You are on page 1of 10

Aliran Asyariyah

Disusun Oleh : Bayu Hermawan Dinda Trisnindita (D75212064) (D75212065)

Sejarah Lahirnya Asyariyah

AliranAsyariyahdidirikanoleh Imam AbdulHasan Al-Asyiari. Ialahir di Basrah, 260 H/ 873 M danwafat di Baghdad, 324H/933M. Sedangkan pendiri kedua aliran ini adalah al-Baqillani. Aliran ini masih hidup sampai sekarang, berumur 1 hampir sepuluh abad walaupun harus menghadapi tekanan kira-kira 1 2 abad. Gerakan al-Asyariyah dimulai pada abad ke-4 H. Pada suatu saat, antara al Jubbai seorang tokoh Mutazilah dan Al-Asyari megalami perdebatan tentang pemikiran. Pada mulanya al-Asyary adalah pengikut Mutazilah yang setia, tetapi oleh sebab yang tidak jelasdalamsuatu perdebatan, al-Asyary yang telah menganut faham Mutazilah pada akhirnya meninggalkan ajaran Mutazilah.Karena merasa tidak puas dengan konsepsi aliran Mutazilah dalam soal al salah wa al-aslah dalam arti Tuhan wajib mewujudkan yang baik bahkan yang terbaik untuk kemaslahatan manusia.

Perdebatan antara Al-Jubbai dan Asyary


Dalam hal ini sebagaimana telah terangkum dalam perdebatan dengan gurunya, yaitu al-Jubbai.

Al-Jubbai : Allah akan menjawab : Aku tahu bahwa jika engkau terus hidup engkau akan berbuat dosa dan oleh karena itu akan kena hukuman. Maka untuk kepentinganmu Aku cabut nyawamu sebelum engkau sampai umur tanggung jawab.

Al-Asyary : Sekiranya yang kafir megatakan Engkau ketahui masa depanku sebagaimana Engkau ketahui masa depannya. Apa sebabnya Engkau tidak jaga kepentinganku ?

Karya Imam Abdul Hasan Al-Asyari


Kitab-kitabnya yang terkenal ada tiga :

Maqalat al-Islamiyyin (Pendapat-pendapat golongangolongan Islam). al-Ibanah an Ushulud Diyanah (Keterangan tenatng dasardasar Agama) al-Luma (Sorotan)

Corak Pemikiran Al-Asyari

Sifat

Al-Asyari dalam itu megakui sifat-sifat Tuhan yang tersebut yang sesuai dengan zat Tuhan sendiri, dan sama sekali tidak menyerupai sifat-sifat makhluk. Tuhan mendegar, tetapi tidak seperti kita mendengar dan seterusnya.

Kekuasaan Tuhan dan perbuatan manusia

Al-Asyari mengatakan bahwa manusia tidak berkuasa menciptakan sesuatu perbuatan.

Melihat Tuhan pada hari Kiamat

Al-Asyari mengatakan bahwa Tuhan dapat dilihat, tetapi tidak menurut cara tertentu dan tidak pula pada arah tertentu.

Dosa besar

Al-Asyary mengatakan bahwa orang mukmin yang meng-Esakan Tuhan tetapi fasik, terserah kepada Tuhan, apakah akan diampuni-Nya dan langsung masuk surga ataukah dijatuhi siksa-siksa karena kefasikanya , tetapi kemudian dimasukkan kedalam surga.

Perkembangan Aliran Asyariyyah


Pendirian Al-Asyary tersebut di atas merupakan tali penghubung antara

dua aliran alam fikiran Islam, yaitu aliran lama (textualist), dan aliran baru,
(rasionalist). Akan tetapi sesudah wafatnya, aliran Asyariyyah mengalami perubahan yang cepat. Kalau pada permulaan berdirinya kedudukannya hanya sebagai penghubung antara kedua aliran tersebut, maka pada akhirnya aliran Asyariyyah lebih condong kepada segi akal-fikiran semata-mata dan memberinya tenpat yang lebih luas kepada nas-nas itu sendiri. Mereka sudah berani mengeluarkan keputusan, bahwa akal menjadi dasar naqal (nas)

Faktor- Faktor yang Menyebabkan Kemajuan Aliran Asyariyah

Mempunyai tokoh-tokoh kenamaan yang dapat mengkontruksi ajaranajarannya atas dasar filsafat metafisika.

Kaum muslimin pada waktu itu telah bosan menghadapi dan mendengar diskusi atau perdebatan- perdebatan pada perbedaan pendapat pertentangan persoalan Al-Quran khususnya yang dicetuskan oleh aliran Mutazilah, sehingga menyebabkan tidak simpatinya terhadap aliran tersebut.
Doktrin- doktrin yang dikeluarkan mengambil jalan tengah antara golongan rasionalis dan golongan tekstualis, dan ternyata jalan tersebut dapat diterima oleh mayoritas kaum muslimin.

Metode Asyariyah

Al-Asyari mengambil yang baik dari metode rasional Mutazilah dan metode tekstual Salafisme, sehingga dia mempergunakan akal secara maksimal tetapi tidak sebebas Mutazilah dalam mempergunakan, dan memegang naqal dengan kuat tetapi tidak seketat Salafisme dalam menolak akal untuk menjamahnya. Mazhab Asyariyah bertumpu pada Al-Quran dan As-Sunnah. Kaum Asyariyah juga tidak menolak akal, karena bagaimana mereka akan menolak akal padahal Allah menganjurkan agar umat Islam melakukan kajian-rasional. mereka tidak menempatkan akal di atas naql (teks-teks agama). Bahkan sebaliknya, mereka secara umum berprinsip bahwa naql menempati posisi teratas. Akal mereka anggap sebagai pelayan bagi naql. Akal dan naql saling membutuhkan.

Tokoh-Tokoh Aliran Asyariyyah


al-Baqilany (wafat 403 H/1013 M) al-Juwainy (419 - 478 H/1028 1085 M) al-Ghazali (450 505 H) as-Sanusy (833 895 H/1427 1490 M)

SEKIAN TERIMA KASIH

You might also like