You are on page 1of 43

BAB I PENDAHULUAN

1.1.LATAR BELAKANG Tumbuh kembang mencakup dua peristiwa yang sifatnya berbeda, tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Dan untuk tercapainya tumbuh kembang yang optimal, tergantung pada potensi biologik seseorang yang merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang saling berkaitan, yaitu faktor genetik, lingkungan biofisiko-psiko sosial dan perilaku. Proses yang unik dan hasil akhir yang berbeda-beda yang memberikan ciri tersendiri pada setiap anak. Oleh karena itu, tumbuh kembang harus menjadi perhatian bagi pemerintah, tenaga kesehatan, dan masyarakat.1
Data terakhir yang diperoleh dari Unicef, sekitar 35 persen anak lahir dengan tubuh pendek di Indonesia. Sekitar 5 hingga 10% anak diperkirakan mengalami keterlambatan perkembangan. Data angka kejadian keterlambatan perkembangan umum belum diketahui dengan pasti, namun diperkirakan sekitar 1-3% anak di bawah usia 5 tahun mengalami keterlambatan perkembangan umum.1,2,3

Pendidikan merupakan modal dasar untuk menyiapkan insan yang berkualitas. Pada hakikatnya belajar harus berlangsung sepanjang hayat. Untuk menciptakan generasi yang berkualitas, pendidikan harus dilakukan sejak usia dini dalam hal ini melalui Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), yaitu pendidikan yang ditujukan bagi anak sejak lahir hingga usia 6 tahun. Sejak dipublikasikannya hasil-hasil riset mutakhir di bidang neuroscience dan psikologi maka fenomena pentingnya PAUD merupakan keniscayaan. PAUD menjadi sangat penting mengingat potensi kecerdasan dan dasar-dasar perilaku seseorang terbentuk pada rentang usia ini. Sedemikian pentingnya masa ini sehingga usia dini sering disebut the golden age (usia emas), dimana 3 tahun pertama anak adalah usia emas baginya untuk menyerap informasi sebanyak-banyaknya.1,2 Pendidikan Anak Usia Dini juga berperan dalam tumbuh kembang anak. Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 58 tahun 2009 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini, tingkat pencapaian tumbuh kembang anak mengacu pada panduan kartu menuju sehat (KMS) dan deteksi dini tumbuh kembang anak, serta

dikelompokkan berdasarkan usia dan mencakup nilai-nilai agama dan moral, motorik, kognitif, bahasa, dan sosial emosional.3 Kurangnya partisipasi anak dalam mengikuti PAUD dipengaruhi oleh pendidikan orangtua, pekerjaan orangtua, sertasarana dan prasarana PAUD. Akses dan kualitas pelayanan PAUD sangatlah tidak seimbang. Kira-kira 62 persen anak usia 3 sampai 6 tahun belum pernah berpartisipasi dalam program pendidikan anak usia dini atau pra-sekolah. Indonesia memiliki fasilitas PAUD yang relatif sedikit. Situasi ini sebagian menjelaskan mengapa orang tua cenderung untuk menyekolahkan anak-anak mereka lebih awal: kira-kira 72 persen anak usia enam tahun telah terdaftar di Kelas 1 sekolah dasar.4 Untuk keperluan menganalisis partisipasi anak dalam PAUD digunakan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2011. Pada tahun 2011, Susenas turut mengumpulkan data partisipasi PAUD di seluruh Indonesia. Persentase anak yang sedang mengikuti PAUD dibagi atas beberapa kelompok umur, yaitu: 0-2 tahun, 3-4 tahun, 5-6 tahun, 3-6 tahun, dan 0-6 tahun. Untuk kelompok umur 0-6 tahun, partisipasi anak yang mengikuti PAUD ada sebanyak 14,08 persen.Jika rentang umurnya dipersempit menjadi 3-4 tahun, partisipasinya sedikit membesar menjadi 15,90 persen. Jika rentang umur dipersempit lagi menjadi 5-6 tahun, partisipasinya meningkat dua kali lipat menjadi 33,35 persen. Hal ini menandakan partisipasi PAUD lebih banyak diikuti oleh anak kelompok umur 5-6 tahun dibanding kelompok umur lainnya. Artinya, partisipasi PAUD lebih banyak diisi oleh anakanak yang berada pada kelompok umur Taman Kanak-kanak (TK) dibanding kelompok umur lainnya.5

1.2.RUMUSAN MASALAH Apakahada hubungan antara partisipasi anak dalam mengikuti program pos pendidikan anak usia dini sebelum usia 3 tahundengan tumbuh kembanganak usia 3-5 tahunpada siswa sekolah taman kanak-kanak (TK)?

1.3.TUJUAN PENELITIAN 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengembangkan potensi anak usia dini secara optimal sehingga terbentuk perilaku dan kemampuan dasar sesuai dengan tahap perkembangannya agar memiliki kesiapan untuk memasuki pendidikan selanjutnya.

1.3.2 Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui adanya hubungan antara PAUD dengan pertumbuhan anak 2. Untuk mengetahui adanya hubungan antaraPAUD dengan perkembangan motorik kasar anak 3. Untuk mengetahui adanya hubungan antaraPAUD dengan perkembangan motorik halus anak 4. Untuk mengetahui adanya hubungan antaraPAUD dengan perkembangan bicara dan bahasa anak 5. Untuk mengetahui adanya hubungan antaraPAUD dengan perkembangan sosial kemandirian anak

1.3.3 Manfaat Penelitian Bagi Profesi: Sebagai sumber penelitian yang dapat dijadikan acuan untuk penelitian sejenis di masa mendatang Bagi Institusi: Sebagai masukan untuk puskesmas dalam membina program PAUD Bagi Masyarakat: Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya PAUD

1.4.HIPOTESIS PENELITIAN Hipotesis dalam penelitian sebagai berikut : Terdapat hubungan antara Pendidikan Anak Usia Dini dengan tumbuh kembangusia 3-5 tahunpada siswa sekolah taman kanak-kanak (TK).

1.5.RUANG LINGKUP PENELITIAN 1.5.1 Ruang Lingkup Tempat Sekolah taman kanak-kanak (TK) di wilayah Kelurahan Kebagusan 1.5.2 Ruang Lingkup Waktu Ruang lingkup waktu dalam penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2013 sampai Oktober 2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1.TUMBUH KEMBANG ANAK Pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, atau ukuran, yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, kilogram) danukuran panjang (cm, meter), sedangkan perkembangan adalah bertambahnyakemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dari seluruhbagian tubuh sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk jugaperkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil berinteraksidengan lingkungannya.6 Secara umum terdapat dua faktor utama yang mempengaruhi tumbuhkembang anak, yaitu: 1. Faktor genetik Faktor genetik ini yang menentukan sifat bawaan anak tersebut.Kemampuan anak merupakan ciri-ciri yang khas yang diturunkan dari orang tuanya. 2. Faktor lingkungan Yaitu suasana di mana anak itu berada. Dalam hal ini lingkungan berfungsi sebagai penyedia kebutuhan dasar anak untuktumbuh kembang sejak dalam kandungan sampai dewasa. Lingkungan yangbaik akan menunjang tumbuh kembang anak, sebaliknya lingkungan yangkurang baik akan menghambat tumbuh

kembangnya.Kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang, secara umum dibagimenjadi 3 kebutuhan dasar yaitu: Kebutuhan fisik-biomedis (ASUH) meliputi: o pangan/gizi o perawatan kesehatan dasar: imunisasi, pemberian ASI, penimbangan yang teratur, dan pengobatan o pemukiman yang layak o kebersihan perseorangan, sanitasi lingkungan o pakaian o rekreasi, kesegaran jasmani

Kebutuhan emosi/kasih sayang (ASIH) Kasih sayang dari orang tua akan menciptakan ikatan yang erat dan kepercayaan dasar untuk menjamin tumbuh kembang yang selaras baikfisik, mental, atau psikososial. Kebutuhan akan stimulasi mental (ASAH) Stimulasi mental mengembangkan perkembangan kecerdasan, kemandirian, kreativitas, agama, kepribadian, moral-etika, produktivitasdan sebagainya.Setiap anak akan melalui setiap tahapan tumbuh kembang yangmempunyai ciri tersendiri, yaitu: 1) Masa pranatal 2) Masa bayi: usia 0 - 1 tahun 3) Masa pra-sekolah: usia 1 6 tahun 4) Masa sekolah: usia 6 18/20 tahun Masa pra-remaja: usia 6 8/10 tahun Masa remaja: 8/10 18/20 tahun

2.1.1 Pertumbuhan Fisik Pertumbuhan fisik seseorang dimulai saat janin masih dalam kandungan hingga dilahirkan ke dunia. Berikut tahapan pertumbuhan manusia: 1. Pertumbuhan janin dalam kandungan Pertumbuhan pada masa janin merupakan pertumbuhan yang paling pesat yang dialami seseorang dalam hidupnya. Janin tumbuh dari berat 0,0000175 gram menjadi 3700 gram, dan panjang badan dari 0,01 menjadi 50 cm. 2. Pertumbuhan setelah lahir Indikator pertumbuhan: i. ii. Berat badan Berat badan lahir rata-rata 3,4 kg (2,7-4,1 kg). Bayi yang dilahirkan cukup bulan akan kehilangan berat badannyaselama 3-4 hari pertama dan akan kembali sama dengan berat badan lahir pada hari ke-8-9. Berat badan meningkat 2 x berat badan lahir pada umur 5 bulan, 3 x berat badan lahir pada

umur 1 tahun, 4 x berat badan lahir pada umur 2 tahun. Penambahan berat badan 6 bulan ke-1: 0,5-1,0 kg/bulan, 6 bulan ke-2: 0,3-0,5 kg/bulan, 1-2 tahun: 0,2 kg/bulan. iii. Tinggi Badan Rata-rata tinggi (panjang) badan lahir + 50 cm. Panjang badan meningkat 1 x panjang badan pada umur 1 tahun. Penambahan panjang badan umur 6 bulan ke-1: 2,5 cm/bulan, 6 bulan ke-2: 1,25 cm/bulan, 1-7 tahun: 7,5 cm/tahun. iv. Lingkar Kepala Rata-rata lingkar kepala lahir 33,0 - 35,6 cm. Pada tahun ke-1, lingkar kepala menjadi 44,4 - 46,9 cm ( + 10 cm), pada tahun ke-2 menjadi 46,9 - 49,5 cm + 2,5 cm), pada tahun ke-3 menjadi 47,7 - 50,8 cm (+ 1,25 cm). v. Erupsi gigi Gigi pertama tumbuh pada umur 5 9 bulan dan gigi susu yang berjumlah 20 buah biasanya telah tumbuh seluruhnya pada umur 2,5 tahun. vi. Menghitung status gizi anak. Digunakan acuan menurut tabel NCHS berdasarkan BB/TB, BB/U, dan TB/U. BB/TB dapat menilai berat badan anak yang sesuai dengan tinggi badan anak, sedangkan BB/U digunakan untuk mengetahui berat badan anak yang sesuai dengan umurnya. TB/U digunakan untuk mengetahui tinggi badan anak yang sesuai dengan umur saat itu.

2.1.2 Perkembangan Anak Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita, karena pada masa ini pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Pada masa balita ini kemampuan berbahasa, kreativitas, sosial, emosional dan intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya. Perkembangan moral serta dasar-dasar kepribadian juga dibentuk pada masa ini. Deteksi dini perkembangan anak dilakukan dengan cara pemeriksaan perkembangan secara berkala, apakah sesuai dengan umur atau telah terjadi penyimpangan dari perkembangan normal. Empat parameter yang dipakai dalam menilai perkembangan anak adalah:

1. Gerakan motorik kasar (pergerakan dan sikap tubuh). 2. Gerakan motorik halus (menggambar, memegang suatu benda dll). 3. Bahasa (kemampuan merespon suara, mengikuti perintah, berbicaraspontan). 4. Kepribadian/tingkah laku (bersosialisasi dan berinteraksi denganlingkungannya).

2.1.3 Upaya Untuk Meningkatkan Kualitas Tumbuh Kembang Anak Tumbuh kembang anak merupakan hasil interaksi faktor genetik dan faktor lingkungan baik lingkungan sebelum anak dilahirkan maupun lingkungan setelah anak itu lahir. 1. Faktor Pra Lahir i. ii. Gizi ibu pada waktu hamil Penyakit pada ibu

2. Faktor Pada Saat Lahir 3. Faktor Setelah Lahir i. ii. iii. iv. v. vi. vii. Gizi anak Kesehatan anak Imunisasi Stimulasi (perangsangan) Perumahan Sanitasi lingkungan Keluarga9

2.2.Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) 2.2.1 Definisi PAUD Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapandalam memasuki pendidikan lebih lanjut. 4

2.2.2 Fungsi dan Tujuan PAUD 1. Pendidikan Anak Usia Dini berfungsi membina, menumbuhkan, dan mengembangkan seluruh potensi anak usia dini secara optimal sehingga terbentuk perilaku dan kemampuan dasar sesuai dengan tahap perkembangannya agar memiliki kesiapan untuk memasuki pendidikan selanjutnya.5 2. Pendidikan Anak Usia Dini bertujuan:5 i. Membangun landasan bagi berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kritis, kreatif, inovatif, mandiri, percaya diri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab; ii. Mengembangkan potensi kecerdasan spiritual, intelektual, emosional, dan sosial peserta didik pada masa emas pertumbuhannya dalam lingkungan bermain yang edukatif dan menyenangkan.

2.2.3 Bentuk Satuan Pendidikan Anak Usia Dini 1. Pendidikan Anak Usia Dini jalur non-formal meliputi:5 i. Kelompok Bermain Salah satu bentuk Pendidikan Anak Usia Dini pada jalur pendidikan non formal yang meyelenggarakan program pendidikan bagi anak usia 2 sampai 4 tahun. ii. Taman Penitipan Anak Salah satu bentuk Pendidikan Anak Usia Dini pada jalur pendidikan non formal yang menyelenggarakan program kesejahteraan sosial, perawatan, pengasuhan, dan pendidikan sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun. iii. Satuan Pendidikan Anak Usia Dini Sederajat Salah satu bentuk Pendidikan Anak Usia Dini pada jalur pendidikan non formal selain Taman Penitipan Anak dan Kelompok Bermain, yaitu: o Pos Pendidikan Anak Usia Dini (Pos PAUD) adalah salah satu bentuk satuan PAUD pada jalur pendidikan nonformal yang menyelenggarakan

program pendidikan dan pengasuhan bagi anak sejak lahir sampai dengan berusia 6 (enam) tahun yang penyelenggaraannya dapat diintegrasikan dengan program Bina Keluarga Balita (BKB) dan/atau Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu). o Taman Asuh Anak Muslim (TAAM) adalah salah satu bentuk satuan PAUD pada jalur pendidikan nonformal yang menyelenggarakan program pendidikan dan pengasuhan bagi anak berusia 2 (dua) tahun sampai dengan 6 (enam) tahun yang berbasis Taman Pendidikan Al-Quran. o Pendidikan Anak Usia Dini Sekolah Minggu (PAUD-SM) adalah salah satu bentuk satuan PAUD pada jalur pendidikan nonformal yang menyelenggarakan program pendidikan keagamaan Kristen bagi anak berusia 2 (dua) tahun sampai dengan 6 (enam) tahun berbasis Sekolah Minggu. o Pendidikan Anak Usia Dini Bina Iman Anak (PAUD-BIA) adalah salah satu bentuk satuan PAUD pada jalur pendidikan nonformal yang menyelenggarakan program pendidikan keagamaan Katholik bagi anak berusia 2 (dua) tahun sampai dengan 6 (enam) tahun yang berbasis Bina Iman Anak Katolik. 2. Pendidikan Anak Usia Dini jalur formal meliputi:5 i. Taman Kanak-Kanak Adalah salah satu bentuk Pendidikan Anak Usia Dini jalur pendidikan formal yang menyelenggarakan program pendidikan bagi anak usia 4 sampai 6 tahun. ii. Raudhatul Athfal Adalah salah satu bentuk satuan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang menyelenggarakan program pendidikan umum dan pendidikan keagamaan Islam bagi anak usia 4 sampai 6 tahun. iii. Satuan Pendidikan Anak Usia Dini jalur Formal yang Sederajat Salah satu bentuk Pendidikan Anak Usia Dini pada jalur pendidikan formal selain Taman kanak-kanak dan Raudatul Athfal, yaitu:

o Tarbiyatul Athfal (TA) o Taman kanak-kanak Al-Quran (TKQ) o Taman pendidikan Al-Quran (TPQ) o Adi Sekha o TK-SD Satu atap o TK asuh o TK anak pantai o TK Bina Anaprasa o TK di lingkungan tempat kerja o Tk Keliling o TK mahasiswa KKN o TK di Lingkungan tempat ibadah

2.2.4 Standar Perkembangan Anak Usia Dini 1. Pengertian Standar perkembangan anak usia dini adalah standar kemampuan anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang didasarkan pada perkembangan anak. Standar perkembangan merupakan acuan dalam mengembangkan program pembelajaran anak usia dini. 4,5 2. Aspek Perkembangan Anak Usia Dini Cakupan standar perkembangan anak usia dini terdiri atas pengembangan aspek-aspek sebagai berikut: 4,5 i. ii. iii. iv. v. vi. Moral dan nilai-nilai agama Sosial, emosional, dan kemandirian Bahasa Kognitif Fisik/Motorik Seni

3. Standar Perkembangan Anak Usia Dini terdiri atas empat kelompok: i. ii. Standar tingkat pencapaian perkembangan Standar pendidik dan tenaga kependidikan

11

iii. iv.

Standar isi, proses, dan penilaian Standar sarana dan prasarana, pengelolaan, dan pembiayaan.

4. Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan Standar perkembangan Per usia ini disusun dalam rentangan usia dan disesuaikan dengan kebutuhan dan perkembangan anak. Standar perkembangan per Usia ini dapat digunakan sebagai dasar untuk melihat pencapaian tahapan perkembangan anak pada tahapan usia tertentu.

2.3.KPSP (Kuesioner Pra Skrining Perkembangan) Kuesioner Pra Skrining Perkembangan anak adalah suatu daftar pertanyaan singkat yang ditujukan kepada para orang tua dan dipergunakan sebagai alat untuk melakukan skrining pendahuluan perkembangan anak. Untuk setiap golongan usia terdapat 10 pertanyaan untuk orang tua atau pengasuh anak.(8) 1. Kegunaan KPSP KPSP dapat dipakai untuk mengetahui apakah perkembangan anak sesuai dengan usianya atau adanya risiko hambatan perkembangan. 2. Cara menggunakan KPSP Petugas kesehatan di lapangan membaca KPSP terlebih dahulu dan kemudian memberi kesempatan kepada orang tua untuk menjawab kelompok pertanyaan yang sesuai dengan usia anak, kemudian petugas kesehatan memeriksa kembali jawaban ibu, serta apabila diperlukan, melakukan pengamatan tugas perkembangan tertentu. 3. Cara menghitung usia anak Usia anak ditetapkan menurut tahun dan bulan. Kelebihan 16 hari dibulatkan menjadi 1 bulan. Contoh: Anak usia 3 bulan 16 hari, dibulatkan menjadi 4 bulan Anak usia 5 bulan 15 hari, dibulatkan menjadi 5 bulan 4. Cara memilih pertanyaan KPSP Pertanyaan diajukan kepada para orang tua dan dipilih kelompok pertanyaan yang sesuai dengan usia anak.

5. Cara menilai KPSP i. Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah dijawab dan apabila diperlukan, apakah petugas kesehatan sudah mengamati tugas perkembangan. ii. iii. Hitung kembali jumlah jawaban Ya. Apabila jumlah jawaban Ya = 9 atau 10 berarti perkembangan anak sesuai dengan tahap perkembangannya (S). iv. Apabila jumlah jawaban Ya = 7 atau 8, perkembangan anak meragukan (M). v. Apabila jumlah jawaban Ya = 6 atau kurang, perkembangan anak kemungkinan ada penyimpangan (P).

13

2.4 KERANGKA TEORI

BB/TB

TUMBUH

BB/U

TB/U

PAUD

Motorik Kasar

0-6 bulan

Motorik Halus KEMBANG

7-12 bulan

Bicara dan Bahasa

13-23 bulan

Sosial dan Kemandirian

25-59 bulan 36 bulan 48 bulan 54 bulan

Sumber: CDC. 2000 CDC Growth Charts for the United States: Methods and Development.Vital and Health Statistics [serial on the internet]. 2002;11(246):1-28. Available from: http://www.cdc.gov/nchs/data/series/sr_11/sr11_246.pdf Dhamayanti M. Kuesioner Praskrining Perkembangan (KPSP) Anak. Sari Pediatri [serial on the internet]. 2006;8(1):9-15. Available from: http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/8-1-2.pdf

BAB III KERANGKA KONSEP, VARIABEL PENELITIAN, DEFINISI OPERASIONAL

3.1 KERANGKA KONSEP

PERTUMBUHAN

BB/TB BB/U TB/U

PAUD PERKEMBANGAN

Motorik Kasar Motorik Halus Bicara dan Bahasa Sosial dan Kemandirian

15

3.1.VARIABEL PENELITIAN 3.1.1 Variabel Tergantung Tumbuh-kembang 1. Tumbuh i. ii. iii. Tinggi badan menurut berat badan dan umur Tinggi badan menurut umur Berat badan menurut umur

2. Kembang i. ii. iii. iv. Motorik kasar Motorik halus Bicara dan bahasa Sosial dan kemandirian

3.1.2 Variabel Bebas PAUD

3.2.DEFINISI OPERASIONAL
Variabel PAUD Definisi Operasional Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapandalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Dibagi menjadi 2 kelompok menurut usia, 0-2 tahun dan 3-6 tahun. Ukuran posisi tubuh berdiri (vertikal) dengan kaki menempel pada lantai, posisi kepala dan leher tegak, pandangan rata rata air, dada dibusungkan, perut datar dan tarik nafas beberapa saat. Alat Ukur Kuesioner Cara Ukur Orangtua pendamping anak ditanya oleh pemeriksa apakah mengikuti PAUD atau tidak. Hasil Ukur Dikategorikan: 1. Ikut 2. Tidak ikut Skala Ukur Numerik Referensi Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Reublik Indonesia. Standar Pendidikan Anak Usia Dini. 2009. Available from:http://www.paudni. kemdikbud.go.id/wpcontent/uploads/2012/08/ permen_58_2009-ttgstandar-PAUD.pdf. Accessed Sep, 13th 2013

Tinggi badan menurut umur

Tinggi badan diukur dengan meteran (stature meter)

Diukur dengan membandingkan tinggi badan responden dengan tinggi badan ideal berdasarkan umur responden sesuai dengan CDC.

Dikategorikan 1. Kurang 2. Normal 3. Lebih

Ordinal

CDC. 2000 CDC Growth Charts for the United States: Methods and Development.Vital and Health Statistics [serial on the internet]. 2002;11(246):1-28. Available from: http://www.cdc.gov/nchs /data/series/sr_11/sr11_2 46.pdf 17

Berat badan menurut umur

Ukuran tubuh dalam sisi beratnya yang ditimbang dalam keadaan berpakaian minimal tanpa perlengkapan apapun.

berat badan menggunakan timbangan injak

Diukur dengan membandingkan berat badan responden dengan berat badan ideal berdasarkan umur sesuai dengan CDC

DIkategorikan 1. Kurang 2. Normal 3. Lebih

Ordinal

Status gizi

Status gizi didefinisikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrisi.

Tinggi badan diukur dengan meteran (stature meter) sedangkan berat badan menggunakan timbangan injak. Diukur status antropometrinya Kuesioner Praskrining Perkembangan (KPSP) anak

Diukur berdasarkan perbandingan tinggi badan dan berat badan menurut umur sesuai dengan CDC

Dikategorikan: 1. Kurang 2. Normal 3. Obesitas

Ordinal

Perkembangan

Proses pematangan yang berkaitan dengan aspek diferensiasi bentuk atau fungsi termasuk juga perubahan pada aspek bahasa, sosialkemandirian dan aspek lainnya seperti kognitif yang meliputi motorik kasar dan motorik halus

Responden diminta oleh petugas untuk melakukan sebanyak 10 perintah dan juga alat peraga yang telah mencakup area sosial, bahasa, motorik kasar dan halus. Kemudian diobservasi apakah gagal atau dapat dikerjakan

Dikategorikan: 1. Menyimpang 2. Meragukan 3. Sesuai

Ordinal

CDC. 2000 CDC Growth Charts for the United States: Methods and Development.Vital and Health Statistics [serial on the internet]. 2002;11(246):1-28. Available from: http://www.cdc.gov/nchs /data/series/sr_11/sr11_2 46.pdf CDC. 2000 CDC Growth Charts for the United States: Methods and Development.Vital and Health Statistics [serial on the internet]. 2002;11(246):1-28. Available from: http://www.cdc.gov/nchs /data/series/sr_11/sr11_2 46.pdf Dhamayanti M. Kuesioner Praskrining Perkembangan (KPSP) Anak. Sari Pediatri [serial on the internet]. 2006;8(1):9-15. Available from: http://saripediatri.idai.or.i d/pdfile/8-1-2.pdf

Motorik Kasar

Motorik Halus

Motorik kasar adalah bagian dari aktivitas motorik yang mencakup keterampilan otot-otot besar, gerakan ini lebih menuntut kekuatan fisik dan keseimbangan, geakan motorik kasar melibat kan aktivitas otot tangan, kaki, dan seluruh anak, gerakan ini mengandal kan kematangan dalam koordinasi, berbagai gerakan motorik Kemampuan motorik halus adalah kemampuan yang berhubungan dengan keterampilan fisik yang melibatkan otot kecil dan koordinasi matatangan. Saraf motorik halus ini dapat dilatih dan dikembangkan melalui kegiatan dan rangsangan yang kontinu secara rutin. Seperti, bermain puzzle, menyusun balok, memasukan benda ke dalam lubang sesuai

Kuesioner Praskrining Perkembangan (KPSP) anak

Responden diminta oleh petugas untuk melakukan perintah mengenai kemampuan motorik kasar, kemudian diobservasi.

Dikategorikan 1. Kurang 2. Sesuai

Nominal

Dhamayanti M. Kuesioner Praskrining Perkembangan (KPSP) Anak. Sari Pediatri [serial on the internet]. 2006;8(1):9-15. Available from: http://saripediatri.idai.or.i d/pdfile/8-1-2.pdf

Kuesioner Praskrining Perkembangan (KPSP) anak

Responden diminta oleh petugas untuk melakukan perintah mengenai kemampuan motorik halus, kemudian diobservasi.

Dikategorikan 1. Kurang 2. Sesuai

Nominal

Dhamayanti M. Kuesioner Praskrining Perkembangan (KPSP) Anak. Sari Pediatri [serial on the internet]. 2006;8(1):9-15. Available from: http://saripediatri.idai.or.i d/pdfile/8-1-2.pdf

19

Bicara dan Bahasa

Sosial dan Kemandirian

bentuknya,membuat garis, melipat kertas dan sebagainya. Bicara adalah pengucapan yang menunjukkan ketrampilan seseorang mengucapkan suara dalam suatu kata. Bahasa adalah bentuk aturan atau sistem lambang yang digunakan anak dalam berkomunikasi dan beradaptasi dengan lingkungannya yang dilakukan untuk bertukar gagasan, pikiran dan emosi. Kemampuan untuk mengadakan interaksi dengan orang lain dan tdak tergantung pada aksi orang lain.

Kuesioner Praskrining Perkembangan (KPSP) anak

Responden diminta oleh petugas untuk melakukan perintah mengenai kemampuan bicara dan bahasa kemudian diobservasi.

Dikategorikan 1. Kurang 2. Sesuai

Nominal

Dhamayanti M. Kuesioner Praskrining Perkembangan (KPSP) Anak. Sari Pediatri [serial on the internet]. 2006;8(1):9-15. Available from: http://saripediatri.idai.or.i d/pdfile/8-1-2.pdf

Kuesioner Praskrining Perkembangan (KPSP) anak

Responden diminta oleh petugas untuk melakukan perintah mengenai kemampuan sosial dan kemandirian, kemudian diobservasi.

Dikategorikan 1. Kurang 2. Sesuai

Nominal

Dhamayanti M. Kuesioner Praskrining Perkembangan (KPSP) Anak. Sari Pediatri [serial on the internet]. 2006;8(1):9-15. Available from: http://saripediatri.idai.or.i d/pdfile/8-1-2.pdf

BAB IV METODE PENELITIAN

4.1.JENIS PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah cross sectional jenis analitik observasional. Dalam penelitian ini variabel tergantungnya adalah tumbuh-kembang yang meliputi tinggi badan menurut umur, berat badan menurut umur, tinggi badan menurut berat badan berdasarkan umur, motorik kasar, motorik halus, bicara dan bahasa dan yang terakhir adalah sosial dan kemandirian. Sedangkan variabel bebasnya adalah PAUD.

4.2.LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN 4.2.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Taman Kanak-kanak wilayah Kelurahan Kebagusan, Jakarta Selatan. 4.2.2 Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan sejak bulan September 2013 Oktober 2013.

4.3.POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN 4.3.1 Populasi Terjangkau Populasi terjangkau adalah seluruh anak TK di Kelurahan Kebagusan Agustus 2013 September 2013 sebanyak 811 anak. 4.3.2 Kriteria Inklusi dan Eksklusi 1. Kriteria Inklusi Siswa TK berusia 3-5 tahun 11 bulan Bersedia mengikuti penelitian dan menandatangani informed consent

2. Kriteria Eksklusi Memiliki cacat bawaan Tidak hadir pada saat dilakukan pemeriksaan KPSP

21

4.3.3 Sampel Penelitian Besar sampel Perkiraan besar sampel yang digunakan pada penelitian ini menggunakan rumus. Rumus populasi infinit: No Z P Q = Z2 x P x Q d2 = Tingkat kemaknaan yang dikehendaki 95% besarnya 1,96 = Prevalensi anak usia 3-5 tahun yang telah ikut PAUD = 17%* = Prevalensi/proporsi yang tidak mengalami peristiwa yang diteliti = 1 0.17= 0.83 d = Akurasi dari ketepatan pengukuran untuk p > 10% adalah 0.05 No = (1.96)2 x 0.17x 0.83= 216.8~ pembulatan217 (0.05)2 *Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Moersintowarti BN, Moerhadi D. (2007). School Readiness (Kesiapan Sekolah). Surabaya: Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran. Universitas Airlangga.

Rumus populasi finit: n = n0 (1 + n0/N) n n0 N = Besar sampel yang dibutuhkan untuk populasi yang finit. = Besar sampel dari populasi yang infinit = Besar sampel populasi finit (anak yang mengikuti TK pada Agustus 2013September 2013) Karena jumlah jumlah anak yang mengikuti TK di Kelurahan Kebagusan selama periode Agustus 2013 September 2013 berjumlah 1559 orang, maka: n = 217 (1 + 217/1559) = 192 anak

Penambahan 10persen 192+ (192 x 10%) = 212 anak

4.4.CARA PENGAMBILAN DATA Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder, data primer didapatkan secara langsung dari responden atau sampel penelitian dengan cara menjawab kuesioner yang diberikan. Data sekunder didapatkan dari data jumlah anak TK yang terdapat di wilayah Kelurahan Kebagusan selama bulan Agustus 2013 September 2013. 5Skema 4.4.1 Cara Pengambilan Sampel
Populasi anak TK di Kelurahan Kebagusan Agustus-September 2013 sebanyak 811 anak

Dilakukan pemilihan sampel berdasarkan cluster sample dari TK 1-10

TK 1

TK 2

TK 3

TK 4

TK 5

TK 6

TK 7

TK 8

TK 9

TK 10

TK 1 Nurus Solihah

TK 2 AlMasnuniyah

TK 3 AlAmanah

TK 4 Ruhul Islam

TK 5 Fatahillah

Responden di wawancara dan di berikan kuesioner

Didapatkan sample sejumlah 212 orang 23

4.5.INSTRUMEN PENELITIAN
No. INSTRUMEN 1. KPSP FUNGSI INSTRUMEN Untuk mengetahui : Sosial dan kemandiria n Bahasa Motorik kasar Motorik halus Untuk mengetahui kelengkapan imunisasi dasar RUJUKAN Dhamayanti M. Kuesioner Praskrining Perkembangan (KPSP) Anak. Sari Pediatri [serial on the internet]. 2006;8(1):9-15. Available from: http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/8-1-2.pdf

2.

Jadwal imunisasi

3.

Timbangan injak

untukmengetahui berat badan

4.

Stature meter

Untuk mengetahui tinggi badan

5.

Grafik CDC

Untuk mengetahui status gizi

6.

Alat peraga: alat tulis Alat peraga: mainan kubus Alat peraga: gambar hewan Alat peraga: bola Alat peraga: boneka

7.

8.

9.

10.

Untuk mengetahui fungsi motorik halus Untuk mengetahui fungsi motorik halus Untuk mengetahui fungsi bicara dan bahasa Untuk mengetahui fungsi motorik kasar Untuk mengetahui fungsi sosial dan kemandirian

IDAI. Jadwal Imunisasi Anak Umur 0-18 Tahun. Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2011. Available from: http://idai.or.id/wpcontent/uploads/2013/02/Jadwal_Imunisasi_IDAI2011.pdf . Accessed on: September, 26th 2013. CDC. 2000 CDC Growth Charts for the United States: Methods and Development.Vital and Health Statistics [serial on the internet]. 2002;11(246):1-28. Available from: http://www.cdc.gov/nchs/data/series/sr_11/sr11_246.pdf CDC. 2000 CDC Growth Charts for the United States: Methods and Development.Vital and Health Statistics [serial on the internet]. 2002;11(246):1-28. Available from: http://www.cdc.gov/nchs/data/series/sr_11/sr11_246.pdf CDC. 2000 CDC Growth Charts for the United States: Methods and Development.Vital and Health Statistics [serial on the internet]. 2002;11(246):1-28. Available from: http://www.cdc.gov/nchs/data/series/sr_11/sr11_246.pdf Dhamayanti M. Kuesioner Praskrining Perkembangan (KPSP) Anak. Sari Pediatri [serial on the internet]. 2006;8(1):9-15. Available from: http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/8-1-2.pdf Dhamayanti M. Kuesioner Praskrining Perkembangan (KPSP) Anak. Sari Pediatri [serial on the internet]. 2006;8(1):9-15. Available from: http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/8-1-2.pdf Dhamayanti M. Kuesioner Praskrining Perkembangan (KPSP) Anak. Sari Pediatri [serial on the internet]. 2006;8(1):9-15. Available from: http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/8-1-2.pdf Dhamayanti M. Kuesioner Praskrining Perkembangan (KPSP) Anak. Sari Pediatri [serial on the internet]. 2006;8(1):9-15. Available from: http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/8-1-2.pdf Dhamayanti M. Kuesioner Praskrining Perkembangan (KPSP) Anak. Sari Pediatri [serial on the internet]. 2006;8(1):9-15. Available from: http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/8-1-2.pdf

4.6.CARA PENGOLAHAN DATA 4.6.1 Data entry Setelah data di peroleh maka dilakukan pengolahan dengan tahapan sebagai berikut 1. Editing Memeriksa kelengkapan data yang diperoleh melalui kuesioner dan wawancara 2. Koding Memberi Kode pada masing-masing jawaban untuk dilakukan pengolahan data 3. Entri Data Pemindahan data ke dalam media komputer agar di peroleh data masukan yang siap diolah 4.6.2 Analisa data a. Analisis Univariat Analisis ini dilakukan pada masing-masing variabel. Hasil ini berupa distribusi dan persentase pada variabel variabel yang diteliti. b. Analisis Bivariat Analisis yang dilakukan untuk melihat ada tidaknya hubungan antara variabel bebas dengan variabel tergantung. Dalam analisis ini, dilakukan uji statistik Chi-square, bila syarat Chi-squaretidak terpenuhi maka menggunakan uji Fisher untuk tabel 2x2 dan Kolmogorov-Smirnovuntuk tabel selain 2x2 sehingga dapat diketahui ada tidaknya hubungan antara variabel.Semua analisa dilakukan dengan menggunakan program SPSS Statistics 20.0.

4.6.3 Penyajian data Data yang telah terkumpul dan diolah akan disajikan dalam bentuk : Narasi Tabular Tekstular : Penyajian adta hasil penelitian menggunakan kalimat : Penyajian data hasil penelitian dengan menggunakan tabel : Penyajian data hasil penelitian dengan menggunakan kalimat

25

4.7.JADWAL KEGIATAN PENELITIAN


Tahapan Kegiatan A Perencanaan 1 Orientasi dan Identifikasi Masalah 2 Pemilihan Topik 3 Penelurusan kepustakaan 4 Pembuatan Proposal 5 Konsultasi dengan pembimbing 6 Pembuatan questionnaire 7 Presentasi Proposal B Pelaksanaan 1 Ujicoba questionnaire 2 Pengumpulan data dan Survey 3 Pengolahan data 4 Analisis data 5 Konsultasi dengan Pembimbing C Pelaporan Hasil 1 Penulisan laporan sementara 2 Diskusi 3 Presentasi hasil laporan sementara 4 Revisi Presentasi Hasil akhir 5 (puskesmas dan trisakti) 6 Penulisan laporan akhir Waktu Dalam Minggu 1 2 3 4 5 6 7 8 9

4.8.ORGANISASI PENELITIAN 1.Pembimbing dari Kedokteran Universitas Trisakti Dr. Dharma Sutanto, MS 2.Pembimbing Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Dr. Rachel 3.Penyusun dan Pelaksana Penelitian Adhitri Anggoro Fitrisia Rahma Sodiqa Aksiani

BAB V HASIL PENELITIAN

Setelah dilakukan pemilihan responden berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi, sampel yang diperlukan sebanyak 212 orang dan jumlah sampel dapat dikumpulkan saat penelitian adalah 212 responden dengan 18 responden diantaranya tidak memenuhi criteria inklusi seperti memiliki cacat bawaan, tidak setuju mengikuti penelitian serta tidak hadir saat dilakukan pemeriksaan KPSP.

5.1

Tabel Univariat Berikut adalah tabel univariat yang mencantumkan frekuensi dan persentase

karakteristik orang tua responden seperti penghasilan orang tua dan tingkat pendidikan orang tua serta karakteristik responden seperti umur, jenis kelamin dan keikutsertaan dalam PAUD. Seperti yang tercantum pada tabel 5.1.1, dapat diketahui karakteristik orangtua responden bila dilihat penghasilan orangtua berdasarkan Upah Minimum Regional (UMR). Karakteristik ini dapat mewakilkan gambaran keadaan ekonomi keluarga responden sehingga berkaitan dengan diikutsertakan atau tidaknya responden dengan program PAUD terkait dengan masalah biaya yang harus dikeluarkan jika responden mengikuti program PAUD.

Tabel 5.1.1 Frekuensi Penghasilan Orangtua Respondenberdasarkan Upah Minimum Regional


Penghasilan Orangtua Responden Di bawah UMR Di atas UMR Frekuensi (n) 103 91 Persentase (%) 53,1 46,9

Dari tabel diatas, diketahui bahwa penghasilan orang tua responden yang terbesar adalah mereka yang memiliki penghasilan dibawah UMR sebanyak 103 orang (53.1%).

27

Pada tabel selanjutnya, yaitu tabel 5.1.2 ditampilkan gambaran tingkat pendidikan otangtua responden yang mengikuti penelitian.

Tabel 5.1.2 Frekuensi Respondenberdasarkan Tingkat Pendidikan Orangtua


Pendidikan Orangtua Responden Dasar Menengah Tinggi Frekuensi (n) 6 147 41 Persentase (%) 3,1 75,8 21,1

Pada distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat pendidikan orang tua responden didapatkan tingkat pendidikan terbanyak dari orang tua responden adalah tingkat menengah dengan jumlah 147 orang (75.8%). Dalam penelitian ini rentang umur yang memenuhi kriteria inklusi adalah dari usia 3 tahun hingga usia 5 tahun 11 bulan. Pada tabel 5.1.3 dapat dilihat distribusi umur responden Tabel 5.1.3. Frekuensi Umur Respondenyang Mengikuti Penelitian
Umur Responden 3 tahun - 3 tahun 5 bulan 3 tahun 6 bulan - 3 tahun 11 bulan 4 tahun - 4 tahun 5 bulan 4 tahun 6 bulan - 4 tahun 11 bulan 5 tahun - 5 tahun 5 bulan 5 tahun 6 bulan - 5 tahun 11 bulan Frekuensi (n) 10 11 13 26 40 94 Persentase (%) 5,2 5,7 6,7 13,4 20,6 48,5

Pada distribusi frekuensi umur responden yang mengikuti penelitian, jumlah terbanyak adalah responden usia 5 tahun 6 bulan-5 tahun 11 bulan yaitu 94 anak (48.5%). Pada tabel 5.1.4 menunjukkan gambaran distribusi frekuensi jenis kelamin responden yang mengikuti penelitian.

Tabel 5.1.4Frekuensi Jenis Kelamin Respondenyang Mengikuti Penelitian


Jenis Kelamin Responden Laki-laki Perempuan Frekuensi (n) 99 95 Persentase (%) 51 49

Dari tabel di atas sebanyak 99 orang (51%) berjenis kelamin laki-laki dan sisanya perempuan.

Distribusi frekuensi responden yang mengikuti PAUD atau tidak akan ditampilkan dalam tabel 5.1.5 Frekuensi responden yang mengikuti PAUD tersebut akan dibandingkan dengan responden yang tidak mengikuti PAUD mengenai tumbuh-kembangnya.

Tabel 5.1.5 Frekuensi Responden yang Mengikuti PAUD


PAUD Tidak Ya Frekuensi (n) 91 103 Persentase (%) 46,9 53,1

Pada distribusi frekuensi responden, yang mengikuti PAUD sebanyak 103 orang (53.1%). Tabel selanjutnya yang akan ditampilakan adalah tabel univariat pertumbuhan dan perkembanban. Berikut adalah tabel frekuensi pertumbuhan responden menurut tinggi badan menurut umur, berat badan menurut umur, berat badan menurut tinggi badan, dan frekuensi perkembangan responden menurut kemampuan motorik kasar, motorik halus, bicara dan bahasa, serta kemampuan sosial dan komunikasi yang diperiksa pada saat penelitian.

Tabel 5.1.6 Frekuensi Berat Badan Responden Menurut Umur

Berat Badan Menurut Umur Responden Kurang Normal Lebih

Frekuensi (n) 62 112 20

Persentase (%) 32 57,7 10,3

Dari tabel diatas, diketahui frekuensi berat badan responden menurut umur terbanyak adalah normal berjumlah 112 anak (57,73%).

Tabel 5.1.7 Frekuensi Tinggi Badan Responden Menurut Umur

Tinggi Badan Menurut Umur Responden Kurang Normal

Frekuensi (n) 8 186

Persentase (%) 4,1 95,9

Dari tabel diatas, diketahui frekuensi tinggi badan responden menurut umur terbanyak adalah normal berjumlah 186 anak (95.88%).
29

Tabel 5.1.8 Frekuensi Berat Badan Responden Menurut Tinggi Badan Menurut Umur

Berat Badan Menurut Tinggi Badan Menurut Umur Responden Kurang Normal Obesitas

Frekuensi (n) 72 117 5

Persentase (%) 37,1 60,3 2,6

Dari tabel diatas, diketahui frekuensiberat badan responden menurut tinggi badan menurut umur diketahui jumlah terbanyak adalah normal yaitu berjumlah 117 anak (60.31%).

Tabel 5.1.9 Frekuensi Perkembangan Responden


Perkembangan Responden Menyimpang Meragukan Sesuai Frekuensi (n) 10 48 136 Persentase (%) 5,2 24,7 70,1

Menurut tabel, frekuensi perkembangan responden yang sesuai berjumlah 136 anak (70.1%). Tabel 5.1.10 Frekuensi Kemampuan Motorik Kasar Responden
Kemampuan Motorik Kasar Responden Kurang Sesuai Frekuensi (n) 24 170 Persentase (%) 12,4 87,6

Dari tabel diatas, diketahui kemampuan motorik kasar responden yang sesuai perkembangan berjumlah 170 anak (87.63%).

Tabel 5.1.11 Frekuensi Kemampuan Motorik Halus Responden


Kemampuan Motorik Halus Responden Kurang Sesuai Frekuensi (n) 21 173 Persentase (%) 10,8 89,2

Menurut tabel diatas, frekuensi kemampuan motorik halus responden yang sesuai perkembangan berjumlah 173 anak (89.17%).

Tabel 5.1.12 Frekuensi Kemampuan Bicara dan Bahasa Responden


Kemampuan Bicara dan Bahasa Responden Kurang Sesuai Frekuensi (n) 27 167 Persentase (%) 13,9 86,1

Dari tabel diatas, diketahui frekuensi kemampuan bicara dan bahasa responden yang sesuai perkembangan berjumlah 167 anak (86.08%).

Tabel 5.1.13 Frekuensi Kemampuan Sosial dan Komunikasi Responden


Kemampuan Sosial dan Komunikasi Responden Kurang Sesuai

Frekuensi (n) 60 134

Persentase (%) 30,9 69,1

Menurut tabel diatas, frekuensi kemampuan sosial dan komunikasi responden yang sesuai perkembangan berjumah 134 anak (69.07%).

Dari tabel 5.1.9 sampai tabel 5.1.13 dapat diketahui penyimpangan perkembangan terbanyak terdapat pada kemampuan sosial dan komunikasi responden yaitu sejumlah 134 anak (69.1%). 5.2. Tabel Bivariat Berikut adalah tabel bivariat yang mencantumkan hubungan antara jenis kelamin dengan keikutsertaan responden dalam program PAUD, penghasilan orang tua dengan keikutsertaan responden dalam program PAUD, tingkat pendidikan orang tua dengan keikutsertaan responden dalam program PAUD, partisipasi responden yang mengikuti PAUD dengan status gizi responden, serta partisipasi responden yang mengikuti PAUD dengan perkembangan responden.

31

Tabel 5.2.1 Hubungan antara jenis kelamin dengan dengan keikutsertaan responden dalam program PAUD
Jenis Kelamin Responden Laki-laki Perempuan Total
Hasil Uji Chi-Square, dengan nilai p = 0,202

Tidak PAUD 42 49 91

PAUD 57 46 103

Total 99 95 194

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa jumlah responden laki-laki yang mengikuti PAUD lebih banyak daripada responden perempuan dengan jumlah laki-laki yang mengikuti PAUD sebanyak 57 orang (55.34%). Total seluruh responden adalah 194 orang. Setelah dilakukan uji hipotesis chi-square, didapatkan nilai p = 0,202 sehingga nilai p pada uji chisquare tidak bermakna. Nilai p pada uji hipotesis variabel ini > 0,05, memiliki makna H0 diterima. Artinya tidak terdapat hubungan bermakna antara jenis kelamin responden dengan partisipasinya dalam mengikuti program PAUD. Pada tabel 5.2.2 yang akan ditampilkan di bawah ini akan menunjukkan hubungan penghasilan orangtua responden dengan keikutsertaan responden dalam mengikuti PAUD.

Tabel 5.2.2 Hubungan Antara

Penghasilan Orangtua Responden dengan Keikutsertaan

Responden dalam Mengikuti PAUD


Penghasilan Orangtua Responden Di bawah UMR Di atas UMR Total
Hasil uji Chi-Square, nilai p = 0,177

Tidak PAUD 53 38 91

PAUD 50 53 103

Total 103 91 194

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat dari total responden yang berjumlah194 orang, responden yang penghasilan orangtuanyadi atas UMR dan mengikuti PAUD sebanyak 53 orang (51.45%), dan yang penghasilan orangtua responden di bawah UMR dan mengikuti PAUD berjumlah 50 orang (48.54%). Setelah dilakukan ujI hipotesis chi-square, didapatkan nilai p = 0,177 sehingga nilai p pada uji chi-squaretidak bermakna. Nilai p pada uji hipotesis variabel ini >0,05, memiliki makna H0 diterima. Artinya tidak terdapat hubungan bermakna antara penghasilan orang tua responden dengan jumlah partisipasi dalam mengikuti PAUD.

Tingkat pendidikan orangtua dapat menunjukkan seberapa luas tingkat pengetahuan orangtua tersebut. Dalam hal ini berkaitan dengan pengetahuan akan pentingnya pendidikan anak usia dini. Dalam tabel 5.2.3 di bawah ini akan memberikan informasi adakah hubungan tingkat pendidikan orangtua responden dengan keikutsertaannya responden dalam program PAUD. Tabel 5.2.3 Hubungan antara Tingkat Pendidikan Orangtua Responden dengan Partisipasi Responden dalam Mengikuti PAUD
Tingkat Pendidikan Orangtua Responden Dasar Menengah Tinggi Total

Tidak PAUD 6 69 16 91

PAUD 0 78 25 103

Total 6 147 41 194

Dari tabel diatas, tingkat pendidikan orang tua responden yang anaknya mengikuti PAUD terbanyak adalah pendidikan tingkat menengah berjumlah 78 orang (75.73%) diikuti tingkat pendidikan tinggi berjumlah 25 orang (24.27%). Total seluruh responden adalah 194 orang. Pada variabel ini tidak memenuhi syarat untuk dilakukannya uji chi-square maupun uji fisher sehingga dilakukan uji KOLMOGOROV-SMIRNOV, dan diperoleh nilai K = 0.000. Artinya terdapat korelasi antara variabel dependen dengan variabel independen. Berarti pada uji hipotesis variabel ini didapatkan hasil terdapat korelasi tingkat pendidikan orangtua dengan angka partisipasi responden dalam mengikuti PAUD.

Tabel 5.2.4 Hubungan antara Partisipasi Responden Mengikuti PAUD dengan Status Gizi Responden
Gizi Responden Normal 49 62 111

PAUD Tidak Ya Total


Hasil Uji Chi-Square, nilai p = 0,646

Kurang 36 36 72

Obesitas 6 5 11

Total 91 103 194

Berdasarkan table di atas, total 103 responden yang mengikuti PAUD, 36 orang di antaranya gizi kurang (34.95%), gizi normal 62 orang (60.19%) dan 5 orang (4.85%). Total seluruh responden adalah 194 orang. Setelah dilakukan uji hipotesis chi-square, didapatkan
33

nilai p = 0,646 sehingga nilai p pada uji chi-squaretidak bermakna. Nilai p pada uji hipotesis variabel ini > 0,05, memiliki makna H0 diterima. Artinya tidak terdapat hubungan bermakna antara partisipasi responden mengikuti PAUD dengan gizi responden.

Tabel 5.2.5 Hubungan antara Responden yang Mengikuti PAUD dengan Pertumbuhan Tinggi Badan Menurut Umur
PAUD Tidak Ya Total
Hasil Uji Fisher p = 1,000

TB/U Kurang 4 4 8 Normal 87 99 186

Total 91 103 194

Berdasarkan tabel di atas, karena tidak memenuhi syarat uji hipotesis dengan chisquare maka dilakukan uji Fisher dengan nilai p = 1,000 dimana nilai p > 0,005 yang berarti nilai p tidak bermakna dan h0 diterima sehingga tidak ada hubungan antara PAUD dengan pertumbuhan tinggi badan menurut umur responden.

Tabel 5.2.6Hubungan antara Responden yang Mengikuti PAUD dengan Perkembangan Responden
PAUD Tidak Ya Total
Hasil Uji Chi-Square, nilai p = 0,001

Perkembangan Responden Menyimpang Meragukan 7 5 12 32 14 46

Sesuai 52 84 136

Total 91 103 194

Berdasarkan tabel di atas, total 103 responden yang mengikuti PAUD, 5 orang (4,85%) diantaranya memiliki perkembangan menyimpang, 14 orang (13,60%) perkembangan meragukan dan 84 orang (81,55%) lainnya memiliki perkembangan sesuai. Dibandingkan dengan total responden yang tidak mengikuti PAUD berjumlah 91 orang, 7 orang (7,69%) diantaranya memiliki perkembangan menyimpang, 32 orang (35,17%) perkembangan meragukan dan 52 orang (57,14%) lainnya memiliki perkembangan sesuai. Total seluruh responden adalah 194 orang. Setelah dilakukan uji hipotesis chi-square, didapatkan nilai p = 0,001 sehingga nilai p pada uji chi-square bermakna. Nilai p pada uji hipotesis variabel ini < 0,05, memiliki makna H0 ditolak. Artinya terdapat hubungan bermakna antara responden yang mengikuti PAUD dengan perkembangan responden.

Berikut adalah tabel kesesuaian perkembangan responden yang mengikuti PAUD dan tidak mengikuti PAUD menurut kemampuan motorik kasar, motorik halus, bicara dan bahasa, serta kemampuan sosial dan kemandirian yang diperiksa saat penelitian: Tabel 5.2.7 Hubungan antara Responden yang Mengikuti PAUD dengan Kemampuan Motorik Kasar
PAUD Tidak Ya Total Kemampuan Motorik Kasar Kurang 18 6 24 Sesuai 73 97 170 Total 91 103 194

Hasil uji Chi-Square dengan nilai p = 0,003. Nilai Odds ratio= 3,986 denganlower bound = 1,507 dan upper bound = 19,543.

Dari tabel diatas, yang mengikuti PAUD dan memiliki kemampuan motorik kasar sesuai perkembangan berjumlah 97 anak (94,17%).Total seluruh responden adalah 194 orang. Setelah dilakukan uji hipotesis chi-square, didapatkan nilai p = 0,003 sehingga nilai p pada uji chi-squarebermakna. Nilai p pada ujihipotesis variabel ini < 0,05 memiliki makna H0 ditolak, yang berarti terdapat hubungan bermakna antara responden yang mengikuti PAUD dengan kemampuan motorik kasar. Dengan Odds ratio = 3,986 dan nilai p < 0.05 menunjukkan bahwa hasil ini mewakili populasi. Yaitu mereka yang mengikuti PAUD berisiko 3,986 kali memiliki kemampuan motorik kasar yang sesuai dibandingkan yang tidak PAUD Tabel 5.2.8 Hubungan antara Responden yang Mengikuti PAUD dengan Kemampuan Motorik Halus
PAUD Tidak Ya Total Kemampuan Motorik Halus Kurang 11 10 21 Sesuai 80 93 173 Total 91 103 194

Hasil uji Chi-Square dengan nilai p = 0,595. Nilai Odds ratio= 1,279 denganlower bound = 0,516 dan upper bound = 3,167.

Dari tabel diatas, yang mengikuti PAUD dan memiliki kemampuan motorik halus sesuai perkembangan berjumlah 93 anak (90,29%).Total seluruh responden adalah 194 orang. Setelah dilakukan uji hipotesis chi-square, didapatkan nilai p = 0,595 sehingga nilai p pada uji chi-squaretidak bermakna. Nilai p pada uji hipotesis variabel ini > 0,05 memiliki makna H0 diterima, yang berarti tidak terdapat hubungan bermakna antara responden yang mengikuti
35

PAUD dengan kemampuan motorik halus. Dengan Odds ratio = 1,279 menunjukkan bahwa mereka yang mengikuti PAUD berisiko 1,279 kali memiliki kemampuan motorik halus yang sesuai dibandingkan yang tidak PAUDnamun dengan nilai p < 0.05 menunjukkan bahwa hasil ini mewakili populasi. Tabel 5.2.9 Hubungan antara Responden yang Mengikuti PAUD dengan Kemampuan Bicara dan Bahasa
PAUD Tidak Ya Total Kemampuan Bicara dan Bahasa Kurang 16 11 27 Sesuai 75 92 167 Total 91 103 194

Hasil uji Chi-Square dengan nilai p = 0,166. Nilai Odds ratio= 1,784dengan lower bound = 0,781 dan upper bound = 4,076.

Dari tabel diatas, yang mengikuti PAUD dan memiliki kemampuan bicara dan bahasa sesuai perkembangan berjumlah 92 anak (89,32%).Total seluruh responden adalah 194 orang. Setelah dilakukan uji hipotesis chi-square, didapatkan nilai p = 0,166 sehingga nilai p pada uji chi-square tidak bermakna. Nilai p pada uji hipotesis variabel ini > 0,05 memiliki makna H0 diterima, yang berarti tidak terdapat hubungan bermakna antara responden yang mengikuti PAUD dengan kemampuan bicara dan bahasa.Dengan Odds ratio = 1,784 menunjukkan bahwa mereka yang mengikuti PAUD berisiko 1,784 kali memiliki kemampuan bicara dan bahasa yang sesuai dibandingkan dengan yang tidak ikut PAUD namun dengan nilai p > 0.05 menunjukkan bahwa hasil ini tidak mewakili populasi. Tabel 5.2.10. Hubungan antara Responden yang Mengikuti PAUD dengan Kemampuan Sosial dan Kemandirian
Kemampuan Sosial dan Kemandirian Kurang Sesuai 39 52 21 82 60 134

PAUD Tidak Ya Total

Total 91 103 194

Hasil uji Chi-Square dengan nilai p = 0,001. Nilai Odds ratio= 2,929 denganlower bound = 1,553 dan upper bound = 5,522

Dari tabel diatas, yang mengikuti PAUD dan memiliki kemampuan sosial dan kemandirian sesuai perkembangan berjumlah 82 anak (79,61%).Total seluruh responden adalah 194 orang. Setelah dilakukan uji hipotesis chi-square, didapatkan nilai p =

0,001sehingga nilai p pada uji chi-squarebermakna. Nilai p pada uji hipotesis variabel ini < 0,05 memiliki makna H0 ditolak, yang berarti terdapat hubungan bermakna antara responden yang mengikuti PAUD dengan kemampuan sosial dan kemandirian.Dengan Odds ratio = 2,929 menunjukkan bahwa mereka yang mengikuti PAUD berisiko2,929 kali memiliki

kemampuan sosial dan kemandirian yang sesua dibandingkan dengan yang tidak ikut PAUD dan dengan nilai p < 0.05 menunjukkan bahwa hasil ini mewakili populasi.

37

BAB VI PEMBAHASAN

6.1.Hubungan antara responden siswa Taman Kanak-Kanak yang mengikuti PAUD dengan pertumbuhan responden di Kelurahan Kebagusan Kecamatan Pasar Minggu Pertumbuhan dapat diartikan sebagai perubahan yang bersifat kuantitatif, sebagai akibat dari adanya pengaruh luar atau lingkungan. Pertumbuhan mengandung arti adanya perubahan alam ukuran dan struktur tubuh sehingga lebih banyak menyangkut perubahan fisik. Dalam sebuah teori dikatakan bahwa pertumbuhan fisik mempengaruhi perkembangan psikis individu, karena pada suatu saat tertentu kedua istilah ini dapat digunakan secara bersamaan. Dengan kata lain, perkembangan merupakan hasil dari pertumbuhan, pematangan fungsi-fungsi fisik, pematangan fungsi-fungsi psikis dan usaha belajar. Akan tetapi dalam penelitian yang dilakukan, dicari apakah ada hubungan antara PAUD dengan status gizi responden. Daritotal 103 responden yang mengikuti PAUD, 36 orang di antaranya gizi kurang (34.95%), gizi normal 62 orang (60.19%) dan 5 orang (4.85%). Total seluruh responden adalah 194 orang. Setelah dilakukan uji hipotesis chisquare, ternyata tidak terdapat hubungan bermakna antara partisipasi responden mengikuti PAUD dengan gizi responden.Hal ini dikarenakan status gizi dapat dipengaruhi oleh banyak faktor salah satunya ekonomi orang tua responden. Sedangkan peranan PAUD terhadap pertumbuhan tinggi badan menurut umur, mereka yang mengikuti PAUD memiliki tinggi badan sesuai sebanyak 99 anak (96,11%) dan yang kurang sebanyak 4 anak (3,89%). Sedangkan mereka yang tidak mengikuti PAUD memiliki tinggi badan sesuai sebanyak 87 anak (95,60%) dan yang kurang sebanyak 4 anak (4,40%).Setelah dilakukan uji hipotesis Fisher, didapatkan hasil tidak ada hubungan antara PAUD dengan pertumbuhan tinggi badan menurut umur responden.

6.2.Hubungan antara responden siswa Taman Kanak-Kanak yang mengikuti PAUD dengan perkembangan responden di Kelurahan Kebagusan Kecamatan Pasar Minggu Dalam sebuah literatur disebutkan bahwa usia dini merupakan masa keemasan (Golden Age) yaitu masa yang dimulai dari usia 0-4 tahun pertumbuhan sel jaringan otak pada anak mencapai 50% dimana bila pada usia ituotak anak tidak mendapat ransangan yang maksimal maka otak anak tidak akan berkembang secara optimal dan setelah usia anak

mencapai 8 tahun maka 80%kecerdasan manusia sudah terbentuk, artinya kapasitas kecerdasan anak hanya bertambah30% setelah usia 4 tahun hingga mencapai usia 8 tahun. 10 Cara anak usia dini belajar adalah melalui seluruh indera yang dimilikinya dengan cara bermain dan kegiatan lain yang menyenangkan untuk mengeksplorasi lingkungannya. Prinsip dasar metode PAUD adalah berpihak pada dunia anak (metode bermain sambil belajar), mendasarkan pendekatan tematik, memberdayakan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar yang tidak ada habisnya, serta membawa anak merasa dihargai, dipedulikan, nyaman, aman, bebas berkreasi, bebas menuangkan ide-idenya.11 Disebutkan bahwa jaringan serabut syaraf akan terbentuk apabila ada kegiatan mental yang aktif dan menyenangkan bagi anak. Menurut hasil penelitian, terhadap 103 responden (53.09%) yang mengikuti PAUD. Diantaranya 5 orang (4.85%) perkembangan menyimpang, 14 orang (13.59%) perkembangan meragukan dan 84 orang (81.55%) perkembangannya sesuai. Uji hipotesis chisquaredidapatkan hasil terdapat hubungan bermakna antara responden yang mengikuti PAUD dan perkembangan responden.Sedangkan dari 91 responden (46.91%) yang tidak mengikuti PAUD, 7 orang (7.70%) perkembangan menyimpang, 32 orang (35.16%) perkembangan meragukan dan 52 orang (57.14%) perkembangannya sesuai. Hal ini menunjukkan bahwa responden yang mengikuti PAUD memiliki kemampuan perkembangan yang sesuai dengan usianya dibanding dengan responden yang tidak mengikuti PAUD. Penelitian serupa juga menunjukkan hasil yang sama, misalnya penelitian di Kelurahan Tinjomoyo Kecamatan Banyumanik Semarang pada tahun 2009 yang menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara Pendidikan anak Usia Dini (PAUD) dengan perkembangan kognitif anak usia prasekolah.Berdasarkan responden responden yang yang

analisa dengan uji statistik chi-square didapatkan hasil bahwa memiliki IQ superior mengikuti program PAUD dan

semua semua

memiliki IQ diatas rata-rata (high average) mengikuti program PAUD. Didapatkan nilai x2 sebesar 22,95 dan p value lebih kecil dari 0,05 yaitu sebesar 0.000 sehingga hasil tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pendidikan anak usia dini dengan perkembangan kognitif anak usia prasekolah. Hal ini sesuai dengan pendapat para tokoh bahwa PAUD sangat efektif dalam membangun struktur kognitif anak.7 Untuk peran PAUD terhadap perkembangan motorik kasar dapat dilihat jika responden yang mengikuti PAUDsesuai perkembangan berjumlah 97 anak (94,17%) sedangkan yang kurang berjumlah 6 anak (5,83%) sedangkan yang tidak mengikuti PAUD memiliki perkembangan sesuai sebanyak 73 anak (80,2%) dan yang tidak sesuai sebanyak 18 anak
39

(19,8%). Dengan nilai p = 0,003 dimana p < 0,005 yang berarti bermakna, menujukkan bahwa terdapat hubungan yang berarti antara PAUD dengan tumbuh kembang motorik kasar. Dengan Odds ratio = 3,986 dan nilai p < 0.05 menunjukkan bahwa hasil ini mewakili populasi. Yaitu mereka yang mengikuti PAUD berisiko 3,986 kali memiliki kemampuan motorik kasar yang sesuai dibandingkan yang tidak PAUD. Paling kecil berisiko 1,506 kali dan paling besar 19,543 kali untuk memiliki kemampuan motorik kasar yang sesuai dibandingkan yang tidak PAUD. Pada peran PAUD terhadap perkembangan motorik halus diperoleh hasil tidak ada hubungan antara PAUD dengan perkembangan motorik halus responden. Mereka yang mengikuti PAUD dan memiliki perkembangan motorik halus sesuai sebanyak 93 anak (90,29%) dan yang tidak sesuai sebanyak 10 anak (9,71%) sedangkan yang tidak mengikuti PAUD memiliki perkembangan motorik halus sesuai sebanyak 80 anak (87,91%) dan yang tidak sesuai sebanyak 10 anak (10,99%). Dengan Odds ratio = 1,279 menunjukkan bahwa mereka yang mengikuti PAUD berisiko 1,279 kali memiliki kemampuan motorik halus yang sesuai dibandingkan yang tidak PAUD namun dengan nilai p < 0.05 menunjukkan bahwa hasil ini mewakili populasi. Peran PAUD terhadap perkembanghan kemampuan bicara dan bahasa memiliki hasil tidak ada hubungan antara PAUD dengan perkembangan bicara dan bahasa responden. Mereka yang mengikuti PAUD memiliki perkembangan bicara dan bahasa yang sesuai sebanyak 92 anak (89,3%) dan yang tidak sesuai sebanyak 11 anak (10,67%) sedangkan yang tidak mengikuti PAUD memiliki perkembangan bicara dan bahasa yang sesuai sebanyak 75 anak (82,41%) dan yang tidak sesuai sebanyak 16 anak (17,59%).Dengan Odds ratio = 1,784 menunjukkan bahwa mereka yang mengikuti PAUD berisiko 1,784 kali memiliki kemampuan bicara dan bahasa yang sesuai dibandingkan dengan yang tidak ikut PAUD namun dengan nilai p > 0.05 menunjukkan bahwa hasil ini tidak mewakili populasi. Dari berbagai aspek perkembangan yang dinilai, salah satu aspek perkembangan yang harus menjadi perhatian penuh dari pihak guru maupun orang tua adalah perkembangan sosial kemandirian anak.Perkembangan sosial anak dimulai dari egosentris individual yaitu hanya memandang dari satu sisi yaitu dirinya sendiri, konsep diri dan kontrol diri kemudian secara bertahap menuju kearah berinteraksi dengan orang lain. Dengan kata lain perkembangan sosial adalah proses pembentukan pribadi dalam masyarakat untuk memperoleh kamampuan berprilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial. Sosial emosional

memainkan peran yang sangat penting dalam kehidupan, maka perlu diketahui bagaimana perkembangan dan pengaruh emosi terhadap penyesuaian pribadi dan sosial.12 Dalam penelitian ini dapat dilihat bahwa yang mengikuti PAUD dan memiliki kemampuan sosial dan kemandirian sesuai dengan perkembangan berjumlah 82 anak (79,61%) dibandingkan dengan yang tidak mengikuti PAUD hanya berjumlah 52 anak (57,14%), sehingga dapat disimpulka memang ada hubungan antara PAUD dengan tercapainya kemampuan perkembangan sosial dan kemandirian yang sesuai. Dengan Odds ratio = 2,929 menunjukkan bahwa mereka yang mengikuti PAUD berisiko2,929 kali memiliki kemampuan sosial dan kemandirian yang sesua dibandingkan dengan yang tidak ikut PAUD. Paling kecil berisiko 1,553 kali dan paling besar berisiko 5,522 kali memiliki kemampuan sosial dan kemandirian yang sesua dibandingkan dengan yang tidak ikut PAUD. Dan dengan nilai p < 0.05 menunjukkan bahwa hasil ini mewakili populasi. Kegiatan bercakap-cakap bagi anak akan membantu perkembangan dimensi sosial, emosi, dan kognitif, dan terutama bahasa. Bercakap-cakap juga dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasi dengan orang lain, menyatakan perasaan, serta menyatakan gagasan atau pendapat secara verbal dan mewujudkan kemampuan bahasa reseptif (mendengarkan dan membaca suatu informasi) dan ekspresif (berbicara dan menuliskan informasi untuk dikomunikasikan kepada orang lain).13 Kemampuan sosial dan kemandirian anak juga dapat dioptimalkan dengan PAUD. Sebuah penelitian oleh bagian psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang menyatakan bahwa strategi paling tepat dalam meningkatkan kemampuan sosial anak adalah: (1) dengan menggunakan metode bermain sebagai penunjang dalam peningkatan perkembangan kemampuan sosial anak, (2) mengembangkan suatu pemahaman konsep tentang diri mereka sendiri, orang lain dan dunia sekitarnya melalui observasi, interaksi dengan teman sebayanya, (3) mengembangkan keterampilan-keterampilan sosial seperti bekerjasama menolong, berempati, bernegosiasi dengan orang-orang yang terlibat di dalamnya, (4) secara optimal membantu anak pada proses perkembangan kognitif, emosi, fisik, moral dan psikososial.14 Penelitian lain yang dilakukan di PAUD Dahlia Indah Laut Dendang Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang juga menyatakan bahwa kegiatan bermain seperti mendongeng ternyata secara signifikan mampu meningkatkan kemandirian anak.15

41

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

7.1.Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian kami didapatkan prevalensi responden yang mengikuti PAUD dengan status gizi normal sebanyak 60.19% dan prevalensi responden yang mengikuti PAUD dengan perkembangan sesuai sebanyak 81,55 %. Prevalensi responden yang tidak mengikuti PAUD dengan perkembangan yang tidak sesuai sebanyak 29,89% dengan jumlah ketidaksesuaian paling banyak pada perkembangan sosial dan kemandirian. Keikutsertaan anak dalam mengikuti PAUD tidak berperan terhadap pertumbuhan anak. Keikutsertaan anak dalam mengikuti PAUD berperan terhadap perkembangan kemampuan motorik kasar anak. Keikutsertaan anak dalam mengikuti PAUD tidak berperan terhadap kemampuan motorik halus anak. Keikutsertaan anak dalam mengikuti PAUD tidak berperan terhadap kemampuan bicara dan bahasa anak. Keikutsertaan anak dalam mengikuti PAUD berperan terhadap kemampuan sosial dan kemandirian anak.

7.2 Saran Puskesmas Dari kesimpulan diatas didapatkan tiga variabel yang tidak berperan terhadap tumbuh kembang anak, yaitu pertumbuhan, perkembangan motorik halus, serta kemampuan bicara dan bahasa anak dalam hubungannya dengan keikutsertaan PAUD. Namun demikian terdapat dua variabel yang berperan, yaitu kemampuan motorik kasar serta kemampuan sosial dan kemandirian anak. Dari keterangan di atas, diharapkan puskesmas dapat membina PAUD secara langsung melalui penyuluhan tentang gizi untuk membantu menunjang pertumbuhan anak. Selain itu puskesmas juga dapat bekerjasama dengan PAUD untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang dapat memotivasi anak dalam meningkatkan

perkembangannyaseperti melaksanakan lomba yang berkaitan dengan perkembangan anak, baik dalam hal perkembangan motorik kasar, motorik halus, kemampuan bicara dan bahasa,

serta sosial dan kemandirian anak. Puskesmas juga diharapkan melakukan evaluasi berkala mengenai perkembangan anak yang salah satunya dapat dinilai dengan KPSP untuk mengetahui secara dini anak-anak yang perkembangannya meragukan atau menyimpang agar dapat langsung distimulasi sesuai aspek kekurangannya.

Peneliti Peneliti menyadari masih banyak kekurangan dalam melakukan penelitian ini, tidak semua faktor diteliti dan dianalisis dengan parameter yang tepat karena keterbatasan waktu, dana, dan tenaga. Oleh karena itu, sangat diharapkan ada peneliti lain yang berminat melanjutkan penelitiian ini dengan membuat penelitian lanjutan dan membahas lebih mendalam lagi faktor-faktor lainnya selain yang telah kami lakukan demi kesempurnaan penelitian ini. jumlah sampel dan waktu penelitian juga disarankan untuk diperbesar agar dapat melihat hasil yang lebih baik lagi.

Masyarakat Perlunya perhatian yang lebih terhadap pendidikan anak usia dini dengan cara salah satunya mengikutsertakan anak dalam program PAUD karena pendidikan anak yang dimulai sejak usia dini berperan terhadap perkembangan anak terutama pada aspek kemampuan motorik kasar serta sosial dan kemandirian anak.

43

You might also like