susu. Tetapi saat ia melihat kaki depannya,ya ampun! Tak hanya kaki depannya, dada,perut, kedua kaki belakangnya serta ekornya yang panjang dan indah pun juga hitam pekat seperti dasar penggorengan. Hitam legam! Hitam legam! Shiro menggonggong sejadi-jadinya, sambil melompat dan berputar-putar seperti sudah gila. Wah, apa yang harus kita lakukan? Haru, dia pasti anjing gila, kata gadis kecil itu berdiri ketakutan dan suaranya seperti hampir menangis. Saudara laki-lakinya yang lebih berani tiba-tiba memukul pundak kiri Shiro dengan tongkat baseball. Bahkan pukulan kedua mengarah ke kepala shiro. Shiro merunduk cepat dan kabur ke luar menuju kearah dia tadi datang. Hanya saja , kali ini dia tidak pergi terlalu jauh. Di bagian tepi rerumputan di bawah pohon palem, terdapat sebuah kandang anjing yang dicat warna krem. Ketika sampai di depan kandang itu, Shiro menengok kearah anak-anak pemilik rumah itu. Nona! Tuan muda! Aku Shiro. Meski hitam legam , aku ini tetap Shiro anjingmu! Suara Shiro bergetar sedih bercampur kesal yang sulit diungkapkan. Tentu saja kedua anak itu tak dapat memahami perasaannya. Dia masih saja menggonggong di sana. Benar-benar anjing liar tak tahu diri. Kata gadis dengan nada penuh kebencian Dia enghentakkan kakinya ke tanah. Sedangkan si bocah lelaki, mengambil beberapa kerikil dari jalan setapak lalu melemparnya kea rah Shiro dengan sekuat tenaga. Sialan! Pergi kau, anjing bodoh, tak tau diri! Rasakan ini! Rasakan ini! Batu-batu kerikil terus beterbangan kearah Shiro. Beberapa di antaranya ada yang mengenai bagian belakang telinga dan menyebabkan berdarah. Akhirnya, shiro pergi melalui lubang di bawah pagar hitam itu dengan ekor dimasukkan di antara kedua kaki belakangnya. Di luar pagar, seekor kupu-kupu terbang mengepakkan sayap dengan santainya. Sayap putihnya tampak bermandikan butiran perak cahaya mentari musim semi. Aaahh. Kini aku jadi anjing tanpa rumah, desah Shiro saat ia berhenti sejenak, melamun di bawah tiang listrik.