You are on page 1of 10

Sejarah Selam Menyelam adalah kegiatan yang dilakukan bertahan di bawah permukaan air, dengan atau tanpa menggunakan

peralatan pernapasan. zaman dulu mungkin penyelam tidak bisa mencapai kedalaman lebih dari 100 feet karena peralatan yang minim. kegiatan penyelaman ini dilakukan untuk mengambil kerang dan mutiara. Penyelam juga dipergunaan untuk militer seperti menenggelamkan kapal musuh, memotong jangkar, dan melubangi kapal dari bawah. Selain itu penyelam juga dipergunakan untuk menyelamatkan barang yang tenggelam. Pipa udara panjangnya pipa udara sangat penting dalam penyelaman. Banyak design yang memakai pipa panjang yang fleksibel dengan bagian atas mengapung. ini tidak akan bekerja dengan baik pada kedalaman 3 feet, karena akan menyebabkan penyelam kekurangan oksigen dan akan tenggela dimana tekanan air juga meningkat sehingga menekan pipa dan dada. design alat selam yang menggunakan pipa udara tidak praktis dan sukar dilakukan.

Breathing Bag Breathing bag adalah penyelam yang menggunakan tanki udara untuk mengapung di air. Diving Bell Lonceng selam adalah peralatan berbentuk bel dimana dasarnya terbuka di dalam laut. Lonceng selam pertama sangat besar sehingga penyelam dapat menyelam dalam beberapa jam. pada perkembangan, lonceng selam ini terhubungkan dengan kabel dari permukaan. Lonceng ini tidak dapat bermanuver dengan baik. Penyelam dapat tetap didalam atau keluar lonceng sebentar sambil menahan napas. Diving Suit Diving suit adalah baju selam. Pakaian ini dapat mengatur tekanan sehingga tekanan udara yang dihirup sama dengan tekanan udara permukaan.

Caissons Caissons adalah kotak besar dimana digunakan untuk meningkatkan ukuran dan menambah kapasitas pompa udara sehingga dapat menjaga tekanan udara dan mengeluarkan air di dalam kotak. Perkembangan pompa udara yang cepat menambah ukuran ruang yang cukup luas sehingga beberapa pekerja dapat bekerja dibawah air. Hal ini bermanfaat terutama dalam pembangunan kaki jembatan atau terowongan. Caisson didesain sehingga penyelam dapat mudah mencapai permukaan. Dengan mengggunakan sistem kunci, tekanan di dalam caisson dapat diatur saat penyelam masuk dan keluar. Pada akhirnya caisson berkembang cepat. Tapi dengan pemakaian caisson ini banyak pekerja mengalami penyakit dekompressi, sehingga penyakit dekompresi disebut juga penyakit caisson.

SCUBA (Self Contained Breathing Apparatus) Selam Scuba adalah penggunaan alat pernapasan bebas untuk berada bawah air dalam waktu lama untuk penyelaman rekreasi dan penyelaman profesional. Biasanya penyelam berenang di bawah air. Peralatan selam yang dikembangkan John Deane, Agustus Siebe memang memberikan penyelam waktu yang lama dalam air, tetapi mobilitas sangat kurang. Para penemu mencari metode lain tanpa menurunkan tingkat bahaya. Solusi terbaik adalah menyediakan suatu alat suplai udara yang dapat dibawa. Pada awalnya tidak berhasil karena terbatasnya kapasitas pompa udara untuk menyimpan udara dalam tekanan tinggi. Setelah hal ini dapat diatasi, maka udara dapat disimpan dalam suatu tempat tabung dalam tekanan tinggi sehingga menyediakan suplai udara yang cukup lama. Scuba berkembang dengan cepat sehingga berkembang menjadi 3 macam tipe dasar: Open Circuit Scuba (dimana seluruh udara buang langsung dikeluarkan ke lingkungan sekitarnya). Regulatornya dikembangkan oleh Benoist Rouquayrol, sedangkan sistemnya dikembangkan oleh Jacques-Yves Cousteau dan Emile Gagnan. Closed Circuit Scuba (dimana seluruh udara buang dimasukkan lagi ke sistem sehingga dapat di daur ulang). Henry A. Fleuss mengembangkan sistem ini pada tahun 1876 dan 1878, Fleuss kemudian berhasil menguji peralatannya pada tahun 1879 dalam tanki air hampir selama 1 jam. Semiclosed Circuit Scuba (kombinasi dari keduanya).

Tipe Penyelaman Kegiatan menyelam dapat dibedakan menjadi beberapa jenis tergantung antara lain kepada, kedalaman, tujuan dan jenis peralatan yang digunakan. -Jika kedalaman yang dijadikan tolok ukur, penyelaman dapat dibedakan menjadi: Penyelaman dangkal. Yaitu penyelaman dengan kedalaman maksimum 10 m Penyelaman sedang. Yaitu penyelaman dengan kedalaman < 10 m s/d 30 m Penyelaman dalam. Penyelaman dengan kedalaman > 30 m.

Jika didasarkan kepada tujuan yang hendak dicapai dalam kegiatan itu, penyelaman bisa dibedakan menjadi : - Penyelaman untuk kepentingan pertahanan dan keamanan negara, antara lain: Tactical (Combat) diving yaitu penyelaman untuk tugas-tugas tempur Submarine Rescue, penyelamatan kapal selam Search & Rescue (SAR) Inspection & Repair (inspeksi dan perbaikan) Ship Salvage Penyelaman-penyelaman jenis ini pada umumnya dilaksanakan oleh para penyelam Angkatan Bersenjata. -Penyelaman komersial Yaitu penyelaman professional antara lain untuk kepentingan konstruksi dibawah permukaan air, penambangan lepas pantai (Off shore drilling), salvage, dll. -Penyelaman Ilmiah (Scientific Diving). Penyelaman yang dilakukan untuk kepentingan ilmiah, antara lain : penelitian biologi, geologi, arkeologi dan kelautan pada umumnya. -Penyelaman Olah Raga (Sport Diving). Penyelaman yang dilakukan untuk kepentingan mempertahankan atau meningkatkan kondisi kesehatan dan kebugaran jiwa dan raga.

Ada lima tipe umum selam sesuai metode, yaitu: Breatholding atau Free Diving Disebut juga skin diving atau snorkeling, merupakan penyelaman yang paling mudah dan paling tua. Tidak menggunakan suplai udara, sehingga waktu menyelam tergantung lamanya penyelam dapat menahan napas. Umumnya penyelam menggunakan masker untuk melihat dalam air, fin untuk mengayuh, dan snorkel untuk bernapas ketika berenang dengan muka menghadap ke bawah air. Lebih baik lagi menggunakan baju wet suit, selain menghindari hipotermi, juga dapat menambah daya apung. Scuba diving Menggunakan tabung dan regulator tekanan. Penyelam biasanya menggunakan tabung selam yang berisi 72 atau 90 cubic feet (cuft) dengan tekanan 2200 atau 3300 pound per square inch gauge (PSIG). Seperti snorkeling, penyelam menggunakan masker, fin, snorkel, pemberat, BC, jam selam, dan depth gauge. Untuk menghindari hipotermia, penyelam menggunakan wet suit. Jika suhu air < 10 OC, biasanya menggunakan dry suit. Selain peralatan dasar, peralatan tambahan juga diperlukan untuk keamanan, navigasi, dan komunikasi. Surface Supplied or Tethered diving Penyelaman ini memerlukan suplai udara dari permukaan secara terus menerus biasanya untuk tujuan militer atau komersial. Saturation diving Konsep penyelaman ini adalah bahwa dalam 24 jam pada kedalaman tertentu, jaringan tubuh telah menyeimbangkan tekanan sehingga waktu dan profil dekompresi tetap sama walaupun penyelam berhari-hari dalam air. Sebelum melakukan penyelaman, biasanya penyelam akan tinggal di dalam ruang yang bertekanan sama dengan kedalaman, setelah itu diangkut kedalam kapsul atau lonceng selam ke kedalaman yang diinginkan. One Atmosphere diving Pada penyelaman ini, tekanan udara yang digirup penyelam diatur supaya sama dengan permukaan laut (1 ATM). Leonardo Da Vinci telah mendesain gambaran yang sama dengan model modern (lihat Armored Diving Suit), tetapi baru direalisasikan pada abad 20.

Rebreather diving Konsepnya yaitu dengan mensirkulasikan kembali udara yang telah dibuang penyelam, dengan membuang karbondioksida, dan menambah oksigen sebelum masuk ke dalam tubuh penyelam kembali. Dengan adanya konsep ini, menyelam akan lebih dalam dan lebih lama, dan gelembung udara tidak ada yang mungkin mengganggu pandangan. Tetapi peralatan selam ini sangat berbahaya jika tidak digunakan dan dipelihara dengan baik. Mixed Gas diving Pada penyelaman ini tidak menggunakan udara bebas, tetapi menggunakan udara dengan komposisi tertentu. Udara dengan komposisi yang diatur ini dapat dipergunakan dalam berabagai tipe selam lain.

Ada tiga macam campuran udara yang dipakai dalam penyelaman: Enhanced Nitrox (I,II) Nitrox adalah campuran gas yang terdiri dari oksigen dan nitrogen. Yang sering digunakan ada dua, yaitu Nitrox 1 (32 % oksigen, 68 % nitrogen) dan Nitrox II (36 % oksigen, 64 %). Hanya Nitrox I yang boleh digunakan dalam penyelaman olahraga. Sebenarnya kata Nitrox berarti campuran gas dengan komposisi oksigen < 21 %. Biasanya dipergunakan dalam selam, dan penyelaman saturasi, dimana efek samping keracunan oksigen dapat dihindarai. Secara teknis, jika kadar oksigen > 20 % maka disebut "enrich air nitrox" (EAN) atau "oxygen enrich air" (OEA). Tapi dalam prakteknya istilah EAN dan Nitrox sering tertukar. Dengan adanya EAN maka kemungkinan terjadinya penyakit dekompressi menjadi berkurang, namun efek samping keracunan oksigen akan lebih besar. Untuk penyelaman rekreasi, penggunaannya masih dalam perdebatan. Keuntungan dan Kerugian Penggunaan EAN pada kedalaman 50-130 fsw: Keuntungan: Menurunkan risiko penyakit dekompresi. Menurunkan kejadian keracunan nitrogen. Mengurangi waktu nitrogen sisa (residual nitrogen). Waktu surface interval lebih pendek. Mengurangi waktu dekompresi jika bottom time maksimum terlewati. Mengurangi waktu survace interval antara menyelam dan terbang.

Kerugian: Memerlukan pelatihan khusus. Menggunakan peralatan khusus Nitrox. Meningkatkan oksidasi tabung scuba menjadi cepat berkarat. Mempercepat kerusakan peralatan. Meningkatkan risiko kebakaran. Risiko keracunan oksigen lebih besar. Heliox Selain nitrox, yang sering digunakan adalah heliox, yaitu campuran helium dan oksigen. Helium merupakan gas inert, yang menggantikan nitrogen. Penggunaannya menghilangkan efek keracunan oksigen dan menurunkan keracunan oksigen. Heliox disarankan dalam penyelaman > 130 fsw. Heliox sangat mahal. Trimix Trimix adalah campuran gas helium, nitrogen dan oksigen. Komposisinya tergantung dari profil waktu selam yang dipakai. Angkatan Laut AS menggunakan pada kedalaman > 190 fsw, dan selalu digunakan pada kedalaman ekstrim > 600 fsw. Yang digunakan dalam penyelaman rekreasi adalah jenis helitrox yaitu trimix yang diperkaya oksigen. Campuran yang sering digunakan adalah TX 26/17 (26 % oksigen, 17 % helium, dan 57 % nitrogen). Beberapa kematian penyelam olahraga berkaitan dengan penggunaan heliox, sehingga penggunaan trimix helitrox untuk penyelaman rekreasi masih diperdebatkan.

Olahraga selam telah ada di Indonesia sebelum tahun 1962 tetapi kebanyakan dilakukan oleh orang asing yang bekerja di Indonesia, pada tahun 1962 TNI-AL mendirikan Instalasi Pusat Penyelaman dan Sekolah Penyelaman. Dengan berdirinya kedua lembaga tersebut maka makin bertambah banyak orang Indonesia yang berlatih dan belajar selam, terutama di lingkungan TNI-AL. Pada tahun 1970-an tepatnya tahun 1973 olahraga selam dikembangkan oleh beberapa tokoh masyarakat seperti Adam Malik, Sudomo, Saleh Basarah dan Urip Santoso serta beberapa orang lainnya. Bersama-sama dengan tokoh tersebut mereka membentuk club selam pertama di Indonesia yaitu : Nusantara Diving Club ( NDC ) dan kemudian juga terbentuk Surabaya Diving Club ( SDC ), kedua club selam ini masuk ke dalam wadah Organisasi Persatuan Olahraga Perairan Indonesia ( PEROPI ) sebagai cabang selam, Perkembangan Olahraga di Indonesia sangat banyak didukung oleh TNI-AL baik personil maupun material serta pembinaan di daerah-daerah. Pada tahun 1973 dengan persetujuan Pimpinan PEROPI olahraga selam berdiri sendiri sebagai Induk Organisasi menjadi POSSI. Pada tanggal 4 Agustus 1977 POSSI resmi menjadi Induk Organisasi Selam di Indonesia. Sebagai induk organisasi POSSI menyusun PPDSI sebagai pedoman kegiatan. POSSI menjadi anggota dari Federasi Olahraga Perairan Indonesia ( FOPINDO ) serta diterima sebagai anggota KONI Pusat dan Federasi Selam Dunia yaitu Confederation Mondiale Des Activities Subaquatiques ( CMAS ) yang bermarkas di Roma-Italia dan anggota dari Federasi Selam Asia ( AUF ). Pada tahun 1978 POSSI mendidik mahasiswa Muhawarman ( ITB ) untuk Scuba Diver A2 serta mendidik personil PHPA. Tahun 1981 olahraga selam untuk pertama kalinya masuk dalam Pekan Olahraga Nasional ( PON ) yaitu pada PON XI dan Pengprov yang ikut dalam Pekan Olahraga Nasional tersebut berjumlah 7 Pengprov POSSI yaitu : Pengprov POSSI DKI , Pengprov POSSI Jawa Barat, Pengprov POSSI Jawa Timur, Pengprov POSSI Bali, Pengprov POSSI Sulsel, Pengprov POSSI Sulut, dan Pengprov POSSI Maluku. Tahun 1984 POSSI juga menyusun buku Petunjuk Wisata Tirta untuk DITJENPAR serta mendidik Scuba Diver untuk Personil PHPA. Tahun 1985 POSSI melaksanakan

Pendidikan Selam dan Pemotretan / Video Bawah Air untuk kameramen PPFN, pada tahun 1985 cabang selam juga dipertandingkan kembali dalam Pekan Olahraga Nasional XII dan Pengprov yang ikut dalam kegiatan tersebut berjumlah 10 Pengprov POSSI yaitu Pengprov POSSI DKI, Pengprov POSSI Jawa Barat, Pengprov POSSI Jawa Timur, Pengprov POSSI Bali, Pengprov POSSI Irian Jaya, Pengprov POSSI Maluku, Pengprov POSSI Sulawesi Utara, Pengprov POSSI Sulawesi Selatan, Pengprov POSSI Lampung dan Pengprov POSSI Kalimantan Selatan. Tahun 1986 KONI Pusat telah memutuskan untuk cabang olahraga selam tidak lagi dipertandingkan dalam Pekan Olahraga Nasional. Pada tahun 1986 POSSI telah memiliki 14 Pengprov yaitu : Pengprov POSSI Sumatera Utara, Pengprov POSSI Riau, Pengprov POSSI Lampung, Pengprov POSSI DKI, Pengprov POSSI Jawa Barat, Pengprov POSSI Jawa Tengah, Pengprov POSSI Jawa Timur, Pengprov POSSI Bali, Pengprov POSSI Nusa Tenggara Barat, Pengprov POSSI Sulawesi Selatan, Pengprov POSSI Sulawesi Utara, Pengprov POSSI Maluku, Pengprov POSSI Irian Jaya, Pengprov POSSI Kalimantan Tengah serta kurang lebih 60 perkumpulan selam dan 1500 peselam di seluruh Indonesia. Tahun 1987-1997 dalam kurun waktu 10 tahun terakhir ini telah terjadi pengembangan yang luar biasa, terutama dari jumlah peselam yang meningkat sampai 10 x lipat, tetapi dengan tidak masuknya cabang olahraga selam dalam PON di satu sisi dan pengembangan wisata bahari disisi lain muncul banyak hal yang positif dan negatif, hal ini adalah merupakan pekerjaan rumah buat kita semua terutama untuk para Instruktur POSSI. Tahun 1988 Indonesia berkesempatan menjadi tuan rumah pada Kejuaraan Asia Competition of Fin Swimming I di Jakarta. Tahun 1993 Indonesia sekali lagi dipercaya untuk menyelenggarakan Asia Championship of Fin Swimming III di Jakarta. Tahun 1997 Indonesia mengikuti Kejuaraan Asia Championship of Fin Swimming V di Hobart-Australia dan Indonesia menempati urutan ke IV. Tahun 1998 PB POSSI melaksanakan Kongres V sebagai wujud nyata dari pelaksanaan Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga ( AD / ART ) PB POSSI. Setelah PB POSSI melaksanakan Kongres, PB POSSI kembali berupaya kembali agar cabang olahraga selam masuk kembali ke dalam PON XV di Surabaya, melalui perjuangan yang tidak kenal lelah dari para Pengurus PB POSSI akhirnya KONI Pusat menyetujui dan memutuskan bahwa cabang olahraga selam dapat dipertandingkan dalam Pekan Olahraga Nasional XV tahun 2000 di Surabaya dengan catatan bahwa semua biaya penyelenggaraan di tanggung sendiri oleh PB POSSI. Pada tahun 2000 cabang olahraga

selam dipertandingkan kembali dalam event PON XV di Surabaya dan PB POSSI berhasil dengan sukses menyelenggarakan event terbesar di Indonesia tersebut untuk cabang selam. Pada tahun 2011, PB POSSI telah memiliki 33 Pengprov POSSI yaitu : 1. Pengprov POSSI Nanggroe Aceh Darussalam 2. Pengprov POSSI Sumatera Utara 3. Pengprov POSSI Sumatera Barat 4. Pengprov POSSI Riau 5. Pengprov POSSI Jambi 6. Pengprov POSSI Kepulauan Riau 7. Pengprov POSSI Sumatera Selatan 8. Pengprov POSSI Bengkulu 9. Pengprov POSSI Bangka Belitung 10. Pengprov POSSI Lampung 11. Pengprov POSSI Banten 12. Pengprov POSSI DKI Jaya 13. Pengprov POSSI Jawa Barat 14. Pengprov POSSI Jawa Tengah 15. Pengprov POSSI Yogyakarta 16. Pengprov POSSI Jawa Timur 17. Pengprov POSSI Kalimantan Barat 18. Pengprov POSSI Kalimantan Tengah 19. Pengprov POSSI Kalimantan Selatan 20. Pengprov POSSI Kalimantan Timur 21. Pengprov POSSI Sulawesi Selatan 22. Pengprov POSSI Sulawesi Barat 23. Pengprov POSSI Sulawesi Tengah 24. Pengprov POSSI Gorontalo 25. Pengprov POSSI Sulawesi Utara 26. Pengprov POSSI Sulawesi Tenggara 27. Pengprov POSSI Bali 28. Pengprov POSSI Nusa Tenggara Barat 29. Pengprov POSSI Nusa Tenggara Timur 30. Pengprov POSSI Maluku Utara 31. Pengprov POSSI Maluku 32. Pengprov POSSI Papua Barat 33. Pengprov POSSI Papua

Sejarah selam dan sejarah POSSI

Annisa KF 26020212110097

You might also like