You are on page 1of 71

MASYARAKAT

Interaksi Manusia mengandung tiga unsur, yaitu : Tindakan (act), sesuatu (thing), dan makna (meaning).
Secara umum masalah sosial merupakan penyimpangan perilaku individu maupun lembaga di dalam masyarakat yg dirasakan mengganggu, berbahaya dan merugikan bagi kepentingan orang banyak atau masyarakat umum.

MASYARAKAT
NILAI
MENTALITA (AKTIVITAS JIWA, CARA BERFIKIR, BERPERASAAN) YG TERBENTUK DR PERILAKU MANUSIA MENJADI SEJUMLAH ANGGAPAN

NORMA
UKURAN TTG SEJUMLAH PERI-LAKU YG DITERIMA & DISEPA-KATI SECARA UMUM OLEH MASYARAKAT (VOLKWAYS, MORES, CUSTOMS, LAWS).

BENTUK-BENTUK INTERELASI INDIVIDU DLM MASYARAKATAT: KERJASAMA (COOPERATION), PENYESUAIAN (ACCOMODATION), PERSAINGAN (COMPETATION), PERTENTANGAN (CONFLICT), PENGUASAAN (DOMINATION).

Kerangka Materi
1.

2.

3.

Fakta: suatu kenyataan (fact, factum) dlm sosiologi bisa; objek, fenomena, kejadian nyata/ realitas Konsep: abstraksi dari sekumpulan kejadian dg ciri yang sama Generalisasi: perpaduan antara dua konsep atau lebih, generalisasi berupa: prinsip, hukum, dalil, teori/ pendapat

Nilai dan Norma Sosial

NILAI

Gambaran sesuatu yang Pantas Diinginkan/dicita-citakan Berharga

Sistem Nilai Budaya

Terkonsep dalam pikiran masy Perilaku sosial

Fokus Kajian Sosiologi


Struktur Sosial (Statis) Stratifkasi Sosial Kelompok Sosial Kekuasaan Kebudayaan Nilai dan Norma Lembaga sosial

Sosiologi Proses Sosial (Dinamis) Intraksi sosial dan Komunikasi Sosialisasi Mobilitas Sosial Konflik Perubahan Sosial Pengendalian sosial

Masyarakat

Interaksi Sosial

Norma: Cara (Usage) Kebiasaan (Folkways) Tata Kelakuan (Mores) Adat Istiadat ( Costum) Law (Hukum)

Patokan berperilaku dalam Suatu kelompok: Menentukan tindakan Mendorong / menolak Perilaku sosial

Proses Pelembagaan Norma

Habitualisasi Text

Tifikasi

Institusio nalisasi

Pembiasaan

Kesamaan Tipe * Institusi sosial

Melembaga

Interaksi Sosial
Definisi
Latar belakang Mns Makhluk Sos Pola

Interaksi Sosial
Syarat Pendorong

Kaitan Interaksi Dgn Keteraturan sosial

Bentuk

Sosialisasi
Belajar

Pola
* Represif * Partisipatoris

Nilai

SOSIALISASI
* Norma * Pengetahuan
AGEN Keluarga Teman bermain Sekolah Media massa

KEPRIBADIAN (karakter/watak) Geneologis Keluarga Teman bermain Lingkungan Kebudayaan

Sosialisasi dan Kepribadian

Kepribadian Normal Sosialisasi NORMA Abnormal (Perilaku menyimpang & anti sosial)

Bentuk : Kriminalitas Seksual Gaya hidup Konsumsi Jenis: Peny Primer/Sekun der Peny positif/negatif

Kepribadian

PENGENDALIAN SOSIAL

STRUKTUR SOSIAL
Sifat: Closed Open Campuran

Kriteria: Keturunan Stratifikasi sosial Kekayaan (Pglmpk scr vertikal) Kekuasaan Ilmu Pengetahuan

vs

Diferensiasi Sosial (Perbedaan scr horizontal) Etnis/suku Agama Jenis kelamin

Unsur: Kelas Sosial : didasarkan ekonomi Status dan peran Mobilitas sosial Kekuasaan dan kewenangan

Kelas Sosial

Top Class

Middle Class

Lower Class

Status dan Peran


Status (Posisi Sos)

Peran: (manifestasi status)

Jenis: Ascribed (Kelahiran) Achieved (usaha) Assigned (Pemberian)

Achieved (usaha)

Mobilitas Sosial (Perubahan lapisan) Intra generasi Inter generasi


Saluran : Militer Parpol Ekonomi Seni/olahraga

Vertikal *Sinking *Limbing

Horizontal

Kelompok Sosial

Klasifikasi/Tipe 1. Dyadic-tryadic 2. In group-out group 3. Primer-sekunder 4. Membership-reference 5. Formal-informal 6. Gesselschaf-gemeinschaft 7. Ocuvasional-volunter

Kelp Sosial
Masy setempat (Community) Masy Pedesaan Masy Perkotaan

Syarat/ciri: Min 2 org Tujuan Interaksi sosial Waktu-tempat

Perubahan Sosial
1. Faktor Internal-eksternal 2. Pendorong & penghambat

Bentuk:

Evolusirevolusi Progressregress Besar-kecil Direncanak an-tdk direncnkn Linearsiklus

Perubahan Sosial (perub struktur & Proses)

Dimensi Struktural Kultural Interaksion al

Dampak: Positif Negatif

LEMBAGA SOSIAL
Manusia Kebutuhan Jenis 1. Keluarga 2. Pendidikan 3. Politik 4. Ekonomi 5. Agama

Pranata Sosial Tipe: 1. Perkembangan 2. Sistem nilai 3. Penerimaan 4. Penyebaran 5. Fungsi

Lembaga sosial

asosiasi

Fungsi: Pedoman Keutuhan masy Kontrol sos

ALIENASI
(Ketidakberdayaan, ketidakberartian, ketiadaan norma, keterpencilan, keterasingan, ketidakseimbangan diri)
Keterasingan diri atas karyanya di dlm masyarakat atau kelompok, disertai perasaan tanpa norma, tanpa arti, tanpa daya, tanpa kemampuan, tanpa perhatian, merasa rendah diri, terisolasi, dan tersingkir dlm kehidupan.

ANOMI

Kondisi masyarakat yang tidak memiliki seperangkat norma dan sistem nilai yang dihayati kebenarannya, berlaku scr konsisten, dan digunakan sebagai pedoman oleh warga masyarakatnya.
Nilai-nilai lama telah ditinggalkan sedangkan nilai baru belum terbentuk. Cara menerapkan nilai lama tidak sesuai dengan perkembangan, sedangkan cara baru belum ada.

ANOMALI

Anomali adalah proses penyimpangan fungsi-fungsi lembaga dalam masyarakat yg tdk segera diperbaiki peranannya sehingga menimbulkan kegalauan atau keadaan anomi. Bentuknya berupa pelanggaran thd norma-norma sosial yg tlh melembaga atau mapan, tidak ada sanksi yg efektif, & tidak melakukan perubahan scr substansial cara utk mengatasi masalah.

INVOLUSI

Involusi adalah kemunduran, kemerosotan kebudayaan kr ketidakseimbangan yang terjadi di dalam kehidupan sosial sudah mencapai bentuk yang pasti, namun tidak berhasil diseimbangkan atau diubah menjadi suatu pola baru, justru terus berkembang hingga menjadi semakin rumit. Bentuknya berupa peningkatan teknik melangsungkan kehidupan atas dasar ketertutupan (exclucivisme), dlm konteks mekanisme daya tahan masyarakat (defence-mechanisme), hingga sikap sosial mengalami dehumanisasi, kepekaan sosial menghilang, persepsi sosial menjadi kabur, kebanggan hanya pada lambang-lambang kesuksesan, mabuk kekuasaan, materi dan panik

POLARISASI

Proses terjadinya dua lapisan dalam masyarakat (lapisan atas dan lapisan bawah) yang menunjukkan perbedaan sikap dan kemampuan dalam merespon ilmu pengetahuan dan teknologi serta hasil-hasil pembangunan sedemikian rupa, sehingga tingkat kesejahteraan dan kemampuan kedua lapisan itu jauh berbeda. Bentuk a.l adl kesenjangan dlm kesejahteraan, pendidikan, akses dlm berpolitik dll.

STEREOTIPE

Kesan (pandangan salah, prasangka) tentang ciri-ciri tertentu (khusus) kelompok luar yang telah diterima secara luas oleh masyarakat. Citra kaku tentang suatu kelompok ras atau budaya yang dianut tanpa memperhatikan kebenaran citra tersebut. Kecenderungan bahwa sesuatu yang dipercayai orang besifat terlalu menyederhanakan dan tidak peka terhadap fakta obyektif. Stereotype mungkin ada benarnya, tetapi tidak seluruhnya benar.

PATOLOGI SOSIAL

Semua tingkah laku yg bertentangan dg norma kebaikan, stabilitas lokal, pola kesedarhanaan, moralitas, hak milik, solidaritas kekeluargaan, hidup rukun bertetangga, disiplin, kebaikan dan hukum formal (Penyakit Masyarakat). Perkembangan tdk seimbang dr macam-2 bag kebudayaan, shg melahirkan kesenjangan sosial, kelambatan kultural (cultur lag), disorganisasi sosial, hingga disintegrasi sosial. Inter-dependensi antara disorganisasi sosial dan lingkungan budaya yg buruk merupakan rangsangan bagi orang normal menjadi sakit sosial (sosiopatik).

Bentuknya : Kemiskinan, Kejahatan, Pelacuran, Alkoholisme, Narkotika, Perjugian, Pelacuran

EROSION PATRON-CLIENT BOND


Pengikisan hubungan ketergantungan antara Klien (yang dipimpin, dilindungi, anggota) terhadap Patron (Pelindung, Pemimpin) disebabkan oleh menguatnya nilai kesadaran rasional di satu sisi, di sisi lain melemahnya nilai ketauladanan dan rasa tanggungjawab) Patron sbg pengaruh dr orientasi materi yg menonjol, serta berfikir dan bertindak scr ekonomis.

KRISIS

Krisis adalah proses melemahnya daya pengikat sosial berupa nilai-nilai, lembagalembaga, fungsi-fungsi, status-status, peranan-peranan, mekanisme, cara-cara hidup dalam masyarakat Bentuknya berupa kontradiksi-kontradiksi sikap dan tindakan dlm bentuk arogan, brutal, agresif, anarkhi di masyarakat dalam menghadapi setiap kebijakan yg dianggap tidak selaras dengan pendapat umum

TIPE KEJAHATAN PD MASYARAKAT INDUSTRI

Penyelundupan (smuggling) sbg bentuk kejahatan konvesional yg berdimensi baru, memanfaatkan teknologi komunikasi, transpotasi (kapal curah, container, cargo air transportation, diplomatic bag dll). Penyebaran hama & penyakit mll bahan makanan import kadaluarsa, baik berasal dr ngr pengeksport yg kondisi alat angkutnya buruk, maupun yg tertahan di pelabuhan tujuan. Pasar gelap (black market) barang-2 terlarang spt makanan, minuman, drug mll pengemasan & peredaran yg tdk konvensional (pembuangan limbah 3B, debt collector).

Pemalsuan merk dagang terkenal & pembajakan hak paten. Penggelapan pajak, pemalsuan restitusi pajak. Penyalahgunaan credit card, pecurian pulsa telp, money laundry. Pelecehan sex dan child abused, kejahatan yg bersumber dr tekanan psikologis akibat kerja berat & diburu wakt. Cyber crime (kejahatan maya. Kejahatan asuransi.

TERORISME

Strategi untuk mencapai suatu tujuan dengan menggunakan cara kekerasan atau ancaman kekerasan utk memaksa pemerintah, penguasa & rakyat dengan menimbulkan rasa takut. Digunakan olh kelompok yg hanya memperoleh dukungan kecil, tetapi memiliki keyakinan yang teguh atas kebenaran tujutannya. Berbagai tujuan terorisme : menarik perhatian dunia, mengacaukan stabilitas pemerintahan, mendukung revolusi, dan balas dendam.

WHITE COLLOR CRIME

Ciri-2 WCC menurut Laura Snider : - Dilakukan dlm konteks kewenangan. - Berlindung di balik jabatan. - Akibat yg ditimbulkan meluas. - Menguntungkan diri sendiri maupun kelompok. - Dilakukan dlm konteks sindikat. Label yg mengandung pesan moral & politik utk kejahatan yg dilakukan olh orang-2 yg memiliki kedudukan sosial tinggi & terhormat dlm pekerjaannya (para pengusaha & eksekutif). Kegiatan tdk sah tanpa menggunakan kekerasan scr langsung teruama menyangkut penipuan, penyesatan, penyembunyian informasi, penggelapan dan manipulasi. WCC menggugurkan teori yg menyatakan pelaku kriminal adl orang-2 yg berasal dr kelas sosial & ekonomi rendah.

PENCEGAHAN KEJAHATAN

Perasaan takut thd pelaku kejahatan (karena niat & peluang berbuat jahat longgar), shg perasaan aman masyarakat terganggu. Akar masalah kejahatan Korelatif Kriminogen. menyangkut Faktor

Pencegahan kejahatan adalah upaya bersama yang dilakukan oleh aparat dan masyarakat umum dalam menjaga kelembagaan sosial, sistem sosial, dan peran-peran masyarakat melalui mekanisme yg telah melembaga untuk mewujudkan perasaan aman.

Pencegahan = antisipansi sebelum masalah terjadi, penanganan kejahatan pada hulu permasalahan. Mencegah orang menjadi penjahat & menjadi korban kejahatan. Mengendalikan keadaan agar tidak dimanfaatkan utk berbuat jahat.
Pengenalan metode penanganan kejahatan, serta peluang terjadinya kejahatan sejak dini (sejak anak-anak melalui pembinan terhadap kenakalan remaja.

(Horton & Hunt, Smelser, Kornblum, Light, Keller)

PERILAKU KOLEKTIF

Tindakan yg dilakukan scr bersama olh sejumlah orang, bersifat temporer (tdk bersifat rutin), tdk terorganisasi. Cenderung tdk terkendali. Sebagai tanggapan atas rangsangan tertentu atau dipicu olh suatu rangsangan yg sama (peristiwa, benda, ide), sangat dimungkinkan merusak dan berlaku kriminal. Contoh : Kerumunan berubah menjadi penjarahan. Penjarahan di New York 1977, Los Angeles 1992, 10 Mei 1963 di Bandung, 13-15 Mei 1998 di Jakarta. Perlu disiapkan teknik pengendalian kerumunan.

PANIK

Kondisi emosional yg diwarnai olh keputus-asaan & ketakutan yg tdk terkendali, disertai penyelematan diri scr kolektif yg didasari olh sikap histeris. Terjadi pd pok yg mengalami keletihan kr tekanan jiwa (stress) berkepanjangan, berada dalam keadaan sangat berbahaya & hanya memiliki kemungkinan membebaskan diri scr terbatas. Setiap orang menempuh cara utk melindungi dirinya sendiri. Peran kepemimpinan sangat penting dlm suasana kepanikan (mengorganisasi agr kerjasama; hilangkan ketidak pastian dg cara memberi arahan & bangun percaya diri).

DESAS-DESUS

Berita yang menyebar secara cepat & tidak berdasarkan fakta (kenyataan), dr soal moral hingga soal negara. Disebarkan kr dasarnya orang perlu & suka. Tercipta manakala terjadi ketegangan sosial. Dpt merusak nama baik (reputasi), kaburkan tujuan, lemahkan semangat digunakan utk propaganda. Tdk dpt dibantah scr efektif dg menggunakan penjelasan yg benar. Desas-desus yg berlangsung lama & diterima sbg kebenaran bisa menjadi legenda.

GERAKAN SOSIAL

Perilaku kolektif yg melakukan kegiatan dg kadar kesinabungan tertentu utk menunjang atau menolak perubahan yg terjadi di masyarakat atau kelompok. Awal mula gerakan dilakukan olh suatu kelompok yg merasa tdk puas thd suatu keadaan; pribadi kecewa; penyaluran kegagalan; atau mereka yg merasa hidup kurang berarti. Semula bentuk gerakan tidak terorganisasi, terarah dan terencana selanjutnya terorganisasi. Contoh: Gerakan perpindahan, gerakan ekspresif, gerakan utopia, gerakan reformasi, gerakan revolusioner, KAMI 1966, Reformasi 1998. Gerakan ini setelah satu - dua dasawarsa mengalami penurunan

CIVIL DISOBEDIENCE

Pembangkangan sipil adl penyimpangan hk secara umum dan terbuka karena terdorong oleh kata hati serta pandangan moral, disertai dengan kesediaan menerima sanksi hukum. Aksi tsb merupakan teknik paksaan tanpa paksaan yang menggunakan tuntutan dr sejumlah orang yang rela menderita demi menegakkan suatu pandangan moral.

Pembangkangan sipil disebabkan kr muncul-nya kasus-2 yang berkaitan dengan adanya perasaan kurang puas atas sistem hukum yang tidak adil. Aksi ini merupakan tindakan politik yang bukan merupakan tindakan kekerasan dengan tujuan untuk mengubah hukum atau kebijakan pemerintah. Pembangkan sipil diilhami oleh pemikiran bhw keadilan yg berlaku di masyarakat hanya untuk golongan tertentu saja dan kurang memperhatikan golongan yang lain.

Pembangkangan sipil bisa mencapai tuntutan yang dikehendaki apabila memiliki disiplin diri yg kuat dari para pelaku, dan tdk mengarah ke tindakan kekerasan. Cara ini umumnya berlaku di negaranegara demokrasi di mana para pelaku telah memiliki kesadaran cukup tinggi dlm hidup bernegara. Dengan kata lain tuntutannya benarbenar utk kepentingan bangsa dan negara.

Social disobidience = Paksaan tanpa kekerasan (nonviolent coercion) sbg teknik perlawanan (non resistance) atau perlawanan pasif (pasif resistance). Sasarannya ialah membangkitkan perasaan simpati masyarakat dan mempermalukan partai dominan agar partai dominan mau membuat kelonggaran.

Ada masa dan situasi tertentu di mana aksi kekerasan lebih sering berhasil

(Keamanan Manusia)
MULTI FASET KEAMANAN MANUSIA : Keamanan kultural & agama. Keamanan harta milik. Keamanan hak-hak manusia. Keamanan perempuan. Anak dan lansia. Keamanan kerja. Keamanan keluarga & Kediaman. Keamanan makanan. Keamanan perjalanan. Keamanan informasi. Keamanan hak cipta. Keamanan pendidikan. Keamanan kesehatan. Jiwa & bencana.

HUMAN SECURITY

TANTANGAN KEAMANAN MANUSIA MASA DEPAN : Pangan, air, tanah, udara. Ekologi. Informasi. Kemiskinan mayoritas. Hak intelektual. Bencana alam. Perpecahan keluarga. Kesehatan. Radikalisasi agama. Terorisme. Trans-nasitional crime. Keseimbangan biomassa.

PROBLEM SOSIAL MASA KINI


Upaya mempersenjatai diri dan upaya mengurangi persenjataan (armament and disarment) Masalah Hak Asasi Manusia Alih teknologi, inflasi, tawar-menawar secara kolektif (collective bargaining) Biaya pemerintahan (government budgeting), Inovasi kelembagaan (institutional innovation), Restrukturisasi sosial (social restructuring) Keikutsertaan buruh dalam mengelola perusahaan, juga dalam hal penentuan kebijaksanan (codetermination) serta keterlibatan buruh dlm manajemen (workers self management)

KONFIGURASI PROBLEM SOSIAL

GRAND THEORY MASALAH KELEMBAGAAN PROBLEM MAKRO STRATEGIS

MIDDLE RANCE THEORY

PROBLEM MESSO TAKTIS

MASALAH ORGANISAS

LOWER THEORY

PROBLEM MIKRO TEKNIS

MASALAH INDIVIDU

Masalah Makro : - Hak Atas Kekayaan Intelektual. - Fungsi Lembaga Arbritase. - Sistem Kepolisian Nasional. Masalah Messo : - Persaingan Usaha. - Kepailitan Perusahaan. - Transaksi Bisnis Nasional Internasional. - Peranan lembaga. - Perbankan. Masalah Mikro : - Perlidungan konsumen. - Perlindungan wanita. - PHK.

Grand Theory

(Durkheim, A. Comte, M. Weber, T. Parsons, H. Spenser)


TEORI FUNGSIONAL

Kohesi sosial dalam masyarakat : Di setiap masyarakat senantiasa dijumpai suatu keterkaitan (kohesi). Dalam masyarakat seperti itu terdapat pengelompokan intermedier atas lembaga-lembaga kemasyarakatan, sehingga di dalamnya ada semacam struktur tertentu. Jika dalam pengelompokan membagi nilai dengan norma-norma yang sama, maka masyarakat memiliki aturan dalam pergaulan hidup, di mana orang-orang mempunyai ikatan erat dalam pengelompokan intermedier, sehingga mereka mengindahkan nilai-nilai dan norma pergaulan hidup tersebut.

Grand Theory

TEORI KONFLIK

(Hobbes, Karl Maarx, Galtung, Dahrendorf, Simmel, Coser, Slotkin)

Konflik merupakan fenomena yg normal dan natural. Konflik dpt menimbulkan keadaan tidak enak, meresahkan, menegangkan, menakutkan namun syarat bagi suatu perubahan. Konflik sosial merupakan pertentangan antara dua pihak atau lebih yang menyangkut masalah ekonomi, kekuasaan, keyakinan agama, ras.

Lower Theory

Teori-teori Under Control atau teori-teori untuk mengkaji perilaku jahat seperti teori Disorganisasi Sosial, teori Netralisasi dan teori Kontrol Sosial. Teori ini secara umum membahas mengapa ada orang melanggar hukum meskipun kebanyakan orang tidak demikian. Teori-teori Kultur, Status dan Opportunity seperti teori Status Frustasi, teori Kultur Kelas dan teori Opportunity yang menekankan mengapa adanya sebagian kecil orang menentang aturan yang telah ditetapkan masyarakat di mana mereka tinggal. Teori Over Control yang terdiri dari teori Labeling, teori Konflik Kelompok dan teori Marxis. Teori ini lebih menekankan kepada masalah mengapa orang bereaksi terhadap kejahatan.

ANOMI
(Emile Durkheim)
Anomi adalah keadaan deregulation dalam masyarakat, karena tidak ditaatinya aturan-aturan yang telah mapan (aturan lama ditinggalkan sedangkan aturan baru belum ada), kehidupan menjadi seolah-olah tanpa pedoman, orang sulit manangkap apa yang diharapkan dari orang lain baik untuk bersikap maupun bertindak, sehingga keadaan menjadi galau atau membingungkan.

ANOMI
(R.K.MERTON)

Innovation (pembaharuan) adalah keadaan di mana tujuan dalam masyrakat diakui dan dipelihara, akan tetapi tdk terjadi perubahan sarana yang dipergunakan untuk mencapai tujuan. Masyarakat masih ada yang percaya dengan cara-cara lama untuk mencapai tujuan, namun beralih menggunakan sarana baru jika menemui halangan terhadap cara yang digunakan untuk mencapai kesusksesan. Conformity (menyetujui) adalah suatu keadaan di mana warga masyarakat menerima tujuan dan sarana-sarana baru (legitimate mean) yang berkembang di masyarakat karena ada tekanan sosial. Di sisi lain meskipun masyarakat memiliki sarana yang terbatas tetapi tidak melakukan penyimpangan, mereka melanjutkan pencapaian tujuan hidup dan percaya atas legitimasi sarana-sarana konvensional dengan mana kesusksesan akan dicapai.

Ritualism (tatacara keagamaan) yaitu keadaan di mana warga masyarakat yang telah menerima tujuan dan sarana-sarana baru, namun saranasarana baru tidak kunjung diadakan. Masyarakat meredakan ketegangan dengan menurunkan skala aspirasi sampai pada batas yang bisa mereka capai daripada mengejar tujuan budaya kesuksesan yg hanya ilusi. Retreatism (penarikan diri) yaitu keadaan di mana warga masyarakat melepaskan tujuan budaya sukses dan saranasarana sah. Warga masyarakat mulai menyesuaikan diri dari menurut cara-cara sendiri, misalnya dengan mabokmabokan, pecandu narkoba hingga puncaknya bunuh diri. Rebellion (pemberontakan) yaitu keadaan di mana tujuan dan sarana yang terdapat dalam masyarakat ditolak, berusaha untuk mengganti atau mengubah seluruhnya. Meraka juga menginginkan utk mengubah sistem melalui social disobidien (pembangkangan sosial).

EXCHANGE THEORY (Peter Blau)


Premis-premisnya : Pertukaran sosial tidak simetris, ttp dilandasi olh sistem stratifikasi berdasarkan kekuasaan dan wewenang. Perbedaan status dlm masyarakat berakibat adanya perbedaan transaksi dalam pertukaran antar warga, status yg rendah ditentukan olh status yg tinggi. Legitimasi pemimpin dlm masyarakat tdk menjamin para anggota merasa puas thd kepemimpinannya, atau memahami apa yang diharuskan olh pimpinan, karena setiap pertukaran salalu diikuti oleh pamrih atau balasan. Kekuasaan dan otoritas dalam masyarakat sangat tergantung pd hasil perbandingan cost dan reward yg menguntungkan semua pihak. Dalam organisasi hubungan yg asimetris dilestarikan melalui kekuasaan yg memaksa.

TEORI KONTROL SOSIAL


(Reiss)
Lahirnya teori Kontrol Sosial dilatarbelakangi oleh tiga aspek perkembangan dalam masyarakat : (1) Adanya reaksi dari teori labeling dan konflik yang dilandasi tingkah laku kriminal. Sebagaimana acuan, teori ini kurang menganalisis masalah kriminal dan hanya mengarah pada subyek perilaku menyimpang; (2) Munculnya studi tentang criminal justice sebagai suatu ilmu telah mempengaruhi hukum menjadi lebih pragmatis serta berorientasi pada sistem; dan (3) Teori Kontrol Sosial dikaitkan dg teknik penelitian, khususnya terhadap tingkah laku remaja, yakni self report survey.

TEORI KONTROL SOSIAL

Menurut Nye, manusia diberi kendali supaya tidak melakukan pelanggaran, proses sosialisasi yang adequat (memadai) akan mengurangi terjadinya delinkuensi. Pendidikan terhadap seseorang untuk melakukan pengekangan keinginan (impulse). selain itu, kontrol intemal dan ekstemal harus kuat utk membangun ketaatan terhadap hukum (law-abiding). Premis teori Kontrol Sosial : 1. Harus ada kontrol intemal maupun ekstemal. 2 . Manusia diberikan kaidah-kaidah supaya tidak melakukan pelanggaran. 3. Proses sosialisasi yang ade quat (memadai) akan mengurangi terjadinya delinkuen. 4. Ketaatan thd hukum (law abiding).

(Nye)

TEORI LABELING
(Micholowsky)

Premis-premis teori Labeling sebagai berikut : 1. Kejahatan merupakan kualitas dari reaksi masyarakat atas tingkah laku seseorang. 2. Reaksi itu menyebabkan tindakan seseorang dicap sebagai penjahat. 3. Umumnya tingkah laku seseorang yang dicap jahat menyebabkan orangnya juga diperlakukan sebagai penjahat. 4. Seseorang yang dicap dan diperlakukan sebagai penjahat terjadi dalam proses interaksi, di mana interaksi tersebut diartikan sebagai hubungan timbal balik antara individu, antar kelompok dan antar individu dan kelompok. 5. Terdapat kecenderungan di mana seseorang atau kelompok yang dicap sebagai penjahat akan menyesuaikan diri dengan cap yang disandangnya.

Teori Labeling Howard S. Becker menekankan dua aspek: (1) Penjelasan tentang mengapa dan bagaimana orang-orang tertentu sampai diberi cap atau label sebagai penjahat; dan (2) Pengaruh daripada label itu sebagai konsekuensi penyimpangan tingkah laku, perilaku seseorang bisa sungguh2 menjadi jahat jika orang itu di cap jahat. Edwin Lemert membedakan tiga penyimpangan, yaitu: (1) Individual deviation, di mana timbulnya penyimpangan diakibatkan oleh karena tekanan psikis dari dalam; (2)Situational deviation, sebagai hasil stres atau tekanan dari keadaan; dan (3) Systematic deviation, sebagai pola-pola perilaku kejahatan terorganisir dalarn sub-sub kultur atau sistem tingkah laku.

Pada dasarnya teori labeling menggambarkan: (1) Tidak ada satupun perbuatan yang pada dasarnya bersifat kriminal; (2) Predikat kejahatan dilakukan oleh kelompok yang dominan atau kelompok penguasa; (3) Penerapan aturan tentang kejahatan dilakukan untuk kepentingan pihak yang berkuasa; (4) Orang tidak menjadi penjahat karena melanggar hukum, tetapi karena ditetapkan demikian oleh penguasa; dan (5) Pada dasarnya semua orang pernah melakukan kejahatan, sehingga tidak patut jika dibuat kategori orang jahat dan orang tidak jahat. Premis tersebut menggambarkan bahwa sesungguhnya tidak ada orang yang bisa dikatakan jahat apabila tidak terdapat aturan yang dibat oleh penguasa untuk menyatakan bahwa sesuatu tindakan yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang diklasifikasikan sebagai kejahatan.

DIFFERENTIAL ASSOCIATION THEORY


(Edwin H. Sutherland)
Sembilan premis perilaku jahat : 1. Perilaku kejahatan adalah perilaku yang dipelajari, bukan warisan. 2. Perilaku kejahatan dipelajari dalam interaksi dengan orang lain dalam suatu proses komunikasi. Komunikasi tersebut dapat bersifat lisan atau dengan bahasa tubuh). 3. Bagian terpenting dalam proses mempelajari perilaku kejahatan terjadi dalam hubungan personal yang intim. Secara negatif ini berarti bahwa komunikasi interpersonal seperti melalui bioskop, surat kabar, secara relatif tidak berperanan penting dalam terjadinya kejahatan).

4. Ketika perilaku kejahatan dipelajari, maka yang

dipelajari termasuk: (a) teknik melakukan kejahatan, (b) motif-motif, dorongan-dorongan, alasan-alasan pembenar dan sikap-sikap tertentu). 5. Arah dan motif dorongan itu dipelajari melalui definisi-definisi dari peraturan hukum. Dalam suatu masyarakat, kadang seseorang dikelilingi oleh orang-orang yang secara bersamaan melihat apa yang diatur dalam peraturan hukum sebagai sesuatu yang perlu diperhatikan dan dipatuhi, namun kadang ia dikelilingi orang-orang yang melihat aturan hukurn sebagai sesuatu yang memberikan peluang dilakukannya kejahatan. 6. Seseorang menjadi delinkuen karena ekses pola-pola pikir yang lebih melihat aturan hukurn sebagai pernberi peluang melakukan kejahatan daripada melihat hukurn sebagai sesuatu yang harus diperhatikan dan dipatuhi)

7. Asosiasi Diferensial bervariasi dalam

frekuensi, durasi, prioritas serta intensitasnya. 8. Proses mempelajari perilaku jahat diperoleh lewat hubungan dengan pola-pola kejahatan dan mekanisme yang lazim terjadi dalam setiap proses belajar secara urnum. 9. Sementara itu perilaku jahat merupakan ekspresi dari kebutuhan nilai umum, namun tidak dijelaskan bahwa perilaku yang bukan jahatpun merupakan ekspresi dari kebutuhan dan nilai-nilai umum yang sama.

SOCIAL REALITY OF CRIME THEORY (Richard Quinney)

Premis 1: Definisi ttg tindak kejahatan (perilaku yg melanggar hukum) adalah perilaku manusia yang diciptakan oleh para pelaku yang berwenang dalam masyarakat yang terorganisasi secara politik, atau kualifikasi atas perilaku yang melanggar hukum dirumuskan oleh warga-warga masyarakat yang mempunyai kekuasaan. Premis 2: Kejahatan adalah gambaran perilaku yang bertentangan dengan kepentingan kelompok masyarakat yang memiliki kekuasaan untuk membentuk kebijakan publik, atau perumusan pelanggaran hukum merupakan perumusan tentang perilaku yang bertentangan dengan kepentingan pihak-pihak yang membuat perumusan.

Premis 3: Definisi tindak kejahatan diterapkan di dalam masyarakat yang memiliki kekuasaan untuk membentuk pelaksanaan dan administrasi hukum pidana. Kepentingan penguasa ikut mencampuri di semua tahap dimana kejahatan itu diciptakan. Premis 4: Pola aksi tindakan melanggar hukum atau tidak tergantung pada faktor : (1) kesempatan dalam masyarakat; (2) pengalaman belajar; (3) identifikasi pada pihak-pihak lain; (4) konsep diri. Premis 5: Pemahaman ttg tindak kejahatan dibentuk dan diserap ke dalam kelompok-kelompok masyarakat lewat sarana komunikasi.

CULTURE CONFLICT THEORY (Thorsten Sellin)

Premis 1: Bertemunya dua budaya besar. Konflik budaya dapat terjadi apabila ada benturan aturan pada batas daerah budaya yang berdampingan. Pertemuan tersebut mengakibatkan terjadinya kontak budaya diantara mereka baik dalam kaitan agama, orientasi kerja, cara berdagang dan budaya minum-minuman keras, judi dan lain-lain yang dapat mernperlemah budaya kedua belah fihak. Premis 2: Budaya besar menguasai budaya kecil. Konflik budaya dapat juga terjadi bila satu budaya memperluas daerah berlakunya ke budaya lain. Hal ini terjadi biasanya dengan menggunakan undangundang dimana suatu kelompok budaya diperlakukan untuk daerah lain. Premis 3: Anggota dari suatu budaya pindah kebudaya lain. Konflik budaya timbul karena orang-orang yang hidup dalam budaya tertentu pindah ke lain budaya yang berbeda.

SUB-CULTURE THEORY

Teori sub-culture membahas kenakalan remaja serta perkembangan dari berbagai tipe gang anak-anak di AS. Teori sub-culture dipengaruhi oleh kondisi intelektual (intelectual heritage) aliran Chicago, konsep anomie Robert K. Merton dan Solomon Kobrin yang melakukan penelitian terhadap hubungan antara gang jalanan dengan orang laki-laki yang berasal dari komunitas kelas bawah (lower class). Hasil penelitiannya menunjukkan ada kaitan antara hierarki politis dengan kejahatan teroganisir.

Ada dua teori sub-culture


Teori Delinquent Sub-Culture Albert K. Cohen dalarn bukunya Delinquent Boys (1955) berusaha memecahkan masalah kenakalan remaja dengan meggabungkan teori Disorganivasi Sosial dari Shaw dan McKay, teori Differential Association Edwin H. Sutherland dengan teori Anomie R.K. Merton. Cohen menyimpulkan bahwa kondisi tsb menyebabkan terjadinya peningkatan perilaku delinkuen kalangan remaja di daerah kumuh (slum). Konklusinya menyebutkan bahwa perilaku delinkuen di kalangan remaja kelas bawah merupakan cermin ketidak puasan warga terhadap norma dan nilai kelompok kelas menengah yang mendominasi kultur Amerika.

Teori Differential Opportunity (Perbedaan kesempatan) Teori ini dikernukakan oleh Richard A.Cloward dan Leyod E. Ohlin yang membahas perilaku delinkuen remaja (gang) di Amerika. Menurut Cloward, deviasi perilkau remaja itu terjadi karena ada perbedaan kesernpatan yang dimiliki anak-anak untuk mencapai tujuan hidupnya. Tiga tipe gang kenakalan remaja: (1) Criminal SubSulture, bilamana masyarakat terintegrasi dg baik, mk gang akan berlaku sebagai kelompok yang belajar dari orang dewasa. Aspek itu berkorelasi dengan organisasi kriminal; (2) Retreatist Sub-culture, remaja tidak memiliki struktur kesempatan shg banyak melakukan perilaku menyimpang (mabuk-mabukan, penyalahgunaan narkoba, dan lain sebagainya); (3) Conflict Sub-culture, terdapat dalam masyarakat yang tidak terintegrasi sehingga para remaja menunjukkan perilaku bebas. Ciri khas gang ini adl kekerasan, perampasan harta benda, dan perilaku menyimpang lainnya.

TEORI KEKERASAN KOLEKTIF


(Tilly)

Kekerasan Kolektif Primitif pada dasarnya non politis, ruang lingkupnya terbatas pada st komunitas lokal (contoh : pengeroyokan thd pencopet yg tertangkap tangan). Kekerasan Kolektif Reaksioner merupakan reaksi thd penguasa, pelaku dan pendukungnya tdk semata-mata berasal dr st komunitas lokal, melainkan siapa saja yg merasa sesuai dg tujuan kolektif atau tdk setuju dg sistem yg tdk adil (contoh : demonstrasi buruh) Kekerasan Kolektif Modern merupakan sarana utk mencapai tujuan politis atau ekonomis dlm masyarakat (contohnya: kerusuhan 14 Mei 1998 di Jakarta).

TEORI KONSPIRASI
(Mathias Brockers)

Mutasi dlm kehidupan tdk saja terjadi atas dsr pertarungan atau persaingan soal keberadaan, ttp juga persekutuan & kerjasama yg justru memungkinkan terjadinya evolusi. Dlm kehidupan A bersepakat dg B tanpa diketahui C utk memperoleh keuntungan adl wajar. Konspirasi mengandung bujukan atau rayuan, bukan sekedar bernada sama. Kata-kata yg saling terkait membuat hal-hal yg rumit menjadi sederhana. Jika tidak ada bukti yg difinitif, kebenaran harus diuji scr berulang-ulang.

Kecenderungan melempar tggjwb mslh yg rumit & menyengsarakan merupakan ciri perilaku manusia. Misteri yg tdk mampu dijelaskan scr logika akan dilarikan kpd sdh kehendak Tuhan sbg Sang Pencipta. Konspirasi membuat masalah yg rumit menjadi sederhana, dan menjadi alat ideal utk propaganda. Syak wasangka adl suatu keraguan, kritik dpt dijadikan bukti bagi realitas utk kemajuan.

FILSAFAT
KEBENARAN : Absolut (kitab suci). Otoriter (kekuasaan, kedudukan : Presiden, Panglima, Gubernur dll). Mistik (Dewa, paranormal, dukun dll). Logika rasional (pemikiran manusia=wisdom). Ilmiah (pakar, ilmuwan).

BENAR

Indrawi mengapa Apa

Fakta sosial Filsafat mempertentangkan Materi/Bentuk

PERUBAHAN

bagaimana

Sifat

You might also like