You are on page 1of 0

Haris Dianto Darwindra 240210080133

BAB VI
PEMBAHASAN
Produk pangan harus tetap dijaga kualitasnya selama penyimpanan dan
distribusi, karena pada tahap ini produk pangan sangat rentan terhadap terjadinya
rekontaminasi, terutama dari mikroba patogen yang berbahaya bagi tubuh dan
mikroba perusak yang dapat menyebabkan kerusakan pada makanan.
Mikroorganisme dapat dikendalikan secara kimiawi dengan menggunakan
bahan-bahan antiseptik, disinfektan, senyawa antimikroba (kemoteurapeutik) dari
bahan alami maupun sintetik. Senyawa-senyawa antimikroba tersebut dapat
bersifat sidal (mematikan) maupun statik (menghambat) dengan cara merusak sel,
dan menganggu proses metabolisme seluler. Salah satu cara untuk menghindari
hal tersebut adalah dengan menambahkan bahan aditif berupa zat antimikroba
dalam bentuk rempah-rempah. Zat antimikroba itu sendiri terdiri dari zat
antimikroba alami yang biasanya berupa rempah-rempah (contoh : bawang meah,
kunyit) dan zat antimikroba buatan (sintetik).
Bahan aditif makanan adalah bahan yang ditambahkan pada makanan untuk
mencegah atau menghambat kerusakan pada produk makanan itu, terutama
kerusakan oleh mikroorganisme. Penggunaan bahan aditif ini biasanya dilakukan
produsen makanan yang mudah rusak. Dengan bahan aditif diharapkan makanan
atau produk yang dihasilkan tetap terpelihara kesegarannya, dan juga mencegah
dari kerusakan makanan atau bahan makanan.
Pada praktikum ini, dilakukan pengujian terhadap berbagai zat antimikroba.
Hal yang diuji adalah seberapa besar daya untuk mencegah pertumbuhan mikroba
dari suatu zat antimikroba.
Zat antimikroba yang digunakan sebagai sampel pada praktikum ini, terdiri
dari zat antimikroba alami dan zat antimikroba sintetik (buatan). Zat antimikroba
alami yaitu kunyit. Sementara itu, zat antimikroba buatan yang dipakai adalah
amoxylin.
Pertama-tama hal yang dilakukan adalah memasukkan media NA kedalam
cawan petri untuk dibekukan, setelah itu swab dengan kultur Escherichia coli.
Setelah itu paper-disc yang telah mengandung zat antimikroba yaitu ekstrak
Haris Dianto Darwindra 240210080133
kunyit dan larutan amoxylin disimpan pada agar cawan yang telah diolesi kultur
mikroba, selanjutnya diinkubasi pada suhu 37C selama 2 hari. Setelah 2 hari
dilakukan pengamatan dengan mengamati zona terang dan menghitung luasnya.
Dengan cara melihat berapa milimeter diameter yang dibuat oleh antimikroba
pada paper-disc. Semakin besar panjang diameter, maka semakin sensitif zat
tersebut terhadap mikroba.
Hasil pengamatan yang didapatkan dalam praktikum yaitu sebagai berikut :
Kelompok Senyawa antimikroba Zona penghambat (mm) Suseptibilitas (R/I/S)
23
Amoxylin
5.2 mm Resistant
Ekstrak Kunyit
Tidak ada zona bening -
24
Amoxylin
Tidak ada zona bening -
Ekstrak Kunyit
Tidak ada zona bening -
25
Amoxylin
5.5 mm Resistant
Haris Dianto Darwindra 240210080133
Ekstrak Kunyit
7.6 mm Resistant
26
Amoxylin
9 mm Resistant
Ekstrak Kunyit
-
Dari data zona bening di atas dalam masing-masing sampel, secara
keseluruhan hanya senyawa antimikroba amoxylin yang terdapat zona bening
disekeliling paper-disc sedangkan untuk senyawa antimikroba ekstrak kunyit
hanya 1 kelompok yang terdapat zona bening pada paper-discnya. Hal ini
disebabkan karena zat antimikrobanya tidak bekerja atau aktivitasnya sangat kecil,
dosis yang dipakai terlalu kecil (tidak tepat), dan Escherichia colinya mampu
menahan atau menghambat senyawa antimikroba yang digunakan dalam
praktikum. Selain itu, terdapat kemungkinan kemampuan pengawet kunyit dalam
menghambat mikroba lebih rendah dibandingkan dengan antibiotik (amoxylin),
sehingga zona terang yang terbentuk sangat kecil atau bahkan tidak ada.
Berdasarkan literatur, dapat kita ketahui kunyit mempunyai senyawa
antimikroba, tetapi dari hasil pengamatan bahwa senyawa antimikroba yang
terkandung dalam kunyit belum bisa membunuh Escherichia coli. Hal ini
mungkin disebabkan karena mikroorganisme E. coli itu sendiri merupakan
mikroorganisme yang resisten terhadap berbagai zat-zat antimikroba atau
antibiotik, sehingga antibiotik yang digunakan harus memiliki aktivitas
antimikroba yang tinggi. Hanya dari golongan antibiotik tertentu saja yang
mampu membunuh E. coli atau bisa saja dikarenakan perendaman paper-disc
Haris Dianto Darwindra 240210080133
dalam suspensi kunyit belum terlalu lama, sehingga aktivitas antimikrobanya
belum tinggi.
Padahal diketahui bahwa kunyit merupakan bahan yang memiliki sifat
antimikroba dan kunyit juga bisa dipakai untuk menjadi antimikroba pada
makanan. Akan tetapi, keefektifan masing-masing antibiotik bervariasi tergantung
pada lokasi infeksi dan kemampuan antibiotik mencapai lokasi tersebut.
Mekanisme suatu antibiotik yang secara selektif meracuni senyawa sel
bakteri adalah dengan cara mempengaruhi sintesa dinding sel, mengganggu
sintesa protein bakteri, menghambat sintesa fosfat, menggganggu sintesa DNA,
mengganggu sintesa RNA, dan mengganggu fungsi membran sel. Dengan adanya
aktivitas di atas, maka sel bakteri tidak akan mampu malanjutnya pertumbuhan
karena komponen-komponen yang dibutuhkan tidak padat dibentuk lagi.
Haris Dianto Darwindra 240210080133
BAB VII
KESIMPULAN
Antimikroba adalah senyawa biologis atau kimia yang dapat mengganggu
pertumbuhan dan aktivitas mikroba, khususnya mikroba perusak dan
pembusuk makanan.
Metode pengendalian mikroba secara kimiawi dapat dilakukan melalui
penggunaan bahan-bahan antiseptik, disinfektan, senyawa antimikroba
(kemoteurapeutik) dari bahan alami maupun sintetik.
Antimikroba resisten yaitu zat yang tidak bisa sebagai antimikroba.
Antimikroba sensitif yaitu antimikroba yang bisa membunuh mikroba.
Antimikroba intermediet yaitu zat yang bisa sebagai antimikroba tetapi tidak
membunuh mikroba secara langsung.
Senyawa-senyawa antimikroba dari bahan alami bayak terdapat dalam
rempah-rempah, salah satunya kunyit.
Amoxylin merupakan senyawa antimikroba yang efektif daripada kunyit.
Aktivitas antimikroba bahan pengawet kimia (amoxili) lebih tinggi
dibandingkan bahan pengawet alami (kunyit).
Haris Dianto Darwindra 240210080133
DAFTAR PUSTAKA
Buckle, K. A. 1987. Ilmu Pangan. UI-Press : Jakarta.
Fardiaz, Srikandi. 1992. Mikrobiologi Pangan 1. Penerbit PT. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.
Kaem, Didin.2007. Kunyit Si Kuning Kaya Manfaat. Available at www.pikiran-
rakyat.co.id/kunyit-si-kuning-kaya-manfaat.html/ (Diakses pada tanggal
24 Oktober 2009 Pukul 20.00 WIB).
Haris Dianto Darwindra 240210080133
PERTANYAAN DAN DISKUSI
1. Seberapa besar efektifitas ekstrak kunyit sebagai antimikroba alami
bila dibandingkan dengan Amoxylin (antimikroba sintetis)?
Jawaban : dari hasil pengamatan, efektifitas kunyit sangat berbeda dengan
pengawet sintetis, karena pada sekeliling paper-disc tidak terdapat zona
bening.
2. Diskusikan kesulitan-kesulitan yang dialami saat menguji efektivitas
antimikroba menggunakan metode Kirby-Bauer!
Jawaban : ketika melakukan pengujian antara zona bening dengan media
hampir tidak terlihat. Sehingga kesulitan yang dialami saat menguji
efektifitas antimikroba adalah pada saat mengukur diameter zona bening
yang dihasilkan paper-disc dengan tepat.

You might also like