal di piringan adalah janjang yang sudah di panen tapi tidak terangkut ke TPH. Tertinggalnya janjang terjadi karena ketidaktelitian dari pemanen pada saat memotong dan mengangkut buah sehingga tidak terlihat buah matang dan kecemasan karena belum basis. Selama magang penulis melakukan pengamatan buah tinggal dengan mengamati dua pemanen dengan TPH yang diamati sebanyak dua TPH untuk masing-masing pemanen dari setiap mandoran. Hasil pengamatan buah tinggal disajikan pada Tabel 14.

Tabel 14. Pengamatan buah tinggal


Mandor I II III Pemanen 1 2 1 2 1 2 Janjang panen 23 45 37 24 28 33 Buah tinggal 0 0 0 0 0 0

Sumber : Pengamatan data lapang 2008

Dari data pada Tabel 14 dapat dilihat bahwa pemanen pada Kebun Pantai Bunati sudah melakukan kegiatan pengangkutan buah dengan baik. Hal ini dapat disebakan tingginya denda yang diberikan apabila ditemukan buah matang tertinggal baik di pokok maupun di piringan, selain itu baiknya kualitas mutu buah tinggal dapat disebabkan karena tenaga yang dipekerjakan pada kegiatan panen adalah tenaga SKU yang lebih berpengalaman.

Kondisi Pokok. Kondisi pokok kelapa sawit sangat mempengaruhi produktivitas kelapa sawit. Oleh karena itu, pelepah sengkleh, over prunning maupun tunas gondrong harus dihindari karena menyebabkan kondisi yang tidak optimal bagi tanaman kelapa sawit dalam berfotosintesa. Apabila terjadi kondisi yang buruk pada pelepah sawit akan menyebabkan pengecilan buah sawit yang berpengaruh langsung terhadap produksi sawit. Selama magang penulis melakukan kondisi pokok dengan mengamati dua pemanen dengan gawangan yang diamati sebanyak dua gawang untuk masing-masing pemanen dari setiap mandoran. Hasil pengamatan kondisi pokok disajikan pada Tabel 15.

58

Tabel 15. Pengamatan kondisi pokok


Mandor I II III Pemanen 1 2 1 2 1 2 Pokok diamati 64 70 70 68 68 66 Pelepah sengkleh 1 0 0 1 2 0 Kondisi pokok Over prunning 0 0 0 0 0 1 Pelepah gondrong 1 0 0 1 1 1

Sumber : Pengamatan data lapang 2008

Dari data pada Tabel 15 dapat dilihat bahwa pemanen pada Kebun Pantai Bunati sudah melakukan kegiatan penunasan dengan baik. Hal ini dapat disebakan penggunaan sistem tunas progressif yaitu kegiatan penunasan dilakukan bersamaan dengan kegiatan panen sehingga penunasan dapat dilakukan secara berkelanjutan.

Denda Panen Apabila ditemukan kesalahan pada waktu pemeriksaan lapangan maka pemanen akan diberi sanksi berupa denda. Denda merupakan potongan terhadap buah yang diperoleh pemanen disebabkan pelanggaran pemanen atas tata tertib panen. Tujuan pemberian denda adalah agar pemanen dapat melaksanakan ketentuan panen yang telah ditetapkan oleh perusahaan dan tidak mengulangi kesalahan pada jenis pekerjaan yang sama. Denda kepada pemanen dapat berupa surat peringatan atau langsung pemotongan buah yang diperoleh pemanen. Denda yang akan diberikan kepada pemanen dan mandor yang melakukan kesalahan dapat dilihat pada Tabel Lampiran 10.

Struktur Organisasi Panen kegiatan panen harus terorganisasi dengan baik supaya dapat berjalan baik sehingga pada akhirnya dapat mencapai target produksi yang diinginkan. Struktur organisasi yang tersusun baik akan menghilangkan kesimpang-siuran instruksi yang dapat membingungkan pekerja yang akan bermuara pada kerugian perusahaan/kebun sendiri. Hal yang sebaliknya akan terjadi karena organisasi yang terstruktur dengan baik akan mendukung tujuan perusahaan yang sesuai dengan prinsip ekonomi yaitu meraih untung sebanyak-banyaknya dengan

59

mendapatkan kerugian yang sedikit-dikitnya. Seluruh anggota kerja pada organisasi panen memiliki tanggung jawab masing-masing, tenaga panen harus bertanggung jawab terhadap hancanya masing-masing. Mandor panen

bertanggung jawab kepada mandor I atas hasil yang diperoleh pada hanca yang diawasinya. Dan, mandor I bertanggung jawab kepada asisten terhadap produksi buah yang dihasilkan oleh divisi yang diawasinya. Sedangkan, asisten kebun bertanggung jawab kepada manajer kebun terhadap hasil yang diperoleh oleh divisi yang dibawahinya.

Pengangkutan Tandan Buah Segar Transport TBS merupakan mata rantai dari proses produksi di perkebunan kelapa sawit. Ada empat hal yang menjadi sasaran kelancaran transport buah yaitu menjaga agar asam lemak bebas (ALB) produksi harian 2-3 %, kapasitas atau kelancaran pengolahan di pabrik, keamanan TBS di lapangan, dan biaya (Rp/kg TBS) transport yang minimum. Menurut Setyamidjaja (1991) buah kelapa sawit yang sudah matang dan masih segar hanya mengandung 0.1 % asam lemak. Tetapi buah-buah yang sudah memar atau pecah dapat mengandung asam lemak bebas sampai 50 %, hanya dalam waktu beberapa jam saja. Oleh karena itu, pengangkutan tandan buah segar (TBS) sangat mempengaruhi kualitas dan kuantitas dari TBS. Pengangkutan TBS dan brondolan adalah kegiatan pengangkutan dari tempat penampungan hasil (TPH) ke pabrik kelapa sawit (PKS) pada setiap hari panen. Pada prinsipnya TBS dan brondolan harus diangkut secepatnya ke PKS untuk diolah pada hari itu juga. Hal ini dilakukan supaya minyak yang dihasilkan tetap bermutu baik. Oleh karena itu, pengangkutan panen merupakan unsur yang sangat penting agar tandan dapat masuk segera ke pabrik untuk diolah pada hari panen. Pengangkutan TBS dimulai setelah krani transport mengecek buah yang telah keluar di lapangan. Pengecekan yang dilakukan adalah pengecekan terhadap jumlah buah yang telah keluar dan ada atau tidaknya buah restan. Dari hasil pengecekan krani transport akan menentukan kapan dan berapa jumlah unit angkut yang dapat melakukan pengangkutan buah, serta krani akan menetapkan

60

hanca pemuat. Setelah pengecekan selesai krani akan menemui pemuat dan mandor I, dan mandor traksi untuk memberitahukan jumlah unit yang harus disiapkan traksi. Sistem pengankutan yang dilakukan adalah pengambilan TBS dari jarak yang terjauh dahulu dari arah pabrik. Apabila buah masih ada yang tersisa maka ada truk pelangsir yang akan mengangkut buah yang tertinggal . Pengangkutan dilakukan dengan mendatangi TPH yang menjadi hanca pemuat. Pada Kebun Pantai Bunati Divisi I terdapat empat tim pemuat dimana tiap tim terdiri dari tiga orang. TBS yang telah tersusun rapi harus dicatat terlebih dahulu oleh krani buah sebelum dimuat ke truk, tanda bawa buah tersebut telah dicek oleh krani adalah adanya satu buah yang ditaruh di atas susunan TBS. TBS dimuat oleh pemuat dengan menggunakan tojok sedangkan ganco digunakan untuk menyusun buah diatas truk. Selain menggunakan truk, kebun Pantai Bunati juga menggunakan traktor landini (traktor ford) sebagai sarana memuat TBS dari TPH. Buah yang diangkut oleh traktor nantinya akan ditumpahkan terlebih dahulu sebelum nantinya akan dimuat oleh truk. Tapi pengangkutan TBS dengan traktor landini ini jarang dilakukan karena selain muatan yang dapat diangkut oleh traktor ford lebih sedikit dibandingkan dengan muatan truk, penumpahan buah pada tempat lain sebelum diangkut truk dapat menyebabkan losses pengangkutan. Pengangkutan dengan menggunakan traktor ini hanya dilakukan apabila lahan tempat penampungan hasil tersebut dapat menyebabkan kesulitan yang tinggi pada truk sehingga hal tersebut akan menimbulkan resiko yang besar terhadap unit pengangkut. Jumlah kapasitas standar muatan yang bisa diangkut oleh traktor landini adalah 5 ton, truk PS 7.5 ton, dan Hino sebesar 12 ton Pada Kebun Pantai Bunati pengangkutan TBS ke pabrik menggunakan truk milik perusahaan sendiri dan truk milik perusahaan pengangkutan dengan sistem kontrak. Pengangkutan TBS dengan truk milik perusahaan sendiri dan truk sistem kontrak memiliki keuntungan dan kerugian masing-masing. Keuntungan truk milik perusahaan sendiri : Dapat digunakan untuk kegiatan lain selain dari kegiatan pengangkutan buah panen (mengangkut pupuk dan tenaga kerja)

61

Dalam pengisian TBS ke dalam truk dapat diatur jumlahnya agar tidak melebihi kapasitas truk sehingga jalan tidak cepat hancur dan truk terawat dengan baik

Kerugian truk milik perusahaan sendiri : Biaya pemeliharaan truk cukup tinggi sehingga perusahaan terpakasa menambah biaya pemeliharaan Pada saat panen rendah hanya sebagian truk yang terpakai sehingga keuntungan perusahaan berkurang Pengangkutan TBS dengan sistem kontrak memiliki keuntungan : Perusahaan dapat menyewanya sesuai dengan kebutuhan Tidak perlu mengeluarkan biaya pemeliharaan

Kerugian pengangkutan TBS dengan sistem kontrak : Pengisian TBS yang melebihi kapasitas dapat menyebabkan kecelakaan akibat buah jatuh dari truk dan juga mengakibatkan jalan cepat hancur Jika digunakan untuk pengangkutan pupuk dan tenaga kerja perusahaan harus mengeluarkan biaya lembur atas pekerjaan tersebut.

62

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan Berdasarkan hasil pengamatan selama kegiatan magang di Kebun Pantai Bunati, tenaga kerja pemanen pada Kebun Pantai Bunati sudah memiliki pemahaman yang cukup baik terhadap kriteria matang buah, buah matang tinggal dan tunasan progressif. Hal tersebut dapat disimpulkan dari hasil pengamatan yang dilakukan, dimana hasil pengamatan yang didapat sudah memenuhi standar yang diberikan Kebun Pantai Bunati. Dari hasil pengamatan terhadap tenaga kerja pengutip brondolan dapat disimpulkan bahwa tenaga kerja pengutip brondolan pada Kebun Pantai Bunati belum memiliki pemahaman yang baik terhadap standar yang diberikan kebun. Hal ini dapat dilihat dari data hasil pengamatan brondolan tertinggal yang masih dibawah standar kebun. Permasalahan yang terjadi pada manajemen panen di Kebun Pantai Bunati adalah kurangnya jumlah tenaga kerja yang dimiliki oleh Kebun Pantai Bunati sehingga mengakibatkan tingginya rotasi panen akibat seksi panen yang harusnya diselesaikan pada hari itu juga tidak dapat diselesaikan dan harus dikerjakan kembali pada keesokan harinya. Masalah lain yang terjadi di Kebun Pantai Bunati adalah sering terlambatnya pengangkutan tandan buah segar yang telah dipanen akibat adanya masalah yang tidak terduga pada pabrik kelapa sawit seperti rusaknya PKS kecil (mini mill) sehingga mengakibatkan antrian panjang bagi unit angkutan yang dapat meningkatkan kadar asam lemak bebas pada TBS.

Saran Penulis menyarankan agar dilakukan penambahan tenaga kerja potong buah pada Divisi I Kebun Pantai Bunati sebanyak 15 orang agar seksi yang ada pada hari itu dapat diselesaikan, yang diharapkan dapat membuat rotasi panen kembali ke keadaan normal yaitu 6/7.

62

DAFTAR PUSTAKA

Bangun, D. 2008. Indonesian Palm Oil Association (IPOA). GAPKI. Jakarta

Direktorat Jenderal Perkebunan. 2007. Statistik Perkebunan Indonesia 2001-2005. Direktorat Jenderal Perkebunan. Jakarta. 57 Hal. Fauzi, Y., Y. E. Widyastuti., I. Satyawibawa., R. Hartono. 2005. Kelapa Sawit : Seri Agribisnis. Penebar Swadaya. Jakarta. 168 hal. Lubis, A.U. 1992. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Indonesia. Pusat Perkebunan Marihat. Bandar Kuala. Pematang Siantar. 435 Hal. Mangoensoekarjo,S. dan H. Semangun. 2000. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 605 Hal. Pahan, I. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit : Manajemen Agribisnis Dari Hulu Hingga Hilir. Penebar swadaya. Jakarta. 411 Hal. PT. Sajang Heulang. 2006. Vademikum Kelapa Sawit : Minamas Plantation. Berhad. Malaysia Pusat Penelitian Kelapa Sawit. 2006. Budidaya Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. 153 Hal. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. 2006. Potensi dan Peluang Investasi Industri Kelapa Sawit Di Indonesia. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. 233 Hal. Rankine, I., T. Fairhurst. 1998. Buku Lapangan : Seri Tanaman Kelapa Sawit :Tanaman Menghasilkan. Oxford Graphic Printers Pte. Ltd. Singapore. 120 Hal. Setyamidjaja, D. 1991. Budidaya Kelapa Sawit. Kanisius. Yogyakarta. 62 hal. Tobing, M.O. S. L. 1992. Pemanenan dan Pengangkutan Hasil Panen Kelapa Sawit. Lembaga Penelitian Kampus Medan. Medan. 38 hal.

65

Tabel Lampiran 1. Jurnal harian kegiatan magang sebagai pekerja harian lepas (PHL) Tanggal 11 Februari 2008 12 Februari 2008 13 Februari 2008 14 Februari 2008 15 Februari 2008 16 Februari 2008 18 Februari 2008 19 Februari 2008 20 Februari 2008 21 Februari 2008 22 Februari 2008 23 Februari 2008 25 Februari 2008 26 Februari 2008 27 Februari 2008 28 Februari 2008 29 Februari 2008 01 Maret 2008 03 Maret 2008 04 Maret 2008 05 Maret 2008 06 Maret 2008 08 Maret 2008 10 Maret 2008 11 Maret 2008 12 Maret 2008 13 Maret 2008 14 Maret 2008 15 Maret 2008 17 Maret 2008 18 Maret 2008 19 Maret 2008 20 Maret 2008 21 Maret 2008 22 Maret 2008 23 Maret 2008 24 Maret 2008 25 Maret 2008 26 Maret 2008 27 Maret 2008 28 Maret 2008 29 Maret 2008 31 Maret 2008 01 April 2008 Blok O25 P21 O34 Q28 P29-32 O21 - 22 Q21-22 O9 - 11 M4-6 O27 - 28 O29,30, P27 O17 - 19 N25 - 28 K4 - 5 K2 - 4 K1,L5,M4-7 K01,L1-2 O47 O46 Q27 Q27 - 28 R23,Q20-23 P19 - 20 N18 21,O18 N21 - 23 N23 - 25 N25 - 26 O25 - 26 O22 - 24 P21 P21 P21 P24 - 25 O25 O24 M20 O19,P19 P19 - 21 P21 R23,24,25 Kegiatan Leaf Sampling Unit Leaf Sampling Unit Leaf Sampling Unit Leaf Sampling Unit Pembuatan Markah Blok Pembuatan Markah Blok Until Pupuk Langsir Pupuk Aplikasi Janjang Kosong Langsir Pupuk Aplikasi Janjang Kosong Langsir Pupuk Pemupukan RP Pemupukan RP Pemupukan Urea Pemupukan Urea Pemupukan Urea Pemupukan Urea Penyemprotan Piringan Penyemprotan Piringan Penyemprotan Piringan Penyemprotan Piringan Penyemprotan Gawangan Penyemprotan Gawangan Penyemprotan Gawangan Pencatatan Buah Pencatatan Buah Pencatatan Buah Pencatatan Buah Pencatatan Buah Aplikasi JJK Pencatatan Buah Pencatatan Buah Pengamatan Brondolan Penyemprotan Piringan Dongkel Anak Kayu Dongkel Anak Kayu Dongkel Anak Kayu Dongkel Anak Kayu Penyemprotan Gawangan Pembuatan Nomor TPH Pembuatan Nomor TPH Pengamatan Brondolan Penomoran TPH Status PHL PHL PHL PHL PHL PHL PHL PHL PHL PHL PHL PHL PHL PHL PHL PHL PHL PHL PHL PHL PHL PHL PHL PHL PHL Pend. Krani Pend. Krani Pend. Krani Pend. Krani Pend. Krani PHL Pend. Krani Pend. Krani Mahasiswa PHL PHL PHL PHL PHL PHL PHL PHL Mahasiswa PHL Prestasi Kerja Standar Mahasiswa 15 ha 15 ha 15 ha 15 ha 10 ha 15 ha 10 ha 15 ha 350 kg 1.5 ton/HK 0.6 ton 5 ton/HK 0.7 ton 5 ton/HK 1.2 ton 2.5 ton/HK 250 kg 450 kg/HK 250 kg 450 kg/HK 250 kg 450 kg/HK 250 kg 450 kg/HK 250 kg 450 kg/HK 250 kg 450 kg/HK 5 ha 6.3 ha/Hk 5 ha 6.3 ha/Hk 6 ha 6.3 ha/Hk 6.3 ha 6.3 ha/Hk 1.2 ha 1.2 ha/HK 1.2 ha 1.2 ha/HK 1.2 ha 1.2 ha/HK 39.81ha 44.17 ha 44 ha 90 ha 60 ha 1 ton/HK 2.5 ton/HK 60 ha 90 ha 6.3 ha/Hk 6.3 ha/Hk 0.4 ha 1 ha/ HK 1 ha/ HK 0.5 ha 1 ha/ HK 0.4 ha 1 ha/HK 0.6 ha 1.2 ha/HK - 1.2 ha/HK -

66

Tabel Lampiran 2. Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping mandor Prestasi Kerja Jumlah Luas areal PHL yang yang diawasi diawasi 43 ha 14 88 ha 73 ha 14 31 ha 10 ha 14 58 ha 26 ha 88 ha 91 ha 12 40 ha 12 29 ha 12 29 ha 12 31 ha 12 31 ha 12 30 ha 12 28 ha 3 30 ha 8 30 m / HK

Tanggal

Blok

Kegiatan

Status

02 April 2008 03 April 2008 04 April 2008 05 April 2008 07 April 2008 08 April 2008 09 April 2008 10 April 2008 11 April 2008 12 April 2008 14 April 2008 15 April 2008 16 April 2008 17 April 2008 18 April 2008 19 April 2008 21 April 2008 22 April 2008 23 April 2008 24 April 2008 25 April 2008 26 April 2008 28 April 2008 29 April 2008 30 April 2008

O17,18,19 P21,22,23 Q24,25,26 Q20,21,22 N20,21 N19,20 N20,21 N28,29 Q18,19,20 P21,22,23 P24,25,26 N34,32 N31 N31 N30 N30 N29 N28 N26 N25,26

Monitoring panen Pengecekan mutu hancak Pengamatan AKP Pengecekan mutu hancak Pengamatan AKP Monitoring panen Pengecekan mutu hancak buah Monitoring panen Pengecekan mutu hancak buah Pengecekan mutu hancak buah Pengecekan mutu hancak buah Monitoring semprot gawangan Monitoring semprot gawangan Monitoring semprot gawangan Monitoring semprot gawangan Monitoring semprot gawangan Monitoring semprot gawangan Kunjungan ke PKS BKB Monitoring semprot gawangan Administrasi Divisi I Administrasi Divisi I Administrasi Divisi I Administrasi Divisi I Monitoring aplikasi JJK Pendampingan mandor TP2B

Pend. Mdr Pend. Mdr Pend. Mdr Pend. Mdr Pend. Mdr Pend. Mdr Pend. Mdr Pend. Mdr Pend. Mdr Pend. Mdr Pend. Mdr Pend. Mdr Pend. Mdr Pend. Mdr Pend. Mdr Pend. Mdr Pend. Mdr Pend. Mdr Pend. Mdr Pend. Mdr Pend. Mdr Pend. Mdr Pend. Mdr Pend. Mdr Pend. Mdr

67

Tabel Lampiran 3. Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping asisten Prestasi Kerja Jumlah Luas area mandor yang yang dikontrol dikontrol 3 86 ha 3 88 ha 63 ha 1 57 ha 1 59 ha 1 59 ha 1 61 ha 1 -

Tanggal

Blok

Kegiatan

Status

01 02 05 06 07 08 09 10 12 13 14 15 16 18 19 20 21 22

Mei Mei Mei Mei Mei Mei Mei Mei Mei Mei Mei Mei Mei Mei Mei Mei Mei Mei

2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008

Q22,23,24 P23,24,Q26 P29,30 P27,28 P25,26 P24,23 P21,22 -

Administrasi Divisi I Pengecekan mutu hancak Administrasi Divisi I Monitoring panen Administrasi Divisi I Administrasi Divisi I Administrasi Divisi I Administrasi Divisi I Administrasi Divisi I Pemupukan MOP Pemupukan MOP Pemupukan MOP Pemupukan MOP Pemupukan MOP Administrasi kantor besar Administrasi kantor besar Administrasi kantor besar Administrasi kantor besar Pembuatan laporan Penyerahan laporan kepada asisten Penyerahan laporan kepada senior asisten Penyerahan laporan kepada Manajer kebun Presentasi hasil magang Persiapan dan izin pulang

Pdm. Asisten Pdm. Asisten Pdm. Asisten Pdm. Asisten Pdm. Asisten Pdm. Asisten Pdm. Asisten Pdm. Asisten Pdm. Asisten Pdm. Asisten Pdm. Asisten Pdm. Asisten Pdm. Asisten Pdm. Asisten Pdm. Asisten Pdm. Asisten Pdm. Asisten Pdm. Asisten -

23-31 Mei 2008 02 Juni 2008 03 Juni 2008 04 Juni 2008 05 Juni 2008 07 Juni 2008

DS.SEBAMBAN BARU
J

DS.SEBAMBAN LAMA LAMA

DS.DWI M A RGA

DS.ANGSANA
L

DS.KARAN G INDAH

DS.SUMBER BARU

DS.PENYIPUTAN INDAH DS.BUNATI

DS.SETARAP

DS.ANGSANA P

LAUT JAWA

48 47

46 45

44 43

42 41

40 39

38 37

36 35

34 33

32 31

30 29

28 27

26 25

24 23

22 21

20 19

18 17

16 15

14

12 13 11

10 9

8 7

6 5

4 3

2 1

01 02

03 04

05 06

07 08

09 010

KETERANGAN 1. TM, Tahun Tanam : - '1996 - '1997 - '1998 Total 2. TBM 3. Areal Belum Ditanam/ Lainnya - Renc. LC - Bibitan - Pabrik - Empl./ Bangunan - Jalan, Jembatan & Parit - Lain - Lain - Cadangan - Okupasi Total Areal Belum Ditanam/ Lainnya Total Areal Statenen

I 254 511 222 987 40 13 46 99 1.086

Divisi II 62 741 803 7 57 64 867

Total III 715 715 7 40 47 762 254 573 1.678 2.505 40 27 143 210 2.715

Gambar

Nama Jalan Utama Kebun Batas Kebun Batas Divisi Emp. Utama (Rumah Staf) Pondok Karyawan PKS Waduk Tanah Wakaf Bibitan Parit Dermaga Kebun Bambu Hutan/ Inclave Kota Kabupaten Desa Jalan Desa Jalan Raya Kabupaten Bandar Udara Areal Okupasi

Lokasi/Blok

Ha/Km 6 21 2 2 -

O.21 P.20, P.34, L.4 P.20, L.4 O.21

Q.19 O.20 Tanah Bumbu

O.20, O.21

Gambar Lampiaran 1. Peta kebun Pantai Bunati Estate

69 Tabel 4 Penggolongan seri tanah dari ordo tanah oxisol dan entisol Kebun Pantai Bunati
Seri Tanah ST 1 ST 2 ST 3 ST 4 Ordo Tanah Oxisol Oxisol Oxisol Entisol Seri Tanah Ha MM-18 Petroferric MM-19 Plinthic MM-21 Lithic Paludos MM-22 Lithic Udhorthents 975 1 185 248 111 Luas % 38.7 47.0 9.8 4.4

Sumber data : Hasil Survai Tanah Semi-Detil, Research Dept MGG 2007)

Tabel 5. Evaluasi lahan terhadap sifat fisik dan kimia tanah Kebun Pantai Bunati
Bobot umur Ang ka Bobot umur Ang ka Bobot umur Ang ka Bobot umur Ang ka

Parameter

Nilai

Nilai

Nilai

Nilai

Seri Tanah Iklim Kemungkinan Untuk Dilaksanakan Kebasahan Kemudahan Akar Menembus Kesuburan Nilai Keseluruhan Kesesuaian Kelas Kesesuaian Lahan (Aktual dan Potensial) 0.10 0.10 0.20 0.30 0.30

MM-18 0.23 0.75 0.30

MM-19 0.23 0.75

MM-21 0.30 0.23 0.75

MM-22 0.30 0.23 0.75

0.12

0.65

0.30

0.12

0.65

0.30

0.12

0.65

0.30

0.13

0.67

0.15

0.69

0.20

0.15

0.69

0.20

0.15

0.69

0.20

0.09

0.62

0.07

0.58

0.10

0.08

0.60

0.10

0.07

0.58

0.10

0.04

0.51

0.05 1 5

0.56

0.10 1 5

0.06

0.26

0.10 1 5

0.08

0.60

0.10 1 5

0.04

0.54

0.54

0.57

0.58

0.42

S3 (agak sesuai)

S3 (agak sesuai)

S3 (agak sesuai) 20 25 ton/ha/tahun

S3 (agak sesuai)

20 25 ton/ha/tahun

20 25 ton/ha/tahun

20 25 ton/ha/tahun

Sumber data : Hasil Survai Tanah Semi - Detil, Research Dept MGG 2007)

70

Tabel Lampiran 6. Data curah hujan tahun 1998 sampai dengan tahun 2008 Periode Tahun 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Curah Hujan (mm) 2 549 2 226 2 631 1 717 2 185 1 872 1 716 2 244 2 252 3 343 866 Hari Hujan (hr) 136 140 162 119 110 248 103 176 124 155 57
TAHUN BULAN HH JANUARI PEBRUARI MARET APRIL MEI JUNI JULI AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER NOVEMBER DESEMBER TOTAL RATA-RATA 2 2 10 8 103 9 15 15 8 11 13 5 14 15 80 247 142 1,716 143 2004 CH 234 111 87 69 116 96 519 9 17 21 14 18 9 7 5 3 10 20 17 150 13 HH 2005 CH 131 276 277 204 303 119 252 158 24 191 357 247 2,539 212 6 16 125 10 HH 15 15 19 12 14 17 6 3 2 92 277 2,252 188 2006 CH 179 347 191 293 300 440 47 53 33 HH 21 22 16 14 9 19 17 5 8 9 6 9 155 13 2007 CH 270 342 213 424 397 687 384 165 115 163 117 66 3,343 279 HH 13 15 12 17 57 57 2008 CH 141 171 234 320 866 866

Water Defisit (mm) 285 0 0 0 176 409 82 155 333 -

PETA SEKSI PANEN

48 47

46 45

44 43

42 41

40 39

38 37

36 35

34 33

32 31

30 29

28 27

26 25

24 23

22 21

20 19

18 17

16 15

14

KRITERIA

SEKSI

HARI

DIVISI I 152 154 179 180 140 182 987

II 157 162 156 98 128 102 803

III 104 113 198 116 90 94 715

TOTAL

A B C D E F TOTAL

SENIN SELASA RABU KAMIS JUMAT SABTU

413 429 533 394 358 378 2.505

Gambar Lampiran 2. Peta Seksi Panen Kebun Pantai Bunati

Tabel Lampiran 7. Upah Rata - rata per hari SKU Bulanan Jumlah Hari Kerja = 300 hari Tunjangan Lain - lain setahun THR (Rp.000) 22,285 11,181 13,759 47,225 Bonus (Rp.000) 18,268 9,524 11,169 38,961 Rumah (Rp.000) 3,360 1,680 2,160 7,200 Obat (Rp.000) 8,400 4,200 5,400 18,000

Jumlah No Kelompok karyawan (orang) 1 2 3 Lapangan Kantor Besar Traksi Total 28 14 18 60

Total Gaji

Lembur

J.sostek Setahun (Rp.000) 12,141 6,091 7,496 25,728

Penghasilan /tahun (Rp.000) 425,370 215,258 262,892 903,520

(Rp 000) (Rp.000) 19,478 10,087 12,041 41,606 7,791 4,035 4,817 16,643

Upah /Hari Kerja (Rp) 50,63 51,25 48,68 50,19

Sumber : Kantor Besar Kebun Pantai Bunati 2008

Manajer Kebun

Asisten Divisi I

Asisten Divisi II

Asisten Divisi III

Kepala Administrasi

Mandor I

Krani Divisi

Kepala Gudang

Kepala Poliklinik

Kepala Keamanan

Karyawan Administrasi

Pembantu Krani

Karyawan Gudang

Bidan Perawat

Satpam

Mandor Panen

Mantri Buah

Mandor Pemeliharaan

Mandor Transport

Mandor Program Khusus

Mandor Traksi

Gambar Lampiran 2. Struktur organisasi di Kebun Pantai Bunati

Tabel Lampiran 8. Klasifikasi basis borong dan premi lebih borong sistem BHS Dol-2 tahun 2008

1. Hari biasa Thn. Div. Tnm.

II III

96 97 98 97 98 98

Basis Standar 100% (Jjg) 95 100 110 100 110 110

P-0 140% (Jjg) 119 140 154 140 154 154

Basis Borong P-1 160% (Jjg) 135 160 176 160 176 160

P-2 180% (Jjg) 153 180 198 180 198 198

Premi Siap Borong P-0 P-1 P-2 (Rp) 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000 (Rp) 4.000 4.000 4.000 4.000 4.000 4.000 (Rp) 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500

Premi Lebih Borong

275 250 225 250 225 225

2. Hari Jumat Thn. Div. Tnm.

II III

96 97 98 97 98 98
Keterangan :

Basis Standar 100% (Jjg) 61 71 79 71 79 79

P-0 140% (Jjg) 85 100 110 100 110 110

Basis Borong P-1 160% (Jjg) 97 114 126 114 126 126

P-2 180% (Jjg) 109 129 141 129 141 141

Premi Siap Borong P-0 P-1 P-2 (Rp) 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000 (Rp) 4.000 4.000 4.000 4.000 4.000 4.000 (Rp) 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500 7.500

Premi Lebih Borong

275 250 225 250 225 225

a Siap Borong brondolan = 225 kg/Hk (SKU) b Lebih Borong Brondolan = Rp 70,- (SKU)

76

Tabel Lampiran 9. Premi mandor pada sistem organisasi panen Kebun Pantai Bunati

Jenis premi

Supervisi

Jumlah 2 mandoran

Perhitungan premi 125 % x Rupiah rata-rata premi mandor panen 150 % x Rupiah rata-rata premi mandor panen 125 % x Rupiah rata-rata premi TK panen 150 % x Rupiah rata-rata premi TK panen 125 % x Rupiah rata-rata premi mandor panen 125 % x Rupiah rata-rata premi mandor panen 100 % x Rupiah rata-rata premi krani panen 110 % x Rupiah rata-rata premi krani panen

Mandor I >= 3 mandoran Mandor panen Panen < 15 TK Krani panen 15-20 TK Krani transport <6 >6 < 15 TK 15-20 TK

76

Tabel Lampiran 9. Premi mandor pada sistem organisasi panen Kebun Pantai Bunati

Jenis premi

Supervisi

Jumlah 2 mandoran

Perhitungan premi 125 % x Rupiah rata-rata premi mandor panen 150 % x Rupiah rata-rata premi mandor panen 125 % x Rupiah rata-rata premi TK panen 150 % x Rupiah rata-rata premi TK panen 125 % x Rupiah rata-rata premi mandor panen 125 % x Rupiah rata-rata premi mandor panen 100 % x Rupiah rata-rata premi krani panen 110 % x Rupiah rata-rata premi krani panen

Mandor I >= 3 mandoran Mandor panen Panen < 15 TK Krani panen 15-20 TK Krani transport <6 >6 < 15 TK 15-20 TK

76

Tabel Lampiran 10. Denda kepada pemanen dan mandor pada sistem BHS Dol-2

Kode A B C D E F G H I J

Hasil Pemeriksaan Brondolan tidak dikutip Buah tinggal di pokok (tidak dipanen) Buah tinggal di piringan Buah peram di gawangan Pelepah sengkleh Pelepah tidak disusun rapi Buah matahari Buah mentah Gagang panjang Brondolan di TPH

Nilai (Rp) 1 000/piringan 2 500/janjang 3 000/janjang 3 000/janjang 250/pelepah 250/pelepah 250/janjang 500/janjang 500/janjang 3 000/TPH

Keterangan Mandor panen tidak melakukan pemeriksaan prem harian dipotong 50 %

Mandor I tidak melakukan pemeriksaan premi harian dipotong 50 % Krani buah hasil grading di PKS (bulanan) premi dipotong 50 % Mandor transport, restan diatas dua hari premi dipotong Rp 500/ton

Sumber : Kantor besar Kebun Pantai Bunati

You might also like