You are on page 1of 2

Bahan tambahan pangan adalah bahan atau campuran bahan kimia yang secara alami bukan merupakan bagian

dari bahan baku pangan, tetapi ditambahkan ke dalam pangan. Tujuannya, untuk memperbaiki karakter pangan agar kualitasnya meningkat. Fungsi BTP antara lain untuk mengawetkan makanan, mencegah pertumbuhan mikroba perusak pangan, mencegah terjadinya reaksi kimia yang dapat menurunkan mutu pangan, dan membentuk makanan menjadi lebih baik, renyah, serta lebih enak di mulut. BTP juga digunakan untuk member warna dan aroma agar menarik dan meningkatkan kualitas pangan. Makanan yang baik tak mudah busuk tentu lebih menghemat biaya produksi. Zat pengawet yang diizinkan di antaranya benzoate, propionate, nitrit, nitrat, sorbat, dan sulfit. Satu atau beberapa jenis pengawet tersebut mungkin efektif untuk jenis makanan tertentu, tetapi belum tentu hal sama berlaku pada jenis makanan lain. Pengawet propionate banyak digunakan pada produk roti, cake, dan kue-kue basah. Adapun sulfit digunakan pada produk manisan buah. Ada juga yang menambahkan sulfit pada gula merah agar tampak cokelat muda dan keras. Pengawet nitrat/nitrit biasa ditambahkan pada produk daging misalnya dendeng, sosis, salami, dan kornet, serta agar daging berwarna merah. Tak semua makanan kemasan ditambahkan pengawet. Produk makanan kemasan diberi pengawet jika tak langsung habis sekali pakai. Minuman dalam kemasan seperti susu steril tak menggunakan pengawet Karena langsung habis. Agar masa kadaluwarsanya bias lama.

Bahan pewarna makanan Penggunaan pewarna sintetis yang tidak proposional bisa mengganggu kesehatan. Pewarna alami lebih aman asal bahan pendukungnya adalah bahan halal. Untuk jenis pewarna, yang diizinkn adalah pewarna alami misalnya kunyit (untuk warna kuning), daun suji (warna hijau), serta pewarna buatan dalam kategori food grade. Untuk pemanis buatan yang diizinkan antara lain sakarin, aspartame, dan siklamat.

Secara umum bahan pewarna yang sering digunakan dalam makanan olahan terbagi atas pewarna sintetis (buatan) dan pewarna natural (alami). Pewarna sintetis pada umumnya terbuat dari bahan-bahan kimia. Misalnya tartrazin untuk warna kuning, allura red untuk warna merah, dan seterusnya. Kadang-kadang pengusaha yang nakal juga menggunakan pewarna bukan makanan (non food grade) untuk memberikan warna pada makanan. Misalnya saja penggunaan rhodamin B yang sering digunakan untuk mewarnai terasi, kerupuk, dan minuman sirup. Penggunaan pewarna jenis ini tentu saja dilarang keras, karena bisa menimbulkan kanker dan penyakit-penyakit lainnya. Bahan pewrna sintetis yang boleh digunakan untuk makanan (food grade) pun harus dibatasi jumlahnya. Karena pada dasarnya, setiap benda sintetis yang masuk ke dalam tubuh kita akan menimbulkan efek. Beberapa Negara maju, seperti.

You might also like