Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
2,6 miliyar atau 40% penduduk dunia belum memperoleh penanganan sanitasi yang layak
(Menneg Bappenas, 2007)
Sistem Penyediaan Sarana dan Prasarana (PSS) Sanitasi di Indonesia menduduki peringkat kedua dari bawah di Asia Tenggara
(Menneg Bappenas, 2007)
Fasilitas Sanitasi
2000 68 % 14 %
8% 10 % 59 %
7% 13 %
21 % NA
NA
Jumlah kematian yang disebabkan oleh penyakit diare di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1
Peningkatan waktu produksi masyarakat 39%-79% Investasi PSS Sanitasi Rp. 47.000,-/kapita/tahun Pengurangan biaya kesehatan 619% Pengurangan biaya pengobatan 25%
B.
C. D.
E. F.
G.
H.
Peraturan Pemerintah nomor 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air Peraturan Pemerintah nomor 16 tahun 2005 Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) tentang
J.
K.
Peraturan Pemerintah nomor 65 tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal Peraturan Pemerintah nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Peraturan Pemerintah nomor 42 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air
L.
M.
Peraturan Pemerintah nomor 13 tahun 2010 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur Peraturan Pemerintah nomor 27 tahun Lingkungan 2011 tentang Ijin
O.
P.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum nomor 45 tahun 1990 tentang Pengendalian Mutu Air pada Sumber-sumber Air Keputusan Menteri Lingkungan Hidup nomor 52 tahun 1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Hotel Keputusan Menteri Lingkungan Hidup nomor 58 tahun 1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Rumah Sakit
Q.
R.
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup nomor 86 tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup Keputusan Menteri Lingkungan Hidup nomor 37 tahun 2003 tentang Metoda Analisis Kualitas Air Permukaan dan Pengambilan Contoh Air Permukaan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup nomor 110 tahun 2003 tentang Pedoman Penetapan Daya Tampung Beban Pencemar Air Pada Sumber Air Keputusan Menteri Lingkungan Hidup nomor 111 tahun 2003 tentang Pedoman Mengenai Syarat dan Tata Cara Perizinan serta Pedoman Kajian Pembuagan Air Limbah ke Air atau Sumber Air. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup nomor 112 tahun 2003 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik
T.
U.
V.
W.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum nomor 16/PRT/M/2008 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Air Limbah Permukiman Peraturan Menteri Pekerjaan Umum nomor 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup nomor 05 tahun 2012 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL).
W.
X.
bersifat
Peraturan Daerah
b.
c.
Peraturan Gubernur
Keputusan Walikota/Bupati
Spesifikasi
dan
Tata
Cara
SNI 19-6409-2000 tentang Tata Cara Pengambilan Contoh Limbah tanpa Pemadatan dari Truk SNI 19-6410-2000 tentang Tata Cara Penimbunan Tanah Bidang Resapan pada Pengolahan Air Limbah Rumah Tangga SNI 19-6447-2000 tentang Metode Pengujian Lumpur Aktif.
SNI 03-2399-2002 tentang Tata Cara Perencanaan Bangunan Umum MCK SNI 03-1733-2004 tentang Tata cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di perkotaan
STANDARD TEKNIS
Tata Cara Perencanaan IPLT Sistem Kolam, CT/AL/Re-TC/001/98 Tata Cara TC/002/98 Pembangunan IPLT Sistem Kolam, CT/AL/Ba-
Tata Cara Pengoperasian IPLT Sistem Kolam, CT/AL/OpTC/003/98 Tata Cara Pengolahan Air Limbah dengan Oxidation Ditch, CT/AL/Re-TC/004/98 Tata Cara Pembuatan Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL), CT/AL-D/Re-TC/005/98
STANDARD TEKNIS
Tata Cara Survey Perencanaan dan Pembangunan Sarana Sanitasi Umum, CT/AL-D/Re-TC/006/98
Tata Cara Pembuatan Bangunan Atas Jamban Jamak, CT/AL-D/Ba-TC/007/98 Tata Cara Pembuatan Bangunan Jamban Keluarga dan Sekolah, CT/AL-D/Ba-TC/009/98 Pedoman Pengelolaan Air Limbah Perkotaan, dep. PU 2003.
memenuhi baku mutu lingkungan hidup mendapat izin dari Menteri, Gubernur, Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya. atau
b.
c. d.
Tata ruang
Baku mutu lingkungan hidup Kriteria baku kerusakan lingkungan hidup
e.
f. g.
Amdal
UKL-UPL Perizinan
i.
j. k. l.
m. Instrumen
Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut; Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukkan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut;
b.
Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan air yang sama dengan kegunaan tersebut;
Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
d.
KETERANGAN
Deviasi temperatur dari keadaan ilmiahnya Bagi pengolahan air minum secara konvesional, residu tersuspensi 5000 mg/ L Apabila secara alamiah di luar rentang tersebut, maka ditentukan berdasarkan kondisi alamiah
Residu Tersuspensi
KIMIA ANORGANIK
pH BOD COD mg/L mg/L 6-9 2 10 6-9 3 25 6-9 6 50 6 -9 12 100
Arsen Kobalt
Barium Boron Selenium Kadmium Khrom (VI)
mg/L mg/L
mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L
0,05 0,2
1 1 0,01 0,01 0,05
1 0,2
(-) 1 0,05 0,01 0,05
1 0,2
(-) 1 0,05 0,01 0,05
1 0,2
(-) 1 0,05 0,01 0,01
0,001 0,002
mg/L mg/L
0,5 0,06
1,5 0,06
1,5 0,06
mg/L
mg/L
0,03
0,03
0,03
0,002
(-)
(-)
0,002 0,002
Bagi ABAM tidak dipersyaratkan Bagi pengolahan air minum, S sebagai H2S 0,1 mg/ L
1000 5000
2000 10000
Bagi pengolahan air minum, fecal coliform 2000 jml/ 100 mL dan total coliform 10000 10000 jml/ 100 mL 2000
RADIOAKTIVITAS
- Gross-A - Gross-B Bq /L Bq /L 0,1 1 0,1 1 0,1 1 0,1 1
ug /L ug /L ug /L ug /L ug /L
ug /L
ug /L
1000
200
1000
200
1000
200
(-)
(-)
17
3 2 18 56
(-)
(-) 2 (-) (-)
(-)
(-) 2 (-) (-)
(-)
(-) 2 (-) (-)
Methoxyclor
Endrin Toxaphan
ug /L
ug /L ug /L
35
1 5
(-)
4 (-)
(-)
4 (-)
(-)
(-) (-)
Dalam hal penyusunan suatu standar kualitas air, pada umumnya dipertimbangkan dari aspek : a. Kesehatan b. Estetika c. Teknis d. Toksisitas efek e. Polusi f. Proteksi g. Ekonomi
DASAR-DASAR PENETAPAN STANDAR KUALITAS Tabel 2. Korelasi Parameter Kualitas Air dengan Faktor
Penetapannya
PARAMETER
Kekeruhan Warna Bau & rasa Suhu dan pH Ca dan Mg Fe dan Mn Nitrogen Ag Al
Kesehatan x x x x x x x
x
Teknis x x
Toksisitas
Polusi x x
Proteksi
Ekonomi x x x x x x
DASAR-DASAR PENETAPAN STANDAR KUALITAS Tabel 2. Korelasi Parameter Kualitas Air dengan Faktor Penetapannya
(Lanjutan
PARAMETER
As Bau & rasa Br Cd Cl Faktor Penetapan Standar
Kesehatan
x x x x
Estetika
Teknis
Toksisitas
x x x
Polusi
x x x x x
Proteksi
Ekonomi
x
x x x
x x
x
x
x x x
Co
Cr Cu F Hg
x x
DASAR-DASAR PENETAPAN STANDAR KUALITAS Tabel 2. Korelasi Parameter Kualitas Air dengan Faktor Penetapannya
(Lanjutan)
PARAMETER
H2 S Pb Se Zn Zat Organik Mikrobiologi Radio aktif Sisa chlor Faktor Penetapan Standar
Kesehatan
x x x x x x x x
Estetika
Teknis
Toksisitas
x x
Polusi
x x x x
Proteksi
Ekonomi
x x x x
x x x x
Dalam Pasal 8 ditegaskan bahwa setiap penanggung jawab usaha dan atau kegiatan permukiman (real estate), rumah makan (restauran), perkantoran, perniagaan dan apartemen wajib : a. melakukan pengolahan air limbah domestik sehingga mutu air limbah domestik yang dibuang ke lingkungan tidak melampaui baku mutu air limbah domestik yang telah ditetapkan b. membuat saluran pembuangan air limbah domestik tertutup dan kedap air sehingga tidak terjadi perembesan air limbah ke lingkungan. c. membuat sarana pengambilan sample pada outlet unit pengolahan air limbah
Dalam PP 82 tahun 2001 pasal 31 disebutkan bahwa setiap orang wajib: Melestarikan kualitas air pada sumber air Mengendalikan pencemaran air pada sumber air
Br Cd Cl2 Co
DASAR-DASAR TEKNIK PENGELOLAAN AIR LIMBAH Tabel 4. Parameter Bahan Anorganik (Lanjutan)
PARAMETER SIMBOL Chromium Cr DAMPAK KESEHATAN Bersifat korosif terhadpa kulit, selaput lendir dan tulang hidung; percikan asamnya menyebabkan luka kecil tapi dalam, sukar sembuh dan kanker paru-paru
Tembaga
Fluor Air raksa
Cu
F Hg H2S P
Hidrogen sulfida
Phosphate
Demam metal, iritasi lokal, kerusakan hati dan ginjal Iritasi fluorisis, kelainan pada tulang dan gigi-geligi; gangguan alat pencernaan; kelumpuhan anggota gerak; penyebab mutasi Keracunan, kerusakan jaringan mulut dan gusi bila masuk oral, kerusakan ginjal pada Hg anorganik, kerusakan otak untuk Hg organik, menimbulkan cacat bawaan pada anak lahir (minamata) Iritasi, kerusakan pada jaringan saluran pernapasan, dosis tinggi fatal, kerusakan susunan syaraf pusat
Mengurangi calsium dalam darah Keracunan (sistemik); pucat, kurus, tak suka makan, sering colic, rasa logam di mulut, radang selaput otak, kelumpuhan, "wrist drop" Racun sistemik, iritasi saluran pernapasan, kematian, karsinogenik
Pb Se
DASAR-DASAR TEKNIK PENGELOLAAN AIR LIMBAH Tabel 5. Parameter Zat Organik Dan Dampaknya Terhadap
Lingkungan
PARAMETER DAMPAK KESEHATAN Racun sistemik terhadap susunan syaraf pusat, kulit menjadi kering, Asphyxiant Depresi susunan syaraf pusat ; kulit menjadi kering; degenerasi jantung, paru-paru, hati, otak Iritasi kulit, depresi susunan syaraf, coma, meningal, kerusakan saluran pernapasan, kerusakan hati, ginjal, limpa Kulit menjadi kering, kerusakan paru-paru, saluran pencernaan, kesadaran turun, coma, meninggal Iritasi , kulit kering, depresi susunan syaraf pusat, kelainan darah Iritasi, narbotik Iritasi, oedema paru-paru Narcosis, iritasi, kematian karena depresi susunan syaraf pusat Kulit merah, timbul bisul kecil-kecil, jerawat, kerusakan hati (kuning) Iritasi kulit dan saluran pernapasan, Ni-carbonil sangat toksik, oedema paru-paru, gangguan syaraf pusat Hydrocarbon alifatik
Hydrocarbon alicyclic
Benzen Kerosen (minyak tanah) Naphta (petrolium) Arnyl alkohol N-Butyl Amine Ethanol Amine Naphtalen Chlorida Carbonil
Iodine 129
Iodine 131 Plutonium 239 Krypton 85 Tritium (H3)
Beta-gamma
Beta-gamma Alpha Beta Beta
17 juta tahun
8 hari 24400 tahun 10,7 tahun 12,3 tahun
99.9 % AIR
0.1 % PADATAN
70 % ORGANIK
65 % PROTEIN 25 % KARBOHIDRAT 10 % LEMAK BAHAN BUTIRAN
30 % ANORGANIK
GARAM
LOGAM
Air Limbah
Pengolahan Fisik Contoh : Penangkap Minyak dan Lemak, dan Bak Pengendap
Menggunakan teknologi Tidak dapat diterapkan pada sederhana semua daerah misalnya Memerlukan biaya yang tergantung permeabilitas rendah tanah, tingkat kepadatan dan Masyarakat dan tiap-tiap lain-lain. keluarga dapat Fungsi terbatas pada buangan menyediakannya sendiri kotoran manusia dan tidak Pengoperasian dan menerima limbah kamar pemeliharaan oleh mandi dan air limbah bekas masyarakat mencuci Manfaat dapat dirasakan Operasi dan pemeliharaan secara langsung sulit dilaksanakan
Sistem Pengelolaan Air Limbah Setempat (on site) sistem individual a. Tangki Septik b. Tangki Septik dengan bidang resapan c. Tangki Septik dengan evaporasi d. Tangki Septik dengan Filter
Sistem Pengelolaan Air Limbah Setempat (on site) sistem komunal a. Tangki Septik Bersama b. Tangki Septik Bersekat (Baffled Reactor) c. Bio-digester d. Tangki Septik Bersusun dengan Filter e. Tangki Septik Bersekat dengan Filter dan Tanaman f. Kolam Aerobik Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja
c. Pipa servis adalah saluran pengumpul air limbah beberapa bangunan (blok bangunan) ke pipa lateral
dari
d. Pipa lateral adalah saluran pengumpul air limbah dari pipa servis ke pipa induk/utama e. Pipa utama (main pipe) sebagai pipa penerima aliran dari pipa kolektor/lateral untuk disalurkan ke Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) atau ke trunk sewer f. Trunk sewer digunakan pada jaringan pelayanan air limbah yang luas (> 1.000 ha) untuk menerima aliran dari pipa utama dan untuk dialirkan ke IPAL.
PROSES PRIMER
PROSES SEKUNDER
PROSES TERSIER
Proses Fisika/ Kimia -Grit removal -Equalisasi -Koagulasi dan sedimentasi -Pengaturan pH
Proses Biologis Biakan tersuspensi dan biakan melekat -Aerobik -Anaerobik - Fakultatif -Kombinasi Anaerobik-Aerobik
Proses Fisika /kimia dan biologis -Nitrifikasi -Denitrifikasi -Ozonasi -Filtrasi -Adsorbsi dan absorbsi
Flotasi Natural 2. Proses Pengapungan (Flotation) Flotasi dg Bantuan Dengan Tekanan Dengan Cara Vacum Dengan Pengadukan Mekanik Dengan Difusi Udara
Penyaringan Lambat
Kontinyu Dg. Tekanan Filtrasi untuk penghilangan air Dewatering Lumpur) Cara Vacum Batch Proces Kontinyu Batch Proces Garvitasi Rotary Filter
Centrifugal Settling (untuk air lotor) 4. Centrifugal Separation Centrifugal Dewatering (untuk air lotor) Kontinyu Batch Proces
3. Proses Ekstraksi
4. Adsorption --- Dg Karbon Aktif dll 5. Pertukaran Ion 6. Reverse Osmosis 7. Elektro Dialisa
PROSES BIOLOGIS DAPAT DILAKUKAN SECARA ANAEROBIK, AEROBIK ATAU GABUNGAN ANAEROBIK-AEROBIK
b. c.
Pengolahan Fisik Bar Screen Grit Chamber Bak Ekualisasi Bak Sedimentasi Pengolahan Biologi Pengolahan Daur Ulang Air Limbah
b.
c.
Pengolahan Fisik Bar Screen Grit Chamber Bak Ekualisasi Bak Sedimentasi Pengolahan Biologi Pengolahan Aerob Pengolahan Anaerob Pengolahan Daur Ulang Air Limbah
Debit Besar
Air limbah dan air hujan
Debit Kecil
Air limbah dan air hujan COMBINED SEWER
Tanki Septik
Cubluk
Ekonomi
ASPEK-ASPEK PENTING
Sosial
Lingkunga n
Perkembangan pertumbuhan penduduk dan kegiatan industri menyebabkan peningkatan jumlah air limbah yang dibuang ke lingkungan tanpa pengolahan. Total air limbah yang dibuang di DKI Jakarta tahun 1989 : 1.316.113 m3/hari, tahun 2010 : 2.588.250 m3/hari, 73-78% berasal dari air limbah domestik (Study JICA tahun 1989). Air hasil pengolahan air limbah merupakan sumber daya air yang cukup besar dari segi kuantitas. Dengan semakin terbatasnya sumber daya air, air hasil olahan instalasi pengolahan air limbah domestic dapat menjadi sumber air baku khususnya untuk air siram tanaman ataupun untuk air industry
Pengolahan air hasil olahan IPAL dapat menggunakan pengolahan secara biologi lanjutan, teknologi ultrafiltrasi, membrane, atau kombinasi biologi dengan membrane dan lain-lain.
Untuk skala rumah tangga dan komunal pemanfaatan air limbah, baik black water dari WC maupun grey water mulai berkembang. Black water diolah untuk menjadi biogas, pupuk
Grey water dari air limbah kegiatan mandi, dapur, cuci banyak dimanfaatkan kembali dengan cara mengolahnya menjadi air penyiram tanaman dan air pencuci motor. Di beberapa negara telah diakukan pemisahan antara faeces dan urine. Faeces dimanfaatkan sebagai pupuk sedangkan urine yang mengandung urea tinggi dimanfaatkan untuk pupuk cair.
Kamar Mandi
Sumber Air Limbah dari Dapur Sumber Air Limbah dari Tempat Cuci Pakaian
China
Wost-Man, Sweden
Roediger, Germany
Dubletten, Sweden
GTZ, Mali
17 provinces
0,5 % of total sanitary latrines
Advantages:
water saving, concentrated black water collection, decentralised treatment possible (anaerobic) Manufacturer: e.g. Roediger GmbH
Sumber: http://bennysyah.edublogs.org)
6 Lumpur balik 9
Super natant
10
5= unit pengolahan 6= unit pengendap II 7= unt desinfektan 8= Badan air 9= unit pengeram lumpur
TERIMA KASIH