You are on page 1of 13

NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS FISIK DAN OBESITAS DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA UMUR 20-44 TAHUN DI PUSKESMAS DEPOK I MAGUWOHARJO KABUPATEN SLEMAN Serliana Zazariani Japi, Theresia Puspitawati, Dwi Kurniawan Nugroho

Disusun Oleh: SERLIANA ZAZARIANI JAPI NIM. 08110216

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA 2012

ASSOCIATIONS BETWEEN PHYSICAL ACTIVITY AND OBESITY WITH HYPERTENSION OCCURRENCE IN 20-44 YEAR OLDS IN DEPOK I COMMUNITY HEALTH CENTER, MAGUWOHARJO SLEMAN REGENCY
Serliana Zazariani Japi, Theresia Puspitawati, Dwi Kurniawan Nugroho
ABSTRACT Background: Hypertension or high blood pressure is a condition in which a person experiences an elevated blood pressure above normal values in blood pressure measurement. The prevalence of hypertension in Indonesia reached 31.7% in population of 18 year-old people. Hypertension was ranked second among the top 10 disease in Depok I Community Health Center, Maguwoharjo, Depok , Sleman Regency. Based on data obtained by investigators, the case of hypertension in Depok I Community Health Centers wo rking area, Maguwoharjo, Depok, Sleman Regency was 2.649 cases in 2010 and 20-44-year olds 248 cases in 2011. Hypertension case in 20-44-year olds experience reshuffle because hypertension has opened fire young age bot even in old age. Objective : To know the associations and risk factor between physical activity and obesity with hypertension occurrence in 20-44 year olds in Depok I Community Health Center, Maguwoharjo, Sleman Regency Methods : This study used observational design with cross sectional approach. The statistical test used was Chi-Square,and the significancy was determined using P Value (=0.05), Confident Interval (CI) 95%. RR value was calculated. The population and sample were taken from entire patients visiting Depok I Community Health Center, Maguwoharjo, Sleman Regency during the study period, in June 2012. The sample size was 67 people. Results : Based on this study results, it was known that there was an association between physical activity and hypertension and it was statistically significant (p=0,002). Respondents aged 20-44 years in hypertension group, who did moderate physical activity, were as many as 14 (38,9%) respondents, while those in non- hypertension group were as many as 22 (61,1%) respondents. Respondents in hypertension group, who did severe physical activity, were as many as 24 (77,4%) respondents, while those in non- hypertension group were as many as 7 (22,6%) respondents. RR=0.186, it was protective. There was an association between obesity and hypertension occurrence and it was statistically significant (p=0,004). Respondents aged 20-44 years in hypertension group, who suffered from obesity were 14 (87,5%) people, while those in non- hypertension group were 2 (12,5%) people. Respondents aged 20-44 years in hypertension group, who didnt suffer from obesity were 24 (47,1%) people, while those in non- hypertension group were 27 (52,9%) people. RR=7,875 was a risk factor for developing hypertension. Conclusions : There are associations between physical activity and obesity with hypertension occurrence in 20-44 year olds Key words : physical activity, obesity, hypertension

Student at Public Health Science Study Program, Universitas Respati 2 Lecturer at Respati University, Yogyakarta 3 Lecturer at Respati University, Yogyakarta

HUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS FISIK DAN OBESITAS DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA UMUR 20-44 TAHUN DI PUSKESMAS DEPOK I MAGUWOHARJO KABUPATEN SLEMAN
Serliana Zazariani Japi, Theresia Puspitawati, Dwi Kurniawan Nugroho
INTI SARI Latar Belakang: Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu keadaan seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal pada pemeriksaan tekanan darah. Prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai 31,7% dari populasi pada usia 18 tahun ke atas. Hipertensi merupakan urutan kedua dari 10 besar penyakit di Puskesmas Depok I Maguwoharjo Kabupaten Sleman. Berdasarkan data yang diperoleh peneliti, kasus hipertensi di Puskesmas Depok I Maguwoharjo Kabupaten Sleman pada tahun 2010 sebanyak 2.649 kasus, tahun 2011 pada umur 20-44 tahun sebanyak 248 kasus. Kasus hipertensi pada umur 20-44 tahun mengalami pergeseran karena hipertensi sudah mulai menyerang usia muda tidak saja pada usia lanjut. Tujuan Penelitian: Mengetahui hubungan dan faktor resiko antara aktivitas fisik dan obesitas dengan kejadian hipertensi pada umur 20-44 tahun di Puskesmas Depok I Maguwoharjo Kabupaten Sleman Metode Penelitian: Metode penelitian ini adalah rancangan observasional dengan pendekatan cross sectional dengan uji statistik yang digunakan adalah Chi-Square dan P Value dengan tingkat kemaknaan (=0,05) dengan Confident Interval (CI) 95% dan nilai RR. Populasi dan sampel diambil dari seluruh pasien yang berobat di Puskesmas Depok I Maguwoharjo Kabupaten Sleman selama penelitian dilakukan yaitu pada bulan Juni 2012. Jumlah sampel sebanyak 67 orang. Hasil: Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa ada hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi dan secara statistik bermakna (p=0,002). Responden umur 20-44 tahun pada kelompok hipertensi yang melakukan aktivitas fisik sedang sebanyak 14 (38,9%) responden sedangkan pada kelompok tidak hipertensi yang melakukan aktivitas sedang sebanyak 22 (61,1%) responden. Responden pada kelompok hipertensi yang melakukan aktivitas fisik berat sebanyak 24 (77,4%) responden dan pada kelompok tidak hipertensi yang melakukan aktivitas fisik berat sebanyak 7 (22,6%) responden. RR=0,186 bersifat proteksi (melindungi). Ada hubungan antara obesitas dengan kejadian hipertensi dan secara statistik bermakna (p=0,004). Responden umur 20-44 tahun pada kelompok hipertensi yang obesitas sebanyak 14 (87,5%) responden sedangkan pada kelompok tidak hipertensi yang obesitas sebanyak 2 (12,5%) responden. Responden pada kelompok hipertensi yang tidak obesitas sebanyak 24 (47,1%) responden dan pada kelompok tidak hipertensi yang tidak obesitas sebanyak 27 (52,9%) responden. RR=7,875 merupakan faktor risiko terjadinya hipertensi. Kesimpulan: Ada hubungan antara aktivitas fisik dan obesitas dengan kejadian hipertensi pada umur 20-44 tahun Kata Kunci: Aktivitas fisik, obesitas, hipertensi

1 2

Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Universitas Respati Yogyakarta Dosen Pengajar Universitas Respati Yogyakarta 3 Dosen Pengajar Universitas Respati Yogyakarta

A. PENDAHULUAN

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu keadaan seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal pada pemeriksaan tekanan darah. Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita tidak mengetahui dirinya mengidap hipertensi sebelum memeriksakan tekanan darahnya1. Berdasarkan kriteria JNC VII yang diterapkan di Indonesia, seseorang dikatakan menderita hipertensi jika tekanan darahnya sama dengan atau lebih dari 140/90 mmHg2. Data WHO tahun 2000 menunjukkan di seluruh dunia, sekitar 972 juta orang atau 26,4% mengidap hipertensi dengan perbandingan 26,6% pria dan 26,1% wanita. Angka ini kemungkinan akan meningkat menjadi 29,2% di tahun 2025. Dari 972 juta pengidap hipertensi, 333 juta berada di negara maju dan 639 juta sisanya berada di negara sedang berkembang, termasuk Indonesia3. Dewasa ini penderita hipertensi mengalami peningkatan yang cukup tinggi. Hampir satu miliar orang di seluruh dunia menderita hipertensi. Data Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada 2000 menunjukkan bahwa kematian akibat penyakit jantung dan pembuluh darah di Indonesia sebesar 26,3%. Data di rumah sakit pada 2005 sebesar 16,7% kematian disebabkan hipertensi4. Hipertensi pada umumnya berkembang pada usia antara 35-55 tahun, namun saat ini tidak menutup kemungkinan diderita oleh orang yang berusia muda. Sebagian besar hipertensi primer terjadi pada usia 25-45 tahun dan hanya 20% di bawah usia 20 tahun dan di atas 50 tahun5. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai 31,7% dari populasi pada usia 18 tahun ke atas. Dari jumlah itu, 60% penderita hipertensi berakhir dengan stroke. Sedangkan sisanya pada jantung, gagal ginjal, dan kebutaan. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menyebutkan hipertensi sebagai penyebab kematian nomor tiga setelah stroke dan tuberkulosis, jumlah kasus hipertensi mencapai 6,8% dari proporsi penyebab kematian pada semua umur di Indonesia 6. Tekanan darah normal bervariasi pada masing-masing individu. Tekanan darah akan cenderung meningkat bersama dengan peningkatan umur. Keadaan pikiran juga berpengaruh terhadap pembacaan tekanan darah sewaktu mengalami pengukuran. Stres, perasaan takut atau cemas, cenderung membuat tekanan darah meningkat. Pada saat seseorang sedang melakukan kegiatan olahraga, tekanan darahnya akan naik, dan ketika tidur akan turun7. Hasil RISKESDAS 2007 menunjukkan bahwa seperempat penduduk Provinsi Yogyakarta (24,0%) kurang aktivitas fisik. Kurang aktivitas fisik tertinggi dijumpai di Kota Yogyakarta (34,1%) diikuti Kabupaten Sleman (31,5%). Aktivitas fisik (olahraga) dihubungkan dengan pencegahan dan pengobatan terhadap hipertensi. Aktivitas fisik dapat berupa aktivitas harian olahraga yang bersifat aerobik yang dapat meningkatkan kemampuan jantung, otot-otot tubuh, dan paru-paru8.

Olahraga juga dikaitkan dengan peran obesitas pada hipertensi. Kurang melakukan olahraga akan meningkatkan kemungkinan timbulnya obesitas dan jika asupan garam juga bertambah akan memudahkan timbulnya hipertensi. Obesitas merupakan suatu keadaan terdapat kelebihan lemak dalam tubuh. Untuk menetapkan keadaan obesitas dan berat badan lebih, sering digunakan acuan indeks massa tubuh (IMT), yaitu berat badan dalam kilogram (kg) dibagi kuadrat tinggi badan dalam meter (m)9. Seseorang yang memiliki indeks massa tubuh 30 atau lebih dianggap kelebihan berat badan10. Menurut laporan National Health and Nutrition Examination Survey II, dalam dua dekade terakhir ini terjadi kenaikan persentase kewaspadaan masyarakat terhadap hipertensi dari 15% menjadi 84%, persentase pasien hipertensi yang mendapat pengobatan dari 36% menjadi 73%, dan persentase pasien hipertensi yang tekanan darahnya terkendali dari 16% menjadi 55%. Hipertensi merupakan penyakit yang dapat dicegah dengan mengendalikan faktor resiko yang sebagian besar merupakan faktor perilaku dan kebiasaan hidup 11. Berdasarkan hasil studi pendahuluan untuk mengetahui kasus hipertensi yang dilakukan peneliti di Puskesmas Depok I Maguwoharjo pada bulan September 2011, diperoleh kasus hipertensi yang cukup tinggi. Pada tahun 2010 jumlah kasus hipertensi didapatkan sebanyak 2.649 kasus dan menempati urutan kedua dari sepuluh besar penyakit di Puskesmas Depok I. Berdasarkan laporan penyakit tahun 2011, penderita hipertensi umur 20-44 tahun didapatkan 248 kasus. Umur 20-44 tahun merupakan usia yang menampilkan kematangan fisik yang meningkat dan perhatian lebih khusus ditujukan pada keterkaitan berat badan. Selain itu, penyakit hipertensi yang dahulu hanya diderita oleh lansia, sekarang sudah menjadi penyakit degeneratif yaitu penyakit yang mengiringi masa penuaan terjadi seiring bertambahnya usia. Melihat dari jumlah kasus tersebut, hipertensi masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang sangat penting (Puskesmas Depok I Maguwoharjo, 2011). Berdasarkan data dan permasalahan di atas peneliti ingin mencari hubungan antara aktivitas fisik dan obesitas dengan kejadian hipertensi pada umur 20-44 tahun.

B. METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional dengan rancangan cross sectional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara aktivitas fisik dan obesitas dengan kejadian hipertensi pada umur 20-44 tahun di Puskesmas Depok I Maguwoharjo Kabupaten Sleman. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 1-30 Juni 2012 di wilayah kerja Puskesmas Depok I Maguwoharjo Kabupaten Sleman. Populasi dalam penelitian ini adalah semua penduduk yang berumur 20-44 tahun yang datang berobat/memeriksakan diri di Puskesmas Depok I Maguwoharjo Kabupaten Sleman pada bulan Juni 2012. Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.

Sampelnya adalah penduduk yang berumur 20-44 tahun yang datang berobat/memeriksakan diri di Puskesmas Depok I Maguwoharjo Kabupaten Sleman pada bulan Juni 2012. Untuk menentukan besar sampel peneliti menggunakan total sampling tiga bulan terakhir yaitu bulan Juli, Agustus dan September sebanyak 67 kasus. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner bersifat terbuka yaitu responden menjawab sendiri pertanyaan yang diajukan peneliti atau asisten peneliti. Kuesioner untuk aktivitas fisik berupa pertanyaan terbuka yang respondennya menuliskan sendiri jenis kegiatannya, dan frekuensi aktivitasnya. Untuk mengukur obesitas dengan cara mengukur tinggi badan menggunakan microtoise dan berat badan menggunakan timbangan injak. Tekanan darah diukur pada responden yang datang di Puskesmas Depok I pada saat penelitian menggunakan tensi yang dilakukan oleh perawat. Kuesioner aktivitas fisik tidak dilakukan uji validitas karena peneliti mengadopsi kuisioner penelitian10 yang berjudul Hubungan antara obesitas dan aktivitas fisik dengan peningkatan tekanan darah di Puskesmas Kotagede I Kabupaten Sleman. Pengukuran obesitas dan tekanan darah tidak menggunakan kuisioner karena peneliti mengukur langsung berat badan serta tinggi badan responden dan tekanan darah, sehingga peneliti tidak menggunakan kuesioner. Pengolahan data meliputi editing, coding, dan tabulating. Analisis data dilakukan dengan cara univariat dan bivariat menggunakan SPSS 15 for windows.

C. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Analisis Univariat


Analisis univariat digunakan untuk mengetahui distribusi frekuensi karakteristik responden, serta variabel-variabel dalam penelitian. a. Distribusi karakteristik responden Tabel 1 Distribusi karakteristik responden di Puskesmas Depok I Tahun 2012 Variabel Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah Umur (tahun) 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 Jumlah n 25 42 67 6 10 5 17 29 67 % 37,3 62,7 100,0 9,0 14,9 7,5 25,4 43,3 100,0

Pendidikan Tidak Sekolah Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA Akademi/Perguruan Tinggi Jumlah Pekerjaan PNS Swasta Ibu Rumah Tangga Mahasiswa Jumlah Status Sakit Hipertensi Tidak Hipertensi Jumlah

0 4 8 39 16 67 4 33 25 5 67 38 29 67

0 6,0 11,9 58,2 23,9 100,0 6,0 49,3 37,3 7,5 100,0 56,7 43,3 100,0

Responden pada umur 20-44 tahun yang datang berobat di Puskesmas Depok I Maguwoharjo berdasarkan jenis kelamin, terbanyak berjenis kelamin perempuan sebanyak 42 (62,7%) responden. Sedangkan responden terbanyak berdasarkan umur mayoritas berumur 40-44 tahun sebanyak 29 (43,3%) responden. Pendidikan pasien yang datang berobat di poli rawat jalan Puskesmas Depok I Maguwoharjo, sebanyak 39 (58,2%) responden adalah tamatan SMA. Berdasarkan pekerjaan, sebanyak 33 (49,3%) responden adalah pekerja swasta. Berdasarkan data yang diperoleh, sebanyak 38 (56,7%) responden adalah pasien hipertensi. b. Distribusi aktivitas fisik responden Tabel 2 Distribusi aktivitas fisik responden di Puskesmas Depok I Tahun 2012 Aktivitas Fisik Sedang Berat Jumlah n 36 31 67 % 53,7 46,3 100,0

Aktivitas fisik yang dilakukan oleh responden bermacam-macam. Berdasarkan klasifikasinya, responden yang melakukan aktivitas fisik ringan tidak ada, responden yang melakukan aktivitas fisik sedang sebanyak 36 (53,7%) responden sedangkan yang melakukan aktivitas fisik berat sebanyak 31 (46,3%) responden. c. Distribusi IMT responden Tabel 3 Distribusi IMT responden di Puskesmas Depok I Tahun 2012 IMT IMT 30 (Obesitas) IMT <30 (Tidak Obesitas) Jumlah n 16 51 67 % 23,9 76,1 100,0

Berdasarkan tabel distribusi IMT, diperoleh data responden pada umur 20-44 tahun yang berobat di puskesmas sebanyak 16 (23,9%) responden obesitas, sedangkan sebanyak 51 (76,1%) responden tidak obesitas.

2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel aktivitas fisik dan obesitas terhadap kejadian hipertensi. Analisis bivariat pada penelitian ini dimaksudkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Analisis yang digunakan adalah uji chi square (x). Pengujian hipotesis berdasarkan tingkat signifikan (p-value) dengan menggunakan batas kemaknaan alpha ( = 0,05) dan nilai RR untuk melihat berapa besar faktor risiko mempengaruhi kejadian kesakitan. Tabel 4 Hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi pada umur 20-44 tahun di Puskesmas Depok I Maguwoharjo Variabel Status Sakit Hipertensi n Aktivitas Fisik Sedang Berat 14 24 % 38,9 77,4 Total Tidak Hipertensi n % 22 7 61,1 22,6 P Value % 100,0 100,0 0,002 0,186 RR

n 36 31

Berdasarkan hasil uji chi-square diperoleh nilai P=0,002 dengan nilai alpha 0,05. Nilai P < , menunjukkan adanya hubungan bermakna antara aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi. Berdasarkan hasil analisis faktor risiko, diperoleh nilai RR sebesar 0,186. Aktivitas fisik sedang pada umur 20-44 tahun bukan merupakan faktor risiko tetapi bersifat proteksi (melindungi). Tabel 5 Hubungan antara obesitas dengan kejadian hipertensi pada umur 20-44 tahun di Puskesmas Depok I Maguwoharjo Variabel Status Sakit Hipertensi n IMT Obesitas Tidak Obesitas 14 24 % 87,5 47,1 Total Tidak Hipertensi n % 2 27 12,5 52,9 P Value % 100,0 100,0 0,004 7,875 RR

n 16 51

Berdasarkan tabel 5 hasil uji chi-square diperoleh nilai P=0,004 dengan nilai alpha 0,05. Nilai P < , sehingga Ho ditolak. Jadi, ada hubungan antara Obesitas dengan kejadian hipertensi dan nilai RR=7,875 berarti obesitas pada umur 20-44 tahun dapat meningkatkan risiko terjadinya hipertensi sebesar 7,875 kali lebih besar.

a.

Hubungan antara Aktivitas Fisik dengan Kejadian Hipertensi Hasil analisis bivariat pada variabel aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi menunjukan nilai P=0,002 dengan alpha=0,05. P< sehingga Ho ditolak, ada hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi dan nilai RR=0,186 bersifat protektif (melindungi). Hal ini sesuai dengan tingkat aktivitas fisik sedang yang banyak dilakukan oleh responden. Penderita hipertensi dianjurkan untuk berolahraga secara teratur dengan intensitas dan frekuensi sedang. Berolahraga secara teratur akan menyehatkan tubuh, menurunkan berat badan, dan menurunkan kadar trigliserida. Olahraga atau aktivitas fisik yang dianjurkan bagi penderita hipertensi adalah aktivitas fisik dengan intensitas sedang dan dilakukan sekitar 30-60 menit setiap hari7. Hal ini sejalan dengan penelitian11 bahwa ada hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi dengan nilai P=0,000. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian12 menunjukan ada hubungan bermakna antara aktivitas fisik dengan perubahan tekanan darah dengan nilai P=0,001. Aktivitas fisik dapat berupa aktivitas harian yang kita lakukan dan olahraga yang bersifat aerobik yang dapat meningkatkan kemampuan jantung, otot-otot tubuh, dan paru-paru. Olahraga aerobik terdiri dari: 1) Berjalan kaki, berjalan kakilah minimal 3 kilometer selama sekitar 30 menit sehari 2) Jogging, dapat dilakukan sama seperti jalan kaki, dengan jarak sekitar 3 kilometer selama 20 menit sehari 3) Berenang, lakukan selama 20 hingga 30 menit 4) Bersepeda, sekitar 30 menit dengan jarak 8 kilometer 5) Lain-lain: olahraga dengan menggunakan alat juga dapat dilakukan, misalnya bersepeda statis atau berlari di atas treadmill7.

b. Hubungan antara Obesitas dengan Kejadian Hipertensi Hasil analisis bivariat pada variabel obesitas dengan kejadian hipertensi menunjukan nilai P=0,004 dengan alpha=0,05. P< sehingga Ho ditolak, ada hubungan antara obesitas dengan kejadian hipertensi dan nilai RR=7,875 berarti obesitas pada umur 20-44 tahun dapat meningkatkan risiko terjadinya hipertensi sebesar 7,875 kali lebih besar.. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian13 menunjukan ada hubungan bermakna antara obesitas dengan kejadian hipertensi dengan nilai P=0,000. Pada umumnya penderita hipertensi adalah orang-orang usia di atas 40 tahun, namun saat ini tidak menutup kemungkinan diderita oleh orang usia muda.

Sebagian besar hipertensi primer terjadi pada usia 25-45 tahun dan hanya pada 20% terjadi di bawah usia 20 tahun dan di atas 50 tahun. Hal ini disebabkan karena orang pada usia produktif jarang memperhatikan kesehatan, seperti pola makan dan pola hidup yang kurang sehat9
.

Kegemukan merupakan ciri khas dari populasi hipertensi dan dibuktikan bahwa faktor ini memiliki kaitan yang erat dengan terjadinya hipertensi dikemudian hari. Daya pompa jantung dan sirkulasi volume darah penderita obesitas dengan hipertensi lebih tinggi dibandingkan dengan penderita yang memiliki berat badan normal 14. Rata-rata wanita memiliki lemak tubuh lebih banyak dibandingkan pria. Perbandingan normal antara lemak tubuh dengan berat badan adalah sekitar 25-30% pada wanita dan 18-23% pada pria. Wanita dengan lemak tubuh lebih dari 30% dan pria dengan lemak tubuh lebih dari 25% dianggap mengalami obesitas. Menurut Bray, jumlah lemak tubuh manusia (pada orang dewasa muda) yang normal pada laki-laki 15-18% berat badan dan pada wanita 20-25% berat badan15. Kurangnya aktivitas fisik juga merupakan salah satu penyebab meningkatnya angka kejadian obesitas. Seseorang yang cenderung mengkonsumsi makanan kaya lemak dan tidak melakukan aktivitas fisik yang seimbang, akan mengalami obesitas. Olahraga yang dapat mengurangi obesitas adalah olahraga yang intensitas rendah untuk waktu yang lama, misalnya lari maraton, jogging16.

D. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan


a) Responden yang menderita hipertensi sebanyak 38 (56,7%) responden. b) Adanya hubungan bermakna antara aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi. Aktivitas fisik sedang bukan merupakan faktor risiko tetapi bersifat protektif (melindungi).

c) Adanya hubungan bermakna antara obesitas dengan kejadian hipertensi. Obesitas


merupakan faktor risiko terjadinya hipertensi.

2. Saran
a) Bagi Puskesmas Depok I Puskesmas Depok I diharapkan lebih memperhatikan masalah mengenai hipertensi. Puskesmas dapat melakukan penyuluhan di masyarakat tentang faktor risiko hipertensi sehingga masyarakat dapat mengetahui dan mencegah sejak dini penyakit hipertensi.

b) Bagi Masyarakat Masyarakat diharapkan dapat menjaga dan mengatur pola makan serta melakukan aktivitas fisik selama 30 menit untuk mengurangi terjadinya obesitas serta tekanan darah yang tinggi.

E. DAFTAR PUSTAKA
1. 2. Purnomo, H. 2002. Penyakit yang Paling Mematikan. Jakarta: Buana Pustaka. Szukri, M., Pranawa. 2001. Terapi Kombinasi dan Anti Hipertensi. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala, Vol 1, No 1, Agustus. Asdie, A. Sunarti, Hakimi M. 2007. Hubungan antara Homosistein dan Nitrt Oksid pada Hipertensi esensial di Jawa Tengah, Indonesia. Jurnal Kedokteran Masyarakat. Shanty, M. 2011. Silent Killer Diseases Penyakit yang Diam-Diam Mematikan. Yogyakarta: Javalitera. Gonza, M. 2011. Analisis Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Hipertensi pada Usia 20-44 tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Wae Nakeng Kecamatan Lembor Kabupaten Manggarai Barat. Program Studi S1 Ilmu Kesehatan Masyarakat UNRIYO. Departemen Kesehatan RI, 2007. Hindari Hipertensi, Konsumsi Garam 1 Sendok Teh per Hari, Jakarta. Sustrani, L., Alam, S., Iwan. 2004. Hipertensi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Junaidi, I. 2010. Hipertensi. Jakarta: BIP Kelompok Gramedia. Tambunan, V. 2007. Gizi dan Faktor Resiko Hipertensi. Journal of Ebbers Papyrus, Vol 13 no.1 dan 2 Maret-Juni.

3.

4.

5.

6.

7. 8. 9.

10. Dhianningtyas, Y., Hendrati, L. 2006. Risiko Obesitas, Kebiasaan Merokok, dan Konsumsi Garam terhadap Kejadian Hipertensi pada Usia Produktif. Jurnal bagian Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga Surabaya. 11. Julianti, A. 2011. Hubungan antara Obesitas dan Aktivitas Fisik dengan Tekanan Darah Pasien Hipertensi di Puskesmas Kotagede I Kota Yogyakarta . Program Studi S1 Ilmu Gizi UNRIYO. 12. Tinambunan, 2011. Hubungan antara Stres dan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Hipertensi pada Umur 20-44 tahun di Puskesmas Ngaglik I Kabupaten Sleman. Program Studi S1 Ilmu Kesehatan Masyarakat UNRIYO. 13. Dewanti, 2008. Hubungan Pola Makan, Aktivitas Fisik, dan Perubahan Tekanan Darah pada Lansia Penderita Hipertensi di Puskesmas Mlati II, Sleman . Universitas Gajah Mada.

14. Muspita, 2009. Hubungan Obesitas dan Kebiasaan Merokok dengan Hipertensi Esensial pada Penderita Hipertensi Usia 20-44 tahun di Kota Singkawang Provinsi Kalimantan Barat. Universitas Gajah Mada. 15. Suryati, A. 2005. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Terjadinya Hipertensi Essensial di Rumah Sakit Islam Jakarta tahun 2005 . Jurnal Fakultas Kedokteran UGM. 16. Suyono, S., Maspadji, S. 2003. Pengkajian Status Gizi. Jakarta: FKUI. 17. Misnadiarly, 2007. Obesitas. Jakarta: Pustaka Obor Populer.

You might also like