You are on page 1of 8

LAPORAN PENDAHULUAN TUBERCULOSIS

A. Definisi Tuberculosis adalah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis yang biasa menyerang paru tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lain seperti pada kelenjar getah bening, ginjal, jantung, dan lain sebagainya. Tuberkulosis primer pada anak balita disebabkan karena penyakit atau infeksi yang menyerang paru. Infeksi ini disebabkan oleh kuman tuberkulosis yang bernama Mycobacterium Tuberkulosis.

B. Etiologi Beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya tuberculosis, yaitu: 1. Faktor Infeksi Penularan tuberkulosis primer dapat melalui 4 cara, yaitu: a. Batuk orang dewasa Saat orang dewasa batuk atau bersin, sejumlah tetesan cairan (ludah) tersembur ke udara.Bila orang tersebut menderita tuberkulosis paru, maka tetesan tersebut mengandung kuman. Jika disekitar orang tersebut terdapat orang dewasa atau anak-anak yang pada saat itu kekebalan tubuhnya menurun maka dengan mudah akan terinfeksi atau tertular b. Makanan atau susu Anak- anak bisa terinfeksi tuberkulosis dari susu atau makanan, dan infeksi bisa terjadi mulai pada mulut atau usus. Susu dapat mengandung tuberkulosis dari sapi (bovine TB), bila sapi didaerah tersebut menderita tuberkulosis dan susu tidak direbus sebelum diminum. Bila hal ini terjadi, infeksi primer terjadi pada usus, atau terkadang pada amandel. c. Melalui kulit Kulit yang utuh ternyata tahan terhadap tuberkulosis yang jatuh diatas permukaannya.Namun, bila terdapat luka atau goresan baru, tuberkulosis

dapat masuk dan menyebabkan infeksi yang serupa dengan yang ditemukan pada paru. d. Keturunan dari ibu Apabila seorang ibu yang sedang hamil menderita tuberkulosis maka sudah pasti anaknya positif menderita tuberculosis. 2. Faktor Lingkungan Lingkungan yang tidak sehat, gelap dan lembab akan mendukung perkembangbiakan basil Mycobacterium Tuberkulosis. Seperti diketahui basil tuberkulosis merupakan BTA (Basil Tahan Asam) yang dapat berkembangbiak apabila ada di ruangan yang gelap dan lembab, akan mati jika terkena sinar matahari secara langsung. Jadi kebersihan lingkungan perlu diperhatikan. 3. Faktor Ekonomi Faktor ekonomi berkaitan dengan ketersediaan pangan yang kaya zat gizi.Ekonomi juga menjadi faktor pendukung yang mempengaruhi penyebab penularan tuberkulosis primer. Seorang ibu dengan perekonomian rendah maka untuk mencukupi makanan bergizi untuk tumbuh kembang anak susah, sehingga mereka hanya member makanan apa saja tanpa mengetahui nilai gizinya. Padahal kita tahu bahwa dengan mengkonsumsi makanan sehat dan bergizi akan bermanfaat bagi tumbuh kembang anak dan meningkatkan kekebalan tubuh anak terhadap penyakit (Harun, 2002). 4. Pelayanan Kesehatan Adanya penyakit tuberkulosis primer yang semakin tinggi prevalensi di Indonesia maka pelayanan kesehatan yang harus ditingkatkan oleh pemerintah, melihat penderita penyakit tersebut adalah anak-anak yang masih dalam masa pertumbuhan membutuhkan perawatan intensive. Apabila tingkat pelayanan kesehatan tidak optimal maka akan mempengaruhi penyembuhan tuberkulosis primer dan bila tingkat pelayanan kesehatan bekerja secara optimal maka laju peningkatan penyakit tuberkulosis primer dapat ditekan seminimal mungkin. Hal ini tidak lepas pula dari peran pemerintah dan masyarakat dalam menanggapi segala macam penyakit agar tidak terjadi angka kematian anak yang tinggi (Depkes RI, 2001).

C. Patofisiologi Penularan tuberkulosis primer terjadi karena batuk atau percikan ludah yang mengandung basil Mycobacterium Tuuberkulosis bertebaran di udara, kemudian terhirup oleh anak yang pada saat itu sistem imunitas dalam tubuhnya menurun sehingga mudah terinfeksi.Basil tersebut berkembangbiak perlahan-lahan dalam paru sehingga

menyebabkan kelainan paru. Basil ini bila menetap di jaringan paru, ia akan tumbuh dan berkembangbiak dalam sitoplasma makrofag. Basil juga dapat terbawa masuk ke organ tubuh lain yang nantinya bisa menyebabkan tuberculosis hati, ginjal, jantung, kulit dan lain-lain (UKK PP IDAI, 2005). Bersamaan dengan itu, sebagian kuman akan dibawa melalui cairan getah bening ke kelenjar getah bening yang terdekat disamping bronkus. Dari kedua tempat tersebut, kuman akan menimbulkan reaksi tubuh, dan sel-sel kekebalan tubuh akan berkumpul. Dalam waktu 4 hingga 8 minggu akan muncul daerah kecil di tengah-tengah proses tersebut dimana terdapat jaringan tubuh yang mati (perkijuan) yang dikelilingi sel-sel kekebalan tubuh yang makin membesar. Perubahan-perubahan yang terjadi pada paru dan kelenjar getah bening ini dikenal sebagai tuberkulosis primer (Harun,2002). Basil Mycobacterium Tuberculosis ini dapat bertahan selama 1-2 jam pada suasana lembab dan gelap, sebaliknya akan mati jika terkena sinar matahari. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat dormant, tertidur lama selama beberapa tahun (Depkes RI, 2001).

D. Manifestasi Klinis 1. Demam (subfebris, kadang-kadang 40 - 41 C, seperti demam influensa. 2. Batuk (kering, produktif, kadang-kadang hemoptoe (pecahnya pembuluh darah). 3. Sesak napas, jika infiltrasi sudah setengah bagian paru. 4. Nyeri dada, jika infiltrasi sudah ke pleura. 5. Malaise , anoreksia, badan kurus, sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam.

E. Komplikasi Menurut Depkes RI (2002), merupakan komplikasi yang dapat terjadi pada penderita tuberculosis paru stadium lanjut yaitu : 1. Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran napas bawah) yang dapat mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau karena tersumbatnya jalan napas.

2. Atelektasis (paru mengembang kurang sempurna) atau kolaps dari lobus akibat retraksi bronchial. 3. Bronkiektasis (pelebaran broncus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, dan ginjal. Komplikasi yang dapat timbul akibat tuberkulosis lainnya yaitu terjadi pada sistem pernafasan dan di luar sistem pernafasan. Pada sistem pernafasan antara lain menimbulkan pneumothoraks, efusi pleural, dan gagal nafas, sedang diluar sistem pernafasan menimbulkan tuberkulosis usus, meningitis serosa, dan tuberkulosis milier.

F. Pemeriksaan Penunjang 4. Terapi obat Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan tujuan untuk menyembuhkan penderita, mencegah kematian, mencegah kekambuhan serta menurun risiko penularan. 5. Terapi diit Macam diit : Bentuk : Diit Tinggi Energi Tinggi Protein (TETP) Makanan disesuaikan dengan keadaan pasien.

Tujuan diit : a. Memberikan makanan yang tinggi energi dan tinggi protein secara bertahap sesuai dengan keadaan pasien untuk mencapai gizi optimal b. Mencegah dan mengurangi kerusakan jaringan tubuh terutama paru-paru c. Menambah berat badan hingga mencapai berat badan normal. Syarat diit : a. Tinggi energi atau 100-120 kkal/kg BB untuk mencapai berat badan ideal b. Tinggi protein 2-3 gr/kg BB untuk menggantikan sel-sel yang rusak c. Cukup mineral dan vitamin d. Makanan mudah cerna, e. Diberikan secara bertahap bila penyakit dalam keadaan berat f. Makanan yang dapat mengurangi nafsu makan, seperti kue-kue manis dan gurih tidak diberikan dekat sebelum waktu makan (PERSAGI dalam Penuntun Diit Anak, 2003).

G. Penatalaksanaan 1. Uji Tuberkulin 2. Pemeriksaan Radiologis 3. Pemeriksaan Laboratorium a. Darah b. Sputum

H. Diagnosa Keperawatan 1. Diagnosa Bersihan jalan napas tak efektif berhubungan dengan sekresi yang kental atau darah. Tujuan : Kebersihan jalan napas efektif.

Kriteria hasil : a. Mencari posisi yang nyaman yang memudahkan peningkatan pertukaran udara. b. Mendemontrasikan batuk efektif. c. Menyatakan strategi untuk menurunkan kekentalan sekresi. Intervensi : a. Jelaskan klien tentang kegunaan batuk yang efektif dan mengapa terdapat penumpukan sekret di sal. pernapasan. b. Ajarkan klien tentang metode yang tepat pengontrolan batuk. c. Napas dalam dan perlahan saat duduk setegak mungkin. d. Lakukan pernapasan diafragma. e. Tahan napas selama 3 - 5 detik kemudian secara perlahan-lahan,

keluarkan sebanyak mungkin melalui mulut Lakukan napas ke dua , tahan dan batukkan dari dada dengan melakukan 2 batuk pendek dan kuat. f. Auskultasi paru sebelum dan sesudah klien batuk.

g. Ajarkan

klien

tindakan

untuk

menurunkan

viskositas

sekresi

mempertahankan hidrasi yang adekuat; meningkatkan masukan cairan 1000 sampai 1500 cc/hari bila tidak kontraindikasi. h. Dorong atau berikan perawatan mulut yang baik setelah batuk. i. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain : Dengan dokter, radiologi dan fisioterapi. Pemberian expectoran.Pemberian antibiotika.Konsul photo toraks.

2. Diagnosa Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan membran alveolar-kapiler. Tujuan : Pertukaran gas efektif.

Kriteria hasil : a. b. c. Memperlihatkan frekuensi pernapasan yang efektif. Mengalami perbaikan pertukaran gas-gas pada paru. Adaptive mengatasi faktor-faktor penyebab. :

Intervensi a.

Berikan posisi yang nyaman, biasanya dengan peninggian kepala tempat tidur. Balik ke sisi yang sakit. Dorong klien untuk duduk sebanyak mungkin.

b.

Observasi fungsi pernapasan, catat frekuensi pernapasan, dispnea atau perubahan tanda-tanda vital.

c.

Jelaskan pada klien bahwa tindakan tersebut dilakukan untuk menjamin keamanan.

d.

Jelaskan pada klien tentang etiologi/faktor pencetus adanya sesak atau kolaps paru-paru.

e.

Pertahankan perilaku tenang, bantu pasien untuk kontrol diri dnegan menggunakan pernapasan lebih lambat dan dalam.

f.

Kolaborasi dengan tim kesehatan lain : Dengan dokter, radiologi

dan

fisioterapi. Pemberian antibiotika. Pemeriksaan sputum dan kultur sputum. Konsul photo toraks.

3. Diagnosa Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan produksi spuntum atau batuk, dyspnea atau anoreksia Tujuan : Kebutuhan nutrisi adekuat

Kriteria hasil : a. b. c. Menyebutkan makanan mana yang tinggi protein dan kalori Menu makanan yang disajikan habis Peningkatan berat badan tanpa peningkatan edema :

Intervensi a. b. c. d.

Diskusikan penyebab anoreksia, dispnea dan mual. Ajarkan dan bantu klien untuk istirahat sebelum makan. Tawarkan makan sedikit tapi sering (enam kali sehari plus tambahan). Pembatasan cairan pada makanan dan menghindari cairan 1 jam sebelum dan sesudah makan.

e.

Atur makanan dengan protein/kalori tinggi yang disajikan pada waktu klien merasa paling suka untuk memakannya.

f.

Jelaskan kebutuhan peningkatan masukan makanan tinggi elemen berikut: 1) Vitamin B12 (telur, daging ayam, kerang). 2) Asam folat (sayur berdaun hijau, kacang-kacangan, daging). 3) Thiamine (kacang-kacang, buncis, oranges). 4) Zat besi (jeroan, buah yang dikeringkan, sayuran hijau, kacang segar).

g.

Konsul dengan dokter/shli gizi bila klien tidak mengkonsumsi nutrien yang cukup.

DAFTAR PUSTAKA

Alatas, Dr. Husein et al, 2003Ilmu Kesehatan Anak, edisi ke 7, buku 2, Jakarta; Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Mansjoer, Arif., et all. 2004. Kapita Selekta Kedokteran. Fakultas Kedokteran UI : Media Aescullapius.

You might also like