You are on page 1of 12

JSPF Vol.

1 Mei 2012 1

PERANAN MODEL PEMBELAJARAN PARALEL DIKOMBINASIKAN DENGAN COOPERATIVE LEARNING DAN
DIRECT INSTRUCTION DALAM PEMBELAJARAN BILINGUAL TERHADAP HASIL BELAJAR IPA FISIKA
SISWA KELAS VIII RSBI SMP NEGERI 1 PINRANG

Muhammad Gazali, Jasruddin D.M.
1)
, M. Agus Martawijaya
2)

Jurusan Fisika Universitas Negeri Makassar

ABSTRAK
Penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu (quasi experimental design) yang bertujuan untuk: (1)
mendeskripsikan hasil belajar IPA Fisika siswa yang diajar dengan model pembelajaran paralel dikombinasikan
dengan cooperative learning dan direct instruction dalam pembelajaran bilingual, (2) mendeskripsikan hasil belajar
IPA Fisika siswa yang diajar dengan pembelajaran bilingual konvensional, dan (3) mengetahui apakah terdapat
perbedaan yang signifikan antara hasil belajar IPA Fisika siswa yang diajar dengan model paralel dikombinasikan
dengan cooperative learning dan direct instruction dalam pembelajaran bilingual dan yang diajar dengan
pembelajaran bilingual konvensional. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa Kelas VIII1 dan VIII2 RSBI SMP Negeri
1 Pinrang, yang berjumlah 59 orang yang terdiri dari dua kelas, sedangkan objek dalam penelitian ini hasil belajar
IPA Fisika siswa Kelas VIII1 dan VIII2 RSBI SMP Negeri 1 Pinrang Tahun Pelajaran 2010/2011. Desain yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Intact Group Comparison atau Static Group Comparison. Hipotesis penelitian
adalah: terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar IPA Fisika siswa yang diajar dengan model paralel
dikombinasikan dengan cooperative learning dan direct instruction dalam pembelajaran bilingual meningkat
dibandingkan dengan yang diajar dengan pembelajaran bilingual konvensional pada Kelas VIII RSBI SMP Negeri 1
Pinrang. Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes hasil belajar IPA Fisika yang memenuhi kriteria valid
dengan reliabilitas soal 0,7682 sebanyak 20 butir dalam bentuk soal uraian. Hasil analisis deskriptif menunjukkan
bahwa skor rata-rata hasil belajar IPA Fisika siswa setelah di ajar dengan model pembelajaran paralel
dikombinasikan dengan cooperative learning dan direct instruction dalam pembelajaran bilingual untuk kelas
eksperiman sebesar 82,56 dengan standar deviasi sebesar 6,35, sedangkan untuk kelas kontrol sebesar 89,86
dengan standar deviasi sebesar 1,17. Hasil analisis inferensial menunjukkan bahwa hasil belajar IPA Fisika siswa
kelas VIII RSBI SMP Negeri 1 Pinrang tahun ajaran 2010/2011 yang diajar dengan model paralel dikombinasikan
dengan cooperative learning dan direct instruction dalam pembelajaran bilingual dan yang diajar dengan
pembelajaran bilingual konvensional memiliki perbedaan yang berarti.
Kata kunci: eksperimen semu, model pembelajaran terpisah (parallel), pembelajaran bilingual, statistik deskriptif dan
statistik inferensial.

This research is a quasi-experimental research which aimed to: (1) describe the students science physics
learning achievements who are taught by parallel learning model combined with cooperative learning and direct
instruction in bilingual education, (2) describe the students science physics learning achievements who are taught by
conventional bilingual education, and (3) determine whether there are significant differences of the students science
physics learning achievements who are taught between parallel learning model combined with cooperative learning
and direct instruction in bilingual education and conventional bilingual education. Subjects in this research were
students at Grade VIII1 and VIII2 Pilot International Standard School SMP Negeri 1 Pinrang, which attended by 59
students, consisting of two classes, while the objects in this research were the students science physics learning
achievements at Grade VIII1 and VIII2 RSBI SMP Negeri 1 Pinrang, School Year of 2010/2011. Research design
used in this study was Static Group Comparison or Intact Group Comparison. Research hypothesis was: there is
significant differences of the students science physics learning achievements at Grade VIII RSBI SMP Negeri 1
Pinrang who are taught between parallel learning model combined with cooperative learning and direct instruction in
bilingual education and conventional bilingual education. Research instruments used was the test results to learn
science physics that fulfill the criteria of reliability about 0.7682 valid with as many as 20 points in essay form. The
results of descriptive analysis showed that the average score of students science physics learning achievements
after been taught by parallel learning model combined with cooperative learning and direct instruction in bilingual
education of experiment class was 82.56 with a standard deviation of 6.35, while those on control class was
89.86 with a standard deviation of 1.17. Inferential analysis results showed that the students science physics
achievements at Grade VIII RSBI SMP Negeri 1 Pinrang School Year of 2010/2011 who are taught by parallel
learning model combined with cooperative learning and direct instruction in bilingual education has significant
difference to conventional bilingual education.
Keywords: quasi-experiment, parallel learning model, bilingual education, descriptive statistic, inferential analysis.

JSPF Vol. 1 Mei 2012 2

Pendidikan merupakan kebutuhan pokok
bagi seluruh manusia. Dengan meningkatnya
kebutuhan manusia akan pendidikan tersebut,
manusia tak henti-hentinya melakukan inovasi-
inovasi yang diharapkan mampu memberikan
sumbangsih positif bagi peningkatan mutu
pendidikan, khususnya di negara yang kita cintai
ini.
Pada Undang-Undang SISDIKNAS (UU
SISDIKNAS) Nomor 20 Tahun 2003 tertuang
upaya peningkatan mutu pendidikan, tepatnya
pada pasal 50 ayat 3 yang berbunyi:
Pemerintah dan/atau pemerintah daerah
menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu
satuan pendidikan pada semua jenjang
pendidikan, untuk dikembangkan menjadi
satuan pendidikan yang bertaraf Internasional.
Implementasi dari undang-undang tersebut,
Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat
Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan
Menengah akan melaksanakan proses layanan
pendidikan yang berkualitas dan menghasilkan
lulusan yang diakui secara nasional dan
internasional. Salah satu realisasi dari layanan
pendidikan yang berkualitas ini adalah dengan
menyelenggarakan Sekolah Bertaraf
Internasional (SBI) (Marleny, 2009).
SMP Negeri 1 Pinrang sebagai Rintisan
Sekolah Bertaraf Internasional di tingkat sekolah
menengah pertama yang ada di Kabupaten
Pinrang memiliki visi Unggul dalam Prestasi,
Berpijak pada Nilai-nilai Agama. Visi ini
diwujudkan baik dalam proses pembelajaran
yang bersifat intrakurikuler maupun
ekstrakurikuler. Hal ini dapat dilihat dari prestasi
siswa-siswa di berbagai bidang ilmu
pengetahuan, seperti sebagai juara dalam
Olimpiade Sains Nasional Tingkat SMP dan
Lomba Debat Bahasa Inggris Tingkat
Kabupaten, sedangkan pada bidang
ekstrakurikuler siswa-siswi sekolah tersebut
berhasil memperoleh juara di berbagai kegiatan,
seperti Praja Muda Karana (PRAMUKA), Palang
Merah Remaja (PMR), olahraga, dsb.
Fisika sebagai salah satu cabang ilmu
sains (Ilmu Pengetahuan Alam, IPA) merupakan
salah satu mata pelajaran yang selama ini
menjadi momok yang menakutkan bagi siswa,
khususnya bagi siswa sekolah lanjutan.
Berdasarkan pengamatan yang kami
lakukan ketika kami melaksanakan Program
KKN-PPL Terpadu Angkatan I Tahun 2010 di
RSBI SMP Negeri 1 Pinrang, diamati bahwa
proses pembelajaran IPA Fisika di sekolah
tersebut menggunakan dua bahasa pengantar,
yakni Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.
Selama ini siswa di sekolah tersebut masih
mendapatkan kesulitan dalam mempelajari IPA
Fisika jika diajarkan dalam satu bahasa
pengantar saja, yakni Bahasa Indonesia. Belum
lagi jika harus menggunakan dua bahasa
pengantar sekaligus, sebagai konsekuensi yang
harus diambil ketika sekolah kita berlabelkan
RSBI atau SBI. Penerapan English for
Mathematics and Science di sekolah-sekolah
RSBI dan SBI seperti halnya pada SMP Negeri
1 Pinrang ini berdampak pada hasil belajar IPA
Fisika siswa, terkhusus bagi siswa-siswi yang
memiliki kemampuan Bahasa Inggris yang
masih relatif rendah.
Pada Olimpiade Sains Nasional (OSN)
Tingkat SMP di Kabupaten Pinrang pada tahun
pelajaran 2010/2011, terlihat bahwa siswa-siswi
RSBI SMPN 1 Pinrang mendapatkan Juara I
untuk mata pelajaran IPA Biologi dan IPS dari
empat mata pelajaran yang dilombakan, yakni
IPA Biologi, IPA Fisika, Matematika, dan IPS.
Hal ini menjadi salah satu informasi yang
menjadi bahan peneliti untuk mengadakan
penelitian di sekolah tersebut.
JSPF Vol. 1 Mei 2012 3

Dari latar belakang masalah yang kami
paparkan di atas, maka peneliti berminat
mengadakan penelitian eksperimen di sekolah
tersebut dengan judul PERANAN MODEL
PEMBELAJARAN PARALEL DIKOMBINA-
SIKAN DENGAN COOPERATIVE LEARNING
DAN DIRECT INSTRUCTION DALAM
PEMBELAJARAN BILINGUAL TERHADAP
HASIL BELAJAR IPA FISIKA PADA SISWA
KELAS VIII RSBI SMP NEGERI 1 PINRANG.
Berdasarkan latar belakang yang telah
kami paparkan di atas, maka kami menyusun
beberapa rumusan masalah dalam penelitian ini
sebagai berikut: (1) Seberapa besar hasil belajar
IPA Fisika siswa yang diajar dengan model
pembelajaran paralel dikombinasikan dengan
Cooperative Learning dan Direct Instruction
dalam pembelajaran bilingual pada Kelas VIII
RSBI SMP Negeri 1 Pinrang? (2) Seberapa
besar hasil belajar IPA Fisika siswa yang diajar
dengan pembelajaran bilingual konvensional
pada Kelas VIII RSBI SMP Negeri 1 Pinrang?
(3) Apakah terdapat perbedaan hasil belajar IPA
Fisika siswa yang signifikan antara yang diajar
dengan model pembelajaran paralel
dikombinasikan dengan Cooperative Learning
dan Direct Instruction dan yang diajar dengan
pembelajaran bilingual konvensional pada Kelas
VIII RSBI SMP Negeri 1 Pinrang?
Berdasarkan rumusan masalah yang
diungkapkan sebelumnya, maka adapun tujuan
penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Untuk
mendeskripsikan hasil belajar IPA Fisika siswa
yang diajar dengan model pembelajaran paralel
dikombinasikan dengan Cooperative Learning
dan Direct Instruction dalam pembelajaran
bilingual pada Kelas VIII RSBI SMP Negeri 1
Pinrang. (2) Untuk mendeskripsikan hasil belajar
IPA Fisika siswa yang diajar dengan
pembelajaran bilingual konvensional pada Kelas
VIII RSBI SMP Negeri 1 Pinrang. (3) Untuk
mengetahui apakah terdapat perbedaan hasil
belajar IPA Fisika siswa yang signifikan antara
yang diajar dengan model pembelajaran paralel
dikombinasikan dengan Cooperative Learning
dan Direct Instruction dan yang diajar dengan
pembelajaran bilingual konvensional pada Kelas
VIII RSBI SMP Negeri 1 Pinrang, Kab. Pinrang.
Pembelajaran bilingual merupakan bentuk
pembelajaran dengan menggunakan dua
bahasa berbeda. Dalam hal ini, yang dimaksud
dengan pembelajaran bilingual adalah
pembelajaran dengan menggunakan Bahasa
Indonesia dan bahasa Inggris. Pembelajaran
bilingual dilakukan untuk menjembatani siswa
mempelajari materi pelajaran yang tersedia
dalam bahasa Inggris, atau mengkomunikasikan
materi pelajaran yang dipelajari dalam Bahasa
Indonesia dalam bahasa Inggris. Pembelajaran
bilingual dimaksudkan untuk membantu peserta
didik mempelajari materi pelajaran yang tersedia
dalam bahasa Inggris bagi siswa yang sehari-
hari menggunakan Bahasa Indonesia (Wayan,
2010).
Menurut Marleny (2008), model
pembelajaran paralel adalah model yang
menunjang perkembangan bahasa siswa yang
difasilitasi melalui kegiatan penunjang di luar
pembelajaran Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam dalam Bahasa Inggris yang
diikuti siswa di sekolah.
Pada model pembelajaran ini, siswa
menerima pelajaran tambahan berupa English
for Mathematics and Science yang dilakukan
oleh guru Bahasa Inggris dan/atau guru MIPA.
Materi pelajaran tambahan ini didasarkan pada
kebutuhan dan urutan penyajian tema-tema
pelajaran yang ada pada pembelajaran MIPA
dalam bahasa Inggris. Fasilitasi pemerolehan
English for Mathematics and Science melalui
JSPF Vol. 1 Mei 2012 4

pelajaran bahasa Inggris reguler sebetulnya
dimungkinkan, tetapi diperkirakan waktu yang
disediakan untuk itu tidak mencukupi karena
pelajaran bahasa Inggris reguler perlu mengikuti
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
yang tidak kompatibel dengan kebutuhan
English for Mathematics and Science.
Model pembelajaran paralel ini cocok
diterapkan pada sekolah yang guru MIPA-nya
memiliki pengetahuan kebahasaan yang
terbatas dan team-teaching antara guru bahasa
Inggris dan guru MIPA tidak dapat berjalan
dengan baik. Dalam model ini, pembelajaran
MIPA dalam bahasa Inggris berlangsung
dengan tahapan-tahapan pembelajaran seperti
pada pembelajaran MIPA pada umumnya.
Model ini agak mahal dan memerlukan waktu
cukup banyak tetapi efektif dalam pencapaian
tujuan (peningkatan kemahiran berbahasa
Inggris) (Ruqayah, 2009).
Adapun tahapan dari model pembelajaran
paralel adalah sebagai berikut: (1) Persiapan
(Preparation). Pada tahapan ini, guru
mempersiapkan hal-hal yang akan digunakan
dalam proses pembelajaran, seperti
penyusunan Rencana Pembelajaran (Lesson
Plan), penyediaan sumber-sumber
pembelajaran yang akan menunjang proses
pembelajaran seperti alat peraga, media
animasi, atau media-media pembelajaran
lainnya yang berbasis ICT/TIK, sebagaimana
panduan penyelenggaraan pembelajaran
SBI/RSBI. (2) Pembelajaran (The Lesson).
Pada tahapan ini, proses pembelajaran
dilaksanakan dengan menggunakan Bahasa
Indonesia sebagai bahasa pengantar, dimana
guru menyampaikan materi Matematika dan IPA
yang terdapat dalam Students Book dengan
memanfaatkan media pembelajaran berbasis
ICT/TIK dan siswa dapat mengajukan
pertanyaan dalam bahasa ibu mereka. (3)
Penguatan/Pengayaan (Reinforcement /
Enrichment). Pada tahapan terakhir ini, guru
menyediakan waktu di luar jam pelajaran yang
ada di sekolah, dimana dalam tahapan ini guru
menyampaikan istilah-istilah, kosa kata, tata
bahasa, ekspresi, dan sebagainya dengan
menggunakan English for Mathematics and
Science yang telah disediakan oleh
penyelenggara SBI/RSBI dalam Teachers
Book. Pada tahapan ini, guru MIPA yang
memiliki kemampuan bahasa Inggris yang
belum memadai dapat dibantu oleh guru Bahasa
Inggris dalam mengajarkan English for
Mathematic and Science (Ruqayah, 2009).
Pembelajaran kooperatif (cooperative
learning) merupakan bentuk pembelajaran
dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif
yang anggotanya terdiri dari empat sampai
enam orang dengan struktur kelompok yang
bersifat heterogen (Rusman, 2010): 202).
Sedangkan menurut Natsir (2007),
pembelajaran kooperatif merupakan suatu
model pembelajaran dimana siswa belajar
dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki
tingkat kemampuan berbeda..
Menurut Natsir (2007), model pengajaran
langsung dirancang secara khusus untuk
mengembangkan belajar siswa tentang
pengetahuan deklaratif dan pengetahuan
prosedural. Pengetahuan deklaratif adalah
pengetahuan tentang sesuatu misalnya
pengetahuan tentang teori atom, susunan dan
nama-nama planet yang masuk dalam
tatasurya kita. Pengetahuan prosedural adalah
pengetahuan tentang bagaimana melakukan
sesuatu misalnya, pengetahuan tentang cara
menggunakan neraca, ampere-meter, osiloskop,
JSPF Vol. 1 Mei 2012 5

pengetahuan tentang cara melakukan penelitian
dan sebagainya.
HIPOTESIS PENELITIAN
Tidak terdapat perbedaan yang signifikan
dari hasil belajar IPA Fisika siswa antara yang
diajar dengan model pembelajaran paralel
dikombinasikan dengan cooperative learning
dan direct instruction dengan yang diajar
dengan pembelajaran bilingual konvensional
pada Kelas VIII RSBI SMP Negeri 1 Pinrang.
2 1 1
2 1 0
:
:
x x H
x x H
=
=

1
x

: Rata-rata hasil belajar IPA Fisika siswa
yang diajar dengan model pembelajaran
paralel dikombinasikan dengan
cooperative learning dan direct
instruction dalam pembelajaran
bilingual.
2
x : Rata-rata hasil belajar IPA Fisika siswa
yang diajar dengan pembelajaran
bilingual konvensional.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah penelitian
eksperimen semu (quasi experimental design).
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
siswa kelas RSBI SMP Negeri 1 Pinrang, mulai
dari Kelas VII yang terdiri dari 7 kelas, Kelas VIII
yang terdiri dari 2 kelas, dan Kelas IX yang
hanya terdiri dari 1 kelas. Dengan teknik
purposive sampling, terpilihlah Kelas VIII
1
yang
terdiri dari 30 orang sebagai kelas perlakuan
(eksperimen) dan Kelas VIII
2
sebagai kelas
kontrol yang terdiri dari 29 orang pada RSBI
SMP Negeri 1 Pinrang untuk Semester Genap
Tahun Pelajaran 2010/2011.
Variabel bebas dalam penelitian ini
adalah model pembelajaran paralel
dikombinasikan dengan cooperative learning
dan direct instruction dalam pembelajaran
bilingual, dan variabel tak bebasnya adalah hasil
belajar IPA Fisika siswa yang dilihat dari aspek
kognitif, afektif, psikomotorik, dan penguasaan
teknologi.
Gambaran desain penelitian yang
digunakan dalam penelitian adalah sebagai
berikut:



(Setyosari, 2010).
Ket:
X : Perlakuan (Treatment)
O
1
: Tes yang dilakukan pada kelas
eksperimen
O
2
: Tes yang dilakukan pada kelas kontrol
- - - : Tidak dilakukan pengacakan
Definisi operasional variabel penelitian
adalah sebagai berikut: (1) Model pembelajaran
paralel yang dikombinasikan dengan model
cooperative learning dan direct instruction dalam
pembelajaran bilingual adalah model
pembelajaran dua bahasa yang menunjang
perkembangan bahasa siswa yang difasilitasi
melalui kegiatan penunjang di luar pembelajaran
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam dalam
Bahasa Inggris yang diikuti siswa di sekolah
dimana model pembelajaran ini dikombinasikan
dengan model cooperative learning dan direct
instruction yang sintaksnya diintegrasikan. (2)
Pembelajaran bilingual konvensional adalah
pembelajaran yang menggunakan Bahasa
Inggris sebagai bahasa dalam sumber dan
media pembelajaran akan tetapi dijelaskan
dalam Bahasa Indonesia. (3) Hasil belajar IPA
Fisika siswa adalah skor yang dicapai siswa
setelah mengikuti pembelajaran.
Teknik pengumpulan data dalam
penelitian ini yaitu tes tertulis untuk melihat hasil
X O
1

- O
2

JSPF Vol. 1 Mei 2012 6

belajar aspek kognitif. Soal yang dibuat
berjumlah 20 butir, kemudian divalidasi oleh
validator ahli oleh Drs. M. Agus Martawijaya,
M.Pd. Setelah instrumen diujikan, kemudian
dilanjutkan dengan menghitung reliabilitas untuk
mengetahui konsistensi instrumen yang
digunakan.
Untuk mencari koefisien reliabilitas
instrumen tes uraian, kita menggunakan rumus :
|
|
.
|

\
| E

|
|
.
|

\
|

= =
2
2
11
1
1 St
Si
k
k
r o

Dimana :
( )
n
n
Xi
Xi
Si
2
2
2
E
E
=

( )
n
n
X
X
St
t
t
2
2
2
E
E
=

(Nurgiyantoro, 2010): 177)
Keterangan :
k = Banyaknya butir soal uraian
n = Banyaknya sampel
2
Si E
= Jumlah varians skor setiap item
2
St
= Varians skor total
Data yang telah terkumpul dari kedua
kelas sampel selanjutnya dianalisis dengan
menggunakan teknik statistik deskriptif dan
statistik inferensial. Uji normalitas untuk variabel
baik kelompok eksperimen maupun kelompok
kontrol dilakukan melalui uji normalitas
Kolmogorov-Smirnov. Pengujian dilakukan pada
taraf kebenaran =0,05. Uji homogenitas
varians dilakukan dengan menggunakan uji
statistik yakni uji F. Dengan memperoleh F
hitung

dan nilai sig, bila sig> pada taraf kebenaran
=0,05 untuk kelas eksperimen dan kontrol,
maka dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok
eksperimen berasal dari populasi homogen.
Dalam pengujian hipotesis digunakan
statistik uji t untuk data homogen. Rumus yang
digunakan adalah sebagai berikut.
=

1

2

1
+
1

2

dengan
( ) ( )
2
1 1
2 1
2
2 2
2
1 1
+
+
=
n n
s n s n
s


(Tiro, 1999): 102)
Keterangan:

1
= mean dari kelompok eksperimen

2
= mean dari kelompok kontrol
S = deviasi gabungan

1
= deviasi kelompok eksperimen

2
= deviasi kelompok kontrol
Derajat kebebasan (dk) = n
1
+n
2
-2
Hipotesis Statistik
Digunakan uji perbedaan dua rata-rata
(Independent Sample T Test) yaitu:
2 1 1
2 1 0
:
:
x x H
x x H
=
=

1
x : Rata-rata hasil belajar IPA Fisika siswa
yang diajar dengan model pembelajaran
terpisah (paralel) dalam pembelajaran
bilingual.
2
x : Rata-rata hasil belajar IPA Fisika siswa
yang diajar dengan pembelajaran
bilingual konvensional.
Teknik analisis statistik diolah dengan
Statistical Package for Social Science (SPSS)
versi 15,0 for Windows dan MS. Excel 2007.
Digunakan Independent Sample t Test (Uji t
Sampel Independen) dengan kriteria pengujian
hipotesis H
0
ditolak atau H
1
diterima jika Sig.<
dan sebaliknya H
0
diterima atau H
1
ditolak jika
Sig.> .
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Untuk hasil analisis deskriptif terhadap
hasil belajar IPA Fisika siswa pada kelas
eksperimen (penggunaan model pembelajaran
paralel yang dikombinasikan dengan
JSPF Vol. 1 Mei 2012 7

cooperative learning dan direct instruction dalam
pembelajaran bilingual) dan kelas kontrol
(penggunaan model pembelajaran bilingual
konvensional) dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.1 Statistik nilai hasil belajar fisika pada
kelas eksperimen dan kontrol
Statistik Nilai Statistik
Nilai Maksimun 89,00 91,00
Nilai Minimum 66,00 87,00
Nilai Rata-rata 82,56 89,86
Nilai Ideal 100,00 100,00
Rentang Nilai 23,00 4,00
Standar Deviasi 6,3509 1,1668
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa
nilai rata-rata yang diperoleh siswa pada kelas
eksperimen adalah 82,56, nilai tertinggi 89,00,
nilai terendah 66,00, nilai ideal 100,00, dan
standar deviasi 6,3509, sedangkan pada kelas
kontrol adalah 86,96, nilai tertinggi 91,00, nilai
terendah 87,00, nilai ideal 100,00, dan standar
deviasi 1,1668. Selanjutnya, jika nilai hasil tes
kognitif atau nilai hasil belajar siswa pada kelas
eksperimen dikelompokkan ke dalam kategori,
maka persentase nilai tes atau hasil belajar IPA
Fisika siswa 77,78% berada pada kategori
Sangat Tinggi dan 22,22% berada pada kategori
Tinggi sedangkan pada kelas control,
persentase nilai tes atau hasil belajar IPA Fisika
siswa 100% berada pada kategori Sangat Tinggi
(Lampiran 3, Tabel 1 dan 2).
Adapun gambaran tentang persentase
hasil belajar IPA Fisika yang disusun baik pada
kelas eksperimen maupun kelas kontrol
ditampilkan pada grafik berikut ini.
Dari grafik di atas menunjukkan bahwa
persentase hasil belajar IPA Fisika kelas
eksperimen dan kelas kontrol hanya berada
pada kategori Sangat Tinggi dan Tinggi, dimana

persentase hasil belajar terbesar tersebar pada
kelas kontrol yakni 100% pada kategori Sangat
Tinggi, berbeda dengan persentasi hasil belajar
pada kelas eksperimen yang tersebar 77,78%
pada kategori Sangat Tinggi dan 22,22% pada
kategori Tinggi (Lampiran 3).
Hasil uji normalitas tes akhir kedua kelas
sampel dengan menggunakan SPSS dapat
dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.3. Hasil Uji Normalitas Kelas
Eksperimen dan Kontrol.

Dari Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa untuk
kelas eksperimen nilai sig=0,110> = 0,05 dan
untuk kelas kontrol nilai sig=0,050 > = 0,05. Ini
artinya data dari kedua kelas sampel
terdistribusi normal.
Dengan menggunakan SPSS diperoleh
hasil uji homogenitas sebagai berikut.
Tabel 4.4. Hasil Uji Homogenitas Kelas
Eksperimen dan Kontrol.

0
20
40
60
80
100
S
a
n
g
a
t

T
i
n
g
g
i
S
e
d
a
n
g
R
e
n
d
a
h
S
a
n
g
a
t
P
e
r
s
e
n
t
a
s
e

(
%
)
Kategori Hasil Belajar
Grafik 4.1. Persentase Hasil Belajar
IPA Fisika pada Kelas Eksperimen
dan Kontrol
Persentase
Eksperimen
Persentase
Kontrol
One-Sample Kol mogorov-Smi rnov Test
27 22
82.5556 89.8636
6.35085 1.16682
.232 .289
.155 .270
-.232 -.289
1.203 1.358
.110 .050
N
Mean
St d. Deviation
Normal Parameters
a,b
Absolute
Positive
Negative
Most Ext reme
Dif f erences
Kolmogorov -Smirnov Z
Asy mp. Sig. (2-tailed)
Experiment_
Class
Control_
Class
Test distribution is Normal. a.
Calculated f rom dat a. b.
Group Statistics
27 82.5556 6.35085 1.22222
22 89.8636 1.16682 .24877
Groups
Experiment Class
Control Class
Value
N Mean St d. Deviation
St d. Error
Mean
JSPF Vol. 1 Mei 2012 8


Dari Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa nilai
sig = 16,651 > = 0,05. Hal ini menunjukkan
kedua kelas memiliki varians yang homogen
atau berasal dari populasi yang homogen.
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis
penelitian dengan menggunakan uji-t dengan
MS. Excel 2007, diperoleh nilai t
hitung
= -5,3148
dan nilai t
tabel
pada taraf signifikansi = 0,05
diperoleh t
tabel{0,975 (dk = 47)}
= 2,01 (Tiro, 1999):
384). Karena t
hitung
tidak berada dalam interval
t
tabel
(-2,01 dan 2,01), maka dapat disimpulkan
bahwa H
0
ditolak atau H
1
diterima. Jadi, terdapat
perbedaan yang berarti dari hasil belajar IPA
Fisika siswa kelas VIII RSBI SMP Negeri 1
Pinrang antara yang diajar dengan
menggunakan model pembelajaran paralel
dikombinasikan dengan model cooperative
learning dan direct instruction dengan yang
diajar dengan menggunakan pembelajaran
bilingual konvensional.
Penelitian ini dilaksanakan untuk
mengetahui peranan model pembelajaran
paralel dikombinasikan dengan model
cooperative learning dan direct instruction dalam
pembelajaran bilingual terhadap hasil belajar
IPA Fisika siswa kelas VIII RSBI SMP Negeri 1
Pinrang. Pada penelitian ini terkonsentrasi pada
hasil belajar IPA Fisika siswa yang dilihat pada
tes akhir.
Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan di sekolah tersebut, yaitu RSBI SMP
Negeri 1 Pinrang Kab. Pinrang, diperoleh hasil
yang sesuai dengan hipotesis yang diajukan
oleh peneliti, yakni terdapat perbedaan yang
signifikan dari hasil belajar IPA Fisika siswa
kelas VIII antara yang diajar dengan model
pembelajaran paralel dikombinasikan dengan
model cooperative learning dan direct instruction
dengan yang diajar dengan pembelajaran
bilingual konvensional. Fakta penelitian yang
diperoleh peneliti setelah mengadakan tes akhir
(post-test) adalah hasil belajar IPA Fisika pada
kelas kontrol lebih besar dari hasil belajar IPA
Fisika siswa pada kelas eksperimen. Ada
beberapa faktor yang dapat peneliti sampaikan
yang menyebabkan hasil penelitiannya
sedemikian, diantaranya: (1) Pemerolehan
pengetahuan siswa akan kosakata dan istilah-
istilah Fisika dalam Bahasa Inggris hanya
terpaku pada pemberian guru yang disampaikan
pada proses pembelajaran, (2) jadwal/roster
pelajaran IPA Fisika pada kelas yang diambil
sebagai kelas eksperimen, yakni kelas VIII
1

yang berada pada jam pelajaran terakhir, dan
(3) adapun jadwal pelajaran IPA Fisika pada
kelas kontrol yang ditunjuk, yaitu kelas VIII
2
,
berada pada jam pelajaran yang lebih awal,
yakni pada pukul 10.50-12.00 WITA, sehingga
model pembelajaran bilingual konvensional
dapat diterima dengan baik oleh siswa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan hasil belajar IPA Fisika
siswa yang berarti antara yang diajar dengan
menggunakan model pembelajaran
pembelajaran paralel dikombinasikan dengan
model cooperative learning dan direct instruction
dengan yang diajar dengan menggunakan
pembelajaran bilingual konvensional pada kelas
VIII RSBI SMP Negeri 1 Pinrang, dan diterima
pada taraf nyata 0,05. Kenyataan ini
membuktikan bahwa penerapan model
pembelajaran paralel dalam pembelajaran
bilingual belum memberikan peningkatan yang
berarti terhadap hasil belajar IPA Fisika siswa
dibandingkan dengan model pembelajaran
bilingual konvensional yang digunakan guru
pada sekolah tersebut.
Independent Samples Test
16.651 .000 -5.315 47 .000 -7.30808 1.37504 -10.07431 -4.54185
-5.859 28.139 .000 -7.30808 1.24728 -9.86245 -4.75371
Equal variances
assumed
Equal variances
not assumed
Value
F Sig.
Levene's Test f or
Equality of Variances
t df Sig. (2-tailed)
Mean
Dif f erence
St d. Error
Dif f erence Lower Upper
95%Conf idence
Interv al of t he
Dif f erence
t-t est f or Equalit y of Means
JSPF Vol. 1 Mei 2012 9

SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil analisis data dan
pembahasan, maka dapat ditarik beberapa
kesimpulan sebagai berikut: (1) Hasil belajar IPA
Fisika siswa kelas VIII
1
RSBI SMP Negeri 1
Pinrang yang diajar dengan menggunakan
model pembelajaran paralel dikombinasikan
dengan model cooperative learning dan direct
instruction dalam pembelajaran bilingual yang
terlihat dari hasil belajar 77,28% berada dalam
kategori Sangat Tinggi dan 22,22% pada
kategori Tinggi, dengan nilai rata-rata 82,56 dari
skor ideal 100,00, (2) hasil belajar IPA Fisika
siswa kelas VIII
2
RSBI SMP Negeri 1 Pinrang
yang diajar dengan menggunakan pembelajaran
bilingual konvensional yang terlihat dari hasil
belajar 100,00% berada dalam kategori Sangat
Tinggi dengan skor rata-rata 89,36 dari skor
ideal 100,00, dan (3) terdapat perbedaan hasil
belajar IPA Fisika siswa yang signifikan antara
yang diajar dengan menggunakan model
pembelajaran paralel dikombinasikan dengan
model cooperative learning dan direct instruction
pada Kelas VIII
1
dengan yang diajar dengan
menggunakan pembelajaran bilingual
konvensional pada kelas VIII
2
RSBI SMP Negeri
1 Pinrang. Dengan demikian, dapat dikatakan
bahwa penggunaan model pembelajaran paralel
memiliki peranan yang tidak cukup signifikan
dalam meningkatkan hasil belajar IPA Fisika
siswa yang terlihat dari hasil belajarnya pada
aspek kognitif.
Setelah melihat hasil penelitian yang telah
dilaksanakan, maka penulis menyarankan: (1)
Model pembelajaran paralel dikombinasikan
dengan model cooperative learning dan direct
instruction dalam pembelajaran bilingual pada
siswa RSBI SMP Negeri 1 Pinrang Kab. Pinrang
belum dapat diterapkan jika faktor-faktor
pendukung keberhasilan proses pembelajaran,
yakni kesiapan guru dan siswa, serta jadwal
pelajaran yang tepat tidak diperhatikan, (2)
kepada pihak sekolah agar mengimpelentasikan
Standar Operasional Pelaksanaan (SOP)
program RSBI yang telah ditetapkan oleh
Depdiknas pada setiap jenjang tahun
pendampingan, sehingga diperoleh hasil belajar
yang lebih baik, dan (3) kepada peneliti yang
ingin melakukan penelitian yang serupa dengan
penelitian sebelumnya diharapkan menjalankan
prosedur/langkah model pembelajaran paralel
dikombinasikan dengan model cooperative
learning dan direct instruction sesuai dengan
prosedur yang ada.

DAFTAR PUSTAKA
Abdullah. (2003, January 1). Al Qur'an Digital.
Dipetik January 1, 2009, dari Al Qur'an Digital:
http://www.alquran-digital.com/
Ahmadi, I. K., & Amri, S. (2010). Strategi
Pembelajaran Sekolah Berstandar Internasional
dan Nasional. Jakarta: Prestasi Pustaka
Publisher.
Ali, M. (2002). Metode Penelitian. Bandung:
Perpustakaan UPI Bandung.
Anonim. (2012, March 8). Ki Hajar Dewantara.
Dipetik March 16, 2012, dari Wikipedia,
Ensiklopedia Bebas:
http:/in.wikipedia.co.id/Ki_Hajar_Dewantara.htm/
Anonim. (2009, January 1). Pembelajaran.
Dipetik January 30, 2011, dari
http://www.id.wikipedia.org/wiki/Pembelajaran.ht
ml
Anonim. (2011, May 1). Pilar Pendidikan
Menurut UNESCO. Dipetik March 16, 2012, dari
Lembaga Pengkajian & Pengembangan
Masyarakat: http://lp2m.web.id/pilar-pendidikan-
menurut-unesco/
Arikunto, S. (2003). Dasar Evaluasi Pendidikan.
Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.
Davies, I. K. (1981). Instructional Technique.
Washington D.C.: McGraw-Hill, Inc.
JSPF Vol. 1 Mei 2012 10

Davis, R. H. (1974). Learning System Design;
An Approach to the Improvement of Instruction.
Washington D.C.: McGraw-Hill, Inc.
Depdiknas. (2008). Panduan Penyelenggaraan
Rintisan SMA Bertaraf Internasional. Jakart:
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas.
Depdiknas. (2007). Pedoman Penjaminan Mutu
Sekolah/Madrasah Bertaraf Internasional pada
Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah.
Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan
Depdiknas.
Depdiknas. (2006). Standar Isi dan Kurikulum
IPA. Jakarta: Depdiknas.
Depdiknas. (2007). Standar Isi Kurikulum SMP-
SBI. Jakarta: Depdiknas.
Dimyati, & Mudjiono. (2006). Belajar dan
Pembelajaran. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.
Djamarah, S. B., & Zain, A. (2006). Strategi
Belajar-Mengajar. Jakarta: PT Asdi Mahasatya.
Giancoli, D. C. (2009). Physics for Scientists and
Engineers with Modern Physics 4th Edition.
United States of America: Pearson Prentice Hall,
Inc.
Haling, A. (2006). Belajar dan Pembelajaran.
Makassar: Badan Penerbit UNM Makassar.
Hamalik, O. (2006). Proses Belajar Mengajar.
Jakarta: Penerbit Bumi Aksara.
Jefferson, T. (2006, October 20). Quasi
Experimental Study. Dipetik March 16, 2012,
dari National Center for Technology Innovation:
http://www.ncti.com/Quasi_Experimental_Study.
htm/
Krashen, S. (2009, January 1). Why Bilingual
Education; ERIC Digest. Dipetik January 30,
2011, dari http://eric_digest.com/bilingual.html
Liswanto. (2010, November 23). RSBI di
Indonesia Aplikasi dan Kendala. Dipetik January
30, 2011, dari
http://www.blogliskeren.blogspot.com
Mariana. (2008, December 21). Pembelaran
Bilingual: Apa dan Bagaimana? Dipetik January
30, 2011, dari Guru English:
http://guruenglish.wordpress.com/2008/12/21/pe
mbelajaran-bilingual-apa-dan-bagaimana/
Marleny. (2009, January 1). Skripsi: Studi
Pelaksanaan IPA Fisika di Kelas Rintisan
Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) SMP
Negeri 9 Palembang. Dipetik January 30, 2011,
dari http://blog.unsri.ac.id/leny/skripsi/studi-
pelaksanaan-pembelajaran-ipa-fisika-di-kelas-
rintisan-sekolah-bertaraf-internasional-rsbi-smp-
n-9-palembang/mrdetail/11939/
Nasution, R. (2003). Teknik Sampling. Medan:
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara.
Natsir, M. (2007). Strategi Pembelajaran Fisika.
Makassar: Jurusan Fisika FMIPA UNM.
Nurgiyantoro, B. (2010). Penilaian Pembelajaran
Bahasa Berbasis Kompetensi. Yogyakarta:
BPFE-Yogyakarta.
Purnomo, S. (2008, October 15). SK dan KD
SMA. Dipetik March 16, 2012, dari Sidik's Blog:
http://sidik.blogspot.com/sk_dan_kd_sma.htm/
Rianto, S. (2009, January 1). Makalah:
Pembelajaran Matematika dan IPA Dalam
Bahasa Inggris. Dipetik January 30, 2011, dari
http://rsbiindonesia.blogspot.com/2009/02/pemb
elajaran-matematika-dan-ipa-dalam.html
Riduwan. (2003). Skala Pengukuran Variabel-
variabel Penelitian. Bandung: Penerbit Alfabeta.
Roebyanto. (2009, June 25). Empat Pilar
Pendidikan. Dipetik March 10, 2012, dari Blog'e
Arek Suroboyo:
http://roebyarto.multiply.com/journal/item/91?&s
how_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem
Rowe, M. B. (1973). Teaching Science As
Continuous Inquiry: A Basic. New York: McGraw
Hill, Inc.
Ruqayah. (2009, July 15). Makalah: Konsep
Pembelajaran Matematika dan IPA Dalam
Bahasa Inggris (Bilingual). Dipetik February 6,
2011, dari ruqayahsmpn4pati.com:
http://st284522.sitekno.com/article/3243/konsep-
pembelajaran-matematika--ipa-dalam-bahasa-
inggris-bilingual.html
JSPF Vol. 1 Mei 2012 11

Rusman. (2010). Model-model Pembelajaran;
Mengembangkan Profesionalisme Guru.
Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Senjaya, W. (2008). Strategi Pembelajaran;
Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Setyosari, P. (2010). Metode Penelitian
Pendidikan dan Pengembangan. Jakarta:
Prenada Media Group.
Slamet, P. (2008). Perubahan dari SSN ke SBI
dan Implikasinya Bagi Kepemimpinan. TOT SSN
SMP 2008 (hal. 1-30). Pekan Baru: Diknas Kota
Pekan Baru.
Soetriono, & Hanafi, R. (2007). Filsafat Ilmu dan
Metodologi Penelitian. Yogyakarta: CV. Andi
Offset.
Sudjana, N. (2005). Dasar-Dasar Proses Belajar
Mengajar. Bandung: Penerbit Sinar Baru
Algensindo.
Sugidarma, I. P. (2003). Metode Penelitian.
Malang: Universitas Brawijaya.
Sukardi. (2006). Metodologi Penelitian
Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Tiro, A. (1999). Dasar-dasar Statistika.
Makassar: Badan Penerbit Universitas Negeri
Makassar.
Umar, H. (2009). Metode Penelitian untuk
Skripsi dan Tesis. Jakarta: Rajawali Press.
Ware, T. (2008, January 1). Panduan
Pengembangan Bahan Ajar. Dipetik March 16,
2012, dari Tamamiware's Blog:
http://tamamiware.blogspot.com/2008/01/pandu
an-pengembangan-bahan-ajar-sma.html
Wayan, I. (2010, January 1). Makalah: Model
Pembelajaran PBBS dengan Pendekatan
DBTU. Dipetik February 6, 2011, dari
http://www.i_wayan.blogspot.com
Weil, M. &. (1978). Personal Models of
Teaching. New Jersey: Prentice-Hall, Inc.
Wenning, C. J. (2006). A framework for teaching
the nature of science. Journal of Physics
Teacher Education Online , 2-10.
Wenning, C. J. (2009). Scientific epistemology;
How scientists know what they know. Journal of
Physics Teacher Education Online , 3-15.


12

You might also like