You are on page 1of 12

i-

i.

KUMPULAN KULIAtf

ILMU BEDAH
Editor Ketua: Soelarto Reksoprn-''' > Anggota: Aniono D. Piisponecioro Dcmnawan Kartono E.U. Hutagalung Rochani 'Sumardi Chaula Luthfia S. Machlis Rarnii Kukiih Basuki Rachmat Mimiizal Dachlan

Bagian Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/

IBIllIlll^^

2 KUMPULAN KULIAH EMU BEDAH

Secara klinis Higroma kistika akan memberikan massa yang iunak, fluktuasi dan lobulated (berlobus-lobus) dan transiluminasi pada pemeriksaan dia-fanoskopi batas tidak tegas. Kelainan ini dapat besar sekali, kadang-kadang menimbulkan kesukaran bernafas apabila berlokasi di leher. Pengobatan Utama adalah pembedahan. Sebaiknya dilakukan pada usia anak yang cukup untuk mengatasi risiko operasi. KEPUSTAKAAN 1. 2. 3. Davis L: Christopher's Textbook of Surgery Six Ed. 1956. Greer R.O. Jr.; Mieran C.W.; Favara B.E.: Tumors of the Head Neck in Children. Praeger Publisher, 1983. Gross C.R.: The Surgery of Infancy and Childhood. Saunders 62.

KARSINOMA TIROID D. Tjindarbiimi Pendahuluan Karsinoma tiroid termasuk keganasan yang jarang ditemukan dibandingkan dengan keganasan lainnya. Di Rumah sakir Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta, tahun 1984 termasuk urutan yang ke-5 setelah keganasan jenis lainnya. Penyakit ini tumbuh dan berkembang secara lambat dan seringkali melakukan residif lokal, invasi lokal dengan mortalitas yang rendah, sebagian kecil dapat pula tumbuh dengan cepat dan berakhir fatal. Karena variasi yang begitu luas dari derajat keganasan tumor ini timbullah berbagai macam pertentangan pendapat mengenai penatalaksanaan karsinoma ini di berbagai pusat penanggulangan penyakit kanker di dunia ini. Kuliah ini akan memberikan sekedar gambaran bagaimana penatalaksanaan karsinoma tiroid yang dilaksanakan di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia di Jakarta yang disesuaikan dengan kondisi dan fasilitas yang ada berdasarkan pengalaman dan perkembangan llmu Bedah Onkologi di Rumah sakit Dr. Cipto Mangunkusumo/Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia sejak semua kasus keganasan tiroid dikelola oleh satu subbagian mulai tahun 1962.

TUMOR/ONKOLOGI 3

Epidemiologi Insidens karsinoma tiroid di Indonesia belum diketahui hingga sekarang, dise-babkan belum adanya pendataan keganasan yang terpadu (sentralisasi pada Badan Litbang Departemen Kesehatan Rl. Yang ada ialah pendataan kanker di berbagai Rumah Sakit/Lembaga Pendidikan di Indonesia yang bervariasi dari angka yang satu ke angka yang lain). Di Amerika Serikat insidens karsinoma tiroid pada tahun 1970 (1) adalah: 5.5/100.000 pada wanita - 2.4/100.000 pada laki-laki dan terbanyak pada usia 25-65 tahun. Di Indonesia, Tambunan (2) di Jakarta, menemukan 2,4% kasus keganasan dari 322 tumor tiroid selama tahun 1963 s/d 1969. Syarwani (3) di Surabaya tahun 1973 menemukan 15% keganasan dari 180 tumor tiroid; Ramli dkk(4) di Jakarta tahun 1978 menemukan 15% keganasan dari 601 kasus tumor tiroid selama 10 tahun (1969 s/d 1978); Reksoprawiro dkk(5) di Surabaya tahun 1982 menemukan keganasan 16,12% dari 397 kasus tumor tiroid di Surabaya; Simanjuntak dkk(6) di Jakarta menemukan 18,3% keganasan pada 60 kasus dengan tonjolan tunggal pada tiroid pada tahun 1982, dan Tjindarbumi dkk(7) menemukan 10,7% keganasan dari 964 tumor tiroid selama 5 tahun (1980 s/d 1984) di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta. Bila dibandingkan angka yang didapatkan oleh penulis luar negeri seperti Hirabayashi(8) (1960) dengan angka 6,6%, Winship(9) (1971) dengan angka yang berkisar antara 3,6% 17,1 % dab Crile (1975) dengan angka 3%, maka angka-angka penulis dari Indonesia menunjukkan frekwensi yang agak lebih tinggi dari luar negeri, kemungkinan penyebabnya masih harus diteliti lebih lanjut. Berdasarkan distribusi seks, didapatkan wanita lebih banyak dari laki-laki = 9:2, penulis-penulis lain seperti Syarwani (1973) menemukan 7:2, Reksoprawiro (1982) menemukan 5:1. Penulis luar negeri Hazart dkk (9) 3:1, McKen-zie(11)5:1. Menurut distribusi umur, kasus-kasus di RSCM Jakarta tersering berkisar pada umur 40-60 tahun (1984). Winship (1967) mengemukakan umur yang tersering terkena adalah antara 50-70 tahun.

in

i!

jumi

^kan asuk dan iokal igan asan ;enai yakit naan j mo. ngan ngan ; Ke-elola

Surgical Anatomy
Secara topografi kelenjar tiroid terdiri dari 3 lobus, lobus lateralis kanan dan kiri, serta yang di tengah yaitu ismus, kadang-kadang dapat ditemukan pula lobus ke-4 yaitu lobus piramidalis yang letaknya di atas ismus agak ke kiri dari midline. Lobus ini merupakan sisa jaringan embryonic thyroid yang keting-galan pada waktu migrasi jaringan ini ke bagian anterior di hipofaring.

KUMPULAN KULXAH HMU BEDAH

Letak kelenjar tiroid ini yang beratnya + 25-30 gr antara kartilago tiroidea dan cincin trakhea ke-6. Ismus letaknya antara cincin trakhea ke-2 dan 4. Seluruh kelenjar tiroid ini dibungkus oleh suatu lapisan jaringan yang di-namakan true capsule. Sedangkan extension dari lapisan tengah fasia servikalis profundus yang mengelilingi kelenjar tiroid itu dinamakan false capsule atau surgical capsule. Seluruh pembuluh darah arteri, vena, pleksus limfatikus dan kelenjar paratiroid, letaknya antara true dan false capsule. Kedua lobus tiroid dihubungkan di bagian posterior oleh ligamenta Berry yang letaknya antara os cricoid dan upper tracheal ring. Di depan ligamenta Berry ini terletak kelenjar paratiroid, biasanya 2 di atas dan 2 di bawah. Pada umumnya besarnya 6 mm panjang, 2 mm lebar dan 2 mm tebal. Yang penting adalah juga memperhatikan jalannya pembuluh darah arteria tiroid superior pada pool atas lobus kanan dan kiri. Dekat dengan arteria tiroid superior itu berada cabang eksterna dari nervus laringeus superior. Jangan meligasi arteria tiroid superior terlalu jauh dari pool atas lobus lateralis, dapat mencederai nervus laringeus superior. Kemudian terdapat nervus laringeus rekuren yang berjalan di sulkus tracheo-oropharyngeal dan meliwati arteria tiroid inferior di belakang atau didepannya. Jangan lupa memperhatikan kelenjar getah bening sepanjang vena jugularis interna, pre dan paratrakheal dan dinding trakhea serta mediastinum. Etiologi Tiga penyebab yang sudah jelas dapat menimbul.kan karsinoma tiroid: 1. Kenaikan sekresi hormon TSH (Thyroid Stimulating Hormon) dari kelenjar hipofise anterior disebabkan berkurangnya sekresi hormon T3 dan T4 dari kelenjar tiroid oleh karena kurangnya intake jodium. Ini menyebabkan tiroid yang abnormal dapat berubah menjadi kanker. Radiasi ion pada leher terutama anak-anak yang pernah mendapat terapi radiasi di leher dan mediastinum. Faktor genetik.

2.

3.

Klasifikasi Karsinoma Tiroid Banyak cara klasifikasi karsinoma tiroid yang dapat ditemukan dalam kepus-takaan. Kami sendiri mengikuti klasifikasi terbaru berdasarkan pembagian his-topatologi menurut Brennan dan Bloomer (1) (1982). 1. Wei! differentiated carcinoma (75%) - papillary adenocarcinoma - follicular carcinoma - hurthle cell carcinoma

TUMOR/ONKOLOGI 5

2.

Undifferentiated carcinoma (anaplastic) (20%) small cell carcinoma giant cell carcinoma

3. 4.

Medullary carcinoma (4%) Other malignant tumor (1 %) - sarcoma - lymphoma - epidermoid ca - metastasis tumor - malignant teratoma

Disini diuraikan dengan ringkas masing-masing tipe yang sering ditemukan di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo/Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. A. Well differential carcinoma 1. Adenokarsinoma papiler Umumnya tipe ini tumbuh lambat, bertahun-tahun, termasuk golongan yang berdiferensiasi baik. Biasanya terdapat pada usia kurang dari 40 tahun berbeda dengan tipe folikuler yang banyak pada usia di atas 40 tahun, walaupun dapat terjadi pada segala usia. Tipe ini merupakan golongan terbesar dari karsinoma tiroid (McKenzie 57%, Ramli M. dkk 48%, Tjindarbumi dkk. 52%). Gambaran histopatologik yang karakteristik, adalah ditemukannya struktur papiler dari sel-sel ganas yang uniform baik ukuran maupun . intinya. Kadang4<adang tipe ini disertai adanya struktur folikuler atau psamoma bodies di tengah-tengah struktur yang papiler. Penyebaran terutama melalui sistem kelenjar getah bening yang mula-mula terkena adalah kelenjar getah bening regional. Dapat juga bermetastasis jauh ke paru-paru dan tulang. Occult papillary carcinoma hanya diketahui secara kebetulan waktu operasi, karena ukurannya yang kecil, yaitu kurang dari 1,5 cm. Intra thyroid papillary carcinoma masih terbatas pada jaringan kelenjar tiroid. Extra thyroid papillary carcinoma sudah menembus kapsul kelenjar gon-dok dan menginfiltrasi jaringan sekitarnya. Adenokarsinoma folikuler : Golongan terbanyak kedua setelah adenokarsinoma papiler (McKenzie 22,5%), Ramli M. dkk 19,2%, Tjindarbumi 26%). Lebih ganas dari golongan pertama. Dapat ditemukan pada semua umur, tapi lebih banyak pada usia di atas 40 tahun, lebih sering unilateral daripada bilateral. Histopatologik memperlihatkan struktur sel tiroid yang merupakan folikel-folikel.

2.

KUMPULAN KULIAHILMU BEDAH

Penyebaran terutama melalui sistem pembuluh darah (hematogen). Metastasis jauh ke paru-paru, tulang dan alat visera lainnya seperti hepar dapat cepat terjadi. Kemungkinan untuk menjalani transformasi menjadi karsinoma anaplastik adalah dua kali lebih besar dari tipe adenokarsinoma papiler. B. Undifferentiated carcinoma Karsinoma anaplastik Perjalanan penyakit ini cepat dan biasanya fatal. Dalam beberapa minggu/ bulan sudah menyebabkan keluhan-keluhan akibat penekanan dan invasi karsinoma. Keadaan umum cepat menurun dan tumor cepat mengadakan metastasis jauh. Tipe ini secara histopatologik terdiri dari anaplastic spindle yang giant cell atau small cell. Sel-sel ini bervariasi dalam ukuran, bentuk dan inti. Banyak ditemukan mitosis. Penyebaran melalui sistem kelenjar getah bening dan bermetastasis jauh. C. Karsinoma meduler Sering ditemukan pada penderita usia tua (50-60 tahun). Kami sendiri menemukan satu kasus berusia 27 tahun. Karsinoma berasal dari sel Catau parafo-likuler kelenjar gondok yang banyak mengandung amiloid, yang merupakan sifat khasnya, disamping itu tumor ini mengeluarkan kalsitonin, ACTH, prostaglandin dan histamin. Sel Cdisebut juga sel APUD (amine precursor up take and decarboxylation cell) sehingga tipe ini disebut pula APUDOMA. Disebut juga karsinoma solidum karena jenis ini sangat keras seperti batu. Sering didapatkan bersamaan dengan penyakit/golongan hormonal lainnya seperti adenoma paratiroid, pheokromositoma. Tipe ini bersifat familial dan herediter. Penyebaran melalui sistem getah bening. D. Tumor-tumor ganas lainnya: sarkoma limfoma karsinoma epidermoid metastasis teratoma malignum

Cara pemeriksaan untuk membedakan neoplasma dari kelainan lain


7: Ultrasonografi

Pemeriksaan ini dapat membedakan kista terhadap kelainan lainnya pada kelenjar gondok. Persentase keganasan pada kista ini belum pernah didapatkan pada sample kami.

TUMOR/ONKOLOGI 7

Clark(12) (1975) mengemukakan bahwa angka ini sangat rendah. Keuntung-an dari pemeriksaan ini ialah kista dapat dideteksi dengan penampang 1-2 mm. 2. Scanning tiroid Dasar pemeriksaan ini adalah uptake dan distribusi Yodium radioaktif dalam kelenjar gondok. Pemeriksaan ini dimulai oleh Cassen dkk(12) tahun 1951. Yang dapat dilihat dari pemeriksaan ini adalah bentuk, besar dan letak kelenjar tiroid serta distribusi dalam kelenjar. Juga dapat diukur uptake yodiumnya dalam waktu 3, 12, 24 dan 48 jam. Penelitian Asmara dari Jakarta tahun 1977 dengan 124 kasus yang dilakukan scanning di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo, yaitu 22 kasus menunjuk-kan karsinoma pada cold nodule dan dari 24 kasus karsinoma yang dikete-mukan tidak ada yang menunjukkan hot nodule. Kesimpulan yang dapat diambil ialah minimal 1/6 (15%) kasus dengan cold nodtfle pada nodul soliter tiroid menunjukkan keganasan. Penulis luar negeri lain seperti Katz(9) (1976) menemukan 22,2% keganasan dari cold nodule pada kelenjar soliter tiroid. Kelemahan pada penggunaan scanning tiroid ialah hasilnya kurang dapat dipercaya pada nodul yang lebih kecil dari 2 cm. 3. Fine nodule aspiration biopsy (FNAB) Merupakan tindakan yang mudah dan aman hanya harus diperiksa oleh seorang sitolog yang berpengalaman. Di tangan seorang ahli, hasil ketepatan FNAB dapat mencapai 75-95%. 4. Biopsi Yang terbaik adalah pemeriksaan secara biopsi dengan atau tanpa potong beku. Dengan cara ini dapat dilihat secara makroskopis saja bagian mana dari nodul yang dikeluarkan itu sudah mengalami perubahan struktur, sehingga ahli pato-logi dapat diarahkan untuk pemeriksaan bagian yang mencurigakan keganasan. Ada lagi satu cara lama yang sering digunakan pada penderita tumor tiroid yang tidak ingin dioperasi, yaitu: Cara supresi pada kelenjar tiroid Cara ini digunakan untuk mencoba membedakan kelainan neoplasma dari kelainan lainnya secara non invasif. Cara ini sering berlangsung berlarpt-larut tanpa hasil yang jelas. Untuk supresi dapat digunakan: - Triiodothyronine (T3) 75-100 mg/hari - Thyronine 0,2-0,3 mg/hari - Ekstrak tiroid dengan dosis yang disesuaikan

iggu/ nvasi lakan 'indie n mi-jauh.

in

pada latkan

Di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo yang sering digunakan adalah ekstrak tiroid. Pengobatan percobaan dapat diberikan 3 sampai 6 bulan. Bila ada kema-juan dapat diteruskan, sebaliknya bila tidak ada respons menambah kemungkinan adanya keganasan. Thomas (12) menemukan 30% dari empat nodul tunggal tiroid memberikan respons baik. Pemberian supresi ini tidak dianjurkan pada penderita yang sangat muda atau pun sangat tua, karena pada penderita-penderita seperti ini insidens keganasan tiroid pada nodul tunggal tiroid memang tinggi, sebaiknya lebih cepat dioperasi. Penentuan stadium klinik (Clinico-pathological staging) I. A. Unilateral B. Multifokal/bilateral II. A. Unilateral lymphnodes B. Bilateral/mediastinal III. Local invasion IV. Distant metastases Menurut sistem TNM: T: Tumor primer To: Tidak jelas tumor primer T1: Tumor sampai 1 cm terbatas dalam kelenjar tiroid T2: Tumor 1 -4 cm terbatas dalam kelenjar tiroid T3: Tumor > 4 cm terbatas dalam kelenjar tiroid T4: Tumor setiap ukuran tapi sudah menembus kapsul tiroid kalau ditambah huruf a atau b (a = solitary, b = multifokal) T1 a: Tumor 1 cm solitary tumor T1 b: Tumor 1 -4 cm multifokal N: Kelenjar getah bening regional No: Kelenjar getah bening regional tidak teraba N1: N1 a: metastasis kelenjar getah bening leher ipsilateral N1 b: metastasis leher bilateral atau midline atau leher kontralateral atau mediastinum. i: M: Metastasis jauh Mo: Tidak ada metastasis jauh M1: Ada metastasis jauh

TUMOR/ONKOLOGI 9

Pengobatan / . Pembedahan (Surgical) Pengobatan pilihan dari karsinoma tiroid adalah pembedahan. Jenis pembedahan ditentukan oleh ekstensi dari tumor. Dari indikasi pembedahan dapat dipilih jenis pembedahan dari kelenjar gondok yang bersangkutan. Di Subbagian Onkologi Bedah, Bagian Bedah Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo/Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia diikuti prosedur sebagai berikut: A. Untuk keganasan yang mengenai satu lobus dimana tidak ada fasilitas potong beku, isthmo-lobekfomi cukup. Jaringan dapat dikirim ke Lembaga Patologi terdekat. Bila hasil menunjukkan adanya tumor multisentrik; karsinoma dengan bagian-bagian anaplastik atau pinggir sayatan masih ada sisa tumor, tiroidektomi total dapat saja dilakukan di kemudian hari. Bila ada fasilitas pemeriksaan potong beku ini dapat dilakukan dalam satu tahap. Untuk keganasan yang mengenai kelenjar gondok dengan kecurigaan metastasis pada kelenjar getah bening leher. 1. Keganasan terbatas pada satu lobus dan pembesaran kelenjar getah bening leher homolateral dilakukan isthmo-lobektomi dan biopsi kelenjar getah bening leher yang mencurigakan. Bila terbukti ganas dilakukan tiroidektomi total diikuti deseksi kelenjar getah bening radi-kal leher yang bersangkutan satu atau dua tahap bergantung dari fasilitas patologi. 2. Bila keganasan mengenai kedua lobus dan pembesaran kelenjar getah bening belum ada dilakukan tiroidektomi total. 3. Bila keganasan mengenai kedua lobus dan sudah ada pembesaran kelenjar getah bening leher pada satu sisi, dalam hal ini dilakukan biopsi kelenjar getah bening leher dulu, bila hasil positif suatu metastasis karsinoma tiroid dilakukan tiroidektomi total dengan deseksi radikal kelenjar getah bening yang bersangkutan. 4. Bila keganasan mengenai kedua lobus dan ada pembesaran kelenjar getah bening leher bilateral, dalam hal ini dilakukan biopsi kelenjar getah bening leher bilateral. Bila satu sisi positif metastasis dari karsinoma tiroid dilakukan total tiroidektomi dengan deseksi radikal kelenjar getah bening pada sisi yang bersangkutan. Bila kedua sisi kelenjar getah bening leher positif dengan metastasis karsinoma tiroid dilakukan tiroidektomi total dengan deseksi radikal kelenjar getah bening leher bilateral satu tahap atau 2 tahap. Dalam hal sudah terdapat metastasis jauh (tulang atau paru-paru) bila teknik masih memungkinkan dilakukan tiroidektomi total untuk menghin-darkan penekanan terhadap trakea dan pembuluh darah dan kemudian

B.

C.

10 KUMPULAN KULIAHILMU BEDAH

diteruskan dengan radiasi eksterna/interna. Ini terutama pada jenis karsinoma folikuler. D. Penderita dengan karsinoma berdiferensiasi buruk (anaplastik) selama masih terlokalisasi pada lobus tiroid dan belum meluas ke jaringan seki-tarnya (ekstensif) dilakukan tiroidektomi total bila mungkin, bila tak me-mungkinkan cukup dengan tiroidektomi subtotal atau lobektomi langsung diikuti radiasi eksterna. Di beberapa pusat kanker di dunia karsinoma tiroid jenis ini diberi terapi radiasi pre dan postoperasi. Berapa jauh hasil yang diperoleh dari cara pengobatan ini masih sulit untuk dievaluasi, tapi Sheline dan Suredal telah mengemukakan hasil yang baik dengan cara pengobatan ini pada kasus-kasus yang sudah incurabel. Jika hasil pemeriksaan potong beku menunjukkan kista folikuler tiroid maka lobus tiroid yang bersangkutan diangkatseluruhnya bersama dengan sinus tiroid. Ismu lobektomi. Hal ini dianjurkan oleh karena pada pemeriksaan patologi potong beku sangat sulit untuk menentukan apakah tumor telah menembus dinding kista atau belum, keadaan yang sebenarnya ha-nya dapat dilihat setelah dibuat sediaan patologi secara parafin. Bila tumor telah menembus dinding kista maka keadaannya sudah menjadi karsinoma tiroid folikuler; tindakan definitif adalah tiroidektomi total. Tapi sementara itu telah dilakukan tindakan yang adekuat.

E.

/ / . Non pembedahan A. Radiasi internal dengan J(131): Pemberian J(131) pada karsinoma tiroid berdasarkan bahwa beberapa karsinoma tiroid jenis folikuler atau campuran dapat menyerap J(131). Karena jaringan tiroid normal lebih banyak dan lebih baik daya penyerap-annya dari jaringan karsinoma maka syarat utama untuk melakukan terapi ini adalah bahwa semua jaringan tiroid yang ada harus diangkat terlebih dahulu. Jadi sifat terapi ini adalah ablatif (menghancurkan sel-sel tumor). Radiasi eksternal dengan Co 60 dengan dosis total 4000-5000 rad: Pada umumnya karsinoma tiroid adalah radioresisten. Tetapi radiasi eksternal tetap dipakai pada beberapa kasus terutama pada jenis anaplastik. Untuk pemberian ini kecuali yang tipe anaplastik sebaiknya jaringan tumor diangkat dulu sebanyak mungkin. Khemoterapi Cara ini masih dalam penyelidikan. Cara baru ini mendapat tempat bila cara yang lain sudah mengalami kegagalan. Sitostatika yang dipakai adalah: - Vincristin - Adriablastin - Ciosplatinum

B.

C.

TUMOR/ONKOLOGI 11

Hasilnya belum memuaskan. Kami sendiri baru menemukan tiga kasus yang mengalami partial remisi dari 24 kasus dengan pemberian khemo-terapi kombinasi dengan Adriamycin + Oncovin. D. Hormonal Digunakan sebagai terapi suplemen/supresi terutama untuk tipe papiler atau campuran papiler-folikuler, juga untuk mengobati hipotiroidisme pada tipe yang lain. Prinsip cara pengobatan ini adalah menekan stimulasi dari hormon TSH yang dapat merangsang sekresi hormon sel kelenjar gondok tiroksin yang pada gilirannya dapat merangsang pertumbuhan karsinoma yang ada pada kelenjar tiroid. Preparat yang digunakan adalah trijodotironin atau tiroksin. Crile me-ngatakan bahwa pemberian dessicated thyroid dapat mengontrol pertumbuhan karsinoma papiler. Jika hasil pemeriksaan potong beku menunjukkan kista folikuler tiroid maka lobus tiroid yang bersangkutan diangkat seluruhnya bersama dengan sinus tiroid. Ismu lobektomi Hal ini dianjurkan oleh karena pada pemeriksaan patologi potong beku sangat sulit untuk menentukan apakah tumor telah menembus dinding kista apa belum, keadaan yang sebenarnya hanya dapat dilihat setelah dibuat sediaan patologi secara parafin. Bila tumor telah menembus dinding kista maka keadaannya sudah menjadi Karsinoma tiroid folikuler: tindakan definitif adalah tiroidektomi total. Tapi sementara itu telah dilakukan tindakan yang adekuat. Prognosis: Prognosis bergantung pada: - tipe histopatologi - stadium klinik patologi - lamanya penyakit hingga terdiagnosa dan diberikan pengobatan - usia penderita Diantara tipe karsinoma tiroid, maka tipe karsinoma papiler mempunyai prognosa yang terbaik. Russel dkk. berdasarkan penyelidikannya menemukan survival rate 10 tahun: - 60 % untuk karsinoma folikuler - 74% untuk karsinoma papiler - 82% untuk karsinoma tipe campuran
i

E.

pi

)ila

MCKenzie, Crile menemukan prognosa lebih baik pada usia di bawah 40 tahun daripada usia lebih tua terutama untuk tipe papiler.

12 KUMPULAN KULIAHILMU BEDAH

Kesimpulan Penanganan karsinoma tiroid hendaknya dilaksanakan secara terpadu, dengan melakukan anamnesis yang baik, pemeriksaan klinis yang teliti, pemeriksan stadium klinik dan klasifikasi histo-patologik yang benar dan akhirnya pemilifi-an cara pengobatan yang tepat. Prognosa ketahanan hidup (survival) dan harapan hidup (expectancy o f life) tergantung dari tipe histo-patologik, stadium klinik, lamanya penyakit hingga terdiagnosa dan diberikan pengobatan serta usia penderita pada saat pengobatan.

KIPUSTAKAAN
1. Brennan MP, Bloomer WD: Cancer, Principles & Practice of Oncology, J.B. Lippincot Co, Philadelphia, Toronto, 1982 p. 971-985. 2. Asmara IA, Darwis I dan Simandjuntak TM: Kumpulan kuliah/Makalah Onkologi dan Head & Neck Surgery, Bagian llmu Bedah FKUI, Jakarta, 1982 hal. 142-146. 3. Sjarwani A, Marmowinoto M: Ca thyroid di Bagian Bedah RS Dr. Sutomo. Kongres IKABI IV Yogyakarta, 1973. 4. Ramli HM, Tjindarbumi D: Kumpulan kuliah/Makalah Onkologi dan Head & Neck Surgery. Bagian llmu Bedah FKUI, Jakarta, 1982, hal. 147-155. 5. Reksoprawiro S, Marmowinoto RM: Kumpulan Naskah llmiah Muktamar Nasional II PABTI, Jakarta, 1983, hal. 270-295. 6. Simandjuntak T dan Agusni: Pembedahan pada tonjolan tunggal tiroid. Simposium Diagnosis dan Terapi Tumor Kepala dan Leher. KPRP-FKUI, 6 Agustus 1983, Jakarta. 7. Tjindarbumi, D: Pengelolaan Karsinoma Tiroid di RS Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta. PIT Hi Perhimpunan Kedokteran dan Biologi Nuklir Indonesia Bandung, 20 April 1985. 8. Hirabayashi RN, Lindsay S: Carcinoma of the thyroid gland. A statistical study of 390 patients. J Clin, endocrinol. Metab. 21 p. 1596-1610, 1961. 9. Nealon Jr. TF: Management of the patient with Cancer.WB Saunders Co. Second Edition, Philadelphia, London, Toronto, 1976 p. 247-250. 10. Crile G: Carcinoma of the thyroid after radiation to the Neck. Journal of Surg. Gynaec. & Obstet. 141 p. 602, 1975. 11. McKenzie AD: The Natural history of thyroid cancer. A report of 102 cases analyzed 10 to 15 years after diagnosis. Arch Surg. 102 p. 274-277, 1977. 12 . Clark OH, Greenspan FS, Coggs GC et al: Evaluation of solitary cold nodules by echography and thermography. Am J Surg 1 3 0 p. 206-210, 19 75 .

You might also like