You are on page 1of 24

REFERAT

ALERGI OBAT (DRUG ALLERGY)

PEMBIMBING : dr. HOEDOJO, Sp. PD


OLEH: AMIN KAMARIL WAHYUDI, S.Ked 082011101051
SMF ILMU PENYAKIT DALAM RSD DR. SOEBANDI JEMBER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JEMBER

DEFINISI
Alergi obat adalah respon abnormal seseorang terhadap bahan obat atau metabolitnya melalui reaksi imunologi yang dikenal sebagai reaksi hipersensitivitas yang terjadi selama atau setelah pemakaian obat.

KLASIFIKASI REAKSI ADVERSI :


I.Reaksi yang tidak terkait langsung dengan efek obat Reaksi psikogenik contoh : reaksi vasovagal kegelisahan, muntah muntah, lemas setelah disuntik Reaksi koinsidental Merupakan manifestasi dari penyakit dasar tetapi disalahartikan sebagai reaksi simpang terhadap obat yang kebetulan diberikan kepada penderita. contoh : kemerahan pada kulit karena infeksi virus disalahartikan karena obat

II. Reaksi yang terkait langsung dengan efek obat 1. Reaksi adversi yang dapat terjadi pada semua orang Overdosis Efek toksis suatu obat berkaitan dengan konsentrasi lokal atau sistemik obat di dalam tubuh dan akan timbul pada setiap orang bila nilai ambang batas toksisnya dilewati. Efek samping efek farmakologi obat yang diberikan dalam dosis normal (antihistamin efek sedasi) Efek sekunder Reaksi adversi yang secara tidak langsung berhubungan dengan efek farmakologis primer suatu obat,

Interaksi obat Efek suatu obat yang mempengaruhi respon satu atau lebih obat obat lain

2. Reaksi adversi yang hanya terjadi pada orang yang memiliki bakat Intoleransi - Timbulnya efek farmakologis yang khas dari suatu obat pada penderita tertentu, meskipun diberikan dalam dosis yang kecil ( CTM ->sedasi, ACE-I ->cough) Reaksi idiosinkrasi - respon tdk terduga tehadap suatu obat yg berbeda dg efek farmakologi obat tersebut ( kloramfenicol >An.aplastik, ACE-I -> agioedema ) Reaksi alergi/hipersensitifitas - reaksi tidak terduga melalui mekanisme imunologis (pada orang tertentu) Reaksi pseudoalergi / anfilaktoid - reaksi sitemik tipe segera akibat pelepasan mediator sel mast dan tidak melibatkan Ig E.

FAKTOR RISIKO TIMBULNYA ALERGI OBAT


A. Faktor yang terkait dengan obat dan cara pemberian Sifat kimiawi obat Sifat imunogenik obat atau metabolitnya Cara / jalur pemberian obat Dosis dan lama pemberian obat

B. Faktor yang terkait dengan penderita


Usia dan jenis kelamin Faktor genetik Riwayat atopi atau alergi obat dalam keluarga Riwayat reaksi simpang terhadap suatu obat di masa lampau

Sensitivitas silang antar beberapa obat


Penyakit dasar penderita ( misalnya infeksi virus ) Pemberian obat-obat lain secara bersama-sama

PATOGENESIS ALERGI OBAT


Sifat alergenik obat tergantung pada sifat-sifat kimiawinya Obat dengan BM besar ( > 4000 dalton ) dan struktur yang kompleks besar kemungkinan membangkitnya respon imun & menimbulkan reaksi hipersensitifitas Obat dengan BM kecil ( < 1000 dalton ) dan struktur molekul sederhana bersifat non imunogenik

Mekanisme imunologis
Tipe I (reaksi anafilaksis) Tipe II (autotoksis) Tipe III (reaksi kompleks imun) Tipe IV (reaksi alergi seluler tipe lambat)

MANIFESTASI KLINIK
1. Reaksi sistemik yang melibatkan multiorgan Anafilaksis (dimediasi oleh IgE) Manifestasi hematologis Anemia hemolitik Trombositopenia Manifestasi hepatik Kolestatik Kerusakan hepatoseluler Manifestasi ginjal Glomerulonefritis, sindroma nefrotik Manifestasi jantung miokarditis

Reaksi anafilktoid (dimediasi oleh non IgE)


Serum sickness dan reaksi yang menyerupai serum sickness 2. Reaksi yang mengenai organ spesifik Manifestasi kulit Fixed drug eruption Toxic epidermal necrolysis

Urtikaria dan angioderma


SJS Manifestasi paru Asma

URTIKARIA DAN ANGIOEDEMA


Kemerahan pada kulit akibat melebarnya pembuluh darah, warna merah akan hilang pada penekanan. Pada angioedema biasanya terjadi didaerah bibir, kelopak mata ,genitalia eksterna,tangan dan kaki. Keluhan umum : gatal dan panas pada pada tempat lesi. biasanya timbul mendadak dan hilang perlahan-lahan dalam 24 jam. Dapat disertai demam dan gejala-gejala umum misal malese,nyeri kepala dan vertigo. Penyebab tersering adalah penisilin, asam asetilsalisilat dan NSAID.

urtikaria

FIXED DRUG ERUPTION


Kelainan ini umumnya berupa eritema dan vesikel berbentuk bulat atau lonjong dan biasanya numular, kemudian meninggalkan bercak hiperpigmentasi yang lama baru hilang, dan bahkan sering menetap. Tempat prediksi disekitar mulut,didaerah bibir, dan daerah penis pada laki-laki. Obat penyebab yang paling sering adalah sulfonamid,barbiturat,trimetropin,dan analgesik

FIX DRUG ERUPTION

ERITEMA MULTIFORMIS
Eritema multiformis merupakan erupsi mendadak dan rekuren pada kulit dan/atau selaput lendir dengan tanda khas berupa lesi iris (target lesion)

SJS (STEVEN JHONSON SINDROM)


Sindrom Stevens-Johnson (ektodermosis erosiva pluriorifisialis, sindrom mukokutaneaokular, eritema multiformis tipe Hebra, eritema multiforme mayor, eritema bulosa maligna) adalah sindrom kelainan kulit berupa eritema, vesikel/bula, dapat disertai purpura yang mengenai kulit, selaput lendir orifisium, dan mata dengan keadaan umum bervariasi dari baik sampai buruk.

SJS

NEKROLISIS EPIDERMAL TOKSIK (NET)


Nekrolisis Epidermal Toksik (NET) adalah penyakit kulit akut dan berat dengan gejala khas berupa epidermolisis yang menyeluruh, disertai kelainan pada selaput lendir di orifisium genitalia eksterna dan mata. Lesi kulit dimulai dengan makula dan papul eritematosa kecil (morbiliformis) disertai bula lunak (flaccid) yang dengan cepat meluas dan bergabung. Pada NET yang penting ialah terjadinya epidermolisis, yaitu epidermis terlepas dari dasarnya dengan gambaran klinisnya menyerupai luka bakar.

NET

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilaksanakan untuk memastikan penyebab alergi obat adalah: 1. Pemeriksaan in vivo

o Uji tempel (patch test)


Test ini hanya dapat dikerjakan untuk reaksi alergi obat yang dimediasi oleh IgE. Hasil positif memastikan bahwa penderita memiliki kecenderungan untuk mengalami reaksi alergi tipe 1.

o Uji tusuk (prick/scratch test)


Test yang digunakan pada dermatitis kontak terhadap beberapa jenis obat obat topikal o Uji provokasi (exposure test) Uji paparan langsung terhadap obat yang dicurigai dan uji ini berpotensi besar untuk menimbulkan reaksi kulit bahkan anfilaksis.

DIAGNOSIS
Dasar diagnosis erupsi obat alergi adalah: 1. Anamnesis yang teliti mengenai: a. Obat-obatan yang dipakai b. Kelainan kulit yang timbul akut atau dapat juga beberapa hari sesudah masuknya obat c. Rasa gatal yang dapat pula disertai demam yang biasanya subfebris. 2. Kelainan kulit yang ditemukan: a. Distribusi : menyeluruh dan simetris

b. Bentuk kelainan yang timbul

PENGOBATAN
Prinsip umum Menghentikan obat Pengobatan simtomatik Pada keadaan anafilatik, DOC dari keadaan ini adalah pemberian adrenalin subkutan dengan dosis 0,3-0,5 ml dengan pengenceran 1:1000 (1mg/ml). Jika tek. darah < 90 mmHg maka dapat dilakukan pemasangan 2 jalur infus dengan diameter besar menggunakan cairan Nacl 0,9% atau dextrose 5% tetesan cepat (diguyur). Dopamin 400mg (2 ampul) dalam 500 ml dextrose 5% tetesan cepat hingga tekanan darah sistolik > 90 mmHg lalu dititrasi secara perlahan. Bila tindakan tersebut tidak efektif, pertimbangkan norepinefrin 2 mg (1 ampul) dalam 250 ml dextrose 5%, turunkan tetesan secara perlahan setelah tekanan darah sistolik mencapai > 90 mmHg

Jika terjadi bronkospasme, apabila pemberian epinefrin tidak efektif pertimbangkan bronkodilator adrenergic (salbutamol/ terbutalin) secara nebulisasi atau inhalasi. Apabila terjadi edema laring yang menunjukkan gejala stridor dan pemasangan ETT juga tidak memungkinkan dapat dilakukan trakeostomi atau krikotirotomi. Jangan lupa pemberian oksigen menggunakan masker dan pemberian antihistamin maupun kortikosteroid. Antihistamin dan kostikosteroid dapat diberikan setelah gejala klinik mulai membaik guna mencegah komplikasi selanjutnya berupa serum sickness atau prolonged effect. Antihistamin yang biasa digunakan adalah difenhidramin HCl 5 20 mg IV dan untuk golongan kortikosteroid dapat digunakan deksametason 5 10 mg IV atau hidrocortison 100 250 mg IV.

Pencegahan reaksi alergi obat Hindari polifarmasi Tepat indikasi,tepat dosis,tepat penderita Anamnesis riwayat alergi obat sebelumnya Desensitisasi Upaya mengubah kondisi penderita yang sebelumnya sangat peka menjadi toleran terhadap obat Dimulai dengan pemberian dosis rendah dan dinaikkan bertahap

You might also like