You are on page 1of 17

1.

Menelusuri Kebiasaan Makan Daging Babi di Bali


Berawal dari pandangan umum bahwa makanan di setiap wilayah tidak dapat dilepaskan dari tiga faktor penting, yaitu iklim, sumber daya alam, dan kebiasaan masyarakat. Di Indonesia, peta kuliner sangat beragam dan menarik. Selain tiga faktor di atas, saya yakin ada hal yang melatarbelakangi perkembangan budaya makan yang terkait dengan aspek-aspek historis, di samping kultur masyarakat. Selalu muncul pertanyaan yang menggelitik, mengapa suatu jenis makanan atau suatu raw materialbegitu identik dengan suatu kawasan tertentu. Bali menjadi salah satu dari sekian kasus kuliner yang saya pandang unik dan menarik, karena mungkin selain dilandasi nilai-nilai sejarah dan budaya, khasanah kuliner Bali juga mengandung nilai religius. Sebagian besar orang luar Bali yang beragama Islam, selalu takut untuk mencoba mencicipi masakan Bali yang identik dengan babi. Masakan seperti lawar yang mengkombinasikan gudeg-urap khas Bali yang diberi darah babi mungkin tampaknya telah memberikan prediksi yang kuat pada masyarakat luar Bali yang ingin berkunjung ke tempat wisata ini untuk tidak mencicipi hidangan pulau dewata ini. Memang, saya memandang, untuk konsumsi orang Bali, daging babi masih digunakan. Terlebih lagi bagi umat Hindu, sapi (putih) termasuk hewan suci yang masih sakral dan tidak boleh disembelih. Hal inilah yang tampaknya membuat babi sebagai konsumsi daging utama (chiefly food) bagi sebagian besar masyarakat Bali. Lantas, apa yang kemudian menjadikan babi sebagai daging konsumsi utama di kalangan masyarakat Bali? Hal ini tampaknya tidak dapat dilepaskan dari peran orang-orang Hindu Jawa yang bermigrasi ke Bali pascaruntuhnya kekuasaan Majapahit. Pada abad ke-16, ketika masa kekuasaan Raja Batu Renggong, orang-orang Bali mentransformasikan pengaruhpengaruh Majapahit untuk disesuaikan dengan kebutuhan hidup. Mereka menciptakan apa yang dalam kenyataannya sebagai budaya kontemporer Bali serta memberikan elemenelemen khusus. Mereka juga membawa dan mempertahankan kebiasaan-kebiasaan mereka, termasuk didalamnya persoalan kebiasaan makan Di sisi lain, pengaruh agama dapat disimak dari pantangan untuk tidak memakan daging sapi putih sebagai suatu pantangan seperti halnya yang dianut oleh orang-orang Hindu-India. Tentu ini sebuah paradoks dengan orangorang Islam yang berpantangan untuk tidak mengkonsumsi daging yang haram, babi. Bali

adalah sebuah perkecualian yang memadukan nilai sejarah, budaya, dan keyakinan dalam unsur-unsur budaya makan mereka. Indikasi mengapa babi menjadi konsumsi utama masyarakat Bali dapat juga disimak dari dijadikannya hewan ternak ini sebagai komoditi utama, terutama sejak abad 19 hingga awal abad ke-20.

2. Kebiasaan Ibu Hamil Minum Jamu dengan Kesehatan Ibu dan Janin
Beberapa wanita hamil memang masih ada yang meminun jamu di saat kehamilannya, namun terdapat pula wanita hamil lainnya yang tidak berani meminumnya karena kerap takut dengan efek samping yang akan terjadi nanti. Menurut kepala Balitbangkes Depkes, Prof.Dr. Umar Fahmi Achmadi MPH, PhD, sebelum meyakini pentingnya jamu, ada baiknya mengetahui apa yang disebut jamu. Umar menyatakan, bahwa jamu merupakan alternatif obat alamiah yang berfungsi untuk menjaga kondisi kesehatan, Bukan mencegah dan mengobati kemungkinan seseorang terkena penyakit karena yang digunakan untuk mengobati penyakit adalah obat-obatan. Biasanya meminum jamu merupakan kebiasaan atau tradisi turun temurun yang diwariskan dari nenek moyang. Hal tersebut dibenarkan oleh Ketua Sentra Pengembangan dan Penerapan Pengobatan Tradisional (SP3T) DKI Jakarta, Prof.Dr. Sudarto Pringgoutomo yang menyatakan bahwa dengan minum jamu akan merasakan khasiatnya, terbukti sampai saat ini masih terus berjalan. Namun dalam dunia kedokteran hal tersebut memang perlu diteliti lebih lanjut terutama dalam pengemasannya, apakah higienis atau tidak. Disarankan terutama bagi wanita hamil yang masih suka mengkonsumsi jamu agar sebaiknya membuat jamu buatan sendiri yang segar dan tidak dalam bentuk kemasan, sehingga lebih fresh dan juga terjamin kehigienisannya. Sesuaikan dosis pemakaiannya, disertai pemeriksaan antenatal care pada ginekolognya. Perhatikan juga keamanan dari jamu yang telah dikonsumsi, bila terjadi mual, keringat dingin atau kulit merah, bahkan diare berarti keseimbangan tubuhnya terganggu di saluran cerna. Dan bila sudah terjadi hal yang tidak normal, segera hentikan pemakaian. Harap diingat, bahwa ibu hamil tidak diperbolehkan sembarangan mengkonsumsi jamu. Jamu yang boleh diminum adalah jamu yang tidak menggunakan obat sintetik. Dan perhatikan pula kondisi tubuh, bila mempunyai sakit maag maka tidak akan kuat dengan zatzat pada jamu tersebut. Dalam mengkonsumsi jamu harus berhati-hati, terutama bila ada riwayat keguguran, pernah melahirkan anak cacat, prematur, dan sebagainya. Pada trimester pertama yang

merupakan masa sangat rentan bagi kehamilan karena pada tersebut janin sedang membentuk organ-organ vital seperti mata, hidung, telinga, pertumbuhan otak, dan lainnya. Kemungkinan pada trimester kedua bisa lebih longgar karena pembentukkan organ-organ janin sudah sempurna, tinggal mengembangkan dan meningkatkan pertumbuhannya, tapi meskipun demikian harus tetap berhati-hati. Karena terkadang ada jamu yang pedas sehingga membuat perut menjadi mulas. Dikhawatirkan akan mengakibatkan kelahiran prematur. Pada dasarnya ilmu kedokteran belum ada yang meneliti efek dari meminum jamu saat hamil. Namun, ada yang beranggapan mengkonsumsi jamu saat hamil tidaklah apa apa, tetapi tetap pada koridor yang aman. Ada juga sebagian besar yang beranggapan mengkonsumsi jamu pada saat hamil tidaklah aman. Walaupun terbuat dari bahan bahan traditonal, jamu juga mempunyai efek yang kurang baik bagi janin. Berikut beberapa efek jamu: 1. Ketuban keruh. Ibu hamil yang terbiasa mengkonsumsi jamu, air ketubannya bisa jadi kental bahkan berwarna hijau keruh. Akibatnya, bayi mengalami kesulitan bernafas sewaktu dilahirkan. Belum lagi kalau air ketuban sampai terhirup bayi yang berakibat fatal. 2. Teratogenik Teratogenik adalah kelainan pembentukan kongenital yang dapat menyebabkan kecacatan pada bayi. Salah satu penyebabnya adalah konsumsi kosentrat yang tak direkomendasikan tersebut adalah jamu. Bukan tak mungkin dalam kosentrat tadi terkandung zat-zat bahaya yang dapat mengancam dan menimbulkan masalah pada janin yang pada giliran berikutnya bisa mengakibatkan kecacatan pada janin. 3. Kelainan jantung. Jamu juga bisa menyebabkan gangguan jantung pada janin, salah satunya adalah kebocoran sekat jantung, terlebih bila konsumsi hamil muda.Ada juga sebagian orang beranggapan, jamu tidak mengandung berbahaya, jadi tidak akan ada efek apa apa pada janinnya ketika di konsumsi. Jamu yang di konsumsi haruslah jamu yang di buat sendiri dan masih segar ( fresh ). Jangan pernah mengkonsumsi jamu yang dalam kemasan. Sebaiknya untuk lebih jelas tentang dampak mengkonsumsi jamu dalam kondisi hamil, konsultasikan pada dokter atau ahli kandungan.

3. TINJAUAN

KESEHATAN

MENGENAI

KEBIASAAN

MINUM-

MINUMAN KERAS CIU BEKONANG DI DAERAH SUKOHARJO JAWA TENGAH


Masyarakat mempunyai kepercayaan yaitu, sikap untuk menerima suatu

pernyataan atau pendirian, tanpa menunjukkan sikap pro atau anti. Artinya, jika orang percaya bahwa merokok dan minum-minuman keras tidak baik untuk kesehatan, maka dianggapnya hal itu adalah benar, terlepas dari apakah dia suka atau tidak suka merokok atau minum-minuman keras. Seringkali suatu kepercayaan tumbuh dan berkembang dalam masyarakat dimana anggota-angotanya mempunyai kepentingan dan tujuan yang sama. Tidak jarang pula kepercayaan kelompok ini (group belief) ditumbuhkan oleh pihak yang berwenang atau pemimpin masyarakat yang disebarluaskan ke anggota masyarakat lainnya. Seperti yang terjadi dengan penyalahgunaan produksi ethanol atau yang terkenal dengan Ciu Bekonang, para tokoh agama dan tokoh masyarakat telah berulangkali memberikan nasehat bahwa minum-minuman keras itu dilarang agama dan aan berdampak buruk pada kesehatan. Namun yang terjadi, walaupun sudah ada keprcayaan dan pandangan yang sama mengenai dampak buruk minum-minuman keras, tetaplah masih ada yang melakukannya juga. Kepercayaan tentang apa yang dianggap baik / benar dan apa yang dianggap tidak baik / salah disebut nilai. Nilai sosial mencerminkan budaya suatu masyarakat dan berlaku bagi sebagian besar anggota masyarakat penganut kebudayaan tersebut. Jika individu menerima sutu nilai tertentu, dia dapat menjadikannya sebagai tujuan hidupnya (Krech et all 1962 dalam Sarwono, 1997). Guna mengatur perilaku individu dalam kelompok agar sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku dibuatlah norma-norma tertentu, berupa peraturan yang disetujui oleh anggota masyarakat, yang menguraikan secara rinci tentang perilaku yang harus atau justru tidak boleh dilakukan dalam suatu keadaan atau kedudukan tertentu. Norma sosial kadang-kadang juga mencakup jenis sangsi atau imbalan yang akan diberikan kepada mereka yang melanggar atau mematuhi peraturan

tersebut (Krech, et all 1962 dalam Sarwono,1997). Jadi norma sosial ini digunakan sebagai mekanisme kontrol perilaku individu dalam masyarakat. Norma sosial di desa Bekonang mengenai kebiasaan minum-minuman keras adalah menyatakan bahwa hal tersebut tetaplah tidak bisa dibenarkan dari sudut ajaran agama maupun dampak buruknya. Namun karena norma lama yang diturunkan jaman nenek moyangnya, maka jenis sangsi bagi indvidu yang melakukannya juga masih

longgar. Stigma masyarakat mengenai kebiasaan seseorang minum-minuman keras adalah bentuk sangsi yang paling sering terlihat.

4. Kebiassan Budaya Makan Lokal Makassar

dengan Kebiasaan makan Coto

Bagi kalangan muda dan anak-anak di kota Makasar, makanan barat lebih diminati daripada makanan tradisonal, atau makanan yang biasa dimakan di rumah. Hal itu disebabkan untuk mencari suasan baru dan ketertarikan anak-anak muda pada kemasan dan tempat yang menarik. Dalam pesta pernikahan maupun acara adat lainnya hidangan tradisional masih mendominasi jenis hidangan yang ditampilkan. Jenis-jenis makanan dari Barat juga mulai hadir dalam acara-acara adat, meskipun tidak mencolok. Hal itu disebabkan oleh kemampuan ekonomi masyarakatnya. Dengan demikian nampak suatu pandangan bahwa makanan barat mahal, sementara makanan tradisional murah (Sedyawati dan Mulyadi, 2007). Coto makassar yang berbahan jeroan seringkali dianggap sebagai biang kerok timbulnya berbagai penyakit berbahaya seperti: jantung koroner, stroke, dan asam urat sehingga sebaiknya konsumsi coto makassar ini dihindari. Tapi sebagian orang tetap tidak peduli, terbukti masih banyak pengunjung yang memadati restoran, rumah makan, kafe ataupun warung -warung coto makassar baik pagi, siang ataupun malam. Ada juga suatu istilah bagi masyarakat Makassar yaitu garring coto (sakit coto), misalnya pada orang yang sedang letih karena kerja berat, sakit flu, masuk angin, dan kurang enak badan akan segera sembuh ketika sudah memakan satu porsi coto makassar. Coto Makassar ini sering dikonsumsi bersama ketupat, biasanya satu porsi coto dimakan bersama 2-3 buah ketupat (450 gr), sehingga menjadikan makanan coto Makassar ini sebagai makanan yang tinggi kalori tinggi lemak dan tergolong fast foodlokal. Sop saudara dan Sop konro/konro bakar juga tidak jauh berbeda dengan coto Makassar, makanan yang hanya mengandung daging sapi ini tidak kalah populernya dengan coto. Hanya saja sop konro dan sop saudara harganya lebih mahal dibandingkan dengan coto Makassar, oleh karena itu digolongkan makanan untuk kelas menengah keatas. Makanan ini juga tergolong fast food lokal yang mengandung lemak tinggi, dan hanya dikonsumsi dengan nasi sehingga menjadikannya sebagai menu yang tidak seimbang. Tentunya bagi orang yang memiliki riwayat penyakit tidak menular dan yang obesitas harus menghindari menu

makanan ini, namun hal itu sangat sulit dilakukan mengingat tempat makan yang ada di kota Makassar sudah menjamur dan menyediakan menu tersebut. Untuk jenis kue tradisional, karena sebagian besar mengandung gula yang tinggi sehingga bagi penderita diabetes harus bisa membatasi konsumsi jenis kue tersebut. Walaupun agak sulit mengingat kue-kue tersebut hampir selalu ada disetiap acara-acara yang diadakan masyarakat Bugis-Makassar. Berdasarkan gambaran makanan khas suku Bugis-Makassar diatas, memang kebanyakan mengandung lemak, kalori, dan gula yang tinggi sehingga bagi orang yang memiliki penyakit non infeksi (non communicable disesase) harus bisa membatasinya. Namun kita tidak dapat menyimpulkan secara langsung bahwa semua makanan khas Makassar dapat merugikan kesehatan. Sebagai perbandingan, berdasarkan data Riskesdas 2007 bahwa konsumsi makanan manis di kota Makassar mencapai 78,5% (Sulsel 60,1%) sedangkan yang berlemak 13,0% (Sulsel 6,8%) dan jeroan 2,7% (Sulsel hanya 1,5%), sedangkan untuk konsumsi sayuran sangat kurang bahkan mencapai 91% (usia >10 tahun). Tingkat konsumsi makanan manis, berlemak, dan jeroan yang cukup tinggi di kota Makassar mungkin saja terjadi mengingat sejak pertengahan tahun 2004 perkembangkan restoran fast food lokal yang menyajikan makanan-makanan berlemak dan jeroan terus meningkat. Tingkat konsumsi makanan manis, berlemak, dan jeroan menurun seiring bertambahnya umur, berarti dapat disimpulkan bahwa yang lebih banyak menikmati fast food lokal ini adalah anak-anak dan remaja. Tentunya peranan orang tua sangat penting yakni harus dapat mengontrol mengajarkan anaknya bahwa konsumsi coto Makassar, sop saudara, sop konro, dan jajanan tradisional yang manis bolehboleh saja selama tidak dilakukan setiap hari dan menjadi kebiasaan. Selain itu budaya makan bersama tiap waktu makan tiba harus terus dilestarikan oleh masyarakat BugisMakassar untuk menanamkan kepada anak bahwa makan makanan yang dimasak dirumah lebih baik dibandingkan dengan makan di restoran fast food lokal tersebut.

5. Budaya mengkonsumsi Daging kelinci menjadi pengganti kalong sebagai obat Asma
Banyak masalah dengan konsumsi kalong ini, mulai dari mempertanyakan kehalalannya, merasa jijik, ngeri sampai kesulitan dalam mendapatkan binatang malam ini. Kemunculan daging kelinci sebagai alternatif pengganti kalong cukup menggembirakan, mengingat kemudahan dan kelezatannya sudah mulai memasyarakat. Daging kelinci ternyata mengandung satu zat yang disebut senyawa kitotefin. Senyawa tersebut apabila digabungkan dengan berbagai senyawa lain seperti lemak omega tiga dan sembilan, disinyalir bisa sebagai penyembuh penyakit asma. Secara teknis, daging penghasil senyawa kitotefin ini berfungsi untuk menstabilkan membran sel mastosit. Asma, yang terjadi lantaran alergi bisa dicegah dengan adanya daging bersenyawa kitotefin itu di dalam tubuh. Sebab daging tersebut merangsang terbentuknya antibodi pada tubuh. Dan apabila antibodi tersebut melekat pada sel mastorit, bisa mencegah pecahnya membran. Pecahnya membran bisa membentuk otot-otot polos saluran napas berkontraksi. Hasilnya, saluran napas menyempit hingga terjadi asma. Yang perlu diperhatikan mungkin hanya masalah pengolahan daging sebelum dimakan. Sebab kalau sembarangan mengolah bisa mengakibatkan hilangnya kadar kotitefin yang ada. Jadi disarankan tidak mengolah daging dalam kondisi terlalu panas. Suhu yang disarankan untuk memasak daging ini, jangan sampai melebihi 150 derajat Celcius

6. Tinjauan dampak makanan pedas terhadap budaya mengkonsumsi Masakan Padang


Makanan berbumbu pedas merupakan salah satu ciri khas makanan Nusantara. Masakan Padang dari Sumatera Barat, salah satunya. Di daerah ini, menyantap makanan pedas sudah menjadi kebiasaan. Dan, cabai dianggap sebagai bahan utama masakan Padang. Selain Cabai, rasa pedas juga bisa didapat dari rempah, seperti lada hitam, merica atau bumbu dapur lainnya. Meski sering digunakan sebagai pembangkit selera, rasa pedas yang berlebihan ternyata dapat mengganggu proses pencernaan dan kesehatan, mulas misalnya, Namun banyak juga orang yang menganggap lumrah. Tetapi, benarkah makanan pedas tidak berpengaruh terhadap kesehatan. Efek mengonsumsi makanan pedas berlebih dapat menyebabkan perih pada lambung. Terlalu sering menengkonsumsi makanan pedas juga dapat menyebabkan permukaan lambung menjadi rapuh dan mudah mengalami luka. Gangguan ini disebut gastritis atau maag, yang terjadi karena adanya peradangan pada lapisan lambung. Juga, bisa menimbulkan dispepsia atau nyeri lambung. Gejalanya, cepat kenyang, perut kembung dan berasa penuh, mual serta muntah. Makanan pedas juga dapat mempercepat gerakan di usus yang mempermudah terjadinya diare. Ketika makanan pedas sampai di usus besar, efek iritasi ini akan langsung terasa. Tubuh pun akan mengirim lebih banyak air ke usus untuk meredakan gejala iritasi. Tapi, setiap orang memiliki kepekaan usus yang berbeda, sehingga daya tahannya juga berbeda. Selain itu, rasa pedas juga dapat menimbulkan pengaruh terhadap kualitas tidur atau insomnia. Mengkonsumsi makanan pedas secara teratur juga bisa mengurangi kepekaan indra perasa secara permanen. Dampak terburuknya, lidah menjadi kurang peka mengenali rasa dari makanan atau minuman. Perlu diperhatikan, pengaruh rasa pedas bagi tubuh juga tergantung dari kondisi orang pada saat mengonsumsi makanan pedas. Orang yang suka makan pedas biasanya tidak berakibat apapun pada lambungnya, ketika dia sedang stres atau kondisi badannya tidak sehat, bisa diare usai mengkonsumsi makanan pedas.

7.

Budaya Hidangan Daging Kelelawar


Prilaku atau kebiasaan binatang ini khas, keluar kandang menjelang malam, dan baru kembali saat dini hari. Keberadaan kelelawar ini juga menjadi pertanda buat masyarakat Kabupaten Soppeng, Sulawesi Selatan, Indonesia. Pusat kotanya menjadi tempat berkumpulnya mamalia ini. Beberapa daerah di Indonesia telah ada restoran yang menyajikan hidangan daging kelelawar. Contohnya, seperti di Manado. Pada restoran tersebut, kelelawar dimasak dengan dengan kuah santan (sari kelapa) atau dirica-rica. Menurut beberapa penikmat kuliner ekstrim, daging paniki yang berkuah santan terasa manis dan dagingnya seperti bebek. Tata cara pengolahan daging kelelawar sama seperti daging lainnya. Pengolahan yang baik membuat daging kelelawar tidak lagi menjadi makanan yang menjijikkan. Kelelawar yang berwarna cokelat ternyata memiliki aroma seperti buah apel setelah menjadi hidangan. Kuliner daging kelelawar tidak kalah enaknya dengan hidangan makanan menu daging lainnya. Sangat mirip daging kerbau atau kelinci. Daging kelelawar juga banyak memiliki serat. Bagi masyarakat, mengkonsumsi kelelawar dapat mengobati berbagai penyakit, diperkirakan dapat menyembuhkan penyakit akibat penyempitan pembuluh darah dan penyakit asma. Dari berbagai sumber berbeda. Pengolahan kalong/kelelawar untuk pengobatan sangat sederhana. Daging kelelawar dibakar kemudian langsung di makan oleh orang yang terkena penyakit. Jangan digoreng karena bercampur dengan minyak khasiatnya berkurang.

8. Nasi papah antara budaya dan kesehatan


Di kabupaten Lombok Timur angka pemberian ASI Eksklusif berdasarkanlaporan tahunan dinas kesehatan masih sangat rendah, yaitu sekitar 13 %, bahkandalam Survey PHBS 2007 menunjukkan cakupan pemberian ASI Eksklusif sebesar0 %. Banyak factor yang mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif tersebut sepertikarena ibu bekerja, pengaruh iklan, dorongan dari keluarga dan pengaruh tenagadan sarana kesehatan. Namun diantara beberapa factor tersebut ada kebiasaan yangkurang baik yang masih menjadi budaya masyarakat sekitar yaitu membuang ASIpertama yang keluar (colustrum) dan memberikan makanan sebelum waktunyakepada bayi dalam bentuk nasi papah. Nasi papah masih menjadi permasalahan yang sulit diatasi apalagi dalamupaya meningkatkan cakupan pemberian ASI Eksklusif di Kabupaten LombokTimur. Oleh karena itu perlu dirancang strategi promosi kesehatan yang dapatditerima oleh masyarakat sekitar tentang kerugian pemberian nasi papah tersebut.Nasi papah dari Sisi Budaya. Sangat sedikit literature yang menjelaskan kapan nasi papah itu mulaidiberikan, bahkan kalau kita menanyakan pada nenek-nenek kita di kampongmengatakan bahwa kamu besar juga karena dulu diberikan nasi papah dankenyataannya kamu bias hidup dan sukses seperti saat ini. Jadi disini dapatdijelaskan bahwa praktek pemberian nasi papah tersebut sudah berlangsung sangatlama dan diteruskan secara turun temurun. Sebagian ibu-ibu percaya bahwa anak-anak memerlukan makanan untukdapat tumbuh dan berkembang. Untuk itu diperlukan makanan yang tersedia setiapsaat dan tidak membahayakan kesehatannya baik dari segi ukuran maupunteksturnya. Indikator yang dapat dilihat untuk menentukan kekenyangan seorangbayi adalah apabila dia terus menerus menangis walaupun sudah diberikan ASI. Untuk memenuhi kebutuhan bayi maka ibu-ibu atau nenek akanmemberikan berbagai jenis makanan mulai dari madu, pisang, bubur dan lainsebagainya. Namun masih ada sebagian masyarakat yang tinggal di daerah-daerahtertentu masih menerapakan kebiasaan memberikan nasi papah kepada bayinya. Nasi papah adalah nasi yang dikunyah terlebih dahulu sebelum diberikankepada bayinya. Bahkan ada yang sengaja menyimpan untuk beberapa kalipemberian makanan. Kebiasaan

memberikan makanan kepada bayi berupa nasipapah didapatkan secara turun temurun, dan ini merupakan bentuk kearifan localtentang hubungan kasih saying antara ibu dan bayinya. Sebagian masyarakat memberikan nasi papah berdasarkan keyakinanagama bahwa Rasulullah Muhammad SAW pernah memberikan papahan kurmakepada anak-anak kecil atau bayi-bayi. Begitu juga dengan anjuran memberikanmadu pada bayi yang baru lahir. Mungkin ini perlu pembahasan yang lebih lanjutsejauhmana keshahihan hadist-hadist tersebut sehingga pemahaman itu biasmenjadi budaya di Pulau Lombok? Jika memang hadist tersebut shahih kenapakebiasaan pemberian nasi papah hanya terdapat di Pulau Lombok tetapi tidakditemukan pada masyarakat muslim lainnya? Pertanyaan pertanyaan ini mungkinakan dibahas pada lain kesempatan. Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J.Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yangterdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki olehmasyarakat itu sendiri. Istilah sebagai sesuatu yang turun temurun dari satugenerasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic.Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilaisosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial,religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistikyang menjadi ciri khas suatu masyarakat. Nasi papah sudah menjadi bagian dari kebudayaan masyarakat karenaadanya anggapan itu sudah merupakan tradisi yang harus terus dikembangkan dandilestarikan. Kebudayaan dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan dan meliputisistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalamkehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudankebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhlukyang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnyapola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam

melangsungkankehidupan bermasyarakat Banyak hal yang belum bisa dijelaskan secara nyata tentang pemberian nasipapah tersebut.

Ada beberapa factor yang menyebabkan orang memilih suatubudaya terutama dalam makanan antara lain adanya nilai makanan, pantanganagama, takhayul dan kepercayaan tentang kesehatan. Pemilihan makanan jugadapat disebabkan karena makanan itu dianggap baik oleh masyarakat dan yangtidak kalah penting adalah ketersediaan bahan makanan dan kemampuanmengekploitasi bahan makanan tersebut. Baliwati, dkk. (2004), mengeksplorasi bahwa komponen ketersediaan danstabilitas pangan dipengaruhi oleh sumber daya alam, manusia, sosial dan produksipangan. Akses pangan menunjukkan jaminan bahwa setiap rumah tangga danindividu mempunyai sumber daya yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pangansesuai dengan norma gizi. Kondisi tersebut tercermin dari kemampuan rumahtangga untuk meningkatkan produksi pangan dan peningkatan pendapatannya. Selain faktor-faktor di atas faktor sosio budaya dan religi juga dapatmempengaruhi ketahanan pangan dan konsumsi pangan masyarakat. Kebudayaansuatu masyarakat mempunyai kekuatan yang besar terhadap pemilihan bahanmakanan yang digunakan untuk dikonsumsi. Karena aspek sosio budayamerupakan fungsi pangan dalam masyarakat yang berkembang sesuai dengankeadaan lingkungan, agama, adat istiadat, dan kebiasaan masyarakat tersebut. Masyarakat menganggap pemberian nasi papah aman-aman saja dan tidakmenimbulkan permasalahan yang berarti bagi kesehatan. Dengan memberikan nasipapah merupakan bentuk ekspresi kasih saying orang tua kepada anaknya.Merekamerasa menjadi lebih aman, tenang. Kontak air liur juga dipercaya akanmempererat hubungan emosional antara orang tua dan si anak.

9. Tinjauan budaya Mengkonsumsi Es Teh Bagi Ginjal


Popularitas Es teh terbukti dengan kehadirannya di hampir semua tempat makan, mulai dari kelas warung hingga restoran mahal. Mungkin banyak yang setuju dengan jargon es teh kemasan. Tapi tahukah Sobat, di balik kenikmatannya Mengkonsumsi es teh, ternyata mengkonsumsi es teh menyimpan potensi merugikan bagi kesehatan. Penelitian Loyola University Chicago Stritch School of Medicine mengungkap bahwa mengkonsumsi es teh berlebih meningkatkan risiko menderita batu ginjal. Seperti dikutip dari laman Times of India, es teh mengandung konsentrasi tinggi oksalat, salah satu bahan kimia kunci yang memicu pembentukan batu ginjal. Bagi mereka yang memiliki kecenderungan sakit batu ginjal, es teh jelas menjadi minuman terburuk, kata Dr John Milner, asisten profesor Departemen Urologi, yang tergabung dalam penelitian. Milner mengatakan, teh panas sebenarnya juga menyimpan efek buruk yang sama. Hanya, takaran penyajian teh panas biasanya lebih kecil. Logikanya, orang meminum teh panas tak akan sebanyak minum es teh. Jarang orang yang mengonsumsi teh panas saat haus. Berbeda dengan es teh, di mana banyak orang sanggup meminumnya lebih dari segelas saat haus dan udara panas. Pria, wanita posmenopause dengan tingkat estrogen rendah, dan wanita yang pernah menjalani operasi pengangkatan indung telur paling rentan terpapar dampak buruk es teh. Oleh karenanya, Milner menyarankan, mengganti konsumsi minuman itu dengan air putih, atau mencampurnya dengan lemon. Lemon kaya kandungan citrates, yang dapat menghambat pertumbuhan batu ginjal, kata Milner. Batu ginjal adalah kristal kecil yang terbentuk dari mineral dan garam yang biasanya ditemukan dalam air seni, ginjal atau saluran kemih. Mineral tak terpakai itu umumnya bisa keluar dari tubuh bersama urin, tapi dalam kondisi tertentu bisa mengendap dan membatu di dalam saluran kemih. Peneliti juga mengungkap sejumlah makanan lain yang berpotensi menyimpan efek buruk. Mereka menyebut antara lain: bayam, cokelat, kacang-kacangan, garam, dan daging.Sebaiknya, konsumsi es teh dan makanan-makanan itu secara moderat demi kesehatan ginjal. Padukan pula dengan makanan tinggi kalsium yang dapat mereduksi oksalat. Dan, tentu saja perbanyak minum air putih.

10. Budaya Makan Beras Mentah


Makan beras mentah menjadi fenomena menarik untuk dibahas kali ini. Karena aktivitas seperti ini kerap kali kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Kebiasaan makan beras mentah yang sering di lakukan oleh ibu hamil sudah sejak lama, namun fenomena lain yang muncul ketika anak atau bocah yang masih berumur 3 tahun juga doyan dengan beras mentah seperti yang dilansir beberapa media cetak dan elektronik baru-baru ini. Entah hal ini terjadi akibat kebiasaan ibunya ngemil beras mentah ketika bocah ini masih dalam kandungan atau tidak. Dampak langsung akibat makan beras mentah bagi kesehatan hingga saat ini belum di ketahui secara pasti. Hal ini masih dalam penyelidikan kami sebagai ahli medis. Kebiasaan makan beras mentah jika ditinjau dari segi kesehatan tentu mempunyai efek buruk bagi kesehatan baik itu secara langsung maupun dalam jangka panjang. Dampak langsung bagi kesehatan akibat makan beras mentah dapat mengakibatkan:

Dapat menimbulkan sakit perut dan diare diakibatkan oleh beras yang mungkin

saja tidak bersih atau sudah terkontaminasi dengan bakteri atau virus.

Dapat menimbulkan penyakit maag dan beberapa penyakit usus lainnya akibat

ketidak mampuan atau lambannya usus saat mencerna beras ini.

Dapat menyebabkan cacingan karena kemungkinan beras yang dimakan tersebut

telah terkontaminasi dengan telur-telur cacing yang kasat mata.

Dapat menyebabkan kerusakan gigi secara permanen karena masuknya butiran

halus beras disela-sela gigi apalagi jika ngemil beras mentah dilakukan menjelang tidur. Dampak tidak langsung akibat makan beras mentah bagi kesehatan seperti:

Dapat mengakibatkan tubuh kekurangan karbohidrat karena lambannya proses

pencernaan untuk mencerna beras dalam perut jika di bandingkan dengan mengkonsumsi beras yang telah di masak.

Dapat menyebabkan kerusakan ginjal dan penyakit kanker akibat pestisida yang

digunakan petani saat menanam padi masih terdapat pada beras tersebut

You might also like