Professional Documents
Culture Documents
KUALITAS UDARA DALAM RUANG KERJA Oleh Suharyo widagdo Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir - BATAN ABSTRAK KUALITAS UDARA DALAM RUANG KERJA. Prinsip Human Centered Design harus diterapkan pada setiap perancangan instalasi, baik instalasi nuklir maupun konvensional. Pada prinsip ini manusia diperlakukan sebagai pusat sistem. Karena manusia sebagai pusat sistem, maka semua perancangan sistem kerja diarahkan pada perancangan yang sesuai dengan manusia itu sendiri. Tujuannya adalah untuk meningkatkan efektifitas kerja dengan tetap memandang manusia sebagai pusat sistem untuk mempertahankan, bahkan meningkatkan, unsur kenyamanan dan kesehatan serta produktivitas. Kualitas udara dalam ruang kerja merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan untuk mencapai tujuan itu. Kata kunci: Ruang kerja, kualitas udara, ergonomika
ABSTRACT AIR QUALITY IN WORK STATION. The Human Centered Design principal should be applicated in all of installation design, either nuclear installation or conventional installation. Human should be treated as a center of the system. In order to raise the work effectivity, all of the work system design should be designed to fullfill the human need. Air quality in the work station is an example of some factors to be focused.
86
interaksi-interaksi yang terjadi antara manusia dengan pekerjaannya pada tempat-tempat tersebut memiliki karakteristik yang sama yang dapat digambarkan dengan skema seperti pada Gambar 1. Apa yang mampu dilakukan manusia dalam menghadapi pekerjaannya banyak dipengaruhi kondisi lingkungan kerjanya seperti suhu tempat kerjanya, kelembaban, pencahayaan, getaran, kebisingan, kebersihan udara dan lain lain [2]. -
Produk sisa hasil pembakaran dapat meliputi karbon monoksida (CO), nitrogen oksida (NO) dan mungkin hidrokarbon (HC). Gas-gas tersebut dapat bersumber dari dalam bangunan itu sendiri seperti; pembakaran akibat proses masak-memasak, merokok dalam ruang kerja. Sumber-sumber bahan pencemaran yang berasal dari luar bangunan biasanya dibawa masuk ke dalam -uangan melalui aliran udara ventilasi.
Gambar 1. Sistem pekerjaan manusia Kualitas Udara Kualitas udara dalam ruangan adalah udara di dalam suatu bangunan yang dihuni atau ditempati untuk suatu periode sekurang-kurangnya 1 jam oleh orang dengan berbagai status kesehatan yang berlainan. Ruang kerja yang terlalu padat penghuninya dan sistem AC yang kurang terawat dengan sirkulasi udara yang kurang memadai akan dapat meningkatkan resiko timbulnya gangguan kesehatan. Resiko tersebut kemungkinan dapat lebih diperparah oleh kondisi sebagai berikut : - Asap rokok dalam ruangan - Bahan-bahan bangunan, furniture, dan peralatan-peralatan modern - Produk-produk pembersih ruangan - Bahan-bahan pencemar udara dari luar ruangan dan lain-lain Kontaminan Udara Dalam Ruang Kerja [3] Beberapa jenis kontaminan atau bahan pencemar yang sering dapat menurunkan kualitas udara dalam suatu ruang kerja, yaitu : -
Formaldehid Formaldehid merupakan gas yang tidak berwarna dengan bau yang cukup tajam. Formaldehid biasanya dihasilkan dari bahanbahan bangunan seperti plywood, karpet, furniture. Urea Formaldehyde Foam Insulation (UFFI). Pemaparan formaldehid pada kadar yang cukup rendah 0,05 - 0,5 ppm dapat menyebabkan mata terbakar, iritasi pada saluran nafas bagian atas dan dicurigai sebagai karsinogen. Ozon (O3) Peralatan kerja yang dapat mengeluarkan ozon antara lain; printer lazer, lampu UV, mesin photo copy dan ioniser. Ozon merupakan gas yang sangat beracun dan mempunyai efek pada konsentrasi rendah. Ozon dapat menyebabkan iritasi pada mata dan saluran pernafasan. Ozon merupakan gas yang sangat mudah bereaksi namun hanya mempunyai pengaruh yang kecil pada lingkungan udara dalam ruang kerja.
Partikel dalam udara ruang kerja Secara umum kadar partikel yang berlebihan dapat menyebabkan reaksi alergik seperti mata kering, problem kontak lensa mata, iritasi hidung, tenggorokan dan kulit, batuk-batuk dan sesak nafas. WHO (1976) menetapkan rerata kadar debu dalam setahun adalah 40 g/m3 dan kadar maksimum 24 jam adalah 120 g/m. NH&MRC (1985) menetapkan rerata kadar dalam setahun adalah 90 g/m3. Sedangkan SAA (1980) menetapkan rerata kadar dalam setahun adalah 60 g/m3 dan kadar maksimum 24 jam adalah 150 g/m3. Pencemaran mikrobiologi Kelembaban udara yang tinggi, sirkulasi udara yang tidak seimbang, bangunan yang terlalu rapat satu sama lain, sistem AC yang menggunakan air dan kondensasi akan merangsang tumbuh dan berkembangnya mikrobiologi seperti virus, bakteri, jamur, protozoa, dll.
Karbon dioksida (CO2) Kadar CO2 merupakan indikator yang bagus untuk mengetahui efektif tidaknya sistem ventilasi dalam ruangan yang bersangkutan. Kadar CO2 dalam suatu ruangan harus diusahakan < 1000 ppm. ASHRAE Standard 62-1989 merekomendasikan untuk ruang kerja perkantoran harus mempunyai rata-rata aliran udara masuk sekurangkurangnya 10 liter/det/orang untuk mempertahankan kadar CO2 di bawah 1000 ppm.
Produk hasil pembakaran
87
PEMBAHASAN Kemajuan teknologi dunia telah membawa dampak berupa perubahan peradaban dari masyarakat agraris menuju masyarakat industri. Dan pada era globalisasi sekarang ini juga telah menunjukkan perubahan yang sangat cepat dari peradaban masyarakat industri menuju masyarakat informasi. Salah satu ciri dari masyarakat informasi adalah menghabiskan sebagian besar waktunya untuk bekerja di dalam gedung modern dengan menggunakan ventilasi buatan seperti Air Conditioning. Namun demikian di dalam masyarakat kita juga masih berkembang suatu pola pikir di mana pekerjaan yang dilakukan di dalam ruangan suatu gedung modern merupakan pekerjaan yang tidak mempunyai resiko atau paling aman dan nyaman dari pengaruh negatif lingkungan kerja. Kenyataannya bahwa kualitas udara dalam suatu ruangan merupakan faktor yang signifikan yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan tenaga kerja. Kualitas udara yang rendah dalam suatu ruangan akan mengakibatkan biaya tinggi. Biayabiaya tersebut meliputi biaya pengobatan langsung, menurunnya produktivitas dan terjadi kerusakan pada material dan peralatan kerja. Oksigen merupakan komponen udara yang dapat mempengaruhi tingkat kualitas udara dalam ruangan. Standard minimum yang ditetapkan oleh NIOSH (1984) untuk ruang tertutup dan ber AC adalah 19,5 %. Apabila konsentrasi O2 di suatu ruangan berada pada konsentrasi di bawah kadar tersebut dapat mengakibatkan gangguan kesehatan berupa; pusing, mudah mengantuk, pernafasan menjadi sesak, dll. Cuaca kerja merupakan kombinasi dari komponen suhu udara, kecepatan gerakan udara dan kelembaban udara. Komponen komponen tersebut dapat mempengaruhi persepsi kualitas udara dalam ruangan kerja, sehingga harus selalu dijaga agar berada pada kisaran yang dapat diterima untuk kenyamanan penghuninya. Masalah kualitas udara dalam ruangan tersebut biasanya disebabkan karena, kelembaban dan gerakan udara di luar batas yang dianjurkan. Didasarkan pada rekomendasi NIOSH, tentang kriteria untuk suhu nyaman; suhu udara dalam ruang yang dapat diterima adalah 23 - 26 C pada kelembaban 35 65 %. Rata-rata gerakan udara untuk ruang yang ditempati tidak melebihi 0,25 m/det. Kecepatan udara di bawah 0,07 m/det akan memberikan rasa yang tidak enak di badan. WHO memberikan rekomendasi tentang kecepatan gerakan udara dan kelembaban yang harus disesuaikan dengan kondisi suhu udara setempat untuk mendapatkan udara yang nyaman, pada Table 1.
Tabel 1. Kecepatan udara yang direkomendasikan untuk ruang kerja (Sumber: WHO) [4]
Salah satu upaya untuk mendapatkan ruangan dengan udara yang nyaman adalah dengan memasang AC pada ruang kerja. Pemasangan AC biasanya dapat. dilakukan baik secara sentral maupun secara split. Pada dasarnya kedua jenis AC tersebut mempunyai prinsip pengaliran udara yang agak berbeda. Pada AC split, udara dari luar gedung dihisap dan didinginkan dalam suatu phase kemudian dihembuskan ke dalam ruangan, selanjutnya udara dikeluarkan melalui lubanglubang yang dibuka dan ditutup. Sedangkan pada AC sentral, udara didinginkan dan kemudian dihembuskan kedalam ruangan yang selanjutnya udara di dalam ruangan yang masih agak dingin dihisap lagi untuk didinginkan kembali dan kemudian dihembuskan ke dalam ruangan lagi, demikian seterusnya. Pada AC sentral ada kemungkinan udara yang dialirkan terkontaminasi dengan bahan-bahan pencemar yang berasal dalam ruangan itu sendiri, seperti; gas CO, sebagai sisa pernafasan, gas CO terutama dari asap rokok, O3 dari peralatan kerja, pada Table 2. KESIMPULAN Perhatian utama ergonomika adalah pada manusia dan interaksinya dengan produk, perlengkapan, fasilitas, prosedur serta lingkungan tempatnya bekerja atau tinggal karena ergonomika mempunyai dua tujuan utama. Tujuan pertama adalah meningkatkan efektivitas dan efisiensi kerjanya. Termasuk di sini adalah meningkatnya produktivitas dan berkurangnya terjadinya kesalahan kerja. Tujuan yang kedua adalah meningkatnya keselamatan, keamanan, kepuasan bekerja dan kualitas hidup serta mengurangi kelelahan dan stres Manusia, dengan segala
88
kemampuan dan keterbatasannya, merupakan faktor kunci dalam keselamatan instalasi. Faktor manusia memegang peranan penting pada masalah keselamatan instalasi dan salah satu cara meningkatkan kinerja adalah dengan memperhatikan aspek lingkungan fisiknya termasuk kualitas udaranya. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi beban kerja manusia pemakainya sehingga mereka merasa nyaman dengan pekerjaannya. Lingkungan fisik yang nyaman sangat dibutuhkan pekerja agar dapat bekerja secara optimal. Karena itu lingkungan fisik harus ditangani atau didesain sedemikian rupa sehingga menjadi kondusif terhadap pekerja untuk melaksanakan kegiatan dalam suasana yang nyaman. Tabel 2. Kondisi Udara di Ruang Kerja
UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih kami sampaikan kepada Redaksi Majalah Ilmiah Sigma Epsilon yang telah membantu dalam perbaikan makalah ini. DAFTAR PUSTAKA 1. 2. 3. 4. HELLER, R., Motivating People, Dorling Kindersley, 2001. CORMICK, Mc., ERNEST, J., Human Factors in Engineering and Design, Mc Graw-Hill Book Company, 1997. HAU, E., Lectures and Practical Sessions on Indoor Air Quality, The University of Queensland, Australia, 2001. ANONYMOUS, Indoor Air Quality, A Guide for Healthy and Safe Workplaces, Workplace Health and Safety (WHS), Queensland Government, Australia, 2002.
89