You are on page 1of 14

TUGAS MAKALAH

SOLUSI MASALAH GIZI KURANG KEK DAN ANEMIA PADA TENAGA KERJA

OLEH Kelompok 3

Florina Yulinda Widya Ayu Putri Besse Ferawati Nazla M. Albaar Fadillah Nur Qalby Novi Puspita Sari Rahmah. S Musfirah Lukman St. Patimah St. Rahasia K. Baderan Nursiami Hamid

(K21111001) (K21111006) (K21111010) (K21111103) (K21111254) (K21111601) (K21111259) (K21111263) (K21113707) (K21113712) (K21113718)

PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap pekerja berhak atas derajat kesehatannya yang optimal untuk menjalankan aktifitasnya, maka dari itu agar keadaan kesehatan pekerja tetap baik, perlu penyesuaian antara beban kerja dengan kemampuan fisik maupun asupan gizinya. Dalam hubungan pekerjaan, tenaga kerja membutuhkan bahan makanan untuk memenuhi kebutuhan kalori untuk melaksanakan pekerjaan. Menurut Sudiarti (2010) kekurangan nilai gizi pada makanan yang dikonsumsi tenaga kerja sehari-hari akan membawa akibat buruk terhadap tubuh, seperti kemampuan fisik kurang, berat badan menurun, badan menjadi kurus, muka pucat, kurang bersemangat, kurang motivasi, bereaksi lamban dan apatis, karena itu perlu mendapatkan asupan gizi cukup yang sesuai dengan jenis dan beban pekerjaan yang dilakukannya. Pekerja yang banyak kekurangan gizi adalah pekerja yang umumnya bekerja ditempat industri kecil, yang belum terjangkau pemerintah dinas tenaga kerja keberadaannya. Akibat dari banyaknya kekurangan gizi tersebut timbul masalah kekurangan gizi seperti KEK dan Anemia yang dapat mempengaruhi faktor produktifitas pada tenaga kerja. Oleh sebab itu Kelompok Kami akan membahas bagaimana solusi yang tepat untuk menangani masalah gizi kurang khusunya KEK dan Anemia pada pekerja di Indonesia, sebab Gizi kerja yang baik akan meningkatkan derajat kesehatan sehingga angka kesakitan yang disebabkan oleh penyakit akibat kerja maupun penyakit umumnya dapat ditekan.

1.2. Rumusan Masalah KEK (Kekurangan Energi Kronis) a. Apa pengertian dan indikator dari KEK?

b. Apa saja solusi dan program yang dilaksanakan untuk menanggulangi KEK pada pekerja? ANEMIA a. b. Apa pengertian dan indikator dari Anemia? Apa sajakah solusi atau penanggulangan masalah Anemia pada pekerja?

1.3. Tujuan Mengetahui Solusi dan program pemerintah dalam menyelesaikan masalah gizi kurang seperti KEK dan anemia pada para tenaga kerja.

BAB II PEMBAHASAN

II. 1 Pengertian dan indikator dari KEK Kekurangan energi kronik (KEK) merupakan salah satu keadaan malnutrisi, malnutrisi adalah keadaan patologis akibat kekurangan atau kelebihan secara relative atau absolut satu atau lebih zat gizi (Supriasa, 2002). Kekurangan energi kronik (KEK) adalah keadaan dimana seseorang mengalami kekurangan gizi (kalori dan protein ) yang berlangsung lama atau menahun. Dengan ditandai berat badan kurang dari 40 kg atau tampak kurus dan dengan LILA-nya kurang `dari 23,5 cm (Depkes,1999).

II.2 Solusi dan program yang dilaksanakan untuk menanggulangi KEK pada Pekerja. Tanda-tanda dan penyebab Kurang Energi Kronik (KEK) Adapun tanda-tanda terjadinya Kurang Energi Kronik (KEK), yaitu : 1. 2. 3. 4. Lingkar Lengan Atas sebelah kiri kurang dari 12,5 cm. Kurang cekatan dalam bekerja. Sering terlihat lemah, letih, lesu, dan lunglai. Jika hamil cenderung akan melahirkan anak secara prematur atau jika

lahir secara normal bayi yang dilahirkan biasanya berta badan lahirnya rendah atau kurang dari 2.500 gram. Analisis Dampak KEK Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa KEK merupakan salah satu bentuk kurang gizi yang mempunyai dampak bagi produktifitas pekerja, dampak KEK antara lain : 1. Menurunkan mutu fisik dan intelektual Sebagai dampak dari kekurangan energi protein menyebabkan mutu fisik dan intelektual sehingga seorang pekerja yang mengalami KEP

tidak akan maksimal dalam melakukan pekerjaannya karena kondisi fisik dan intelektualnya tidak dalam kondisi yang baik dan akan dapat menurunkan produktivitas kerjanya. 2. Serta menurunkan daya tahan tubuh Pada perkerja yang mengalami KEP daya tahannya akan turun sehingga akan rentan pada penyakit-penyakit yang ada dilingkungan kerja. Sehingga tidak membutuhkan paparan yang melebihi nilai ambang batas untuk membuat pekerja menjadi sakit jika pekerja tersebut terkena KEP. Dan tentunya ini sangat merugikan bagi perusahaan. 3. Meningkatnya resiko kesakitan dan kematian Dampak yang satu ini merupakan juga akibat berkelanjutan dari turunya daya tahan tubuh pekerja sehingga akan sengat merugikan bagi perusahaan. Jenis Pekerjaan yang beresiko mengalami KEK yaitu 1. Buruh/tani sebab pada buruh aktifitas yang dilakukan cukup berat sehingga asupan kalori kadang cukup sedikit serta faktor penyebab lainnnya karena faktor pengetahuan yang kurang akan asupan gizi yang baik, sehingga pada pekerja buruh rawan beresiko KEK. 2. Tenaga Industri pada pekerja di Industri terjadinya KEK diakibatkan terlalu beratnya daya beban kerja dan kurangnya waktu istirahat akibat banyaknnya tenaga kerja yang waktu kerja cukup banyak sehingga asupan makanan tidak terkontrol dengan baik. 3. Modeling (WUS) pada jenis pekerjaan ini parra modeling dituntut untuk tampil kurus, namun pekerjaan modeling ini tidak seumur hidup dilakukan ada umur-umur tertentu pada modeling untuk bekerja, namun untuk mengatasi solusi pada modeling disarankan agar setiap modeling yang berhenti dengan pekerjaannya harus memperhatikan kondisi gizinya dengan baik.

Deteksi dini Kurang Energi Kronis (KEK): Dilakukan setiap tahun dengan mengukur Lingkar Lengan Kiri Atas (LILA) dengan memakai pita LILA. Pada Remaja Putri/Wanita yang LILA-nya <23,5 cm berarti menderita Risiko Kurang Energi Kronis (KEK), yang harus dirujuk ke Puskesmas/ sarana pelayanan kesehatan lain, untuk mendapatkan konseling dan pengobatan. Pengukuran LILA dapat dilakukan oleh Remaja Putri atau wanita itu sendiri, kader atau pendidik. Selanjutnya konseling dapat dilakukan oleh petugas gizi di Puskesmas (Pojok Gizi), sarana kesehatan lain atau petugas kesehatan/gizi yang datang ke sekolah, pesantren dan tempat kerja.

Pencegahan dan Penanganan Kekurangan Energi Kronis a. Peningkatan pengetahuan akan asupan gizi dan penyakit kekurangan energi kroni, agar masyarakat dapat mencegah terjadinya masalah gizi kurang tersebut. b. Peningkatan variasi dan jumlah makanan oleh karena itu kandungan zat gizi pada setiap jenis makanan berbeda-beda, dan tidak ada satu pun jenis makanan yang mengandung zat gizi secara lengkap, maka untuk memenuhi kebutuhan sebagian besar zat gizi diperlukan konsumsi makanan yang beragam. c. Mengurangi beban kerja pada wanita pekerja terutama ibu yang sedang hamil.

Beberapa program yang mungkin dilaksanakan untuk menanggulangi KEK pada pekerja di perusahaan antara lain : Peningkatan pengetahuan akan gizi pada para tenaga kerja Dengan adanya pengetahuan akan gizi maka para tenaga kerja akan mencegah terjadinya masalah gizi kurang yang dapat mempengaruhi faktor produktifitasnya dalam bekerja, sebab pengetahuan akan ilmu adalah segala-galanya.

Peningkatan tunjangan oleh perusahaan, Dengan meningkatkan penghasilan dan tunjangan di perusahaan akan meingkatkan taraf ekonomi pekerja sehingga kejadian KEP akan menurun pada pekerja dan akan menyebabkam peningkatan produktivitas Penyediaan Makanan sehat Tidak hanya menyediakan kantin atau tempat makan di perusahaan tapi juga menyediakan katering untuk makan karyawan yang sesuai dengan kriteria makanan sehat kaya protein sehingga kasus KEP di perusahaan diharapkan dapat menurun. Perusahaan, menyediakan sarana dan prasarana Kesehatan di perusahaan Selain usaha preventif seperti diatas usaha rehabilitatif juga perlu dilakukan dengan menyediakan poliklinik atau rumah sakit diperusahaan juga merupakan usaha yang perlu dilakukan untuk menurunkan angka kejadian KEK di perusahaan. Monitoring pada pekerja Pengawasan secara continues sangat diperlukan untuk untuk mengendalikan kejadian KEP. Tersediannya tenaga petugas gizi pada perusahaan Dalam hal ini seorang ahli gizi dapat membantu dalam menanggulangi masalah gizi pada pekerja yang mengalami masalah gizi kurang. II.3 Pengertian dan indikator dari Anemia Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin (Hb) dalam darah kurang dari normal, yang berbeda untuk setiap kelompok umur dan jenis kelamin ( Depkes RI,1996). Anemia menurut World Health Organization (WHO) diartikan sebagai suatu keadaan dimana kabar haemoglobin (Hb) lebih rendah dari keadaan normal untuk kelompok umur yang bersangkutan.

WHO telah menggolongkan penetapan kadar normal hemoglobin dalam berbagai kelompok seperti di bawah ini : Kelompok Umur Hemoglobin ( %)

Wanita Dewasa Wanita hamil Laki - laki

12 11 14

Anak anak

6 bulan 6 tahun 6 tahun 14 tahun

11 12

Tanda-tanda Anemia, meliputi : Lesu, Lemah, Letih, Lelah, Launglai (5L). Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang. Gejala lebih lanjut adalah kelopak mata, bibir, lidah, kulit, dan telapak tangan menjadi pucat.

II.4 Solusi atau penanggulangan masalah Anemia pada pekerja Prevalensi anemia masih tinggi pada kelompok pekerja di Indonesia (30%). Hal tersebut dapat mempengaruhi produktivitas kerja, maka perlu di usahakan penanggulangan yang tepat guna (Sayogyo, 1996). Produktivitas kerja tidak terlepas dari ketrampilan, kecerdasan dan kebugarannya. Selain lingkungan dan iklim kerja yang kondusif untuk meransang prestasi kerja. Dalam hal ini peranan kesehatan dan status gizi mempengaruhi kecerdasan, kebugaran, daya tahan, dan daya tangkap dalam mengembangkan ketrampilan dan teknik kerja.

Jenis pekerjaan yang memungkinkan terjadinya anemia :

Pekerja kantoran dikarenakan faktor strees dan waktu istirahat yang cukup sehingga pada para pekerja kantoran sering mengalami anemia. Buruh sebab pada buruh aktifitas yang dilakukan cukup berat sehingga waktu istirahat kurang yang dapat menyebabkan anemia

Hubungan Anemia dengan Produktivitas Kerja: Depkes RI tahun 1996 serta penelitian Basta dan Churchill tahun 1974 menunjukkan bahwa tenaga kerja yang menderita anemia (kurang zat besi) mempunyai produktivitas kerja 20% lebih rendah daripada tenaga kerja normal. Pada wanita dewasa anemia akan menurunkan daya tahan tubuh sehingga mudah sakit, menurunkan produktivitas kerja, anemia dapat menurunkan sumber daya manusia, menurunkan kebugaran. Anemia gizi besi dapat menyebabkan tenaga berkurang sehingga pekerja yang membutuhkan tenaga besar akan merasa cepat lelah. Defisiensi besi dapat mengganggu fungsi dan berdampak pada EE (energy expenditure/pengeluaran energi) yang berlebih selama bekerja. Anemia defisiensi zat besi menyebabkan rendahnya kadar Hb sehingga berakibat pada kelemahan, kelelahan dan berefek pada sistem imun. Ditemukan interaksi antara konsentrasi serum transferin reseptor (sTrR) dan perawatan dengan suplementasi zat besi dalam meningkatkan kapasitas kerja dan ketahanan fisik.

Pengendalian Anemia di Perusahaan Beberapa pengendalian yang harus diterapkan diperusahaan untuk mengurangi kejadian anemia diperusahaan antara lain : Meningkatkan pengetahuan pada tenaga kerja Dengan memberika edukasi akan dampak anemia maka para tenaga kerja setidaknya dapat mencegah agar mereka tidak mengalami hal demikian.

Bagaimna istirahat dan pola komsumsi yang baik agar tidak terjadi anemia. Peningkatan mutu pangan yang disediakan perusahaan Asupan zat besi dalam makanan misalnya Lebih banyak

mengkonsumsi daging, hati dan kuning telur; juga tepung, roti dan gandum yang telah diperkaya dengan zat besi pada pekerja sehingga meminimalkan kejadian anemia di perusahaan. Penyediaan makanan bagi pekerja Mengendalikan perdarahan menstruasi yang sangat banyak pada pekerja yang mengalami menstruasi Pemeriksaan dan Pelayanan Kesehataan Pekerja Perempuan Layanan kesehatan bagi pekerja terutama wanita yang sangat beresiko terhadap kejadian anemia ini sangat perlukan untuk mengendalikan kejadian anemia diperusahaan. Tersediannya tenaga petugas gizi pada perusahaan Dalam hal ini seorang ahli gizi dapat membantu dalam menanggulangi masalah gizi pada pekerja yang mengalami masalah gizi kurang seperti anemia. Tips komsumsi yang baik agar terhindar dari anemia: 1. Mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi disarankan bagi setiap orang, terlebih bagi wanita yang menstruasi atau sedang hamil. Zat besi yang paling mudah diserap bersumber dari daging, ayam dan ikan. Beberapa makanan seperti sayuran, buah-buahan, sereal (yang diperkuat zat besi), telur dan kacang-kacangan juga mengandung zat besi, namun lebih sulit dicerna. Untuk mempermudah penyerapan zat besi, Anda dapat memakannya bersamaan dengan daging, ayam atau ikan atau dengan buah-buahan yang kaya vitamin C. 2. Anda tidak memerlukan suplemen zat besi kecuali direkomendasikan dokter. Suplemen zat besi berdosis tinggi dapat menyebabkan konstipasi dan tinja berwarna hitam. Selain itu, penggunaan suplemen zat besi yang

tidak perlu dapat menyembunyikan masalah lain, misalnya perdarahan pada saluran pencernaan. Kelebihan zat besi mengakibatkan kelelahan, muntah, diare, sakit kepala, mudah tersinggung, dan muncul masalah pada persendian. 3. Wanita hamil disarankan mengkonsumsi suplemen makanan sesuai saran dokter, termasuk yang mengandung zat besi dan asam folat untuk mencegah anemia. 4. Mengkonsumsi buah-buahan kaya vitamin C seperti jambu,

jeruk, sirsak, pepaya, dan anggur . Vitamin C diperlukan untuk membantu penyerapan besi di dalam saluran pencernaan, kecuali penderita gangguan pencernaan. Sebab vitamin C bisa memperparah penderita gangguan pencernaan. 5. Menjalani diet vegetarian harus dilakukan dengan bijak karena dapat menyebabkan kekurangan vitamin B12. Vitamin ini sangat penting bagi pembentukan sel-sel tubuh, termasuk sel darah merah. Bila Anda tidak mengkonsumsi makanan hewani, Anda perlu mengambil suplemen vitamin B12. 6. Berhati-hatilah dalam penggunaan aspirin, ibuprofen dan obat anti inflamasi karena dapat menyebabkan iritasi lambung. Bila Anda harus mengkonsumsinya, konsultasikan dengan dokter jika Anda punya riwayat perdarahan lambung. Dokter mungkin akan mengganti deng obat No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. Bahan Makanan Hati Daging Sapi Ikan Telur Ayam Kacang-kacangan Tepung Gandum Sayuran Hijau Daun Umbi-umbian Buah-buahan Beras Susu Sapi Zat Besi (mg/100 g) 6,0 sampai 14,0 2,0 sampai 4,3 0,5 sampai 1,0 2,0 sampai 3,0 1,9 sampai 14,0 1,5 sampai 7,0 0,4 sampai 18,0 0,3 sampai 2,0 0,2 Sampai 4,0 0,5 sampai 0,8 0,1 sampai 0,4

lain yang sesuai. Tabel 1. Zat Besi Dalam Bahan Makanan Untuk mengurangi prevelensi anemia perlu di berikan suplementasi pil besi untuk tenaga kerja wanita yang menurut anjuran Depkes adalah

dengan dosis 1 tablet / minggu selama 16 minggu pertahun dan 1 tablet / hari selama 10 hari pada masa haid,Lebih memperhatikan kesehatan tenaga kerja wanita melalui pemeriksaan kesehatan berkala secara umum serta pemeriksaan secara khusus pada tenaga kerja wanita, seperti pemeriksaan hb secara berkala 3 bulan sekali bekerja sama dengan dinas kesehatan terkait,Meningkatkan Komunikasi, Informasi, Edukasi (KIE) pada tenaga kerja wanita dan perusahaan.

Contoh jurnal: PENGARUH BEBAN KERJA AYAM TERHADAP DI DESA STATUS GIZI

PEKERJAPETERNAKAN

SILEBO-LEBO

KABUPATEN DELI SERDANG Pengaruh Beban Kerja Berdasarkan Waktu Kerja terhadap Status Gizi Pekerja Hasil Penelitian menunjukkan bahwa, pekerja yang menggunakan waktu kerja lebih dari 8 jam/hari, ditemukan 84,8% memiliki status gizi kurang, 15,2% status gizi baik. Selanjutnya pekerja yang menggunakan waktu kerja kurang dari 8 jam/hari, ditemukan 72,0% memiliki status gizi baik, 28,0% memiliki status gizi kurang. Hal ini berarti bahwa pekerja yang menggunakan waktu bekerja lebih dari 8 jam sehari cenderung memiliki status gizi kurang dan sebaliknya pekerja yang menggunakan waktu kerja kurang dari 8 jam sehari cenderung memiliki status gizi baik. Jadi waktu kerja dapat memengaruhi status gizi pekerja . Dengan contoh tersebut membuktikan bahwa waktu istirahat sangat mempengaruhi faktor produktifitas tenaga kerja dimana dalam hal ini anemia

BAB III PENUTUP

III.1 Kesimpulan Dalam melakukan pekerjaannya, perlu disadari bahwa masyarakat pekerja yang sehat akan bekerja dengan giat, tekun, produktif dan teliti sehingga dapat mencegah kecelakaan yang mungkin terjadi selama bekerja. Dapat dibayangkan apabila pekerja mengalami kurang gizi yaitu KEK dan Anemia, hal ini paling tidak akan mengurangi konsentrasi bekerja ataupun ketelitiannya dalam melakukan kerja; kondisi ini tentunya sangat membahayakan keselamatannya apalagi kalau pekerja tersebut bekerja dengan menggunakan alat-alat yang dalam penggunaannya sangat membutuhkan konsentrasi dan perhatian yang tinggi karena kalau tidak berhati-hati dapat menimbulkan kecelakaan.

DAFTAR PUSTAKA
http://alenhyp05.wordpress.com/dampak-dan-penanganan-kva-gaky-kep-anemia-danobesitas-pada-pekerja-di-perusahaan/

http://merulalia.wordpress.com/2010/02/28/anemia-tenaga-kerja/

http://websitehamdin.blogspot.com/2011/11/penyebab-kurang-energi-kronis-kek.html

https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&ved= 0CC0QFjAA&url=http%3A%2F%2Fuda.ac.id%2Fjurnal%2Ffiles%2FJURNAL%2520dosen% 2520luar%2520fik1.pdf&ei=QDh7UvbQL4e0kQXu5IC4Cg&usg=AFQjCNHczYZBNUyAhimIZaQKontxI9U06 w&sig2=n8abLZnbHaGqpe_NtE39qA&bvm=bv.56146854,d.dGI

Ginting Surita, 2013. Jurnal. Pengaruh Beban Kerja Terhadap Status Gizi Pekerjapeternakan Ayam Di Desa Silebo-Lebo Kabupaten Deliserdang

You might also like