You are on page 1of 2

www.hukumonline.

com

SURAT DIREKTUR JENDERAL PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN NOMOR PPE.2.PP.01.02-832 TAHUN 2009 TENTANG PERMOHONAN KLARIFIKASI MENGENAI KEBERLAKUAN DAN KONSEKUENSI DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2009 TENTANG BENDERA, BAHASA, DAN LAMBANG NEGARA, SERTA LAGU KEBANGSAAN

DIREKTORAT JENDERAL PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN,

Nomor Lampiran Perihal

: : :

PPE.2.PP.01.02-832 Permohonan Klarifikasi mengenai keberlakuan dan konsekuensi dari Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan

Jakarta, 22 Oktober 2009

Kepada Yth. Sdr. Anangga W. Roosdiono Roosdiono & Partners di Jakarta

Menanggapi surat Saudara dengan nomor referensi: 691/R&P/OFF/AWR-TA/2009 tanggal 31 Agustus 2009 perihal Permohonan Klarifikasi mengenai keberlakuan dan konsekuensi dari Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta lagu Kebangsaan, bersama ini dapat kami sampaikan hal-hal sebagai berikut: 1. Berdasarkan Ketentuan Pasal 31 ayat (1) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009, kewajiban untuk menggunakan bahasa Indonesia dalam nota kesepahaman atau perjanjian bertujuan untuk melindungi kepentingan hukum para pihak yang dalam hal ini adalah lembaga negara, instansi pemerintah Republik Indonesia, lembaga swasta Indonesia, atau perorangan warganegara Indonesia sehingga nota kesepahaman atau perjanjian tersebut dapat lebih mudah dipahami. Penggunaan bahasa Indonesia dalam nota kesepahaman atau perjanjian pada dasarnya merupakan syarat formal, Dengan demikian, jika syarat tersebut tidak dipenuhi maka nota kesepahaman atau perjanjian itu sendiri tetap berlaku dan mengikat para pihak selama syarat sah perjanjian (syarat materiil) sebagaimana diatur dalam Pasal 1320 KUHPerdata terpenuhi. Sesuai dengan asas kebebasan berkontrak (freedom of contrack) dalam hal terjadi perbedaan penafsiran terhadap isi perjanjian, maka para pihak dapat menentukan pilihan bahasa yang akan digunakan. Hal ini juga menunjukkan asas kebebasan berkontrak sebagai syarat formal.

2.

3.

1/2

www.hukumonline.com

4.

Selain penjelasan angka 2 dan angka 3, Pasal 31 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 pada dasarnya berlakunya menunggu terbentuknya Peraturan Presiden Sebagaimana ditentukan dalam Pasal 40 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009. Jadi, kewajiban penggunaan Bahasa Indonesia dalam pembuatan kontrak dilaksanakan setelah ditetapkannya Peraturan Presiden tersebut. Dengan penjelasan di atas, maka perjanjian yang dibuat dengan bahasa lnggris tetap dinyatakan sah atau tidak batal demi hukum, atau tidak dapat dibatalkan.

5.

Demikian beberapa hal yang dapat kami sampaikan. Besar harapan kami kiranya hal ini dapat bermanfaat untuk memberikan kejelasan pengertian mengenai hal-hal yang diatur dalam peraturan perundang-undangan sehingga dapat dijadikan acuan dalam praktek di kemudian hari.

DIREKTUR PERANCANGAN PERUNDANG-UNDANGAN, Ttd. SUHARIYONO AR

Tembusan disampaikan kepada: Yth, Bapak Direktur Jenderal Peraturan Perundang-undangan (sebagai laporan).

2/2

You might also like