You are on page 1of 17

Tugas Akhir semester Penelitian Kependidikan

PENGEMBANGAN PROFESI GURU DENGAN PENDEKATAN SUPERVISI KLINIS MELALUI PEMBERDAYAAN MGMP

1.1. Latar Belakang Pengawas sekolah bertanggung jawab meningkatkan kualitas proses dan hasil pendidikan sebagai aktualisasi kompetensi dalam bidang supervisi manajerial, supervisi akademik, serta evaluasi pendidikan. Kehadiran pengawas sekolah diharapkan mampu menjadi pelopor inovasi pendidikan di sekolah. Supervisi akademik terkait dengan tugas pembinaan guru dalam meningkatkan kualitas proses pembelajaran/bimbingan serta prestasi belajar siswa. Pelaksanaan tugas kepengawasan bidang akademik mengacu pada pemberdayaan profesi guru yang diselenggarakan melalui pengembangan diri dan dilakukan secara demokratis, berkeadilan, tidak diskriminatif dan berkelanjutan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, kemajemukan bangsa dan kode etik profesi. Hal ini sesuai muatan undang-undang Guru dan Dosen No.14 Tahun 2005 tentang prinsip profesionalitas guru yang salah satu butirnya menyebutkan bahwa guru harus memiliki kompetensi sesuai bidang tugasnya. Dari beberapa penelitian menyatakan bahwa kompetensi guru-guru pada umumnya masih rendah sehingga mengakibatkan hasil dari proses pembelajaran kurang maksimal. Hal ini tentu saja menjadi tanggung jawab dan tugas besar pada fungsi pengawas dan kepengawasan pendidikan sebagai supervisi pendidikan dalam memperbaiki mutu pendidikan yang ada. Supervisi pendidikan atau yang lebih dikenal dengan pengawasan pendidikan memiliki konsep dasar yang saling berhubungan. Dalam konsep dasar supervisi pendidikan dijelaskan beberapa dasar-dasar tentang konsep supervisi pendidikan itu sendiri. Pendidikan berbeda dengan mengajar, pendidikan adalah suatu proses pendewasaan yang dilakukan oleh seorang pendidik kepada peserta didik dengan memberikan stimulus positif yang mencakup kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Agus riyant/0102512102 Page 1

Tugas Akhir semester Penelitian Kependidikan

Sedangkan pengajaran hanya mencakup kognitif saja artinya pengajaran adalah suatu proses pentransferan ilmu pengetahuan tanpa membentuk sikap dan kreatifitas peserta didik. Oleh karena itu, pendidikan haruslah diawasi atau disupervisi oleh supervisor yang dapat disebut sebagai kepala sekolah dan pengawas-pengawas lain yang ada di departemen pendidikan. Pengawasan di sini adalah pengawasan yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja para pendidik dan pegawai sekolah lainnya dengan cara memberikan pengarahan-pengarahan yang baik dan bimbingan serta masukan tentang cara atau metode mendidik yang baik dan professional. Dalam pelaksanaan supervisi pendidikan yang bersifat pembinaan atau pembimbingan terhadap guru belum dapat berlangsung secara maksimal karena adanya jarak antara pengawas dan guru sehingga perlu kiranya pelaksanaan supervisi yang bersifat pembinaan atau bimbingan dilakukan secara bersama-sama dalam sebuah kelompok guru yang seragam. MGMP adalah kepanjangan dari Musyawarah Guru Mata Pelajaran. Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) merupakan salah satu kelompok profesi yang saat ini paling aktif dalam kegiatannya, selain itu MGMP juga telah mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah dengan adanya bantuan dana yang langsung diberikasn ke tiaptiap MGMP sehingga kelompok musyawarah guru mata pelajaran ini bisa tetap eksis melaksanakan kegiatan-kegiatan untuk mendukung profesi anggotanya.

1.2 Identifikasi Masalah Kompetensi guru rendah dan pelaksanaan supervisi sebagai bimbingan tidak belum maksimal ketika dilakukan karena adanya jarak atau sekat antara pengawas dengan guru. 1.3.Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka dapat dibuat rumusan masalah : 1. Bagaimana mengembangkan model supervisi klinis dengan memberdayakan MGMP untuk meningkatkan kompetensi guru bidang studi . 2. Bagaimana pengaruh model supervisi klinis dengan memperdayakan MGMP terhadap kompetensi guru bidang studi.
Agus riyant/0102512102 Page 2

Tugas Akhir semester Penelitian Kependidikan

1.4. Tujuan Penelitian 1. Untuk mendapatkan model supervisi klinis dengan memperdayakan MGMP. 2. Untuk mengetahui besarnya pengaruh dari penggunaan model supervisi klinis dengan memperdayakan MGMP terhadap kompetensi guru bidang studi . 1.5. Kerangka Berpikir
Klinis Supervisi

GURU

MGMP

PROFESI GURU

1.6. Hipotesis Penerapan Model supervisi klinis dengan memberdayakan MGMP memberikan pengaruh positif terhadap peningkatan kompetensi guru

Agus riyant/0102512102

Page 3

Tugas Akhir semester Penelitian Kependidikan

BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Profesional Guru Profesional adalah kata benda dari profesi, merupakan lawan kata dari amateur yang berkaitan dengan seseorang yang menerima bayaran atas jasa pekerjaannya. Pengertian lain adalah seseorang yang mempraktekkan suatu profesi dan seseorang yang dipandang sebagai ahli dalam suatu cabang ilmu (one who is regarded an expert since he has mastery of a specific branch of learning). Jadi seseorang yang mempraktekkan suatu pekerjaan yang diterima sebagai status profesional, maka ia adalah seorang yang ahli dari cabang ilmu yang digelutinya, dengan demikian lembaga profesional yang bersangkutan mempunyai kewajiban untuk mengawasinya. Seorang yang profesional akan senantiasa terus-menerus mencari kesempurnaan (mastery) dari cabang ilmu yang ia kuasai dan melakukan pekerjaan dengan itu, sehingga ia akan lebih sempurna dalam memberikan pelayanan kepada publiknya. Oleh karena itu, seseorang yang menjadi profesional/ahli seharusnya ia terus menerus meningkatkan mutu pengetahuannya sesuai dengan bidang pekerjaan yang ia geluti, ini sesuai dengan pendapat Peter Jarvis (1983 : 27) In order to be master of branch of learning it is essential for a practitioner to continue his learning after initial education and some professions have institutionalized education. Selanjutnya Jarvis menegaskan bahwa seorang profesional adalah yang berikhtiar untuk menjadi ahli serta melaksanakan ilmu pengetahuannya dalam pekerjaannya secara efektif (one who endeavor to have mastery of and to apply effectively that knowledge upon which his occupations is based). Untuk menjadi profesional harus melalui pendidikan dan atau latihan yang khusus. Pendidikan profesional adalah suatu pendidikan yang
Agus riyant/0102512102 Page 4

Tugas Akhir semester Penelitian Kependidikan

mempersiapkan

peserta

didik

dengan

panggilan

atau

pekerjaan

profesional.

Profesionalisasi berasal dari kata professionalization yang berarti kemampuan profesional. Dedi Supriadi (1998) mengartikan profesionalisasi sebagai pendidikan prajabatan dan/atau dalam jabatan. Secara normatif, Pasal 20 UU Nomor 14/2005 tentang Guru dan Dosen menandaskan, dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru berkewajiban: (a) merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran; (b) meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni; (c) bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin, agama, suku, ras, dan kondisi fisik tertentu, atau latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi peserta didik dalam pembelajaran; (d) menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan kode etik guru, serta nilai-nilai agama dan etika; dan (e) memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa. Lebih lanjut Pasal 28 PP Nomor 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan menjabarkan bahwa: (1) Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional; (2) Kualifikasi akademik sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) adalah tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan dengan ijazah dan/atau sertifikat keahlian yang relevan sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku; (3) Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi: (a) Kompetensi pedagogik; (b) Kompetensi kepribadian; (c) Kompetensi profesional; dan (c) Kompetensi sosial; (4) Seseorang yang tidak memiliki ijazah dan/atau sertifikat keahlian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tetapi memiliki keahlian khusus yang diakui dan diperlukan dapat diangkat menjadi pendidik setelah melewati uji kelayakan dan kesetaraan; (5) Kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan (4) dikembangkan oleh BSNP dan ditetapkan dengan Peraturan Menteri. Pandangan yang ideal mengenai
Agus riyant/0102512102 Page 5

Tugas Akhir semester Penelitian Kependidikan

profesionalisme guru, direfleksikan dalam citra guru masa depan sebagaimana dikemukakan oleh Sudarminta (1990), yaitu guru yang: (1) sadar dan tanggap akan perubahan zaman; (2) berkualifikasi profesional; (3) rasional, demokratis dan berwawasan nasional; (4) bermoral tinggi, beriman. Sadar dan tanggap akan perubahan zaman artinya, pola tindak keguruannya tidak rutin, maju dalam penguasaan dasar keilmuan dan perangkat instrumentalnya. Jadi guru tersebut diharapkan menguasai daya foresight, intellectual coriosity, dan kemampuan berpikir lateral. Guru profesional yaitu guru yang tahu mendalam tentang apa yang diajarkan, mampu mengajarkannya secara efektif, efisien, dan berkepribadian mantap. Guru yang bermoral tinggi dan beriman tingkah lakunya digerakkan oleh nilai-nilai luhur. Syah (1995) memperinci kompetensi profesional guru ke dalam tiga aspek, yaitu: (1) kompetensi kognitif; (2) kompetensi afektif; dan (3) kompetensi psikomotorik. Aspek pertama meliputi penguasaan terhadap pengetahuan kependidikan, pengetahuan materi bidang studi yang diajarkan, dan kemampuan mentransfer pengetahuan kepada para siswa agar dapat belajar secara efektif dan efisien. Kompetensi kedua yaitu sikap dan perasaan diri yang berkaitan dengan profesi keguruan, yang meliputi self concept, self efficacy, attitude of self-acceptance dan pandangan seorang guru terhadap kualitas dirinya. Sedangkan aspek yang disebut terakhir -kompetensi psikomotorik- meliputi kecakapan fisik umum dan khusus seperti ekspresi verbal dan nonverbal. Johnson sebagaimana dikutip Sanusi dkk (1991) mengetengahkan tiga aspek performansi guru, yaitu : (a) Kemampuan profesional yang mencakup : (1) penguasaan pelajaran yang terdiri atas penguasaan bahan yang harus diajarkan, dan konsep-konsep dasar keilmuan dari bahan yang diajarkan itu; (2) penguasaan dan penghayatan atas landasan dan wawasan kependidikan dan keguruan; (3) penguasaan proses-proses kependidikan, keguruan dan pembelajaran siswa. (b) Kemampuan sosial mencakup kemampuan untuk menyesuaikan diri kepada tuntutan kerja dan lingkungan sekitar pada waktu membawakan tugasnya sebagai guru. (c) Kemampuan personal guru, mencakup : (1) penampilan sikap yang positif terhadap keseluruhan tugasnya sebagai guru, dan terhadap keseluruhan situasi pendidikan beserta
Agus riyant/0102512102 Page 6

Tugas Akhir semester Penelitian Kependidikan

unsur-unsurnya; (2) pemahaman, penghayatan dan penampilan nilai-nilai yang seyogianya dianut oleh seorang guru; (3) penampilan upaya untuk menjadikan dirinya sebagai panutan dan teladan bagi para siswanya. P3G Depdikbud (1980) merumuskan sepuluh kompetensi dasar guru, yang meliputi kemampuan-kemampuan dalam hal : (1) menguasai bahan ajar; (2) mengelola program belajar mengajar; (3) mengelola kelas; (4) menggunakan media dan sumber pengajaran; (5) menguasai landasan-landasan kependidikan; (6) mengelola interaksi belajar mengajar; (7) menilai prestasi belajar siswa; (8) mengenal fungsi dan program pelayanan BP; (9) mengenal dan ikut menyelenggarakan administrasi sekolah; dan (10) memahami prinsip-prinsip penelitian pendidikan dan menafsirkannya untuk pengajaran. Aktualisasi profesi guru dalam proses pembelajaran merupakan hal paling pokok dalam menjawab isu-isu pokok pendidikan dewasa ini. Pelaksanaan pekerjaan dalam bidang ini secara garis besar terdiri atas tiga tahapan: (1) tahap kesiapan guru untuk melakukan tugas yang ditunjukkan dengan perencanaan pengajaran; (2) tahap pelaksanaan prosedur pengajaran berdasarkan perencanaan yang telah dipersiapkan; dan (3) tahap ketiga berkaitan dengan kemampuan guru dalam membina hubungan antarpribadi. Tahap perencanaan pengajaran meliput aspek-aspek: (1) rencana pengorganisasian bahan pengajaran; (2) pengelolaan pengajaran; (3) rencana pengelolaan kelas; (4) penggunaan media dan sumber belajar; dan (5) rencana penilaian prestasi. Tahap pelaksanaan prosedur terdiri atas aspek-aspek : (1) penggunaan metode, media, dan bahan pengajaran; (2) berkomunikasi dengan siswa; (3) mendemonstrasikan metode; (4) mendorong keterlibatan siswa;(6) mengorganisasikan waktu, ruang, dan perlengkapan pengajaran; (7) melakukan evaluasi. Tahap pembinaan hubungan antarpribadi dapat diamati dari aspek-aspek: (1) pengembangan sikap positif terhadap siswa; (2) sikap terbuka dan fleksibel; (3) kesungguhan dan kegairahan mengajar; (4) mengelola interaksi perilaku di dalam kelas. Sejalan dengan uraian di atas, Wotruba dan Wright (1975) mengidentifikasi enam karakteristik mengajar yang efektif. Pertama, pengorganisasian yang baik dari pokok bahasan dan mata pelajaran. Organisasi yang baik dari pokok bahasan ditunjukkan dalam tujuan-tujuan, materi pelajaran, tugas-tugas, aktivitas kelas, dan ujian. Tahapan penyiapan kelas dan efektivitas
Agus riyant/0102512102 Page 7

Tugas Akhir semester Penelitian Kependidikan

penggunaan waktu di dalam kelas, juga merupakan indikator dari organisasi yang baik dari pokok bahasan dan mata pelajaran. Riset menunjukkan bahwa pengorganisasian mata pelajaran mempunyai hubungan dengan cara siswa belajar. Apabila pelajaran diberikan secara terorganisasi akan dapat membantu mengembangkan kemampuan belajar siswa, maka dapat dinyatakan bahwa organisasi bahan pengajaran yang baik memberikan kontribusi terhadap efektivitas mengajar. Kedua, komunikasi yang efektif . Kemampuan guru termasuk penggunaan audiovisual atau teknik-teknik lain untuk menarik perhatian siswa, merupakan karakteristik mengajar yang penting untuk dievaluasi. Keahlian berkomunikasi meliputi kemampuan-kemampuan menjelaskan presentasi, kelancaran verbal, interpretasi gagasan-gagasan abstrak, kemampuan berbicara yang baik dan kemampuan mendengarkan. Dapat berkomunikasi dengan baik merupakan karakteristik penting bagi mengajar yang efektif. Karena, komunikasi yang efektif sangat penting untuk kelas-kelas yang besar, seminar, laboratorium, grup-grup diskusi kecil, sebaik dalam percakapan orang perorang. Ketiga, pengetahuan dari dan perhatian pada bahan pelajaran serta proses pembelajaran. Guru harus mengetahui bahan pelajaran yang mereka bina agar mereka dapat mengorganisasikannya secara tepat sehingga dapat mengkomunikasikannya secara tepat pula. Seorang pengajar penting untuk mencurahkan perhatian dan pemikirannya terhadap disiplin ilmunya, termasuk yang didapatkannya dari penelitian. Pengetahuan pengajar terhadap materi pelajaran direfleksikan juga dalam kemampuannya memilih buku teks, bahan bacaan dan daftar referensi, isi pengajaran serta silabus pelajaran. Keempat, sikap yang positif kepada siswa. Sikap-sikap yang disukai siswa di antaranya ialah pemberian pertolongan oleh pengajar atau instruktur ketika siswa mengalami kesulitan berkenaan dengan materi pelajaran, pemberian kesempatan mengajukan pertanyaan atau mengekspresikan opini siswa, dan kepedulian terhadap hal-hal yang dipelajari siswa. Sikap positif terhadap siswa dicerminkan pula dalam dukungan dan kepercayaan diri siswa. Mengajar yang efektif sesungguhnya melibatkan harapan-harapan yang tepat, pembimbingan dan dorongan kepada siswa. Kelima, adil dalam ujian dan penilaian. Sejak awal pembelajaran, siswa harus diberitahu mengenai jenis-jenis penilaian seperti karya tulis, proyek, ujian, kuisAgus riyant/0102512102 Page 8

Tugas Akhir semester Penelitian Kependidikan

kuis, yang akan dijumlahkan pada akhir perkuliahan. Keterkaitan masing-masing materi yang tercakup dalam pelajaran merupakan aspek penting dari keadilan. Konsistensi penting bagi tujuan pelajaran, isi pelajaran, ujian, kuis-kuis, dan penilaian. Batas waktu dan manfaat umpan balik mengenai kinerja siswa, juga merupakan elemen penting dari keadilan sebagaimana kesesuaian antara beban kerja dengan kredit yang diterima. Umpan balik dalam bentuk peringkat dan komentar tidak hanya dapat menjadi indikator pencapaian pengetahuan relatif siswa terhadap dibanding rekan sekelasnya, tetapi harus dapat pula menjadi indikator pertumbuhan pribadi. Keenam, fleksibel dalam pendekatan mengajar. Pengajar yang jarang mencoba pendekatan instruksional yang beragam mengindikasikan kehilangan semangat mengajar. Variasi pendekatan instruksional berguna dalam menyempurnakan bermacam-macam peraturan dan tujuan-tujuan pelajaran, serta dalam merespons keragaman latar belakang individual siswa. Dengan memvariasikan langkah-langkah instruksional yang mempertimbangkan keragaman siswa akan memungkinkan pencurahan perhatian yang lebih baik dari siswa terhadap materi pelajaran.

2.2. Pendekatan Supervisi Klinis Supervisi klinik, mula-mula diperkenalkan dan dikembangkan oleh Morris L. Cogan, Robert Goldhammer, dan Richarct Weller di Universitas Harvard pada akhir dasa warsa lima puluh tahun dan awal dasawarsa enam puluhan (Krajewski,1982). Ada dua asumsi yang mendasari praktek supervisi klinik. Pertama, pengajaran merupakan aktivitas yang sangat kompleks yang memerlukan pengamatan dan analisis secara berhati-hari melalui pengamatan dan analisis ini, supervisor pengajaran akan mudah mengembangkan kemampuan guru mengelola proses pembelajaran. Kedua, guru-guru yang profesionalnya ingin dikembangkan lebih menghendaki cara yang kolegial daripada cara yang outoritarian (Sergiovanni, 1987). Pada mulanya, supervisi klinik dirancang sebagai salah satu model atau pendekatan dalam melakukan supervisi pengajaran terhadap calon guru yang sedang berpraktek
Agus riyant/0102512102 Page 9

Tugas Akhir semester Penelitian Kependidikan

mengajar. Dalam supervisi ini ditekanannya pada klinik, yang diwujudkan adalah bentuk hubungan tatap muka antara supervisor dan calon guru yang sedang berpraktek, Cogan (1973) mendefinisikan supervisi klinik sebagai berikut : The rational and practice designed to improve the teachersupervisi classroom performance. It takes its principal data from the events of the classroom. The analysis of these data and the relationships between teacher and supervisor from the basis of the program, procedures, and strategies designed to improve the studentsupervisi learning by improving the teachersupervisi classroom behavior (Cogan 1973, halaman 54). Sesuai dengan pendapat Cogan ini, supervisi klinik pada dasarnya merupakan pembinaan performansi guru mengelola proses belajar mengajar. Pelaksanaannya didesain dengan praktis secara rasional. Baik desainnya maupun pelaksanaannya dilakukan atas dasar analisis data mengenai kegiatan-kegiatan di kelas. Data dan hubungan antara guru dan supervisor merupakan dasar program prosedur, dan strategi pembinaan perilaku mengajar guru dalam mengembangkan belajar murid-murid. Cogan sendiri menekankan aspek supervisi klinik pada lima hal, yaitu (1) proses supervisi klinik, (2) interaksi antara calon guru dan murid, (3) performansi calon guru dalam mengajar, (4) hubungan calon guru dengan supervisor, dan (5) analisis data berdasarkan peristiwa aktual di kelas. Tujuan supervisi klinik adalah untuk membantu memodifikasi pola-pola pengajaran yang tidak atau kurang efektif. Menurut Sergiovanni (1987) ada dua sasaran supervisi klinik, yang menurut penulis merefleksi multi tujuan supervisi klinik, yang menurut penulis merefleksi multi tujuan supervisi pengajaran, khususnya pengembangan profesional dan motivasi kerja guru, sebagaimana telah dikemukakan dalam bab I. Di satu sisi, supervisi klinik dilakukan untuk membangun motivasi dan komitmen kerja guru. Di sisi lain, supervisi klinik dilakukan untuk menyediakan pengembangan staf bagi guru. Sedangkan menurut dua orang teoritisi lainnya, yaitu Acheson dan Gall (1987) tujuan supervisi klinik adalah meningkatkan pengajaran guru dikelas. Tujuan ini dirinci lagi ke dalam tujuan yang lebih spesifik, sebagai berikut.

Agus riyant/0102512102

Page 10

Tugas Akhir semester Penelitian Kependidikan

1.

Menyediakan umpan balik yang obyektif terhadap guru, mengenai pengajaran yang dilaksanakannya.

2. 3.

Mendiagnosis dan membantu memecahkan masalah-masalah pengajaran. Membantu guru mengembangkan keterampilannnya menggunakan strategi pengajaran.

4.

Mengevaluasi guru untuk kepentingan promosi jabatan dan keputusan lainnya.

5.

Membantu guru mengembangkan satu sikap positif terhadap pengembangan profesional yang berkesinambungan.

Demikianlah sekilas konsep spuervisi klinik bila disimpulkan, maka karakteristik supervisi klinik sebagai berikut ; supervisi klinik berlangsung dalam bentuk hubungan tatap muka antara supervisor dan guru, tujuan supervisi klinik itu adalah untuk pengembangan profesional guru. Kegiatan supervisi klinik ditekankan pad aspek-aspek yang menjadi perhatian guru serta observasi kegiatan pengajaran di kelas, observasi harus dilakukan secara cermat dan mendetail, analisis terhadap hasil observasi harus dilakukan bersama antara supervisor dan guru dan hubungan antara supervisor dan guru harus bersifat kolegial bukan autoritarian.

2.3. Peranan MGMP dalam Meningkatkan Kompetensi Pribadi Guru Adanya MGMP akan terjadi interaksi antar teman sejawat/antar para peserta MGMP sehingga dapat melatih diri untuk mau menerima dan memberikan pendapat, saran, kritik dan masukan yang berkaitan dengan tugas dan profesinya. Bahkan kegiatan MGMP dapat digunakan sebagai wadah untuk tukar-menukar pengalaman pribadi terutama dalam melaksanakan misi pendidikan di masyarakat. Karena manusia sebagai makhluk sosial dimana antara yang satu dengan yang lain saling berhubungan dan saling membutuhkan. Oleh karena itu dalam kegiatan MGMP juga terjadi hubungan antar peserta MGMP. Dalam mengadakan hubungan inilah
Agus riyant/0102512102 Page 11

Tugas Akhir semester Penelitian Kependidikan

dapat dibiasakan untuk menerapkan sifat-sifat yang terpuji misalnya, sabar, demokratis, menghargai pendapat orang lain, sopan santun dan tanggap terhadap pembaharuan. Tanpa adanya sikap terpuji ini sulit kegiatan MGMP dapat berjalan dengan lancar, karena masing-masing anggota memiliki tewmperamen, karakter dan watak yang berbeda yang dapat menimbulkan perselisihan dan mengganggu kegiatan MGMP. Kegiatan MGMP yang merupakan wadah dalam menyelesaikan masalah, maka akan melatih para guru untuk mampu menyelesaikan masalah-masalah yang ada bahkan dapat memberikan bantuan pada siswanya yang mengalami kesulitan-kesulitan dalam belajar. Dalam proses belajar mengajar penampilan guru juga memberikan andil yang besar. Oleh karena itu dengan adanya MGMP ini guru-guru diharapkan akan berpenampilan yang menyenangkan baik dalam proses belajar mengajar maupun di luar proses belajar mengajar. Adanya penampilan yang baik ini karena didukung oleh sikap percaya diri dan penuh keyakinan terhadap hasil-hasil yang diperoleh dalam kegiatan MGMP tersebut. Secara pribadi intelektualitas guru yang telah mengikuti kegiatan MGMP akan meningkat sejalan dengan penguasaan terhadap materi pelajaran, pembuatan program pengajaran serta membuat penilaian terutama yang menyangkut ranah afektif. Dengan berbagai masalah yang timbul dalam kegiatan belajar mengajar yang selanjutnya dapat dipecahkan dalam kegiatan MGMP sedikit banyak akan mendorong anggota MGMP untuk mengadakan penelitian sederhana untuk keperluan pengajaran.

BAB III Metode Penelitian

3.1.

Pendekatan dan Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan research and Development, dengan dua tahapan penelitian, yaitu :

Agus riyant/0102512102

Page 12

Tugas Akhir semester Penelitian Kependidikan

Tahap Pertama : dilakukan penelitian secara kualitatif untuk mendapatkan model supervisi klinis dengan memberdayakan MGMP.

Tahap ke dua

: dilakukan penelitian secara kuantitatif untuk mengetahui

besarnya pengaruh supervisi klinis dengan memberdayakan MGMP terhadap kompetensi guru. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Pada tahap pertama : penelitian dilakukan dengan pembuatan model supervisi klinis dengan memberdayakan MGMP yaitu dimana pada model supervisi klinis yang ada saat ini diyakini memeiliki beberapa kelemahan. Pada model supervisi klinis dengan memberdayakan MGMP memiliki kelebihankelebihan dalam pelaksanaannya maupun hasil yang ditimbulkan untuk kemampuan profesional guru, dalam penelitian ini kemempuan profesional guru yang diukur mencakup : (1) penguasaan pelajaran yang terdiri atas penguasaan bahan yang harus diajarkan, dan konsep-konsep dasar keilmuan dari bahan yang diajarkan itu; (2) penguasaan dan penghayatan atas landasan dan wawasan kependidikan dan keguruan; (3) penguasaan proses-proses kependidikan, keguruan dan pembelajaran siswa. Sehingga desain dalam penelitian ini menggunakan desain Pre-eksperimen dengan One-Shot Case Study adalah sebagai berikut :

X O

X= Treatment yang diberikan (variabel Independent) O = Observasi (Variabel Dependen)

(Sugiyono,2010) Paradigma tersebut dapat dibaca sebagai berikut : terdapat suatu kelompok diberi treatment/perlakuan, dan selanjutnya diobservasi hasilnya . 3.2. Prosedur Penelitian Seperti dijelaskan oleh Borg & Gall (1983:772) Educational research and development (R & D) is a process used to develop and validate educational products. Maksud penggunaan istilah produk pendidikan (educational products) dijelaskan lebih jauh, tidak hanya mencakup wujud material seperti buku-buku teks, film-film pembelajaran dsb;
Agus riyant/0102512102 Page 13

Tugas Akhir semester Penelitian Kependidikan

tetapi juga berhubungan dengan pengembangan proses dan prosedur, seperti pengembangan metoda atau model. Dengan dasar tersebut, maka pendekatan penelitian dan pengembangan dipandang memiliki relevansi yang tinggi untuk mengembangkan model pemerataan dan perluasan akses pendidikan bermutu berbasis potensi daerah dan standar nasional pendidikan. a. Research and information collecting; termasuk dalam langkah ini antara lain studi literatur yang berkaitan dengan permasalahan yang dikaji, dan persiapan untuk merumuskan kerangka kerja penelitian; b. Planning; termasuk dalam langkah ini merumuskan kecakapan dan keahlian yang berkaitan dengan permasalahan, menentukan tujuan yang akan dicapai pada setiap tahapan, dan jika diperlukan melaksanakan studi kelayakan secara terbatas; c. Develop preliminary form of product, yaitu mengembangkan bentuk permulaan dari produk yang akan dihasilkan. Termasuk dalam langkah ini adalah persiapan komponen pendukung, menyiapkan pedoman dan buku petunjuk, dan melakukan evaluasi terhadap keyakan alat-alat pendukung; d. Preliminary field testing, yaitu melakukan ujicoba lapangan awal dalam skala terbatas, dengan melibatkan beberapa anggota MGMP. Pada langkah ini pengumpulan dan analisis data dapat dilakukan dengan cara wawancara, observasi atau angket; e. Main product revision, yaitu melakukan perbaikan terhadap produk awal yang dihasilkan berdasarkan hasil ujicoba awal. Perbaikan ini sangat mungkin dilakukan lebih dari satu kali, sesuai dengan hasil yang ditunjukkan dalam ujicoba terbatas, sehingga diperoleh draft produk (model) utama yang siap diujicoba lebih luas; f. Main field testing, biasanya disebut ujicoba utama yang dilakukan pada seluruh anggota dalm MGMP; g. Operational product revision, yaitu melakukan perbaikan/penyempurnaan terhadap hasil ujicoba lebih luas, sehingga produk yang dikembangkan sudah merupakan desain model operasional yang siap divalidasi;

Agus riyant/0102512102

Page 14

Tugas Akhir semester Penelitian Kependidikan

h. Operational field testing, yaitu langkah uji validasi terhadap model operasional yang telah dihasilkan; i. Final product revision, yaitu melakukan perbaikan akhir terhadap model yang dikembangkan guna menghasilkan produk akhir (final); j. Dissemination and implementation, yaitu langkah menyebarluaskan

produk/model yang dikembangkan; 3.3. Subjek Penelitian Yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah anggota aktif MGMP otomotif kabupaten wonogiri dengan jumlah 120 orang. 3.4. Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dilaksanakan dengan observasi menggunakan angket yang telah divalidasi sebelummya. 3.5. Teknik Analisis Data a. Analisis Diskriptif. b. Analisis Validitas dan reliabilitas.

DAFTAR PUSTAKA
Agus riyant/0102512102 Page 15

Tugas Akhir semester Penelitian Kependidikan

Arikunto, S.2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Asdi Mahasatya. Bogdan, R.C. dan Biklen, S.K. 1990. Riset Kualitatif untuk Pendidikan : Pengantar Teori dan Metode. Alih bahasa : Munandir, Jakarta : Ditjen Dikti. Depdikbud. Creswell, J.W.1994. Research Design : Qualitative & Quantitative Approach, California: sage Publication Inc. --------------(2005). Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Republik Indonesia. Depdiknas. (2006). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Republik Indonesia. ------------- 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Republik Indonesia. ------------- 2006. Supervisi Akademik dalam Peningkatan Profesionalisme Guru: Kompetensi Supervisi Kepala Sekolah Pendidikan Dasar. Direktorat Tenaga Kependidikan Ditjen PMPTK Depdiknas. Hopkins, D. 2008. A Teachers Guide to Classroom Research. Four h Edition. Kondon: McGraw Hill. Ibrahim, R. 1999. Catatan Kuliah Metodologi Penelitian Kualitatif PPs. IKIP Bandung. La Sulo.1998. Supervisi Klinis. Proyek Pendidikan Guru Sekolah Menengah. Ditjen Dikti. Jakarta: Depdiknas. Muhamad, Masri, Drs, 1998. Petunjuk Teknis Penyelenggara MGMP SLTP dan SLTA. Depdikbud. Jakarta. Mills, G.E. 2003. Action Research A Guide for The Teacher Research. Second Edition. Upper Saddle River, New Jersey: Merrill Prentice Hall. Muhadjir, Noeng. 1989. Metodologi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Rake Sarasin. Mukhadis. 2003. Pengorganisasian Isi Pembelajaran Type Prosedural: Kajian Empirik pada Latar Sekolah Menengah Kejuruan Rumpun Teknologi. Malang: UM Malang.
Agus riyant/0102512102 Page 16

Tugas Akhir semester Penelitian Kependidikan

Sergiovanni, T.J. 1982. Supervision of Teaching. Alexandria: Association for Supervision and Curriculum Development. Sarulah, Basir, Nursan. 2005. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Type Jigsaw pada Standar Kompetensi Peraturan Perundang-undangan dalam Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas VII-C pada SMPN 1 Ranomeeto. Laporan Hasil Penelitian. Kendari: DIPA LPMP Sultra. Soehardjono. 2003. Meningkatkan Mutu Pembelajaran: Merancang, Menyajikan, dan Mengevaluasi Pembelajaran. Kumpulan Tulisan Soehardjono. Suhardjono. 2009. Tanya Jawab tentang PTK dan PTS. Naskah Buku. Sudjana. N. 2001. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Rosdakarya. Sullivan, S. & Glanz, J. 2005. Supervision that Improving Teaching Strategies and Techniques. Thousand Oaks, California: Corwin Press. Wibawa. B. 2004. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Depdiknas. Tugas Supervisi Pengawas Sekolah

Agus riyant/0102512102

Page 17

You might also like