Professional Documents
Culture Documents
DISUSUN OLEH :
VERONICA ARI HANDRIANI
113063A08047
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan manusia. Tanpa kondisi tubuh
yang sehat, manusia tidak bisa melakukan aktivitas secara optimal bahkan banyak
orang yang mengeluarkan biaya yang mahal untuk memperoleh kesehatan. Saat
sakit, muncul perilaku sakit yaitu mencari pelayanan kesehatan untuk memperoleh
penyembuhan atau pemecahan masalah kesehatannya(Notoadmojo,2010). Orang
yang sakit tentu saja menginginkan agar kondisinya segera sembuh. Bagi pasien
yang di rawat inap di rumah sakit pasti tidak ingin terlalu lama berada di rumah
sakit selain ingin segera sembuh tetapi juga ingin mengurangi pengeluaran biaya
untuk rumah sakit. Hal ini didukung dengan penelitian Setiawan H(2005) bahwa
ada hubungan yang signifikan antara lama rawat dengan biaya rumah sakit.
Semakin lama pasein berada di rumah sakit, maka semakin besar pula biaya yang
harus dikeluarkan pasien untuk pengobatan biaya inap rumah sakit.
Rumah sakit adalah bentuk organisasi pelayanan kesehatan yang bersifat
komprehensif, mencakup aspek promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif, serta
sebagai pusat rujukan kesehatan masyarakat. Hakikat dasar dari Rumah Sakit
adalah pemenuhan kebutuhan dan tuntutan pasien yang mengharapkan
penyelesaian masalah kesehatannya pada rumah sakit. Pasien memandang bahwa
hanya rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan medis sebagai upaya
penyembuhan dan pemulihan atas rasa sakit yang dideritanya. Pasien
mengharapkan pelayanan yang siap, cepat, tanggap dan nyaman terhadap keluhan
Johnson, cepat atau lambatnya lama rawat seseorang di rumah sakit tergantung
pada kelas perawatan dan jenis penyakit (Djohan, 2011). Berdasarkan penelitian
yang dilakukan oleh Syamsiatun dkk (2003) tentang Hubungan Status Gizi Awal
dengan Lama Rawat dan Status Pulang Pasien di Rumah Sakit Jamil, Sardjito dan
Sanglah menurut karakteristik responden bahwa ada hubungan yang signifikan
antara usia, kelas perawatan dan jenis penyakit. Usia berhubungan erat dengan
kesehatan, karena pada usia dewasa tercapainya daya tuhan tubuh yang paling
baik dan jenis kelamin menunjukkan adanya penyakit yang hanya diderita oleh
pria atau wanita saja.(Azwar, 1999). Menurut Johnson bahwa lama rawat penyakit
akut lebih cepat dibandingkan penyakit kronis(Djohan, 2011).
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada tanggal 9
Februari 2012 pada hasil observasi data sekunder selama 5 tahun terakhir yaitu
tahun 2007-2011 didapatkan rata-rata lama rawat inap pasien umum adalah
4,5,4,5,5. Hal ini menunjukkkan bahwa lama rawat inap setiap orang berbedabeda dan dengan melihat catatan buku pulang pasien lama rawat ada yng
singkat(< 3 hari), sedang (4-7 hari), dan lama (>7 hari). Tercatat pula karakteristik
seperti usia, jenis kelamin, kelas perawatan, lama rawat, diagnosa penyakit dan
keadaan pulang pasien yang sebagian besar yaitu 75% pulang dalam keadaan
sembuh, tidak sembuh, atas permintaan sendiri, meninggal, perintah dokter, dan
tanpa keterangan, namun bagian rekam medis tidak melihat lama rawat pasien
dari segi karakteristik tersebut.
Dari masalah yang ditemukan, peneliti tertarik untuk mempelajari data
sekunder tersebut, mencoba mendeskripsikan dan ingin melihat perbedaan lama
rawat berdasarkan karakteristik tersebut yakni usia, jenis kelamin, kelas perawatan
dan diagnosa penyakit dengan lama rawat inap berdasarkan buku catatan pulang
pasien Rumah Sakit Suaka Insan Banjarmasin karena hal ini merupakan sesuatu
yang menarik untuk dipelajari, diketahui dan dikembangkan dan juga merupakan
indikator kepuasan yang dicapai suatu rumah sakit guna semakin meningkatkan
dan memberikan pelayanan yang dapat memuaskan bagi pengguna jasa.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah dikemukakan, maka dapat dirumuskan
masalah yaitu :
1. Bagaimana gambaran lama rawat inap pasien di Rumah Sakit Suaka Insan
Banjarmasin?
Dilihat dari :
a.) Usia
b.) Jenis Kelamin
c.) Kelas Perawatan
d.) Diagnosa Penyakit
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran lama rawat inap pasien di Rumah Sakit Suaka Insan
Banjarmasin?
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran lama rawat inap pasien berdasarkan usia
Rumah Sakit Suaka Insan tahun 2012, tidak menguji pengaruh dan pada
sampel yang berbeda.
Persamaannya adalah ingin mengetahui lama rawat inap pasien.
2. Pujiyanto, Tri Ismu (1996). Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan
Lama Hari Rawat di Bagian Penyakit Dalam Rumah Sakit Kotamadya Dati
II Semarang Tahun 1995. Pada penelitian ini bertujuan mengetahui
gambaran mengenai jumlah pemeriksaan, hari pulang, diagnosis penyakit,
jenis penyakit, umur, jenis kelamin, pembayar biaya hari rawat serta
hubungan beberapa faktor tersebut dengan lama hari rawat. Jenis penelitian
ini adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional dan tekhnik
retrospektif. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan random
sampling. Hasil penelitian ini adalah adanya hubungan yang bermakna
antara umur dengan lama hari rawat (nilai r=0,34689), ada hubungan
antara jenis penyakit dengan lama hari rawat (nilai X2=98,252), ada
hubungan antara diagnosis penyakit dengan lama hari rawt (nilai
X2=174,631), ada hubungan antara banyak pemeriksaan penunjang dengan
lama hari rawat (nilai r = 0,50866), ada hubungan antara sumber biaya
perawatan dengan lama hari rawat (nilai X2=15,101), ada hubungan antara
hari pulang dengan lama hari rawt (nilai X2= 21,938). Sedangkan faktor
jenis kelamin dan hari masuk tidak terdapat bukti berhubungan dengan
lama hari rawat.
Persamaan pada penelitian ini adalah mengetahui gambaran lama rawat
inap berdasarkan usia, jenis kelamin dan diagnosa penyakit. Dilakukan
pada waktu dan tempat berbeda yaitu di Rumah Sakit Suaka Insan tahun
2012. Dengan metode deskriptif analitik dengan pendekatan cross
sectional.
Perbedaan pada penelitian ini, juga ingin mengetahui lama rawat
berdasarkan kelas perawatan. Pengambilan sampel dengan tekhnik
purposive sampling.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
1. Konsep Sehat-Sakit
Sehat menurut WHO adalah suatu keadaan yang lengkap meliputi
kesejahteraan fisik, mental dan sosial dan bukan hanya bebas dari penyakit dan
kecacatan. Dengan ini diharapkan adanya keseimbangan yang serasi dalam
interaksi antara manusia dan makhluk hidup dengan lingkungannya. Menurut UU
Kesehatan No.36 tahun 2009 kesehatan adalah keadaan sehat baik secara fisik,
mental dan spiritual yang memungkinkan seseorang dapat hidup produktif baik
secara sosial dan ekonomis(Mukono, 2005). Menurut Parson sehat adalah
kemampuan optimal individu untuk menjalankan peran dan tugasnya secara
efektif. Menurut UU Kesehatan RI No.23 Tahun 1992 sehat adalah keadaan
sejahtera tubuh, jiwa, sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup
produktif secara sosial dan ekonomis(Asmadi,2007).
penyembuhan atau teratasi masalah kesehatan yang lain. Saat seseorang sakit,
muncul perilaku seperti mengabaikan keadaan sakit tersebut, mengambil tindakan
dengan melakukan pengobatan sendiri dan mencari penyembuhan atau
pengobatan keluar yakni ke fasilitas pelayanan kesehatan baik yang tradisional
maupun modern( Notoadmojo, 2010).
3. Perjalanan Penyakit
Jika ditinjau proses terjadi pada orang sehat,menderita penyakit dan
terhentinya penyakit tersebut (natural history of disease) terutama untuk penyakit
infeksi, dibedakan atas 5 tahap :
1)Tahap pre-patogenesa
Dalam tahap ini sebenarnya telah terjadi interaksi antara pejamu
dengan bibit penyakit tetapi belum masuk ke dalam tubuh.
2)Tahap Inkubasi
Jika bibit penyakit telah masuk ke dalam tubuh pejamu, tetapi gejala
penyakit belum nampak. Jika daya tahan tubuh tidak kuat, tentu
penyakit akan berjalan terus yang mengakibatkan terjadinya gangguan
pada bentuk dan fungsi tubuh.
3)Tahap Penyakit dini
Tahap ini mulai dari munculnya gejala penyakit meskipunpejamu jatuh
sakit sifatnya masih ringan. Umumnya masih dapat beraktivitas dan
tidak perlu perawatan karena dapat dilakukan dengan berobat jalan.
4)Tahap penyakit Lanjut
a. Tahap Admission, yaitu pasien dengan penuh kesabaran dan keyakinan dirawat
tinggal dirumah sakit.
b. Tahap diagnosis, yaitu pasien diperiksa dan ditegakkan diagnosisnya.
c. Tahap treatment, yaitu berdasarkan diagnosis pasien dimasukkan dalam
program perawatan dan terapi
d. Tahap Inspection, yaitu secara terus menerus diobservasi dan dibandingkan
pengaruh serta respon pasien atas pengobatan.
e. Tahap Control, yaitu setelah dianalisa kondisinya, pasien dipulangkan.
Pengobatan diubah atau diteruskan, namun dapat juga kembali ke proses untuk
didiagnosa ulang.
Jadi rawat inap adalah pelayanan pasien yang perlu menginap dengan cara
menempati tempat tidur untuk keperluan observasi, diagnosa dan terapi bagi
individu dengan keadaan medis, bedah, kebidanan, penyakit kronis atau
rehabilitasi medik atau pelayanan medik lainnya dan memerlukan pengawasan
dokter dan perawat serta petugas medik lainnya setiap hari(Anjaryani, 2009).
Persyaratan Teknis Sarana Bangunan Instalasi Rawat Inap:
1. Lokasi
(a) Bangunan rawat inap harus terletak pada lokasi yang tenang, aman dan
nyaman, tetapi tetap memiliki kemudahan aksesibiltas atau pencapaian dari
sarana penunjang rawat inap.
(b) Bangunan rawat inap sebaiknya terletak jauh dari tempat tempat
pembuangan kotoran, dan bising dari mesin/generator.
2. Denah
a. Persyaratan Umum
(1) Pengelompokan ruang berdasarkan kelompok aktivitas yang sejenis
hingga tiap kegiatan tidak bercampur dan tidak membingungkan pemakai
bangunan.
(2) Perletakan ruangannya terutama secara keseluruhan perlu adanya
hubungan antar ruang dengan skala prioritas yang diharuskan dekat dan
sangat berhubungan/membutuhkan.
(3) Akses pencapaian ke setiap blok/ruangan harus dapat dicapai dengan
mudah.
(4) Kecepatan bergerak merupakan salah satu kunci keberhasilan
perancangan, sehingga blok unit sebaiknya sirkulasinya dibuat secara
linier/lurus (memanjang)
(5) Jumlah kebutuhan ruang harus disesuaikan dengan kebutuhan jumlah
pasien yang akan ditampung.
(6) Sinar matahari pagi sedapat mungkin masuk ke dalam ruangan.
(7) Alur petugas dan pengunjung dipisah.
(8) Besaran ruang dan kapasitas ruang harus dapat memenuhi persyaratan
minimal.
b. Persyaratan khusus.
(1) Tipe ruang rawat inap, terdiri dari :
a) Ruang rawat inap 1 tempat tidur setiap kamar (VIP).
b) Ruang rawat inap 2 tempat tidur setiap kamar (Kelas 1)
c) Ruang rawat inap 4 tempat tidur setiap kamar (Kelas 2)
d) Ruang rawat inap 6 tempat tidur atau lebih setiap kamar (kelas 3).
(2) Khusus untuk pasien-pasien tertentu harus dipisahkan (Ruang Isolasi),
seperti :
a) Pasien yang menderita penyakit menular.
b) Pasien dengan pengobatan yang menimbulkan bau (seperti penyakit
tumor, ganggrein, diabetes, dan sebagainya).
c) Pasien yang gaduh gelisah (mengeluarkan suara dalam ruangan).
Keseluruhan ruang-ruang ini harus terlihat jelas dalam
kebutuhan
jumlah
dan
jenis
pasien
yang
akan
dirawat
lama
perawatan
semua
penderita
misalnya
dihitung
selama
setahun(Supriyanto&Djohan, 2011).
AVLOS (Average Length of Stay = Rata-rata lamanya pasien dirawat)
AVLOS menurut Huffman (1994) adalah The average hospitalization stay of
inpatient discharged during the period under consideratio. L atau rata-rata
perawatan yang baik berkisar antara 5-7 hari perawatan. Ini juga tergantung ruang
rawat inapnya dan jenis penyakit(Supriyanto&Djohan, 2011). AVLOS menurut
Depkes RI (2005) adalah rata-rata lama rawat seorang pasien. Indikator ini
disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan
gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis tertentu dapat
dijadikan hal yang perlu pengamatan yang lebih lanjut. Secara umum nilai
AVLOS yang ideal antara 6-9 hari (Depkes, 2005). Rumus : AVLOS = Jumlah
lama dirawat / Jumlah pasien keluar (hidup (sembuh atau tidak) + mati).
(Http://www.google.com/indikator-indikator pelayanan rawat inap rumah sakit,
diakses 16 Januari 2012).
sedangkan informasi klinik (bagian tubuh yang terluka, skor trauma) (Brasel et al,
2007).
7. Karakteristik responden
Karakteristik adalah ciri khusus yang mempunyai sifat khas sesuai dengan
perwatakan tertentu.
pemilikan dan pendapatan, maupun non fisik seperti pengalaman dan kebutuhan
yang dapat beraneka ragam(Anjaryani, 2009).
Abramson menyatakan bahwa jenis kelamin, umur, paritas, etnis, agama,
status perkawinan, status sosial meliputi pendidikan, pekerjaan, pendapatan,
kepadatan rumah, tempat tinggal yang meliputi desa-kota dan morbiditas
merupakan variabel-variabel universal yang harus diperhitungkan untuk
diikutsertakan dalam suatu penelitian meskipun tidak secara otomatis digunakan
sebagai variabel penelitian. Jumlah variabel sebanyak yang diperlukan dan
sesedikit mungkin(Anjaryani, 2009).
Gordon dan Lichert menyatakan jika kepekaan individu terhadap suatu
penyakit dilihat dari faktor keturunan, mekanisme pertahanan tubuh, umur, jenis
kelamin, ras, status perkawinan, pekerjaan, kebiasaan hidup(Azwar, 1999).
1) Umur
Menurut Rifai (1993) umur adalah usia yang dihitung mulai
dilahirkan sampai saat ulang tahun terakhir, sedangkan menurut Lukman,
1996 umur adalah usia atau lamanya waktu hidup sejak dilahiran atau
diadakan. Menurut Patel 1998, faktor umur yang dapat menyebabkan gagal
jantung yaitu : umur resiko rendah < 20 tahun, umur resiko sedang 20 40
tahun, umur resiko tinggi 41 55 tahun dan umur resiko sangat tinggi diatas
55 tahun. Menurut Rifai usia adalah usia yang dihitung mulai dilahirkan
sampai saat ulang tahun terakhir.
Umur ada kaitannya dengan daya tahan tubuh. Pada umumnya daya
tahan tubuh orang dewasa jauh lebih kuat daripada daya tahan tubuh bayi atau
anan-anak(Azwar, 1999).
Menurut Konz (1996) umur seseorang berbanding langsung dengan
kapasitas fisik sampai batas tertentu dan mencapai puncaknya pada umur 25
tahun. Pada umur 50-60 tahun kekuatan otot menurun sebesar 25%,
kemampuan sensoris-motoris menurun sebanyak 60% (Tarwaka dkk, 2004).
Menurut
Astrand&Rodahl,1997,Gradjean,1993,Genaidy,1996
dan
Anak-anak
mengalami
kesulitan
tidur,
mimpi
buruk
dan
melakukan ritual yang panjang sebelum tidur, kerena pada usia ini waktu
tidur sekitar 12 jam pada malam hari dan jarang untuk tidur siang.
c. Usia masa sekolah (Usia 6-12 tahun)
Pada usia anak sekolah, kecelakaan dan cedera merupakan masalah
kesehatan yang utama. Mereka memiliki pajanan yang lenih besar
terhadap lingkungan dengan pengawasan yang lebih sedikit, namun
kemampuan kognitif dan motorik akan membantu menghindarkan mereka
dari cidera yang tidak disengaja. Infeksi merupakan penyakit terbanyak
pada anak; infeksi saluran nafas memiliki prevalensi tertinggi. Penyakit flu
merupakan penyakit utama pada masa anak-anak. Da kaitan unsur
ekonomi dengan kesehatan, seperti halnya kemiskinan. Retardasi mental,
gangguan belajar, gangguan sensorik, dan malnutrisi adalah kasus yang
sering terjadi selain itu mortalitas bayi, masalah esehatan gigi, nutrisi
buruk, dan ketiadaan imunisasi.
d. Masa Remaja ( Usia 13-20 tahun)
Kecelakaan menjadi penyebab utama kematian pada remaja yang
mengakibatkan 74% kematian yang tidak disengaja pada anak usia 10-19
tahun. Kecelakaan tersebut dikaitkan dengan keracunan alkohol dan
penyalahgunaan obat-obatan. Kecelakaan bersepeda lebih besar 4 sampai 7
kali lipat pada pria dibandingkan wanita.
Pembunuhan merupakan penyebab kematian kedua pada kelompok
usia 15-24 tahun. Anak berusia 12 tahun atau lebih sangat mungkin
mengalami
pembunuhan
oleh
teman
atau
anggota
geng
yang
tertularnya
meningkatkan
penyakit
resiko
tersebut.
penyakit
Higiene
periodontal
gigi
seperti
yang
gingivitis
buruk
dan
periodontitis.
Ketergantungan obat-obatan perangsang atau penenang juga dapat
menyebabkan kematian. Overdosis obat perangsang dapat menekan
system kardiovaskuler dan sistem saraf yang dapat mengakibatkan
kematian. Kafein adalah zat perangsang alami legal yang tersedia dalam
minuman karbonat,makanan yang mengandung cokelat, kopi, the, serta
obat-obatan seperti obat batuk, preparat alergi, analgesik dan penekan
nafsu makan. Kafein menstimulasi pelepasan katekolamin, meningkatkan
sekresi asam lambung, kecepatan jantung dan kecepatan metabolisme
basal. Hal ini akan memengaruhi tekanan darah, memingkatkan diuresis
dan merelaksasita dan otot polos.
f. Masa Dewasa Menengah (Usia 30an-60an)
Secara umum, dewasa menengah dimulai dari awal sampai
pertengahan usi 30-an dan sampai akhir usia 60-an. Pada masa ini mulai
terjadi penurunan fisiologis tubuh. Tampak rambut mulai memutih, kulit
keriput dan penebalan pinggang. Penurunan fungsi pendengaran dan
ketajaman penglihatan. Perubahan fisiologis yang paling signifikan adalah
menopause pada wanita dan klimakterium pada pria. Menopause adalah
beresiko
lebih
tinggi
terkena
penyakit
jantung
dan
anemia, gangguan makan dan gangguan pada otot serta tulang lebih banyak
ditemukan pada perempuan daripada laki-laki. Berbagai penyakit atau
gangguan hanya menyerang perempuan, misalnya gangguan kesehatan yang
berkaitan dengan kehamilan dan kanker serviks; sementara itu hanya laki-laki
yang dapat terkena kanker prostat(Azwar, 1999). Kombinasi antara faktor
jenis kelamin dan peran gender dalam kehidupan sosial, ekonomi dan budaya
seseorang dapat meningkatkan resiko terhadap terjadinya beberapa penyakit,
sementara
sisi
lain
memberikan
perlindungan
terhadap
penyakit
sedangkan
pada
laki-laki
sedikit
lebih
tinggi
yaitu
fasilitasnya
maka
nilai
nominal
yang
dikeluarkan
semakin
perawatan
mempunyai
pengaruh
terhadap
lama
rawat
enam sampai
sembilan per hari, dengan biaya yang signifikan dalam dokumen tambahan,
rumah
tangga,
transportasi
pasien,
instruksi
pengobatan,
dll(Swanson&Wojnar, 2004).
Thomas dan Goldin (1975) berpendapat bahwa secara ekonomi kamar
dengan muti room adalah yang paling efisien. Dalam jenis kamar, pasien
dapat ditempatkan sepanjang satu koridor, memfasilitasi pengawasan pasien
dan mengurangi jumlah perawat menghabiskan waktu untuk bolak-balik.
Thomas dan Goldin mengusulkan ruangan dengan enam tempat tidur dengan
tiga tempat tidur di setiap sisi ruangan sebagai konfigurasi yang paling
ekonomis. Biaya yang terkait dengan waktu tempuh perawat dikurangi dalam
multi room dibandingkan dengan single room. Lalu Lintas biaya / perawat
biaya perjalanan waktu lebih tinggi di kamar pribadi, dan ini meningkatkan
secara proporsional sebagai jumlah pasien dalam penurunan kamar (Delon &
Smalley, 1970). Keuntungan dari single room misalnya, membantu pemulihan
dalam perawatan pasien, pengurangan risiko infeksi silang, dan fleksibilitas
perawatan medis dan hal-hal lainya yang berkaitan dengan biaya rumah
sakit(Libster, 2008).
Lama perawatan pasien berhubungan dengan biaya rumah sakit. Harihari pertama saat rawat inap umumnya adalah yang paling mahal, terlepas dari
jenis penyakit (Berry, 1974) dan dengan mengurangi lama rawat ini, biaya
rumah sakit menjadi lebih efisien (Smet, 2002). Gallant & Lanning (2001)
menyatakan bahwa pasien yang tinggal di single room cenderung lebih cepat
sembuh dari 9,5 hari menjadi 5,4 hari(Schweitzer et al, 2004).
Menurut Jones (1995) perpindahan kamar pasien bisa terjadi kira-kira
empat kali selama masa perawatan dan hal ini 40% tugas perawat tidak
terfokuskan pada masalah-masalah pasien. Menurut Hill-Rom (2000) bahwa
sebagian besar pasien pindah dari kamar multi room ke single room karena
mereka merasa lebih cocok dan nyaman berada di ruangan single room
daripada multi room. Studi berkelanjutan baru-baru ini menunjukkan bahwa
menggunakan single room merupakan bagian dari proses desain penyembuhan
yang memiliki potensi mengurangi lama rawat pasien di rumah sakit dan
dengan demikian mengurangi asupan obat nyeri di kamar pribadi. Desain
ruang pribadi yang mendukung kehadiran anggota keluarga mengurangi
pasien mengalami kecelakaan seperti terjatuh (Ulrich, 2003) dan dapat
mengurangi kebutuhan jam perawat per pasien, karena anggota keluarga turut
hipotalamus
melepaskan
corticothropin
(CRF)
yang
akan
1997).
Kortisol,
glucocorticoid
mengstimulasi
yang
mana
akan
mempengaruhi
kesembuhan(Rubert,
rentan
terkena
penyakit
dan
mengganggu
proses
penyembuhan(Ulrich, 2003).
Single bed rooms bermanfaat untuk komunikasi yang lebih baik
dengan staf, meminimalis konflik dengan teman sekamar, memperkecil
terjadinya kesalahan medis, menurunkan angka kejadian infeksi dan
kenyamanan dengan keluarga. Kehadiran keluarga membantu mengurangi
stres pasien itu sendiri dan juga kepedulian keluarga membantu mempercepat
proses penyembuhan(Swanson&Wajnar, 2004). Kamar dengan single bed
room menghindari juga dari beberapa stres lingkungan fisik, seperti
kebisingan. Nightingale berpendapat bahwa kebisingan yang tidak perlu harus
ditiadakan dan dihindari(Tomey&Alligood, 2008).
Kebisingan ini mengganggu tidur pasien sehingga menurunkan
kualitas tidur, meningkatkan tekanan darah, peningkatan denyut nadi dan
menurunkan kepuasan pasien. Kebisingan ini berasal dari teman sekamar,
pengunjung dari pasien yang lain, kehadiran staf yang menyebabkan stres
karena pasien tidak dikontrol dan merasa menjadi korban(Schweitzer et al,
2004). Kebisingan dapat juga berpengaruh pada berat badan dan
keseimbangan hormonal (Waqar, 2007). Kebisingan akan berpengaruh pada
faktor psikologis dan fisiologis seseorang. Mereka akan merasa terganggu
dengan tidurnya dan nantinya akan berpengaruh pada denyut jantung dan
tekanan darah(Meei shu dkk, 2003). Di kamar single ini juga suhu kamar
mudah dikontrol. Suhu panas atau dingin akan berpengaruh bagi kesehatan
individu(Subaris&Haryno,
lelah(Wingjosoebroto,
2007),
2008),
suhu
menyebabkan
keringat
pusing,
berlebihan,
mudah
penurunan
ragi yang dianggap flora normal pada vagina manusia. Parasit hidup pada
organisme hidup yang lain. Parasit meliputi protozoa, seperti protozoa
penyebab malaria, cacing dan arthropoda(Widoyono, 2008).
Infeksi dapat lokal atau sistemik. Infeksi lokal terbatas pada bagian
tubuh tertentu tempat mikroorganisme berada. Apabila mikroorganisme
tersebut menyebar dan merusak bagian tubuh lain disebut infeksi sistemik.
Selain itu, terdapat infeksi akut atau kronik. Pada umumnya, infeksi akut
terjadi sangat cepat atau berlangsung dalam waktu yang sangat pendek.
Infeksi kronik dapat terjadi lebih lambat, berlangsung dalam waktu yang
cukup lama dan dapat berlangsung selama berbulan-bulan atau bertahuntahun(Kozier dkk, 2010).
Penyakit infeksi antara lain seperti : tuberculosa, tetanus, beberapa
penyakit mencret, pneumonia (sebagian jenis), gonorrhea&sifilis, luka
yang meradang, sakit telinga, borok yang bernanah yang disebabkan oleh
bakteri. Disebabkan oleh virus antara lain demam, flu, campak, gondong,
cacar air, paralisis infatil (polio, mencret karena virus), rabies,
kutil.Disebabkan oleh parasit internal antara lain cacing amuba yang
tinggal di dalam usus menyebabkan disentri dan malaria, parasite yang
tinggal di dalam darah, parasit eksternal adalah kutu rambut, kutu hewan,
kutu busuk dan kudis(Gayo, 1998).
Inang yang rentan adalah individu yang beresiko mengalami
infeksi. Inang luluh imun adalah individu beresiko tinggi yang lenih
mudah terserang infeksi disbanding individu lain karena satu atau
dalam
mempertahankan
kecukupan
gizi,
sehingga
dirawat
inap
lebih
lama
dibandingkan
dengan
penyakit
adalah
jumlah
pemeriksaan
Lama Rawat
Jenis Kelamin
- Laki-laki
- Perempuan
(Pulang sembuh
atau mulai
sembuh)
Kelas Perawatan
- Single bedroom
- Multi bedroom
Jenis Penyakit
- Infeksi
- Non Infeksi
E. Pertanyaan Penelitian
Bagaimana gambaran lama rawat inap berdasarkan :
1. Usia
2. Jenis Kelamin
3. Kelas perawatan
4. Diagnosa penyakit
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
oleh
peneliti
untuk
dipelajari
dan
kemudian
ditarik
Keterangan :
n = besar sampel
N = besar populasi
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan selama 2 bulan yaitu pada bulan Maret sampai April
2012.
D. Identifikasi Variabel Penelitian
1. Variabel Dependen (Terikat) yaitu lama rawat inap
2. Variabel Independen (Bebas) yaitu usia, jenis kelamin, kelas perawatan
dan diagnosa penyakit.
E. Definisi Operasional
No
1.
2.
Variabel
Definisi
Operasional
Lama
Lama perawatan
rawat inap yaitu waktu yang
digunakan oleh
pasien terhitng
sejak tanggal
masuk sampai
tanggal keluar,
dihitung dalam
satuan hari.
Usia
Alat Ukur
Kategori
Skala
a. >5
rasio
hari(panja
ng)
b. 5
hari(pende
k)
4.
Kelas
perawatan
Kelas
perawatan adalah
tempat
dimana pasien di
rawat inap.
a. VIP(kelas ordinal
dengan
1
individu)
b. Ekonomi
(kelas dengan
beberapa
individu).....................................................
5.
Jenis
penyakit
Jenis
penyakit adalah
penyakit
yang diderita oleh
seseorang
dan
didapatkan
dari
diagnosa
dokter
dan
merupakan
diagnosa utama.
a. Penyakit
Infeksi
(penyebab
oleh
mikroorgani
sme,
virus&bersi
fat menular)
b. Penyakit
non infeksi
(penyakit
akibat
degeneratif
dan
berkembang
dalam
waktu yang
cukup
lama&tidak
menular)
a. Penyakit
infeksi
seperti
malaria,
difteri,
influenza,t
ipus,
diare,dll.
b. Penyakit
non
infeksi
seperti
penyakit
jantung,
kanker,str
oke.
nominal
F. Instrumen Penelitian
Instrumen yang dgunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu
buku catatan kepulangan pasien di bagian rekam medis.
D. Teknik Pengumpulan Data
Di sini peneliti akan menyiapkan lembaran kertas dalam bentuk kolom
berdasarkan variabel yang diinginkan oleh peneliti, lalu saat proses penelitian
berlangsung, peneliti akan menulis data-data yang berasal dari buku catatan
pulang pasien di bagian rekam medis ke dalam lembaran kertas yang telah
disiapkan oleh peneliti.
H. Jalannya Penelitian
1. Persiapan
Sebelum penelitian dilakukan, pada tahap ini dimulai dengan penyelesaian
administrasi/perizinan penelitian yaitu kampus STIKES Suaka Insan Banjarmasin
dan Rumah Sakit Suaka Insan Banjarmasin. Setelah mendapatkan ijin dari Rumah
Sakit Suaka Insan, peneliti akan memberitahu pada bagian rekam medis dan
meminta ijin juga untuk melaksanakan penelitian dengan mempelajari data
berdasarkan buku catatan pulang pasien.
2. Pelaksanaan
Pengumpulan data dilaksanakan di bagian kantor rekam medis dan
mencatat lama rawat pasien berdasarkan usia, jenis kelamin, kelas perawatan,
diagnosa penyakit pada selembar kertas yang sudah disiapkan oleh peneliti dan
disesuaikan dengan jumlah sampel yang telah diperhitungkan.
3. Tahap akhir
Pengolahan data kuantitatif, terlebih dahulu dilakukan editing, coding,
scoring, tabulating dan entry data. Pengolahan data dengan menggunakan
program SPSS . Adapun analisis data dilakukan dengan distribusi frekuensi, tabel
dan perhitungan hubungan pengaruh variabel dengan analisis bivariat dan
multivariat.
E. Cara Analisis Data
Teknik pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:
a. Editing
Peneliti memeriksa kembali kebenara data yang diperoleh atau dikumpulkan
yang dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul.
b. Coding
Peneliti memberikan kode numeric pada data yang terdiri atas beberapa
kategori. Pemberian kode ini seperti memberi kode angka 1,2,3 dan
seterusnya.
c. Entry data
Peneliti melakukan kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan ke
dalam master tabel atau database computer, kemudian membuat distribusi
frekuensi sederhana atau bisa juga dengan membuat tabel frekuensi.
d. Melakukan teknik analisis
Analisis ini pada prinsipnya untuk menyajikan data dalam bentuk data yang
meliputi baris dan kolom. Analisis ini dilakukan untuk melihat hubungan
bermakna antara variabel bebas dengan variabel terikat dengan uji signifikansi
p < 0,05. Selanjutnya variabel bebas yang mempunyai hubungan bermakna
dengan variabel terikat dimasukkan ke dalam analisis multivariat.
c. Analisis Multivariat
Analisis multivariate yang dilakukan terhadap lebih dari dua variabel,
biasanya hubungan antara satu variabel terikat dengan beberapa variabel
bebas(Notoadmojo, 2005). Variabel bebas yang mempunyai hubungan
bermakna dengan variabel terikat pada uji bivariat di atas. Perhitungan analisis
data dilakukan dengan menggunakan regresi berganda dengan derajat
kemaknaan p < 0,05.
F. ETIKA PENELITIAN
Adapun masalah etika yang harus diperhatikan antara lain :
1. Informed Consent
Informed Consent diberikan sebelum melakukan penelitian.
Informed consent ini berupa lembar persetujuan untuk menjadi respondem
dan bertujuan agar subjek mengerti maksud dan tjuan penelitian serta
mengetahui dampaknya. Jika subjek tidak bersedia maka peneliti harus
menghormati hak responden atau subjek. Jika subjek bersedia, maka
mereka harus menandatangani lembar persetujuan.
2. Anonimity (tanpa nama)
3. Confidentiality (kerahasiaan)
Masalah ini merupakan etika dengan memberikan jaminan
kerahasiaan hasil penelitian baik informasi maupun masalah-masalah
lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiannya
oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada
hasil riset.