Professional Documents
Culture Documents
1. Jenis edema otak dengan tatalaksananya Edema otak merupakan peningkatan volume otak yang disebabkan peningkatan jumlah air dan natrium. Ketika edema otak berada dalam tingkat ringan atau terlokalisir lokal, maka kecil atau tidak terdapat hubungan dengan kemungkinan disfungsi otak, namun dalam tingkat yang serius, edema otak dapat menyebabkan efek massa intrakranial masif dan dapat menimbulkan herniasi batang otak. Edema otak dibagi menjadi dua jenis berdasarkan lokasi utama dari cairan edema yaitu intraseluler dan ekstraseluler. Kemudian, edema intraseluler dibagi menjadi dua bentuk lagi berupa sitotoksik dan osmotik, sedangkan edema ekstraseluler dibagi lagi menjadi bentuk vasogenik dan interstitial.
Kondisi yang Berhubungan dengan Edema Otak Edema Intraseluler Sitotoksik Infark serebral Trauma iskemia hipoksia Reye syndrome Osmotik Hiponatremia akut Ketoasidosis diabetikum Dialysis dysequilibrium syndrome Edema Ekstraseluler Vasogenik Tumor Otak Abses Sindrom hiperperfusi post-endarterectomi
Edema serebral pada ketinggian tinggi Porfiria intermiten akut MS Sindrom ensefalopati reversibel posterior Ensefalopati hipertensif Eklampsia Lead encephalopathy Immunosupresan (tacrolimus/FK-506, cyclosporine A, Interferon alpha (IFN-), Immunoglobulin IV Agen kemoterapi (cisplatin, cytarabine) Erythropoietin End-stage renal disease Interstitial Hidrosefalus
Kombinasi Edema Intraseluler dan Ekstraseluler Vasogenik dan sitotoksik Perdarahan intracerebral Perdarahan subarachnoid Dural sinus thrombosis Trauma otak Ensefalitis Meningitis Ensefalopati hepatikum
Klasifikasi Edema Otak Vasogenik Patogenesis Permeabilitas kapiler Seluler Pembengkakan seluler disebabkan kegagalan energi atau gaya osmotik Lokasi edema Terutama substantia alba Komposisi cairan edema Volume cairan ekstraseluler Daya permeabilitas kapiler Kelainan klinis Tumor otak, abses, infark (lama), trauma, perdarahan intraserebral, ensefalopati hepatik,edema serebral pada ketinggian tinggi Efek terapi Steroid Osmoterapi Bermanfaat pada tumor otak, abses Efektivitas terbatas pada gangguan blood-brain barrier Tidak efektif Efektif Tidak efektif Jarang berguna Hipoksia-iskemia (awal), hipoosmolalitas, sindrom disekuilibrium dialisis Hidrosefalus obstruktif, hipertensi intrakranial idiopatik Normal Normal Substansia alba dan grissea Interstitial Peningkatan cairan otak akibat blok absorspi cairan serebrospinal Substansia alba periventrikuler Cairan serebrospinal
Filtrat plasma termasuk protein plasma Peningkatan air dan natrium intraseluler
Tatalaksana spesifik untuk edema otak Glukokortikoid Glukokortikoid secara dranatis dan cepat (dalam hitungan jam) mulai mengurangi tanda-tanda umum dan fokal edema otak di sekitar tumor dan abses, tetapi tidak efektif untuk edema yang merupakan akibat dari infark serebral, perdarahan intrakranial, dan perdarahan subarakhnoid. Mekanisme utama efektivitas glukortikoid pada edema otak vasogenik adalah efek normalisai langsung dari fungsi sel endotel dan permeabilitas ketika proses didorong oleh pelepasan sitokin lokal, faktor angiogenik, molekul adhesi vaskuler, dan mediator inflamasi lainnya. Glukokortikoid potensi tinggi dan long acting merupakan jenis yang paling banyak digunakan untuk tatalaksana edema vasogenik yang berhubungan dengan tumor atau infeksi. Dosis umum deksametason dengan dosis awal 10 mg diikuti 4-6 mg empat kali sehari untuk setelahnya. Manitol Manitol intravena merupakan larutan yang paling banyak digunakan untuk terapi hipertensi intrakranial yang berhubungan dengan edema otak. Dengan larutan 20% pada dosis 0,25-1,5 g/kg, manitol mendehidrasi jaringan otak dan mendorong penurunan tekanan intrakranial melalui beberapa mekanisme. Pertama, manitol adalah diuretik osmotik yang meningkatkan gradien konsentrasi pada sawar darah otak dan menarik air bebas dari otak. Hal ini menyebabkan penurunan volume parenkim otak dan menurunkan tekanan intrakranial. Kedua, manitol meningkatkan tekanan perfusi otak melalui ekspansi plasma, dan mendorong vasokonstriksi dan penurunan volume darah otak dengan menurunkan kekentalan darah. Akhirnya, manitol diekskresikan di urin, menyebabkan klirens air bebas dan meningkatkan osmolalitas serum. Saline hipertonik Saline hipertonik memiliki efek osmotik di otak karena tonisitas yang tinggi dan kemampuan untuk berada di luar sawar darah otak secara efektif. Saline hipertonik memiliki efek berupa peningkatan tekanan perfusi serebral dan mikrovaskulatur serebral melalui efek lokal. Infus dosis bolus 3%, 7%, 10% atau 23% dapat menurunkan tekan intrakranial secara maksimal dalam 2 jam, dengan perbaikan tekanan perfusi otak.
2. Trauma kepala dengan gejala klinisnya Trauma kepala dapat menyebabkan perdarahan di dalam kranium dengan rongga tetap merupakan kegawatdaruratan yang mengancam nyawa. Akumulasi volume darah dapat meningkatan tekanan intrakranial, yang malah merusak otak dan menyebabkandefisit neurologis oermanen atau kematian. Perdarahan otak dibagi menjadi 4 golongan yaitu: Epidural hematoma Subdural hematoma Perdarahan subarachnoid Perdarahan intraserebral
Manifestasi klinis dari perdarahan intrakranial berupa nyeri kepala, nausea, muntah, bingung, somnolen, atau kejang. Perdarahan Subarachnoid Gejala klasik berupa sakit kepala thunderclap dengan onset akut yang dapat disertai kehilangan kesadaran, muntah, kaku kuduk, atau kejang. Nyeri kepala biasanya di daerah oksipital dan unilateral. Epidural hematoma Epidural hematoma merupakan akumulasi darah diantara tulang tengkorak dan dura, biasanya terjadi setelah trauma kepala dengan benda tumpul. Fraktur tulang temporal dapat menggangu arteri meningeal medial sehingga menyebabkan perdarahan tekanan tinggi di dalam rongga kranial. Herniasi juga dapat terjadi jika hematoma tidak diselamatkan. Biasanya, pasien dengan epidural hematoma mengalami kehilangan kesadaran singkat setelah trauma dalam hitungan menit, diikuti periode tenang. Kemudian mereka kehilangan kesadaran lagi dan perburukan menjadi herniasi kemudian meninggal. Subdural hematoma Subdural hematoma merupakan pengumpulan darah diantara dura dan arachnoid mater. Ketika epidural hematoma biasanya ipsilateral dari trauma,perdarahan subdural biasanya kontralateral. Subdural hematomas terbentuk ketika vena penghubung robek ketika akselerasi dan deselerasi kepala. Gejala khas subdural hematoma adalah
peningkatan intensitas nyeri kepala dan konfusi secara perlahan-lahan. Subdural hematoma akut biasanya terjadi pada pasien muda. Subdural hematoma kronis biasanya terjai pada lansia dan pasien alkohol karena adanya atrofi otak dan gangguan koagulopati. Gejala klinis yang paling sering adalah perubahan status mental. Hemiparesis, nyeri kepala, dan jatuh merupakan gejala umum lainnya. Contusio Cerebri Contusio cerebri merupakan memar pda otak yang disebabkan akibat trsuma tumpul pada kepala. Contusio cerebri biasanya berhubungan dengan edema otak, yang menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial sehingga gejala yang terjadi pada contusio cerebri biasanya lebih dominan dengan gejala peningkatan tekanan intrakranial seperti papiledema, bradikardia, dan nyeri kepala.