Professional Documents
Culture Documents
Kepanitraan Klinik Senior SMF Ilmu Penyakit JIWA RSUD Embung Fatimah Batam Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang B. Tujuan
A. Latar Belakang
Gangguan somatoform adalah suatu kelompok gangguan yang memiliki gejala fisik (sebagai contohnya, nyeri, mual, dan pusing) dimana tidak dapat ditemukan penjelasan medis yang adekuat. Gangguan Somatoform dapat menyebabkan penderitaannya emosional atau pasien mengalami gangguan pada kemampuan untuk berfungsi di dalam peranan sosial atau pekerjaan. Gangguan somatoform tidak disebabkan oleh pura-pura yang disadari atau gangguan buatan.
B. Tujuan
1. Mampu menjelaskan definisi, etiologi, dan patofisologi dari Gangguan Somatoform. 2. memberikan potensi untuk prognosis yang lebih baik dengan diagnosis dini, mencegah terjadinya kesalahan diagnosis, mencegah terjadinya kesalahan pengobatan, dan memungkinkan untuk mencegah penyakit berlarut-larut.
BAB II PEMBAHASAN
A. B. C. D. E. F. G. H. I. Definisi Etiologi Manifestasi Klinis Klasifikasi dan Diagnosis F. 45 Gangguan Somatoform Tatalaksana Obat Anti Anxietas Obat Anti Depresi Prognosis
B. Etiologi
1. Faktor-faktor Biologis Faktor ini berhubungan dengan kemungkinan pengaruh genetis (biasanya pada gangguan somatisasi). 1. Faktor Psikososial Penyebab gangguan melibatkan interpretasi gejala sebagai suatu tipe komunikasi sosial. hasilnya adalah menghindari kewajiban, mengekspresikan emosi atau untuk mensimbolisasikan suatu perasaan atau keyakinan (contoh: nyeri pada usus seseorang).
C. Manifestasi klinis
1. adanya keluhan-keluhan gejala fisik yang berulang disertai permintaan pemeriksaan medik, meskipun sudah berkali-kali terbukti hasilnya negatif dan juga telah dijelaskan dokternya bahwa tidak ada kelainan yang mendasari keluhannya.1,2 2. Pada gangguan ini sering kali terlihat adanya perilaku mencari perhatian (histrionik). 3. Dalam beberapa kasus, orang berfokus pada keyakinan bahwa mereka menderita penyakit serius, namun tidak ada bukti abnormalitas fisik yang dapat ditemukan.1
Contoh kasus:
Kardiopulmonal: Jantung saya terasa berdebar debar. Saya kira
Note: Beberapa tipe utama dari gangguan somatoform adalah gangguan konversi, hipokondriasis, gangguan dismorfik tubuh, dan gangguan somatisasi.
D. Klasifikasi
Gangguan Somatoform berdasarkan PPDGJ III dibagi menjadi:3 F.45.0 gangguan somatisasi F.45.1 gangguan somatoform tak terperinci F.45.2 gangguan hipokondriasis F.45.3 disfungsi otonomik somatoform F.45.4 gangguan nyeri somatoform menetap F.45.5 gangguan somatoform lainnya F.45.6 gangguan somatoform YTT
DSM-IV, ada tujuh kelompok, lima sama dengan klasifikasi awal dari PPDGJ ditambah dengan gangguan konversi, dan gangguan dismorfik tubuh. Pada bagian psikiatri, gangguan yang sering ditemukan di klinik adalah gangguan somatisasi dan hipokondriasis.
F. Gejala Klinis
Gejala Primer:
Gejala Sekunder: Mual Gejala otonom Kelelahan Sakit kepala Sensitivitas visual
G. Patofisiologi
Ketidakseimbangan cairan telinga dalam Aparatus vestibularis
Pembengkakan rongga endolimfatikus
Vertigo
Gejala sekunder: Mual, Gejala otonom, Kelelahan, Sakit kepala, Sensitivitas visual.
Beberapa teori yg berusaha menjelaskan kejadian ketidakseimbangan tubuh: 1. Teori rangsang berlebihan (overstimulation) 2. Teori konflik sensorik 3. Teori neural mismatch 4. Teori otonomik 5. Teori neurohumoral 6. Teori sinap
7. Pemeriksaan Kepala dan Leher Px membran timpani u/ menemukan vesikel (herpes zoster auticus, kolesteaatoma. Hennebert sign Valsava maneuver Head impulses test 8. Pemeriksaan Cardiovascular
Pemeriksaan penunjang:
1. Test Audiometric. 2. Vestibular Testing. 3. Evaluasi Laboratorium : elektrolit, gula darah, fungsi tyroid. 4. Evaluasi Radiologi : MRI
I. Diagnosis
Sekitar 20-40% pasien dapat didiagnosis segera setelah anamnesis dan pemeriksaan fisik. Diagnosis juga dapat ditentukan berdasarkan komplek gejala yang terdapat pada pasien.
Diagnosis Banding
Vertigo dengan tuli Mnires disease Vertigo tanpa tuli Vestibular neuritis Vertigo dengan tanda intracranial Tumor Cerebellopontine angle
Labyrinthitis
Labyrinthine trauma
J. Penatalaksanaan
Medikasi umum terapi vertigo:
Terapi Fisik :
Kadang-kadang obat tidak banyak membantu, sehingga perlu latihan fisik vestibular. Latihan bertujuan untuk mengatasi gangguan vestibular, membiasakan atau mengadaptasi diri terhadap gangguan keseimbangan.
Contoh Latihan: 1. Berdiri tegak dengan mata dibuka, kemudian dengan mata ditutup. 2. Olahraga yang menggerakkan kepala (gerakan rotasi, fleksi, ekstensi, gerak miring). 3. Dari sikap duduk disuruh berdiri dengan mata terbuka, kemudian dengan mata tertutup. 4. Jalan di kamar atau ruangan dengan mata terbuka kemudian dengan mata tertutup. 5. Berjalan tandem (kaki dalam posisi garis lurus, tumit kaki yang satu menyentuh jari kaki lainnya dalam melangkah). 6. Jalan menaiki dan menuruni lereng. 7. Melirikkan mata kearah horizontal dan vertikal. 8. Melatih gerakan mata dengan mengikuti objek yang bergerak dan juga memfiksasi pada objek yang diam.
Terapi Fisik Brand-Darrof 1. Ambil posisi duduk. 2. Arahkan kepala ke kiri, jatuhkan badan ke posisi kanan, kemudian balik posisi duduk. 3. Arahkan kepala ke kanan lalu jatuhkan badan ke sisi kiri. Masing-masing gerakan lamanya sekitar satu menit, dapat dilakukan berulang kali. 4. Untuk awal cukup 1-2 kali kiri kanan, makin lama makin bertambah.
1. Vertigo dapat disebabkan oleh keadaan lingkungan kita berada, obat-obatan, endapan dalam kanalis semisirkularis, infeksi telinga dalam, peradangan saraf vestibuler, trauma kepala, tumor otak, gangguan system peredaran darah. 2. Pemeriksaan dan pengobatan vertigo harus sesuai dengan keadaan serta keluhan pasien. Pilihan terapi dapat menggunakan pengobatan simptomatik dan dapat pula ditambah dengan terapi fisik dengan lama pengobatan yang bervariasi.