You are on page 1of 2

JAKARTA, KOMPAS.

com (9 september 2013) Komisioner Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) Adrianus Meliala mengatakan, penyelesaian kasus kecelakaan yang melibatkan putra bungsu Ahmad Dhani, AQJ alias Dul, tak seperti kasus yang menjerat putra Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa, Rasyid Amrullah Rajasa, beberapa waktu lalu. Dalam kecelakaan pada 1 Januari 2013 lalu, mobil yang dikendarai Rasyid menabrak Luxio dan menewaskan dua orang. Dia divonis 6 bulan penjara dengan masa percobaan 12 bulan. Artinya, Rasyid dapat bebas jika dalam masa percobaan 12 bulan tidak melakukan tindak pidana. "Kalau bicara kasusnya anak Hatta Rajasa, ada indikasi Polri memberikan perlakuan yang berbeda, khusus dan lunak. Kalau bisa, yang ini jangan lagi," kata Adrianus saat menyambangi Gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Jakarta Selatan, Senin (9/9/2013). Fabian Januarius Kuwad/ KOMPAS.COMo Terdakwa kasus kecelakaan di Tol Jagorawi, 1 januari 2013 lalu, Rasyid Amirullah Rajasa, jalani sidang ketiga. Adrianus menilai, selama ini, terdapat indikasi perlakuan berbeda ketika kepolisian menangani kasuskasus yang menimpa orang-orang berpengaruh. Menurutnya, polisi cenderung melunak dan memberi hukuman seminimal mungkin. "Ini terkait anaknya Ahmad Dani apakah Polri seperti biasa memakai cara melihat-lihat orang, lalu memberikan perlakuan yang lunak. Saya menduga kalau niatnya seperti itu, seperti biasa pula, Polri banyak kilahnya," kata Adrianus. Perlakuan yang khusus dari kepolisian tersebut, menurut Adrianus, tidak akan menimbulkan efek jera kepada orang-orang yang disebutnya kaum "jetset". 6 orang tewas bertambah menjadi 7 Seperti diketahui, Mobil Mitsubishi Lancer yang dikemudikan Dul mengalami kecelakaan di Km 8+200 Tol Jagorawi, Minggu (8/9/2013) dini hari. Mobil tersebut menabrak dua minibus. Lancer bernomor polisi B 80 SAL tersebut melaju dari arah Bogor menuju Jakarta dan kehilangan kendali sehingga menabrak pagar pembatas dan berpindah jalur ke arah Jakarta menuju Bogor. Tidaklah sulit mencari pasal untuk menjerat Ahmad Abdul Qodir Jaelani alias Dul (13 tahun) bin Ahmad Dhani dalam lakalantas maut yang menewaskan 6 orang dan mengakibatkan 9 luka-luka, di Tol Jagorawi, Minggu (8/9/2013) dini hari kemaren. Pasal yang kemungkinan dijeratkan Dalam hal ini Kepolisian telah menetapkan Dul sebagai tersangka berdasarkan Pasal 310 ayat (3) dan (4) UU No 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ) dengan ancaman pidana maksimal 6 tahun penjara dan/atau denda maksimal Rp12 juta. (3) Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor yang karena kelalaiannya mengakibatkan Kecelakaan Lalu Lintas dengan korban luka berat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 229 ayat (4), dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah). (4) Dalam hal kecelakaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang mengakibatkan orang lain meninggal dunia, dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp12.000.000,00 (dua belas juta rupiah).

Berhubung Dul masih tergolong anak-anak berdasarkan UU No 3 Tahun 1997 tentang Peradilan Anak, yang menetapkan batasan umur anak adalah 8-18 tahun, maka Dul akan diproses dan disidangkan dengan mekanisme peradilan anak. Uraian ini sekaligus meralat artikel penulis sebelumnya, yang menyebutkan Dul hanya akan dikenai sanksi tindakan. Sebaliknya, cukup pelik carikan pasal untuk Ahmad Dhani. Coba, pasal apa yang pas buat orang tua/wali yang membiarkan anak dibawah umur mengendarai kendaraan roda empat, tanpa surat izin mengemudi (SIM), yang karena lalainya timbulkan lakalantas yang mengakibatkan luka berat dan menewaskan orang? Penulis sudah mengobok-obok UULAJ dan belum juga menemukan pasal pidana yang pas. Dalam hal ini, pasal-pasal pidana lakalantas UULAJ didesain untuk pengemudi/pengendara. Sedangkan Ahmad Dhani bukan pengemudi dalam kasus ini. Paling-paling dikenakan Pasal 77 huruf b UU No 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Ini pun terkesan dipaksakan. Karena pasal ini mengatur pidana penelantaran anak, sedangkan Ahmad Dhani tidak menelantarkan Dul, hanya saja lalai atau membiarkan anak dibawah umur tanpa SIM menyetir sendiri. Setiap orang yang dengan sengaja melakukan tindakan: b. penelantaran terhadap anak yang mengakibatkan anak mengalami sakit atau penderitaan, baik fisik, mental maupun sosial, tegas Pasal 77 huruf b UU No 23 Tahun 2002. Sanksi bagi pelaku pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling besar Rp 100 juta, sebagaimana ditentukan huruf c pasal yang sama. Ketentuan UU Perlindungan Anak di atas hanya buat pihak yang menelantarkan vis-a-vis anak. Tidak menjangkau dampak kerugian para korban tewas dan luka-luka dalam lakalantas yang melibatkan Dul. Biasanya, jika ketemu keadaan begini, para ahli hukum akan mencari pasal penyertaan (deelneming) vide Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP dan pasal pembantuan (medeplichtige) vide Pasal 56 KUHP, untuk menarik pihak-pihak lain yang terlibat, jika memang ada para peserta dan pihak yang membantu hingga terwujudnya suatu perbuatan pidana. Namun, penulis tak yakin dengan pasal-pasal ini. Pasal penyertaan dan pembantuan demikian hanya ditujukan pada perbuatan dengan kategori kesengajaan (dolus). Artinya, kejahatan yang diikuti atau dibantu melakukannya memang disengaja (ada niat) sebelumnya. Berbeda dengan kasus lakalantas. Sehingga kurang pas diterapkan pada kasus kelalaian (culpa) sebagaimana dimaksud Pasal 310 ayat (3) UULAJ. Tak heran pihak kepolisian, sampai hari ini (9/9/2013), hanya menyebut telah membidik Ahmad Dhani dalam lakalantas yang melibatkan Dul, namun tak menyebutkan pasal apa yang akan dikenakan pada Dhani. Kemungkinan besar personil Kepolisian masih mencari dan mempelajari pasal-pasal yang pas. Dikutip dari detikcom (9/9), bahkan sekaliber Kepala Korps Lalu Lintas (Kakorlantas) Polri, Irjen Pol Dra Pudji Hartanto, pun, tak kuasa menyebutkan pasal apa yang akan dibidikan pada Dhani. Penulis bisa rasakan kesulitan polisi mencarikan pasal buat orang dalam kedudukan seperti Dhani. Apalagi belum ada presedennya orang tua/wali diseret atas lakalantas anaknya, khusus untuk konteks hukum di Indonesia. Mohon koreksi jika keliru. Dalam pada itu, kepolisian nampaknya merasakan tekanan publiksebagaimana tercermin dari opini dan pemberitaan di media massa dalam dua hari terakhirsupaya memproses hukum Ahmad Dhani.

You might also like